Identitas Buku
2. Biografi Penulis
Filsafat Sejarah
Politik
Biografi Penerjemah
Theodoor Willem Geldorp (lahir di Jatiroto, Lumajang, Jawa Timur, 9
Mei 1922 – meninggal di Semarang, Jawa Tengah, 1 September 2001 pada umur
79 tahun) atau lebih dikenal dengan nama Dick Hartoko adalah seorang
budayawan Indonesia. Ia juga seorang rohaniawan Katolik dan merupakan
anggota ordo Yesuit.
3. Bagian Pertama
Pada bagian pertama buku ini terdapat tiga bab. Bagian bab pertama yang
berisi tentang filsafat sejarah spekulatif. Filsafat sejarah spekulatif mencari
struktur-dalam yang terkandung dalam proses sejarah dalam keseluruhannya.
Filsafat sejarah spekulatif merupakan suatu perenungan filsafat mengenai tabiat
atau sifat-sifat proses sejarah. Ada manfaatnya membagikan system-sistem
spekulatif yang ada, menurut sistem-sistem itu berusaha membuktikan
kesahihannya. Di sini pembeda antara pengetahuan apriori dana posteriori ada
gunanya. Bab kedua menjelaskan tentang filsafat sejarah formal yang berisi Budi
dan dialektika . Budi itu aktif dalam dua bidang. Sebagai roh obyektif. Budi
menguasai hal-hal dalam kenyataan obyektif. Bidang kedua, ialah manusia
sebagai subyek yang mengetahui, yang mampu mengetahui dirinya dan dengan
mempergunakan Budi dapat mencari jalan ditengah-tengah kenyataan.
Indentifikasi antara Roh Obyektif dan Roh Subyektif yang berlangsung terus-
menerus pada hakikatnya merupakan suatu proses sejarah. Bila tahap Roh
Mutlak sudah tercapai, maka sejarah pun tamat. Pertama-tama, hendaknya kita
ingat bahwa Hegel selalu mengaitkan pengertian” keharusan” dengan pengertian
“Budi”. Suatu pengertian yang berdasarkan Budi merupakan pengertian
bagaimana seharusnya kenyataan itu terwujud. Hegel mempunyai
kecenderungan menyamkan kemajuan dalam proses sejarah dengan kemajuan
pengetahuan kita mengenai dunia. Bab ketiga menjelaskan tentang kritik
terhadap sistem-sistem spekulatif. Kebenaran sistem spekulatif tidak dapat
dibenarkan perbedaan-perbedaan pendapat antara sistem-sistem spekulatif lebih
hakiki, daripada pendapat perbedaan dalam bidang pengkajian sejarah, ilmu
perbintangan dan ilmu alam teoritis. Di sinalah kita sampai pada jantung
permasalahan. Sebuah system spekulatif tidak dapat begitu saja divonis benar
atau tidak benar, sah atau tidak sah, seperti kita dapat lakukan penafsiran-
penafsiran atau sejarah teori-teori ilmu alam (dengan catatan di sini pun kita
harus berhati-hati).
4. Bagian Kedua
Pada bagian kedua buku ini terdapat beberapa pembahasan yang dibagi
dalam beberapa bab. Yakni pada bab pertama menjelaskan tentang filsafat
sejarah kritis. Apakah filsafat sejarah kritis pernyataan mengenai kebenaran
dalam pengkajian sejarah, membawa kita kepada masalah mengenai benar
tidaknya pernyataan-pernyataan para ahli sejarah mengenai masa silam. Masalah
ini dapat diteliti pada tiga tahap. Pertama hendaknya kita tetapkan, apakah tepat
maksud kita bila misalnya dikatakan, bahwa pernyataan” pada tahun1500 Karel
V dilahirkan” bemar (lihat7.3) tetapi seorang ahli sejarah tidak dapat membatasi
diri pada pernyatan-pernyataan yang benra mengenai masa silam. Tak ada satu
tema pun yang demikian memikat pehatian para filsuf sejarah seperti penelitian
filsafat terhadap struktur keterangan historis. Sejauh mana gambaran atau
penafsiran mengenai masa silam, benar atau memadai? Gambaran mengenai
masa silam, selalu melebihi pernyataan-pernyataan dan tafsiran-tafsiran yang
merupakan kepingan dan gambaran itu. Bab kedua menjelaskan tentang
mengetahui masa silam lalu menyajikan itu kepada pembaca. Bab ketiga
menjelaskan keterangan historis. Yakni ucapan-ucapan mengenai fakta-fakta
historis, merupakan deskripsi-deskripsi mengenai masa silam. Secara tuntas,
deskripsi dan keterangan tidak dapat debedakan satu sama lain. Bab ke empat ini
menjelaskan tentang historisme dan narativisme. Historisme ditafsirkan sebagai
anggapan, dengan timbulnya tuntutan hermeneutis agar seorang sejarawan
menghayati masuk ke dalam kulit seorang pelaku sejarah. Narativisme
merupakan suatu teori mengenai penafsiran masa silam dan tidak terbatas pada
laporan-laporan yang tersusun kronologis. Pendekatan narativ ingin melukiskan
sifat-sifat yang khas bagi suatu kurun waktu tertentu. Pada bab ini menjelaskan
tentang pengkajian sejarah dan ilmu-ilmu lainnya. Bahwa masa silam hanya
dapat diteliti dengan penuh arti, bila diminta bantuandan ilmu-ilmu social.
Sejarah mentalitas merupakan cabang pengkajian sejarah yang paling muda dan
paling menarik, karena yang diteliti disini ialah tumbunya kepribadian manusia
modern. Dan pada terakhir bagian kedua ini menjelaskan tentang subyektivitas
dan obyektivitas; nilai-nilai dalam pengkajian sejarah.
5. Bagian Ketiga
Pada bagian terakhir buku ini terdapat beberapa bagian. Yaitu pada
bagian pertama menjelaskan tentang masyarakat dan pengkajian sejarah. Pada
bab ini membicarakan tentang hubungan pengkajian antara pengkajian sejarah
dan masyarakat, sejauh nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat, ada
konsekuensinya bagi sejarawan yang membuat suatu gambaran historis
mengenai masa silam. Membicarakan tentang kesadaran historis. Bagian kedua
ini membicarakan tentang keterlibatan. Keterlibatan moderat yang di anut H.
Zinn. Zin menolak alasan-alasan serupa itu, menurut dia seorang sejarawan, bila
memilih sebuah pbyek bagi penelitian sejarah, harus dituntun oleh kebutuhan-
kebutuhan social masa kini. Bagian terakhir dalam buku ini menjelaskan tentang
apa itu makna sejarah. Makna sejarah dapat diberi empat macam tafsiran.
Pertama, kita dapat menafsirkan pertanyaan mengenai makna sejarah, sebagai
sebuah pernyataan, mengenai tujuan terakhir, yang dilaksanakan dalam
perjalanan proses sejarah. Kedua sebagai pertanyaan mengenai proses sejarah.
Ketiga sebagai pertanyaan mengenai tujuan dan gunanya pengkajian sejarah.
Lalu keempat, sebagai pertanyaan mengenai arti pengkajian sejarah.
6. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari buku ini adalah Sebuah sistem
spekulatif tidak dapat kita vonis benar atau tidak benar, sah atau tidak sah, seperti
dapat dilakukan terhadap penafsiran-penafsiran sejarah atau teori-teori ilmu
alam. Metafisika adalah cabang filsafat yang menjawab pertanyaan mengenai
hakikat atau esensi ( hal-hal dalam ) kenyataan. Ciri khas sebuah pernyataan
metafisis adalah tidak dapat dipergoki bahwa kenyataan itu tidak benar,
sekalipun sepintas kelihatan tidak masuk akal. Pemahaman mengenai
pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang saling berkaitan secara sistematis
dan disusun secara rapi. Memiliki hukum yang bersifat umum, kebenarannya
bersifat universal bukan kebenaran khusus. Pengetahuan ilmiah tidak dapat
diberikan kepada spekulasi-spekulasi tentang sejarah. Filsafat-filsafat spekulatif
menunjukkan peristiwa-peristiwa mana yang pantas diteliti oleh seorang ahli
sejarah, peristiwa-peristiwa mana mirip mengenai sifat dan kategorinya sehingga
pantas dijadikan bagian dalam suatu cerita sejarah.Tema dan bahan penelitian
setiap penelitian historis dan setiap cerita historis, ditentukan oleh filsafat sejarah
spekulatif. Itulah pentingnya filsafat sejarah spekulatif bagi penulisan sejarah.