Anda di halaman 1dari 8

1.

Identitas Buku

 Judul Asli Buku :Denker Over Geschiedenis (Een overzicht van


modarne geschiedfilosofische opvattingen)
 Judul Terjemahan :Refleksi Tentang Sejarah (Pendapat-pendapat
modern tentang filsafat sejarah)
 Penulis :Dr. F.R. Ankersmith
 Penerjemah :Dick Hertoko
 Desain buku :Nono. S
 Penerbit :PT. Gramedia, anggota IKAPI. Jakarta, 1987
 Tahun Terbit :1987
 Tebal Buku :21 cm, 400 halaman
 Isbn :979-403-036
 Harga Buku :Rp,45.000,00

2. Biografi Penulis

Franklin Rudolf Ankersmit (lahir 20 Maret 1945, Deventer , Belanda )


adalah profesor sejarah intelektual dan teori sejarah di Universitas Groningen .
Ankersmit, anggota keluarga produsen tekstil Ankersmit, awalnya belajar fisika
dan matematika di Leiden selama tiga tahun dan kemudian melakukan dinas
militernya. Dia kemudian mempelajari sejarah dan filsafat di Universitas
Groningen. Pada tahun 1981 ia mengambil gelar doktoralnya di Universitas yang
sama dengan disertasi berjudul Narrative Logic: A Semantic Analysis of the
Historian's Language . Pada tahun 1986 ia diangkat sebagai anggota Akademi
Seni dan Ilmu Pengetahuan Kerajaan Belanda ( KNAW ). Dia adalah pendiri dan
sampai tahun 2017 pemimpin redaksi Journal of Philosophy of History
mempromosikan pendekatan filosofis ketat untuk refleksi pada penulisan sejarah.

Pada tahun 1992 ia diangkat sebagai profesor penuh untuk sejarah


intelektual dan filsafat sejarah di Universitas Groningen. Minat utamanya,
terlepas dari filsafat sejarah, adalah filsafat politik, estetika, dan gagasan tentang
pengalaman (atau sensasi) sejarah. Gagasan representasi sangat penting dalam
tulisan-tulisannya yang berfokus pada representasi historis, politik dan estetika.
Dia menerbitkan lima belas buku (buku yang diedit tidak termasuk) yang banyak
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Spanyol, Portugis, Indonesia,
Polandia, Hongaria, Ceko, Rusia dan Cina. Dia menulis lebih dari dua ratus lima
puluh artikel ilmiah dan merupakan anggota dewan editorial dari beberapa jurnal
di bidang studinya. Dengan bukunya tentang pengalaman sejarah, dia
memenangkan Piala Tantangan Socrates pada tahun 2008. Dia pensiun pada
tahun 2010 dan diangkat pada tahun yang sama sebagai Perwira Orde Oranye-
Nassau oleh HM Ratu Belanda. Pada tahun 2011 ia diberikan gelar Kehormatan
dalam Humaniora oleh Universitas Ghent dan pada tahun yang sama ia diangkat
sebagai anggota Academia Europaea .

Filsafat Sejarah

Pada 1980-an ia mengembangkan filsafat sejarah narrativis di mana


tatanan dan koherensi yang diberikan sejarawan pada fakta-fakta masa lalu
dikatakan disajikan, dan dengan 'narasi' historis. Pada 1990-an ia menguraikan
gagasan ini menjadi filsafat representasi sejarah. Menurut filsafat ini, sejarawan
tidak 'menerjemahkan' makna yang diduga hadir di masa lalu itu sendiri ke dalam
teks perwakilannya, tetapi ia menciptakan makna historis dalam perwakilannya
tentang masa lalu yang dapat dilihat sebagai pengganti dari masa lalu yang absen
itu sendiri. Karena kata 'narasi' mengundang asosiasi yang tidak disukai dengan
novel, Ankersmit segera menggantinya dengan kata 'representasi' yang jauh lebih
memadai. Di sinilah filosofi sejarahnya pada dasarnya berbeda dari Hayden
White . Ankersmit menganalisis gagasan representasi dengan logika dan
metafisika Gottfried Wilhelm Leibniz - tidak ada filsuf dalam sejarah pemikiran
Barat yang diberikan kepada representasi tempat yang lebih sentral daripada
Leibniz. Dalam karya selanjutnya, Ankersmit berkonsentrasi pada masalah
rasionalitas historis; Tujuannya kemudian adalah untuk menetapkan alasan
rasional apa yang lebih disukai sejarawan dari satu representasi dari masa lalu ke
yang lain. Leibniz juga ada di sini sebagai pemandunya. Meskipun Ankersmit
sering dianggap sebagai postmodernis, karyanya juga dapat dilihat sebagai
menggambar dari sejarawan abad ke-19 Friedrich Meinecke dan sebagai
"Keinginan yang hampir neo-Kantian untuk melawan hegemoni sains dalam
sejarah dan politik". [2]

Politik

Ankersmit adalah anggota partai liberal Belanda, VVD ( Partai Rakyat


untuk Kebebasan dan Demokrasi ), dan salah satu penulis Manifesto Liberal yang
disajikan partai ini. Pada 2009 ia mengakhiri keanggotaannya di partai itu, karena
itu, dalam pandangannya, telah berubah dari liberal menjadi partai neoliberal.
Dia melihat Neoliberalisme sebagai kembalinya feodalisme Abad Pertengahan:
keduanya ingin mempercayakan kompetensi dan tanggung jawab publik kepada
(semi-) tangan swasta. Sedangkan liberalisme lahir pada akhir abad ke-18 dan
awal abad ke-19 dari penolakan terhadap feodalisme. Negara-negara Anglo-
Saxon bisa melupakan ini, karena mereka tetap berada di luar cengkeraman
Revolusi Prancis. Ankersmit adalah anggota Konvensi Nasional, sebuah komisi
yang dipasang oleh menteri Alexander Pechtold untuk memberikan saran tentang
bagaimana memperkuat demokrasi. Baru-baru ini dia bersikeras bahwa
demokrasi perwakilan, pada kenyataannya, adalah aristokrasi elektif, yang, dari
sudut pandang logis, campuran khas perwakilan politik Abad Pertengahan oleh
ketiga Perkebunan dan konsep kedaulatan, sebagaimana ditetapkan di bawah
monarki absolut. Ankersmit secara teratur berpartisipasi dalam debat publik
tentang demokrasi, perwakilan politik, liberalisme dan topik terkait. Pada tahun
2016 ia menjadi anggota partai politik Forum untuk Demokrasi , tetapi karena
apa yang ia anggap sebagai kurangnya demokrasi internal partai ia menjadi
kecewa dan meninggalkan partai akhir 2017.

Biografi Penerjemah
Theodoor Willem Geldorp (lahir di Jatiroto, Lumajang, Jawa Timur, 9
Mei 1922 – meninggal di Semarang, Jawa Tengah, 1 September 2001 pada umur
79 tahun) atau lebih dikenal dengan nama Dick Hartoko adalah seorang
budayawan Indonesia. Ia juga seorang rohaniawan Katolik dan merupakan
anggota ordo Yesuit.

3. Bagian Pertama

Pada bagian pertama buku ini terdapat tiga bab. Bagian bab pertama yang
berisi tentang filsafat sejarah spekulatif. Filsafat sejarah spekulatif mencari
struktur-dalam yang terkandung dalam proses sejarah dalam keseluruhannya.
Filsafat sejarah spekulatif merupakan suatu perenungan filsafat mengenai tabiat
atau sifat-sifat proses sejarah. Ada manfaatnya membagikan system-sistem
spekulatif yang ada, menurut sistem-sistem itu berusaha membuktikan
kesahihannya. Di sini pembeda antara pengetahuan apriori dana posteriori ada
gunanya. Bab kedua menjelaskan tentang filsafat sejarah formal yang berisi Budi
dan dialektika . Budi itu aktif dalam dua bidang. Sebagai roh obyektif. Budi
menguasai hal-hal dalam kenyataan obyektif. Bidang kedua, ialah manusia
sebagai subyek yang mengetahui, yang mampu mengetahui dirinya dan dengan
mempergunakan Budi dapat mencari jalan ditengah-tengah kenyataan.
Indentifikasi antara Roh Obyektif dan Roh Subyektif yang berlangsung terus-
menerus pada hakikatnya merupakan suatu proses sejarah. Bila tahap Roh
Mutlak sudah tercapai, maka sejarah pun tamat. Pertama-tama, hendaknya kita
ingat bahwa Hegel selalu mengaitkan pengertian” keharusan” dengan pengertian
“Budi”. Suatu pengertian yang berdasarkan Budi merupakan pengertian
bagaimana seharusnya kenyataan itu terwujud. Hegel mempunyai
kecenderungan menyamkan kemajuan dalam proses sejarah dengan kemajuan
pengetahuan kita mengenai dunia. Bab ketiga menjelaskan tentang kritik
terhadap sistem-sistem spekulatif. Kebenaran sistem spekulatif tidak dapat
dibenarkan perbedaan-perbedaan pendapat antara sistem-sistem spekulatif lebih
hakiki, daripada pendapat perbedaan dalam bidang pengkajian sejarah, ilmu
perbintangan dan ilmu alam teoritis. Di sinalah kita sampai pada jantung
permasalahan. Sebuah system spekulatif tidak dapat begitu saja divonis benar
atau tidak benar, sah atau tidak sah, seperti kita dapat lakukan penafsiran-
penafsiran atau sejarah teori-teori ilmu alam (dengan catatan di sini pun kita
harus berhati-hati).

4. Bagian Kedua

Pada bagian kedua buku ini terdapat beberapa pembahasan yang dibagi
dalam beberapa bab. Yakni pada bab pertama menjelaskan tentang filsafat
sejarah kritis. Apakah filsafat sejarah kritis pernyataan mengenai kebenaran
dalam pengkajian sejarah, membawa kita kepada masalah mengenai benar
tidaknya pernyataan-pernyataan para ahli sejarah mengenai masa silam. Masalah
ini dapat diteliti pada tiga tahap. Pertama hendaknya kita tetapkan, apakah tepat
maksud kita bila misalnya dikatakan, bahwa pernyataan” pada tahun1500 Karel
V dilahirkan” bemar (lihat7.3) tetapi seorang ahli sejarah tidak dapat membatasi
diri pada pernyatan-pernyataan yang benra mengenai masa silam. Tak ada satu
tema pun yang demikian memikat pehatian para filsuf sejarah seperti penelitian
filsafat terhadap struktur keterangan historis. Sejauh mana gambaran atau
penafsiran mengenai masa silam, benar atau memadai? Gambaran mengenai
masa silam, selalu melebihi pernyataan-pernyataan dan tafsiran-tafsiran yang
merupakan kepingan dan gambaran itu. Bab kedua menjelaskan tentang
mengetahui masa silam lalu menyajikan itu kepada pembaca. Bab ketiga
menjelaskan keterangan historis. Yakni ucapan-ucapan mengenai fakta-fakta
historis, merupakan deskripsi-deskripsi mengenai masa silam. Secara tuntas,
deskripsi dan keterangan tidak dapat debedakan satu sama lain. Bab ke empat ini
menjelaskan tentang historisme dan narativisme. Historisme ditafsirkan sebagai
anggapan, dengan timbulnya tuntutan hermeneutis agar seorang sejarawan
menghayati masuk ke dalam kulit seorang pelaku sejarah. Narativisme
merupakan suatu teori mengenai penafsiran masa silam dan tidak terbatas pada
laporan-laporan yang tersusun kronologis. Pendekatan narativ ingin melukiskan
sifat-sifat yang khas bagi suatu kurun waktu tertentu. Pada bab ini menjelaskan
tentang pengkajian sejarah dan ilmu-ilmu lainnya. Bahwa masa silam hanya
dapat diteliti dengan penuh arti, bila diminta bantuandan ilmu-ilmu social.
Sejarah mentalitas merupakan cabang pengkajian sejarah yang paling muda dan
paling menarik, karena yang diteliti disini ialah tumbunya kepribadian manusia
modern. Dan pada terakhir bagian kedua ini menjelaskan tentang subyektivitas
dan obyektivitas; nilai-nilai dalam pengkajian sejarah.

5. Bagian Ketiga

Pada bagian terakhir buku ini terdapat beberapa bagian. Yaitu pada
bagian pertama menjelaskan tentang masyarakat dan pengkajian sejarah. Pada
bab ini membicarakan tentang hubungan pengkajian antara pengkajian sejarah
dan masyarakat, sejauh nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat, ada
konsekuensinya bagi sejarawan yang membuat suatu gambaran historis
mengenai masa silam. Membicarakan tentang kesadaran historis. Bagian kedua
ini membicarakan tentang keterlibatan. Keterlibatan moderat yang di anut H.
Zinn. Zin menolak alasan-alasan serupa itu, menurut dia seorang sejarawan, bila
memilih sebuah pbyek bagi penelitian sejarah, harus dituntun oleh kebutuhan-
kebutuhan social masa kini. Bagian terakhir dalam buku ini menjelaskan tentang
apa itu makna sejarah. Makna sejarah dapat diberi empat macam tafsiran.
Pertama, kita dapat menafsirkan pertanyaan mengenai makna sejarah, sebagai
sebuah pernyataan, mengenai tujuan terakhir, yang dilaksanakan dalam
perjalanan proses sejarah. Kedua sebagai pertanyaan mengenai proses sejarah.
Ketiga sebagai pertanyaan mengenai tujuan dan gunanya pengkajian sejarah.
Lalu keempat, sebagai pertanyaan mengenai arti pengkajian sejarah.

6. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kita ambil dari buku ini adalah Sebuah sistem
spekulatif tidak dapat kita vonis benar atau tidak benar, sah atau tidak sah, seperti
dapat dilakukan terhadap penafsiran-penafsiran sejarah atau teori-teori ilmu
alam. Metafisika adalah cabang filsafat yang menjawab pertanyaan mengenai
hakikat atau esensi ( hal-hal dalam ) kenyataan. Ciri khas sebuah pernyataan
metafisis adalah tidak dapat dipergoki bahwa kenyataan itu tidak benar,
sekalipun sepintas kelihatan tidak masuk akal. Pemahaman mengenai
pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang saling berkaitan secara sistematis
dan disusun secara rapi. Memiliki hukum yang bersifat umum, kebenarannya
bersifat universal bukan kebenaran khusus. Pengetahuan ilmiah tidak dapat
diberikan kepada spekulasi-spekulasi tentang sejarah. Filsafat-filsafat spekulatif
menunjukkan peristiwa-peristiwa mana yang pantas diteliti oleh seorang ahli
sejarah, peristiwa-peristiwa mana mirip mengenai sifat dan kategorinya sehingga
pantas dijadikan bagian dalam suatu cerita sejarah.Tema dan bahan penelitian
setiap penelitian historis dan setiap cerita historis, ditentukan oleh filsafat sejarah
spekulatif. Itulah pentingnya filsafat sejarah spekulatif bagi penulisan sejarah.

Akhirnya dalam membahas sistem spekulatif kita juga memperoleh


manfaat dimana filsafat-filsafat spekulatif menunjukkan peristiwa-peristiwa
mana yang pantas diteliti oleh seorang ahli sejarah, peristiwa-peristiwa mana
mirip mengenai sifat dan kategorinya sehingga pantas dijadikan bagian dalam
suatu cerita sejarah. Filsafat Sejarah Spekulatif merupakan suatu perenungan
filsafati mengenai tabiat atau sifat-sifat gerak sejarah, sehingga diketahui
srtruktur-dalam yang terkandung dalam proses gerak sejarah dalam
keseluruhannya. Tema dan bahan penelitian setiap penelitian historis dan setiap
cerita historis, ditentukan oleh filsafat sejarah spekulatif. Itulah pentingnya
filsafat sejarah spekulatif bagi penulisan sejarah.

7. Kekurangan dan Kelebihan Buku

Kekurangan pada buku ini ukuran penulisan sangatlah kecil sehingga


sangat sulit untuk pembaca dalam memahami penulisan, dan gaya penulisan
sangat sulit dipahami mungkin karena buku ini adalah buku terjemahan. Dan juga
biografi penulis tidak dicantumkan. Dan juga tidak dicantumkannya glosarium
sehingga banyak kata-kata yang tidak dipahami.
Untuk kelebihan buku ini penjelasan filsafat sejarah dalam buku ini
sangat luas , dan juga buku ini menarik untuk bagian tampilan buku juga cukup
bagus karena penerbit menggunakan kertas koran jadi menurut saya mata tidak
sakit membacanya.

Anda mungkin juga menyukai