Anda di halaman 1dari 14

APAKAH SEJARAH PEMIKIRAN?

PERAN IDE DALAM SEJARAH

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok

matakuliah sejarah pemikiran modern

Disusun Oleh: Kelompok 1

Nurlaili 16046026

Putri Aulia 16046069

Riza Yulia Citra 1604

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Apakah Sejarah Pemikiran? Peran Ide
Dalam Sejarah” ini dengan seksama dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini
disusun dengan maksud untuk menyelesaikan tugas mata kuliah sejarah pemikiran modern dan
menambah pengetahuan bagi para pembacanya.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibuk Azmi Fitrisia, SS, M. Hum., Ph.D
sebagai dosen mata kuliah sejarah pemikiran modern yang telah membimbing kami, dan ucapan
terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran
penyusunan makalah ini. Kami berharap agar makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi
mahasiswa khususnya dan pembaca pada umumnya, sebagai salah satu sumber pengetahuan dan
bahan pembelajaran matakuliah sejarah pemikiran modern.

Dalam menyusun makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan
dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami meminta maaf atas segala keterbatasan waktu
dan kemampuan kami dalam menyelesaikan makalah ini. Segala kritik dan saran yang
membangun dari rekan-rekan, dan dosen senantiasa kami harapkan demi peningkatan kualitas
makalah kedepan.

Padang, Agustus 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemikiran modern lahir dari konteks sosial, politik, religius, ilmu pengetahuan
dan ekonomi zamannya yang ditandai oleh berbagai fenomena (berakhirnya dominasi
Gereja dan aristokrat dalam berbagai bidang, reformasi dan kontra-reformasi, emansipasi
kelas-kelas sosial, pembaruan tatanan politik, revolusi ilmu pengetahuan.

Masalah kerancuan dalam pengertian istilah modern bisa membawa implikasi


yang sama seperti penggunaan istilah tradisional . istilah modern membicarakan identik
dengan pengaruh barat dan besar-besaran di kenakan untuk merasionalkan perkembangan
sistem kapitalisme dalam semua aspek kehidupan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Makalah ini mempunyai rumusan masalah yaitu:
1. Apakah sejarah pemikiran?
2. Jelaskan peran ide dalam sejarah

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis dengan tujuan:
1. Mengetahui apa itu sejarah pemikiran
2. Mengetahui peran ide dalam sejarah

D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini bermanfaat menambah pengetahuan bagi penulis maupun pembaca
mengenai Apa itu Sejarah Pemikiran? Peran ide dalam sejarah, serta bisa menjadi bahan
rujukan dikemudian hari.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Berbagai istilah tentang sejarah pemikiran dalam bahasa Barat.Sejarawan amerika dan
Eropa menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk menyebut sejarah pemikiran. American
Historical Association misalnya, yaitu suatu organisasi profesi sejarawan Amerika
menggunakan istilah lain untk sejarah pemikiran, yaitu “sejarah kebudayaan” ( cultural
historical ) atau “sejarah ide-ide sosial” (the sosial ideas).

Para sejarawan Eropa menyebut istilah yang berbeda-beda untuk sejarah pemikiran,
dalam bahasa jerman sejarah pemikiran disebut Ideen-Geschicte atau Geistesgeschichte
(Sejarah Ide-ide), dalam bahasa Belanda disebut Beschavingsgescheiedenis (sejarah
peradaban), dalam bahasa Prancis histoire de la panse, dan di Indonesia sendiri pada
umumnya sejarah pemikiran sebagai salah satu cabang studi sejarah yang relative baru
diperkenalkan diperguruan tinggi yang seringkali juga disebut dengan Sejarah Intelektual
(Intellectual History).

Sejarah telektual adalah benar-benar bagian dari sejarah , bagian dari usaha untuk
memeahami pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau. Sejarawan intelektual lebih
merupakan seorang pemakai dari pada seorang pemakai daripada penghasil metode-metode ,
demikian pula ia tak dapat menuntut suatu bukti khusus jenis apapun sebagai miliknya secara
khusus. Perbedaannya pada aspek masa lalu, setelah menyatakan hal diatas nama sejarawan
intelektual tampaknya tidak menarik kesalahpahaman yang sama-sama tidak dirasakan , dan
istilah sejarah pemikiran digunakan sebagai pengganti . sejarah pemikiran adalah nama yang
pada tahun 1920-an dipilih oleh filsuf amerika untuk menunjuk pada pendekatannya sendiri
yang aneh terhadap kehidupa masa lalu. 1

Walaupun istilah sejarah pemikiran mempunyai penekanan arti yang berbeda-beda


menurut tradisi akademik dimasing-masing Negara, namun para ahli umumnya sepakat

1
Gardiner yuliet. 1996. Sejarah dewasa ini. Jakarta : dapatermen pendidikan dan kebudayan. Hal. 143-150
dalam satu hal, bahwa sejarah pemikiran atau sejarah intelektuan selalu mengacu pada data
sejarah yang berkenaan dengan kegiatan fikiran manusia sebagai salah satu kekuatan sentral
dalam perubahansejarah dari masa kemasa. Ringkasnya sejarah pemikiran seperti yang
dikatakan oleh Barnes(1963) ialah:

“A review of the transformation of ideas, beliefs, and opinions held by intellectual closes
to primitive times to our own”( suatu tinjauan tentang transformasi perubahan gagasan,
kepercayaan, dan pemikiran yang dihasilkan oleh kelas intektual dari amsa lampau sanpai ke
masa sekarang).

Pengertian umum dari sejarah pemikiran ialah sejarah ide-ide atau pemikiran besar yang
berpegaruh pada suatu zaman karena mendorong terjadinya perubahan sejarah umat manusia
dari masa ke masa. Bisa dalam perubahan dalam level budaya(pola pikir atau minset dan
prilaku).

B. Peranan Ide-Ide dalam Sejarah

Ide-ide dan prinsip-prinsip hidup dalam pemikiran manusia memiliki kekuatan mengubah
dan membentuk sejarah baru. Nmaun ide-ide atau gagasan tersebut secara konstan
mengalami perbahan, menimbulkan rintangan dan bahkan sebaliknya dilemahkan dan
diberagus secara paksa oelh cita-cita dan pemikiran baru ang berlawanan dan oleh kegiatan
orang atau pemerintah yang tidak memiliki prinsip-prinsip ideal kecuali hanya sibuk berebut
kekuasaan, keduduakn dan uang. Berikut contoh-contoh kongkrit dlam sejarah pemikiran.

1. Ide-ide popular biasanya menentukan Watakmasyarakat- Populara Ideas Determine the


Characterof Society. Sesungguhnya yang menguasai dunia ialah Ide-ide.

Dalam kuliah terdahulu sdh dikatakan bahwa ide-ide-lah sesungguhnya yang


menguasai dunia. Jika sebagian besar orang tidak memiliki pengertian yang sama, misalnya,
tentang konsep dasar mengenai bagaimanaa menjalani kehidupan yang baik bersama, maka
hidup ini akan hiruk pikuk dengan perselisihan atau penuh ketidakstabilan. Taroklah
sebagian penduduk lebih suka memberikan reaksi “siap perang” untuk mennaggapi sitausi
tertentu, tetapi yang lain enggan berperang, apa yang kan terjadi dalam masyarakat? Contoh
lain, setengah orang-orang penting dan terpelajar memilih untuk bekerja keras untuk hidup
dan karier, tetapi setengah yang lain maunya hidup santai atau cukup dengan bermalas-
malas daripada bekerja. Sebagian mendambakan tegaknya pemerintahan demokratis,
sebagian lain biar negeri diatur oleh penguasa-penguasa absolut. Sebagian besar masyarakat
beradab memandang perbuatan mencuri dan membunuh itu salah, yang lain membiarkan hal
seperti itu sbg hal yang biasa.

Ahli sejarah pemikiran secara khusus menyadari dan memberikan kesaksian betapa
ide-ide atau pemikiran menjadi penggerak sejarah. Halaman-halaman buku penuh dengan
tulisan mereka dengan ide-ide besar dalam sejarah seperti Abad Romantisisme, Abad
Pencerahan, Markantalisme, kapitalisme, nasionalsime, sosialisme dan lain-lain.
Sebenarnya semuanya sejarah bersentuhan dengan wilayah ide-ide daripada sekedar
memperbincangkan peristiwa (kronologis). Ide-ide baru biasanya mengubah jalannya
sejarah.

2. Mengejar Cita-Cita ― The Pursuit of Ideals.


Dalam kehidupan sehari-hari, orang tua mau melakukan segalanya demi mencapai
cita-cita agar anaknya menjadi orang berhasil. Orang Indonesia bersedia mengorbankan
jiwa dan raganya untuk cita-cita perjuangan kemerdekaan. Dalam sejarah Eropa,
Alexander the Great (Iskandar Zulakarnaen yang Agung) dikenal sebagai seorang tokoh
sejarah yang jenius. Karena cita-citanya ingin menyebarkan budaya Yunani ke dunia yang
belum beradab (barbar), maka cira-citanya itu menorong diringa melakukan invasi,
menduduki wilayah kekuasaan yag demikian luas untuk ukuran zamannya. pada abad ke-4
SM. Kalau bukan semua, sebagian diakui tercapai, karena pada kenyataannya pengaruh
Yunani tersebar sampai ke Asia (India). Jadi pada masanya tidak ada kuasa raja dimana
pun yang mencapai wilayah yang demikian luas seperi kuasa Iskandar Zulkarianine, di
zaman Yunani Kuno.

Barangkali karena nama Iskandar Zulkarnaen ini demikian masyhur, sehingga nenek
moyang orang Minangkabau menisbahkan asal usul keturunannya kepada tokoh yang
diidolakan ini. Orang Minang memetik manfaat dari nama besat seorang raja untuk
menimbulkan kebanggaan dan sekaligus untuk menunjukkan kehebatan pada musuh-
musuh mereka.
Demikian juga cita-cita agama Kristen dan terlebih lagi cita-cita untuk menyebarkan
ajaran Islam di muka bumi, maka para penguasa kerajaan Islam dan para ulama tergerak
untuk menyiarkan agama melalui pelabagi cara, dakwah dan jika perlu memerngi umat
non-Islam. Dalam sejarah dunia, paling terkenal Kerajaan Ottoman Turki yang berkuasa di
Timur Tengah, Asia samapai Eropa selama berabad-abad. Cita-cita revolusi Perancis :
liberty, equity dan fraternity, dengan cepat menjalar ke seantero dunia sebagai driving
force (kekuatan pendorong) bagi lahirnya negara-negara modern berdasarkan ideologi
nasionalisme dan gerakan anti-kerajaan (anti monarki). Tidak ada ide yang lebih
berpengaruh dalam abad ke-19/20 selain nasionalisme, sehingga demi ide-ide dan cita-cita
nasionalisme berbagai wilayan negeri jajajahan belahan dunia bersiteru terlibat dalam
kancah peperangan. Paska PD II cita-cita komunisme untuk menghancurkan kapitalisme
menggugah banyak pemimpin negara di Eropa dan Asia, sehingga menyapu bersih rezim
kapitalis, dan mendorong terjadinya perubahan sosial dan ekonomi. Mungkin bisa
dikatakan jiwa zaman abad ke-20 diwarnai oleh ide-ide nasionalisme; nasionalisme
bahkan pernah dianggap agama abad ke-20.

3. Pengaruh Pemikiran Tokoh Sejarah ― The Pursuit of One Man’s Ideals.

Dalam pengertian yang lebih sempit, ide-ide tokoh sejarah terkenal atau orang besar
(the big man) juga memiliki banyak pengikut di mana-mana, dan itu amat berpengaruh
dalam mengubah sejarah manusia, seperti tokoh agama mulai dari Rasul Jesus/ Isa,
Muhammad, sampai ke tokoh politik dan ilmu pengetahun seperti Tito, Hitler, Kamal
Attaturk, Sukarno, Newton, Alfred Mahan, Fredrick J. Tunner dan pemikir-pemikir besar
dunia pada umumnya (lihat buku 100 tokoh yang mengubah dunia karangan Michel Hart).

4. Pentingnya Sikap Mental ― The Importance of Basic Attutides.

Perubahan-perubahan penting dalam sejarah seringkali mustahil terjadi tanpa


didahului oleh perubahan sikap atau alam fikiran yang baru terhadap isu-isu dalam
masyarakat. Konsepsi ttg “welfare state” tdk pernah singgah dlm kepala manusia
manakala tidak ada perubahan cara pandang thd kemiskinan. Begitu juga keraguan thd
keyakinan2 lama, seperti peredaran pandangan bahwa matahari mengelilingi bumi
mendorong lahirnya penemuan Iptek. Sebelum munculnya kapitalisme banyak orang
mengandalkan peran pemerintah sebagai agen utama, tapi kemuian hasilnya dinilai
mengecewakan, sehingga muncul ide alternatif seperti kapitalisme yang menuntut
pengurangan peran pemerintah dan sebaliknya serahkan pada masyarakat (pasar). Lahirnya
perserikan bangsa-bangsa juga karena perubahan sikap terhadap nasionalisme sempit, yang
berakibat atas nama nasionalisme, negara kuat menjejal negara lemah. Lalu muncul
gagasan hukun internasional dan PBB sebagai wujud kelembagaannya.

5. Cita-cita versus Kenyataan ― Ideals versus Ralities; Das Sollen v.s. das Sein.

Mirip dengan butir di atas, kenyataan tak selalu sesuai dengan yang dicita-citakan,
sehingga orang memutar otak mencarikan solusi terbaru. Ide-ide Marxisme lahir dari
kondisi semacam ini. Perlombaan kapitalisme mengumpulkan kekayaan ternyata hanya
menguntungkan orang kaya, kaum pemodal (kapitalis), dan menekan kaum pekerja atau
buruh atau petani. Marxisme hadir membela mereka. Begitu juga konsep ekonomi
Merkantalisme (peran negara/ pemerintah dlm ekonomi) yang semula didukung dan dipuja
jadi bergeser kepada tangan suasta. Sejak itu lahir gagasan kapitalisme, kebebasan pada
pasar yang kemudian mengkuhkan jalan kapitalisme.

6. Gagasan sebagai Mode― Ideas as Fads.

Ada gagasan-gagasan yang beredar hanya sekedar gaya hiup atau “mode” sezaman
lalu hilang, seringkali disebabkan ide itu sekedar gaya dan pemahaman yang dangkal.
Paling umum dalam hal ini adalah ide tentang mode penampilan (pakaian, rambut atau
arsitektur rumah dll). Juga ide-ide hanya sekedar slogan, tetapi dalam kenyataanya tidak
ditemukan. Maka ada zaman di mana orang mengelu-elukan “sifat ketuhanan” (agama)
sebagai pandangan hidup untuk segala-galanya seperti Abad Tengah, tetapi kemudian
karena disalahgunakan, orang meninggakkannya. Llau muncul Proetstan. Bukan agama,
tetapi menurup kaum pembaharu “akal” lebih unggul dari Tuhan Abad Pencerahan. Itulah
terjadi saat ahirnya Renaisans Eropa. Ada zaman di mana semua bicara “moderisasi”
“pembangunan”, serba “Pancasila” dan sekarang “globalisasi”, dll. Tapi itu kemudian toh
dikritik dan perlahan-lahan tapi pasti ditinggakan.

7. Suasana Hati Orang Banyak ― Popular Modd.

Ada zaman di mana toleransi dan tenggang rasa thd orang lain dianggap pantangan
dan memalukan. Mereka yang terlalu memikirkan orang lain itu dosa. Sikap egoistis lebih
menonjol karena minimnya stadar moral universal. Rejim kolonial dan pengusaha tdk
mengenal belas kasihan terhadap kaum pribumi (“inlander”). Kaum penjajah memliki
fasiliats istimewa dan pribuitak boleh ada di ana. Ketika Multatuli (pejabat Belanda yang
legendaris) itu membela pribumi, ia dikucilkan oleh pemerintah dan dipulangkan ke
negerinya. Banyak orang yang sulit menerima kenyataan perbedaan. Itu sering terjadi pada
sikap penguasa gereja thd umatnya dan thd umat non Nasrani. Tiga aliran besar totaliterian
di Eropa seperti: Fasisme Itali, Nazisme Jerman dan Komunisme Rusia, sangat kejam dan
memusuhi semua orang di luar aliran mereka. Di Indonesia ada zaman di mana orang
mengucapkan “assalamu-alaikum” dan berjilbab dihina dan dicemooh. Di zaman reformasi
sekarang mood orang banyak lebih kuat dari kebijakan pemerintah, sehingga sering terjadi
pembangkangan umum terhadap peraturan atau aksi protes karena pelayanan publik dan
sarana umum tidak diperhatikan oleh pemerintah. Karena jalan sudah rusak parah dan
orang sudah muak, maka menanam pohon pisang atau apa saja di tengah jalan becek di di
pinggir kota atau menyegel gedung pemerintah yang mereka anggap kebijakannya tidka
peduli dengan kepentingan publik, seperti jala rusak.

8. Represi terhadap Ide-Ide ― Repression of Ideas.

Banyak debat yang mempertanyakan apakah ide-ide atau pemikiran bisa


dimusnahkan dengan cara kekerasan? Sebagian mungkin bisa secara paksa dan sebagian
sulit dicegah demikian, seperti lebel “teroris misalnya. Kamp konsentrasi komunis di Rusia
dan Cina bisa membungkam para “pembangkang”, tetapi perlawanan di luar kamp tetap
datang meskipun oleh pelarian yang akhirnya bergiat dii luar negeri mereka. Pada abad ke-
16 Katolik diberangus di Skadinavia dan aliran Protestan tak pula pernah diperbolehkan di
Spanyol dan Itali karean menganut sekte berbeda. Begitu juga Ahmadiah di Indonesia.
Namun gagasan, ide pada dasarnya tak pernah betul-betul dapat dibersihkan (sateril) di
kalangan pengikutnya. Mereka yang tertindas karena alasan ide-ide (aliran) selalu ingat
secara turun temurun akan penderitaan nenek moyang mereka. Begitu Yahudi, ya begitu
juga orang Palestina, umat Islam Rohingya di Birma dst.

9. Ide-Ide sekedar Lebel di atas Permukaan ― Ideas as Facade.

Banyak negara atau partai yang menggunakan lebel “demokrasi” atau “demokrat” pda
partai tetatpi ideologi mereka anti-demokrasi. Banyak elit politik yang mengatasnamakan
rakyat, tetapi untuk perjuangan diri dan kelompoknya. Di abad modern sekarang fenomena
ini mirip dengan “iklan”: dihebat-hebatkan dlm “show” tetapi tak pernah ada dlm
kenyataan. Dalam politik lebih banyak “lip service” ketimbang praktek. Dana program
“pengentasan kemiskinan” zaman Orde Baru dan juga sekarang banyak yang dikutil. Jadi
mengutili jatah orang miskin.

10. Menjadi Tawanan Ide-ide ― Men Can Be Prisoned by Ideas.

Sangat ironis jika pemerintah kadang menjadi tawanan cita-citanya sendiri. Di masa
PD I, Sekutu selalu mempropgandakan Jerman sebagai negara agresor yang kejam. Hampir
semua rakyat di negara-negara Sekutu lantas percaya itu, tetapi ide itu tidak selalu benar,
akren negara-negara Sekutu juga siap menjadi agresor terhadap negara lain. Lihat Amerika
dan Sekutunya di Eropa, campur tangan di Timur Tengah, katanya, atas nama demokrasi,
tetapi sebenarnya permainan politik unutk kepentingan mereka. Di masa Presiden Sukarno
terkenal dengan propaganda anti Barat: go to hell with your aids! Persetan dengan
bantauan Anda ! Begitu juga dengan Kuba sampai sekarang. Padahal rakyat sangat
mendambakan menikmati teknologi yang lebih maju dari Barat.

11. Idealisme dalam Pemerintahan

Ada dua ide besar yang saling bersaing dalam mewarnai idealisme pemerintahan.
Pilih jalan kapitalisme atau komunisme dan soisalisme. Siapa yang meragukan bahwa
nasionalisme semasa Nazisme Jerman membenci Yahudi dan mereka merasa ras unggul di
dunia, seperti juga klaim Amerika sebagai “penjaga demokarsi” di dunia dan slogan politik
luar negeri mereka menggunakan motto seperti itu untuk membenarkan intervensi ke
nagara asing yang lemah. Bentuk-bentuk pemerintahan demokratik yang macam apakah
yang taka pernah dijalankan sebuah negara dalam pergantian rejim. Di Indonesia kita
pernah punya ‘demokrasi liberal’, demokrasi terpimpinan”, “demokrasi Pacasila” dan
sekarang dalam era Reformasi Apa? Semua atas nama idealisme, meskipun dalam
kenyaataanya ada pemain utama di depan dan di belakang layar. Ujung-ujungnya
ketidakpuasan dan orang mendampakan ide-ide baru. Sekarang nasionalisme sebagai cita-
cita kian ditinggalkan. Orang tak lagi tergerak untuk menegakkan merah putih pada
HUTRI. Salah satu alasannya ialah adanya kecenderungan terjadinya pergeseran pemujaan
publik dari gagasan heroisme/ patriotirsme ke selebertisme; pergeseran ide dari yang alma,
dulu istilahnya “pelancongan, kini pariwisata/ turisme lebih berwajah bisnis industri,
tempat kaum pemodla mengeruk keuntungan.

12. Penghargaan thd Ide-Ide Lama ― Prestige of Old Ideas, dan/ atau Local Genius
(local Knowledge) .

Perjalanan sejarah modern juga sangat dipengaruhi oleh ide-ide lama atau tokoh
berpengaruh dalam sejarah. Ide –ide yang tadinya dianggap usang dan ditinggalkan, kini
daun dan bergengsi. Persaingan partai konservatif dan buruh dalam politik Inggris
menimbulkan persaiangan terus menerus sepanjang zaman. Kedua didpelihara sbagai
warisan pendahulu, Sekarang banyak orang yang mendambakan kembali ke gaya lama,
baik dalam arsitektur atau dalam kuliner, begitu juga gaya hidup. Konsep-konsep “kearifan
lokal” (local knowledge” kini giat digali dan bahkan menjadi “trend” sekarang sebagai
tandingan ide globalisasi yang ditandai oleh proses Westernisasi. Wavana dan penelitian di
bidang ini juga mulai diminati. Ide-ide tentang pertanian, kesadaran lingkungan, dan
ketahanan pangan, resolusi konflik serta ada banyak konsep keselarasan keharmonisan
menurut tradisi sekarang digali lagi setelah sekian lama dibuang atas nama modernisasi.

13. Ide-Ide Mitos

Jika cukup banyak orang digerakkan oleh ide-ide, sementara ide itu sendiri masih
dipertanyakan kebenarannya, kadang irasional dan tidak masuk akal, tetapi tetap penting
dalam menggerakan sejarah. Itulah itu, yaitu sebuah pendirian yang diterima seku benar
atas dasar kepercayaan atau dipercayai tanpa membuuthkan pengujian. Mitos tentang “Tiga
G” (Gospel, Golden and Glory) pernah menggerakan imperialisme kuno Eropa untuk
mengivasi (melauskan kuasaam) ke belahan dunia lain. Imperialisme modern
memperbaharui mitosnya dengan menyebut invasi Eropa ke Asia dan Afrika sebagai
“Whiteman Borden”, beban orang kulit putih untuk memajukan rakyat jajahan yang
terkebelakang. Orang Minang percaya nenek moyang mereka berasal dari Iskandar
Zulkarnaen. Orde Baru sangat percaya dengan mitos “pembangunan”, seperti halnya mitos
globalisasi yang menghasilkan buah berlawanan. Mitos tentang Napolion sebagai “anak
Revolusi Perancis”, memberi jalan bagi keponakannya untuk berkuasa di Perancis setelah
kejatuhannya.
14. Ide-ide Tandingan ― Rivals Ideas.

Amat sering terjadi ide-ide saling berbenturan. Adakalanya yang satu lebih unggul
dari yang lain; kadang-kadang berkompromi dan tak jarang pula memerkuat yang lain.
Dalam abad ke-20 dikenal “bolk Barat dan Blok Timur (Kapitalisme dan Komunisme).
Sekarang ada perbenturan antara Kapitalisem Barat dan Islam yang dipojokkan ebagai
“teroris”. Namun dalam kelompok internal sendiri juga terjadi persaingan. Di Indoensia
antara NU dan Muhammadiyah. Persaingan ini malah juga menjalar sampai ke kampus-
kampus tertentu.

15. Pengerdilan Cita-Cita ― Dilution of Ideals.

Cita-cita tidak selalu menang. Malah dapat dikucilkan atau dikalahkan oleh kekuatan
ide lain di luarnya. Dalam Perang 30 Tahun di Eropa (1616-1648), titik api itu adalah
sengketa ideologi agama antara Katolik dan Protestan. Namun perang itu penuh dengan
gelimang noda penggarongan dan perampokan. Jadi sangat belawanan dg ide-ide semula.
Perjuangan untuk sebuah cita-cita kemerdekaan Indonesia yang diperingati setiap tahun
kian bergeser dari cita-cita semula. Begitu pula Reformasi 1998 di Indonesia, yang semula
ingin menegakkan reformasi untuk menumbangkan rejim otoriter Suharto. Namun gerakan
itu dinodai oleh perampokan, pemerkosaan dan penjarahan di mana-mana, khususnya di
Jakarta.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Menurut Ankersmit sejarah berfikir dalam arti luas yaitu pertama, sejarah pemikiran
manusia yang dihasilkan oleh tokoh pemikir dalam berbagai bidang tertentu baikfilsof, seniman,
penulis, politisi dan ilmuan dengan mewariskan beragai bidang ilmu dan teori yang praktis. Yang
kedua, telaahan tentang pengaruh berbagai bidang hasil pemikir mereka terdap hidup manusia.
Yang ketiga,telaahan tentang bagaimana penyebaran dan bagaimana pengaruh pemikiran dalam
sejarah berdampak pada kehidupan non-intelaktual yang bersifat kondisional.
DAFTAR PUSTAKA

F.R. Ankersmit. Refleksi Tentang Sejarah, pendapat-Pendapat Modern Tentang Filsafat


Sejarah. 1987. PT Granmedia: Jakarta

Gardiner Yuliet. 1996. Sejarah Dewasa Ini. Jakarta : Dapatermen Pendidikan Dan
Kebudayan.

Bernard Noling, “The Role of Ideas in History”, Chap. 6 dari bukunya Toward A
Better Understanding of History (Notre Dame, Indiana: University of Notre Dame
Press, Cetakan ke-4, 1967). Hand Out Mestika Zed.

Anda mungkin juga menyukai