Anda di halaman 1dari 7

Eksitensi Beteng Beteng Boto Mulyo sebagai Wisata Edukasi di Kabupaten Jember

Oleh : Divani Resti Awaliyah

Warisan budaya menjadi identitas pembentuk karakteristik dan potensi dari suatu
wilayah desa.Warisan budaya memiliki dua bentuk utama, yaitu: warisan budaya benda
(tangible heritage) yang berwujud berbagai bentuk materi (benda, bangunan, situs &
kawasan). Sedangkan warisan budaya takbenda (intangible heritage) yang berbentuk non
materi (tradisi lisan, cerita rakyat, tarian dan kesenian lainnya). Pemanfaatan cagar budaya
sebagai objek pariwisata merupakan salah satu upaya pelestarian sumber daya yang berupa
peninggalan bersejarah yang ada di Kabupaten Jember. Pemanfaatan ini tetap berpedoman
pada visi dan misi pelestarian benda cagar budaya yang ditetapkan pemerintah. Adapun visi
pelestarian cagar budaya adalah 1) terpeliharanya seluruh benda cagar budaya sebagai
kekayaan budaya bangsa 2) menumbuhkan kebanggan nasional, 3) memperkokoh jati diri
bangsa, dan 4) memberikan manfaat bagi kepentingan nasional. Visi pelestarian cagar budaya
tersebut akan diwujudkan melalui beberapa misi yang merupakan arahan bagi seluruh
kegaiatan. Sumber daya budaya akan mengacu pada suatu penggunaan atau pemanfaatan
tertentu dari hal-hal yang bersifat budaya atau hasil-hasil dari suatu kebudayaan untuk
pencapaian tujuan yang dapat diukur dari segi produktifitasnya (Edi Sedyawati, 2007:169).

Beteng Boto Mulyo merupakan peninggalan Majapahit wilayah timur berada di Desa
Sidomekar yang selama ini tidak pernah tersentuh dan termanfaatkan dengan baik sehingga
harus dilestarikan dan dikelola secara tepat dengan upaya perlindungan, pengembangan dan
pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan untuk sebesar - besarnya kemakmuran
rmasyarakat terutama masyarakat Desa Sidomekar.

Beteng Boto Mulyo ini merupakan sebuah situs kuno yang terletak di Dusun Beteng,
Desa Sidemokar, Kecamatan Semboro, Jember, Jawa Timur. Beteng Boto Mulyo ini masih
berhubungan dengan bangunan di Kedawung. Di tengah area Beteng Semboro terdapat pohon
beringin besar. Tetapi, karena desakan hunian manusia dan perkembangan zaman maka tata
ruang disana berubah. Menurut juru kunci dari situs Beteng ini yaitu Ngabdul Gani, beteng
ini berada di tengah area persawahan. Saat ini tempatnya berada di dekat lembaga pendidikan
dan juga dekat perkampungan. Awalnya lokasinya sangat luas namun sekarang hanya tinggal
sekitar 2 ha saja. Situs ini memiliki beberapa sebutan seperti Situs Beteng Semboro, Situs
Beteng Sidomekar, Situs Mbah Beteng, Situs Beteng Boto Mulyo, dan Situs Beteng
Kedawung.

Pada tahun 1957-1974 juru kuncinya adalah Mat Salam ayah dari Ngabdul Gani lalu
diwariskan pada Ngabdul Gani tahun 1974 sampe sekarang. Juru kunci dari situs Beteng Boto
Mulyo ini yaitu Ngabdul Gani, memiliki pendapat sendiri terhadap siapakah pendiri Beteng
Boto Mulyo ini pada masa lalu. Menurutnya Beteng Boto Mulyo yang saat ini di jaga olehnya
merupakan petilasan raja Majapahit yang terakhir yaitu Prabu Brawijaya V. Namun, tidak ada
bukti tertulis mengenai pendapat dari juru kunci Beteng Boto Mulyo tersebut bahwa Raja
terakhir Majapahit itu pernah singgah di beteng tersebut. Karena di tempat tersebut hanya ada
sisa - sisa reruntuhan batu - batu kuno, lumpang, batu gandik, sumur kuno, dan beberapa
peninggalan purbakala yang lainnya. Benda - benda tersebut ditemukan dalam waktu yang
berbeda. Seperti di situs – situs yang lain bangunan beteng tidak terlepas dari adanya gudang
senjata, ruang bawah tanah, penjara bawah tanah dan terowongan, ketika melihat tempat
penyadranan jika dilakukan penggalian di benteng ini oleh para arkeolog bisa jadi atau tidak
menutup kemungkinan ada atau ruang bawah tanah atau terowongan yang menghubungkan
beteng dengan tempat lain seperti sungai dan hutan. Terowongan tersebut biasanya digunakan
sebagai jalur tersembunyi dalam situasi darurat seperti saat penyelamatan raja dan
keluarganya ketika diserang musuh atau pada saat benteng dikepung dan berhasil diduduki
musuh.

Menurut juru kunci Beteng Boto Mulyo tersebut mengalami perjalanan panjang dalam
penemuannya. Pada tahun 1918 Mat Salam yang pertama kali menemukan Beteng Boto
Mulyo ini, ia datang ke Semboro dari Blitar. Ia menemukan sebuah tanah lapang yang
luasnya sekitar 5 ha. Di sana di temukan puing - puing tembok dari batu bata kuno dan
gundukan tanah. Tingginya sekitar 2,5 meter dan tebal 90 centi meter. Puing - puing itu
seperti bekas bangunan dengan kamar-kamarnya.

Ada dugaan puing - puing tersebut merupakan sisa – sisa benteng pada masa lampau.
Pada saat itulah daerah ini di namakan benteng. Kemudian beberapa tinggalan kuno mulai
terkuak dan muncul ke permukaan. Ditemukannya sumur kuno oleh Harjo Suwondo pada
tahun 1939, penemuan ini menjadi cikal bakal di adakannya ritual 1 Suro di wilayah tersebut
dengan di adakannya selamatan dan mengggelar wayang kulit purwa. Atas permintaan dari
kepala desa Semboro dan Wedana Tanggul maka pada tahun 2957, Situs Beteng Boto Mulyo
dilakukan pemugaran dan pemugarannya di sesuaikan dengan bangunan asli yang masih bisa
dirunut bentuknya. Kemudian pada 21 Agustus 1958 lalu diresmikan oleh pejabat bupati
Jember yaitu R. Oetama. Sejak saat itulah situs beteng sangat ramai pengunjung berdatangan.
Bahkan yang datang ke sana sangat banyak yang dari luar kota.

Menurut Ngabdul Gani benda-benda purbakala yang ada di beteng ini dan sebagian
yang ia kumpulkan, terutama yang terbuat dari batu. Pada tahun 1956 ditemukan tombak
pusaka di lokasi tersebut yang ditemukan oleh Sukadi. Lalu ditemukan keris Luk Sembilan
setelah acara 1 Suro pada tahun 1958 oleh juru kunci terdahulu Mat Salam. Kemudian di
areal persawahan Bumisara yang berjarak beberapa ratus meter dari Beteng pada 26 Mei
1961 ditemukan batu lumpang. Pada 5 Juli 1991, ditemukan batu lumpang dengan ukuran
yang hampir sama dengan penemuan batu lumpang sebelumnya, cukup besar, ditemukan di
sekitar Beteng. Pada Agustus 1991, ditemukan di pekarangan Sarino, berjarak sekitarv 200-
an meter dari Beteng ditemukan 2 batu pipisan dan 1 batu gandik. Selai itu, juga ditemukan
kendi kuno, keramik Cina, kepeng Cina dan lain – lainnya. Pada tahun 1988, orang – orang
Dikbud telah mengakui tempat ini sebagai petilasan dan sisa – sisa Majapahit yang harus
dilindungi dan dilestarikan.

Pada saat huru - hara tahun 1965 terjadi musibah di tempat tersebut. Tetapi, pada
tahun 1968 semuanya telah berubah karena terjadi pengrusakan yang begitu parah terhadap
situs beteng ini oleh sekelompok pwmuda dari sebuah organisasi masyarakat kepemudaan
yang diduga KAMI/KAPPI. Mereka menghancurkan dan merobohkan Tembok. Pohon
beringin besar ditumbangkan. Banyak batu – bata yang dirusak, begitu juga peninggalan
purbakala yang lainnya, misalnya patung Syiwa dihanyutkan ke Sungai Menampu. Bahkan
patung gerbang yang ada di depan gapura, bentuknya Kumbakarna, rata dengan tanah dan
hanya tersisa hidungnya saja. Pada tahun 1961 peristiwa ini sebelumnya sudah diramalkan
akan terjadi oleh seorang ahli spiritual yang berkunjung ke tempat itu, bahwasanya akan
terjadi suatu hal yang membuat tempat itu kacau balau. Namun masih banyak pertanyaan
yang belum bisa terpecahkan dari peristiwa ini, seperti mengapa masyarakat mebiarkan
bangunan bersejarah ini dirusak? Jika memang yang merusak tersebut merupakan pemuda
itelektual mengapa situs beteng yang terdapat benda bersejarah yang tentunya menjadi objek
diadakannnya penelitian dirusak ?. Setelah kejadian itu, Situs Beteng menjadi tanggung
jawab Batalyon 515 Tanggul, yang bermarkas di Loji Semboro, sebelah selatan PG Semboro.
Acara rutin 1 Suro pun berhenti selama tiga tahun, mulai 1968-1971. Namun, dilanjutkan
kembali karena pada tahun 1971, juru kunci Mat Salam mendapatkan bisikan ghaib agar
pohon beringin yang tumbang ditanam kembali di tempat penyandraan. Kemudian ia pergi ke
Kades Semboro untuk meminta tolong pada Sersan Mursid (seorang anggota babinsa
Semboro) untuk menjaga pohon beringin itu dari orang – orang tak bertanggung jawab.

Peristiwa pengrusakan situs Beteng Boto Mulyo terus berlanjut hingga sekarang,
walaupun pengrusakan yang terjadi bukanlah pengrusakan seperti pada tahun 1968. Tetapi,
bongkahan batu-bata kualitas tinggi yang ada terus menerus di curi oleh orang yang tidak
bertanggung jawab atau berada di tangat kolektor barang antik. Berdasarkan buku tamu yang
dipegang oleh juru kunci, situs Beteng Boto Mulyo ini lebih banyak digunakan untuk ritual
para peziarah yang datang untuk bernadzar, sambung do'a, mengambil air sumur dan daun
pohon beringin untuk tujuan mendapat berkah. Hanya beberapa gelintir yang mengadakan
penelitian sejarah.

Ngabdul Gani mengatakan peraturan – peraturan dari pemerintah yang mengakui


tempat itu sebagai Cagar Budaya dan harus dilindungi dan dilestarikan, serta ancaman
hukuman bagi mereka yang bertindak tidak bertanggung jawab terhadap benda purbakala di
sana. Sebagaimana petilasan masa silam di Jawa, tempat ini juga sarat dengan nuansa dan
aura supranatural. Seperti temuan – temuan pusaka masa silam dengan jalan ritual. Bahkan
juga sering terjadi peristiwa – peristiwa diluar nalar.

Situs Beteng Semboro ini terdapat pertanyaan mendalam bagi semua sejarawan
mengenai pendapat tempat ini sebagai peninggalan Majapahit atau Blambangan. Hal itu
karena dari sisa - sisa batu bata yang modelnya sangat mirip dengan batu – bata di Kutho
dawung. Jika Kutho Dawung adalah peninggalan Blambangan karena merupakan ibu
kotanya, tentu beteng tersebut masih memiliki hubungan dengan Kedawung atau Kutho
Dhawung yang disinyalir merupakan sisa-sisa dari kerajaan yang lebih muda yaitu
Blambangan, yang jaraknya sangat dekat dengan beteng ini.

Situs Beteng Boto Mulyo ini sangat cocok dijadikan sebagai wisata edukasi di
kabupaten Jember. Dengan berkembangnya situs Beteng Boto Mulyo ini dapat menjadi
sarana pengungkit ekonomi kerakyatan dan pengungkit wisata desa Sidomekar. Bahkan
pemerintah kabupaten Jember saat ini mengadakan Sidomekar Festival. Karena situs ini
merupakan peninggalan dari nenek moyang kita maka harus dilestarikan agar diketahui
generasi penerus bangsa dan tanggung jawab pelestarian peninggalan bersejarah ini
merupakan tanggung jawab dari generasi sekarang dan generasi selanjutnya. Masyarakat desa
dan pmerintah desa Sidomekar, Semboro telah melakukan berbagai upaya untuk menarik
minat masyarakat berkunjung. Beteng Boto Mulyo selain sebagi wisata edukasi juga
dijadikan tempat rekreasi liburan keluarga dan ada juga yang datang kesini untuk menikmati
panorama keindahan situs ini karena setelah diperbaiki situs ini menjadi sangat menarik
untuk dikunjungi dan juga membuat keberadaan tempat ini senyaman mungkin menjadi
lokasi berwisata sehingga masyarakat betah berlama-lama di situs bersejarah ini. Bahkan
telah dibangun Gazebo di situs ini menjadi lokasi santai bagi pengunjung. Perlu peran dari
masyarakat dan pemerintah agar situs ini terus berkembang agar situs ini tidak hanya menjadi
destinasi wisata religi dan hanya menjadi peninggalan saja namun dapat menjadi wadah
sejarah bagi masyarakat luas. Dengan begini situs Beteng Boto Mulyo ini dapat menjadi
tempat wisata yang memberikan edukasi sejarah terhadap masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Imam D. 2014. Djember Tempo Doeloe. Jember : PT Jepe Press Media Utama (Jawa
Pos Grup)

Rustiani, Rinda. 2016. “Strategi Kantor wisata dan Kebudayaan kabupaten Jember
dalam pemanfaatan cagar budaya sebagai obyek pariwisata di wilayah kabupaten jember
2010-2015”. Jember : Universitas Jember

Arsip Foto

A.1 Pohon Beringin di tengah Beteng

A.2 Sumur Keramat


A. 3 Batu Lumpang, Pipisan, dan Gandik

Anda mungkin juga menyukai