Anda di halaman 1dari 10

TRADISI BASAPA DAN PENGARUHNYA TERHADAP MASYARAKAT

NAGARI ULAKAN PADANG PARIAMAN

Mega Nasriyanti, Yuhema Firah


nasriyantimega@gmail.com, ara082386395835@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tradisi basapa dan pengaruhnya terhadap


masyarakat Nagari Ulakan Padang Pariaman, dilihat dalam perkembangannya
tradisi basapa masih tetap dipertahankan sampai sekarang. Masalah dalam
penelitian ini bagaimana tradisi basapa dan pengaruhnya terhadap masyarakat
Nagari Ulakan Padang Pariaman. Penelitian ini berupaya untuk menjelaskan
tradisi basapa yang masih bertahan hingga saat ini dan pengaruhnya terhadap
masyarakat Nagari Ulakan Padang Pariaman. Jenis penelitian yang digunakan
yaitu penelitian kualitatif dengan menggunakan pengamatan langsung dan
wawancara. Peneliti melakukan wawancara dengan informan, sebelum itu peneliti
melakukan pendekatan dengan informan. Teori yang digunakan teori
fungsionalisme yang dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (dalam
Rudiansyah,2016). Hasil yang didapat oleh peneliti dari proses pengamatan ini
adalah faktor terbentuknya tradisi basapa tidak terlepas dari Syekh Burhanudin
yang menjadi guru dalam membentuk sapa untuk jama’ahnya.

Kata kunci: tradisi basapa , masyarakat Ulakan, Syekh Burhanudin

I. PENDAHULUAN

Antropologi adalah suatu studi tentang manusia dan perilakunya dsn

diperoleh pengertian lengkap tentang keanekaragaman manusia (Haviland, 1985:

80). Kebudayaan merupakan seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta

karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan

miliknya dengan belajar (Koentjaraningrat, 1979:71). Salah satu unsur

kebudayaan adalah tradisi. Tradisi merupakan kegiatan yang dilakukan secara

turun-temurun. Tradisi biasanya dilakukan untuk memperingati suatu kejadian

yang sakral dan untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat yang telah diberikan. Setiap daerah memiliki tradisi yang unik dan

beragam.

Salah satu objek kajian di bidang Antropologi yaitu tradisi. Tradisi adalah

suatu kebiasaan yang telah dilakukan sejak lama dan telah menjadi bagian dari

kehidupan suatu kelompok. Padang Pariaman merupakan salah satu daerah di

Minangkabau yang dikenal dengan keunikan tradisinya yang masih utuh hingga

sekarang. Salah satu tradisi yang masih bertahan hingga saat ini adalah tradisi

basapa. Tradisi basapa tersebut tidak asing lagi bagi masyarakat Nagari Ulakan

Padang Pariaman. Setiap tahun,setelah tanggal 10 Safar masyarakat Ulakan

Padang Pariaman selalu memperingati wafatnya Syekh Burhanudin yang dikenal

dengan sebutan basapa. Dinamakan basapa karena kegiatannya hanya dilakukan

padan bulan Safar tahun Hijriyah.

Alasan penulis mengambil judul tradisi basapa dan pengaruhnya terhadap

masyarakat Nagari Ulakan adalah tradisi ini masih bertahan hingga saat ini dan

menariknya kegiatan ini diawasi langsung oleh pemerintah Padang Paraiaman

bahkan pemerintah Sumatera Barat. Pemerintah Padang Pariaman menjadikan

tradisi basapa sebagai kearifan lokal yang akan tetap dipertahankan, karena nilai-

nilainya telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Padang Pariaman.

Lokasi penelitian dilakukan di Kanagarian Ulakan Padang Pariaman.

Sepanjang pantai Padang Pariaman terdapat surau-surau Syekh Burhanudin.

Pemilihan lokasi ini berdasarkan kesepakatan bersama, Nagari Ulakan tempat

pemakaman Syekh Burhanudin, proses dan kegiatan tradisi basapa dilakukan di


Nagari Ulakan. Sekitar komplek makam Syekh Burhanudin banyak yang

berdagang.

Rumusan dari masalah ini adalah proses tradisi basapa dan pengaruhnya

terhadap masyarakat Nagari Ulakan. Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini

adalah untuk menjelaskan tradisi basapa yang ada di Nagari Ulakan Padang

Pariaman yang masih dipertahankan hingga saat ini dan untuk mengetahui

pengaruh tradisi basapa terhadap masyarakat Nagari Ulakan Padang Pariaman.

Manfaat penelitian dari segi teoritis adalah dapat memberikan sumbangan

pemikiran ilmu pengetahuan bagi ilmu Antropologi, sedangkan manfaat secara

praktis dapat menambah wawasan tentang tradisi basapa yang ada di Ulakan

Padang Pariaman.

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis

menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode observasi,

dengan cara pengamatan langsung dan teknik wawancara, penulis mencari bahan

dari buku dan sumber-sumber dari media internet. Data yang diambil dalam

wawancara adalah proses tradisi basapa yang dilakukan oleh masyarakat Nagari

Ulakan Padang Pariaman. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara terhadap

warga sekitar dan tokoh masyarakat.

II. PEMBAHASAN

2.1 Teori

Teori Antropologi yang berkaitan dengan penelitian ini adalah teori

fungsionalisme yang dikembangkan oleh Malinowski (dalam Rudiansyah,2016).


Semua unsur kebudayaan adalah bagian-bagian yang berguna bagi masyarakat

dimana unsur-unsur tersebut berada. Pandangan fungsionalisme menekankan

bahwa setiap pola perilaku dan sikap yang menjadi bagian dari kebudayaan suatu

masyarakat,memiliki peran mendasar di dalam kebudayaan yang bersangkutan.

2.1.1 Tradisi

Tradisi dalam Antropologi sama dengan adat istiadat yang bersifat magis

dan turun-temurun yang meliputi nilai budaya,norma,hukum dan aturn yang

saling berkaitan,kemudian menjadi aturan untuk mengatur tindakan sosial

(Ariyono dan Siregar,1985:4). Tradisi merupakan kebiasaan yang turun-temurun

dalam suatu masyarakat dan merupakan kebiasaan kolektif dan kesadaran kolektif

sebuah masyarakat (Mardimin,1994:12). Dengan demikian, tradisi adalah suatu

kebiasaan yang telah dilakukan sejak lama dan telah menjadi bagian dari

kehidupan suatu kelompok masyarakat.

2.1.2 Masyarakat

Secara umum masyarakat adalah sekumpulan individu-individu yang

hidup bersama,bekerjasama untuk memperoleh kepentingan bersama yang telah

memiliki tatanan kehidupan,norma-norma dan adat istiadat yang ditaati dalam

lingkungannya. Secara sederhana, masyarakat adalah sekumpulan manusia yang

saling berinteraksi atau bergaul dengan kepentingan yang sama. Terbentuknya

masyarakat karena manusia menggunakan perasaan, pikiran dan keinginannya

memberikan reaksi dalam lingkungannya.


2.2 Analisis Data

Syekh Burhanudin lahir pada hari Selasa tanggal 17 Safar tahun 1206

Hijriyah. Beliau lahir di desa Guguak Sikaladi Kenagarian Pariaman Padang

Panjang disebuah rumah hasil bangunan dari nenek moyangnya yang bernama

“Puteri Aka Lundang” dan suaminya “Tantejo Guruhano”. Syekh Burhanudin

adalah anak tunggal dari keturunan seorang petapa sakti yang bernama” Pampak

Sakti Karimun Merah” dan ibunya bernama”Puteri Cukuep Bilang Pandai”.

Syekh Burhanudin berasal dari keturunan Puteri Aka Lundang yang berasal dari

keturunan Kuwuek Batu Hanpar Putiah,disebuah lereng gunung berapi. Di daerah

itulah ada buaya Putiah Daguek-Galundi nan Baselo dan Singkarak Badangkang.

Kegiatan basapa adalah suatu kegiatan mengunjungi makam Syeh

Burhanudin di Ulakan Padang Pariaman.Setiap tahun,setelah tanggal 10 Safar

masyarakat Ulakan selalu memperingati wafatnya Syekh Burhanudin. Dinamakan

tradisi basapa,karena kegiatan ini hanya dilakukan pada bulan Safar tahun

Hijriyah. Prosesinya diawali dengan berdo’a di makam syekh dengan tujuan orang

yang berdo’a mendapat ridho dari Allah SWT.kemudian dilanjutkan dengan

sholat berjamaah dan ditutup dengan dzikir bersama.

Kegiatan basapa dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih

terhadap Syekh Buhanudin,atas keberhasilannya mengembangkan ajaran islam di

Minangkabau. Ajaran Syattariyah yang dibawa mendapat tempat di hati

masyarakat pada masa itu,sehingga berkembanglah agama islam di Ranah

Minang.Pada saat itu,Syekh Burhanudin satu-satunya orang yang pertama kali


membuka tempat pendidikan agaam islam secara formal, pesantren istilah

sekarang.

Sejarah awal terbentuknya tidak terlepas dari ziarah ke makam Syekh

Burhanudin di Ulakan, karena Beliau menyebarkan agama islam pertama kali di

Minangkabau. Pengikutnya membuat kesepakatan untuk mengunjungi makam

Syekh Burhanudin, karena syekh merupakan pemimpin tarekat Syattariyah di

Sumatera Barat. Setelah Syekh Burhanudin meninggal di bulan Safar,maka

makamnya diziarahi pada bulan Safar. Sehingga tradisi ini dinamakan dengan

basapa (Sabarudin, wawancara 24 November 2018).

Pada awalnya ziarah ke makam Syekh Burhanudin pada waktu yang tidak

ditentukan. Semua orang boleh mengunjungi makam Syekh Burhanudin kapan

saja sesuai dengan niatnya masing-masing. Dua orang ulama pewaris ajaran

Syekh Burhanudin,kni Syekh kapalo Koto Pauh Kambar dan Syekh Tuanku

Katapin. Atas kesepakatan bersama, maka tradisi basapa dilaksanakan setelah

tanggal 10 Safar.

Pelaksanaan tradisi basapa dilaksanakan 2 kali yaitu: sapa gadang dan

sapa ketek. Pada saat sapa gadang Nagari Ulakan mulai diramaikan oleh

penziarah sejak tanggal 10 Safar. Dinamakan kegiatan Sapa Gadang,karena

kegiatan ini diperuntukkan untuk masyarakat dari daerah Darek. Sapa ketek

adalah kegiatan basapa yang dilakukan setelah seminggu sapa gadang. Kegiatan

ziarahnya masih dalam kategori kecil karena hanya dari masyarakat Pariaman

saja. Tradisi basapa ada pemisahan antara sapa gadang dan sapa ketek. Alasanya

adalah banyaknya jamaah yang hadir pada sapa gadang,sehingga daya tampung
penzirah tidak mencukupi. Para murid Syekh Burhanudin membuat kesepakatn

untuk mengadakan kembali aktivitas kedua yang dinamakan Sapa Ketek

(Rani,wawancara 24 November 2018).

Dalam pelaksanaanya, tradisi basapa umunmnya diisi dengan tiga kegiatan

utama yaitu: pertama ziarah berdo’a di makam syeh Burhanudin,Kedua,sholat

wajib dan sholat sunat,dan ketiga zikir. Tetapi tidak sedikit pula yang mengisi

tradisi basapa pada hari terakhir menyendiri ke hutan-hutan dan bukit-bukit sunyi

pada hari Rabu terakhir bulan Safar. Pada waktu itu mereka meninggalkan

keluarga dan rumah mereka masin-masing. Pergi ke hutan-hutan untuk

melaksanakan kegiatan tertentu sesuai dengan apa yang di ajarkan oleh gurunya.

Sebagian kalangan,beberapa pratek ritual ritual yang dilakukan pengikut

Syattariyah ketika melakukan basapa dianggap berlebihan dan tidak sesuai dengan

ajaran Islam. Praktek yang menyimpang tersebut antara lain: penziarah pada saat

tradisi basapa membawa sesajian yang ditaruh diatas kuburan,shalat diatas

kuburan,menjadikan air yang sudah ditaruh diatas kuburan sebagai obat yang

dapat menyembuhkan penyakit,shalt sunat “burha” . Pelaksanan basapa dilakukan

dibawah koordinasi pemerintah Padang Pariaman.

Pengaruh tradisi basapa terhadap masyarakat Ulakan dapat kita lihat dari

kegiatan ekonomi masyarakat. Terlihat dari masyarakat yang bekerja sebagai

pedagang, pada umumnya pedagang memajang foto Syekh Burhanudin yang

mereka yakini dapat mendatangkan rezeki. Dengan memanjang foto Syekh akan

memberi pengaruh untuk termotivasi. Masyarakat termotivasi untuk bekerja keras

dan lebih giat lagi,tanpa disadari akan meningkatkan pendapatan dan berbengaruh
terhadap kegiatan ekonomi mereka. Pada saat tradisi basapa,pedagang mendapat

pendapatan diatas rata-rata, karena banyaknya penziarah yang membeli dagangan

seperti: buku kajian, tasbih, kemenyan, dan gelang. Penziarah membeli barang

tersebut untuk digunakan pada basapa atau untuk aksesoris (ujar Anto,40 Tahun).

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kegiatan basapa ke Ulakan ialah sebuah kegiatan mengunjungi makam

Syekh Burhanudin yang bertempat di Nagari Ulakan Padang Pariaman. Prosesi

diawali dengan berdo’a di makam Syekh Burhanudin dengan tujuan mendapatkan

ridho dari Allah SWT. kemudian dilanjutkan dengan sholat berjama’ah dan zikir

bersama. Kegiatan dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih

kepada Syekh Burhanudin,atas keberhasilannya mengembangkan ajaran agama

Islam di Minangkabau. Pada saat itu, Beliaulah satu-satunya orang yang pertama

kali membuka pendidikan agama Islam secara formal, yang dikenal dengan nama

pesantren. Dalam tradisi basapa dikenal dengan dua sebutan sapa gadang dan sapa

ketek. Penyimpangan yang terjadi pada saat tradisi basapa antara lain: sesajian

yang ditaruh di makam,shalat diatas makam,menjadikan air yang ditaruh di atas

makam sebagai pengobat dan shalat sunat burha.


DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1979.Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Rudiansyah. 2016. Jurnal Kajian Seni. Departemen Kajian Budaya


.
3 (01) No. 01: 31-42.

Aqil, Muhammad. 2018. Tradisi Basapa Ungku Saliah Di Ulakan Padang

Pariaman (skripsi). Padang: UIN Imam Bonjol Padang.

[LAN] Limbago Adat Nagari. 2012. Tradisi Basapa. Padang Pariaman (ID):LSM.

Maulana, Faisal. 2018. Makna Simbolik Pada Ritual Basapa Sebagai

Tradisi Di Ulakan Padang Pariaman (skripsi). Padang: Universitas

Andalas.

Anda mungkin juga menyukai