Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Swt. Karena atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi para
pembaca dalam mata kuliah Sejarah Eropa. Harapan kami, semoga makalah ini dapat
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, karena pengalaman yang
kami miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, hanya kepada Allah kami bersyukur atas
selesainya makalah ini, semoga Allah Swt. Memberikan petunjuk kepada kita semua.

Padang, Januari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemikiran modern lahir dari konteks sosial, politik, religius, ilmu
pengetahuan dan ekonomi zamannya yang ditandai oleh berbagai fenomena
(berakhirnya dominasi Gereja dan aristokrat dalam berbagai bidang, reformasi dan
kontra-reformasi, emansipasi kelas-kelas sosial, pembaruan tatanan politik,
revolusi ilmu pengetahuan.
Masalah kerancuan dalam pengertian istilah modern bisa membawa
implikasi yang sama seperti penggunaan istilah tradisional . Istilah modern
membicarakan identik dengan pengaruh ide-ide Barat yang besar-besaran dan
dikenakan untuk merasionalkan perkembangan sistem kapitalisme dalam semua
aspek kehidupan masyarakat. Dengan banyaknya ide-ide yang muncul maka
perubahan dalam setiap peristiwa atau kejadian selalu mengalami perubahan
disepanjang masa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah :
1. Apa itu sejarah pemikiran?
2. Jelaskan peran ide dalam sejarah !

A. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. untuk mengetahui apa itu sejarah pemikiran;
2. untuk mengetahui peran ide dalam sejarah.

B. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini bermanfaat menambah pengetahuan bagi penulis
maupun pembaca mengenai apa itu Sejarah Pemikiran dan Peran Ide dalam
Sejarah, serta bisa menjadi bahan rujukan dikemudian hari.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ada berbagai istilah tentang sejarah pemikiran dalam bahasa Barat. Sejarawan
Amerika dan Eropa menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk menyebut
sejarah pemikiran. American Historical Association misalnya, yaitu suatu
organisasi profesi sejarawan Amerika menyebutnya “Sejarah kebudayaan”
(cultural historical) atau “Sejarah ide-ide sosial” (the sosial ideas).
Para sejarawan Eropa menyebut istilah yang berbeda-beda untuk sejarah
pemikiran, dalam bahasa jerman sejarah pemikiran disebut Ideen-Geschicte atau
Geistesgeschichte (Sejarah Ide-ide), dalam bahasa Belanda disebut
Beschavingsgescheiedenis (sejarah peradaban), dalam bahasa Prancis histoire de
la panse, dan di Indonesia sendiri pada umumnya sejarah pemikiran sebagai salah
satu cabang studi sejarah yang relative baru diperkenalkan diperguruan tinggi
yang seringkali juga disebut dengan Sejarah Intelektual (Intellectual History).
Sejarah intelektual adalah benar-benar bagian dari sejarah, bagian dari usaha
untuk memahami pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau. Sejarawan
intelektual lebih merupakan seorang pemakai dari pada penghasil metode-metode,
demikian pula ia tak dapat menuntut suatu bukti khusus jenis apapun sebagai
miliknya secara khusus. Perbedaannya pada aspek masa lalu, setelah menyatakan
hal diatas nama sejarawan intelektual tampaknya tidak menarik kesalahpahaman
yang sama-sama tidak dirasakan, dan istilah sejarah pemikiran digunakan sebagai
pengganti. Sejarah pemikiran adalah nama yang pada tahun 1920-an dipilih oleh
filsuf Amerika untuk menunjuk pada pendekatannya sendiri yang aneh terhadap
kehidupa masa lalu. 1
Walaupun istilah sejarah pemikiran mempunyai penekanan arti yang berbeda-
beda menurut tradisi akademik dimasing-masing Negara, namun para ahli
umumnya sepakat dalam satu hal, bahwa sejarah pemikiran atau sejarah
intelektual selalu mengacu pada data sejarah yang berkenaan dengan kegiatan
fikiran manusia sebagai salah satu kekuatan sentral dalam perubahan sejarah dari

1
Gardiner yuliet. 1996. Sejarah dewasa ini. Jakarta : dapatermen pendidikan dan kebudayan. Hal. 143-
150
masa ke masa. Ringkasnya sejarah pemikiran seperti yang dikatakan oleh Barnes
(1963) ialah:
“A review of the transformation of ideas, beliefs, and opinions held by
intellectual closes to primitive times to our own” (suatu tinjauan tentang
transformasi perubahan gagasan, kepercayaan, dan pemikiran yang dihasilkan
oleh kelas intelektual dari masa lampau sampai ke masa sekarang).
Pengertian umum dari sejarah pemikiran ialah sejarah ide-ide atau pemikiran
besar yang berpengaruh pada suatu zaman karena mendorong terjadinya
perubahan sejarah umat manusia dari masa ke masa. Bisa dalam perubahan dalam
level budaya pola pikir atau minset dan prilaku.

B. Peranan Ide-Ide dalam Sejarah


Manusia adalah makhluk hidup historis, karena hanya manusia yang mampu
membuat sejarah. seluruh aktivitas manusia selalu terkait dengan rencana masa
depan ide dan prinsip-prinsip hidup dalam pemikiran manusia yang memiliki
kekuatan mengubah dan membentuk sejarah baru. Menurut Munir (2012) ide-ide
sejarah itu banyak dipengaruhi oleh pemikiran Barat. Seperti ide pemikiran
filsafat tentang kemajuan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.
Sehingga manusia dengan ide tentang kemajuan itu telah mengubah dunia
alamiahnya menjadi lebih nyaman untuk di huni. Kemudian sejarah tentang ide
kemajuan menurut seorang tokoh Robert Nisbet ialah berpusat pada moral atau
kondisi spiritual manusia di bumi, kebebasannya dari kesengsaraan alam dan
masyarakat, dan yang terpenting ketentraman atau ketenangan. Selain ide tentang
kemajuan juga disebutkan ide tentang waktu, ide tentang kebebasan, dan juga ide
tentang masa depan. Ide-ide inilah yang terus mengalir dalam pemikiran para
filsafat.
Selain ide-ide dalam sejarah filsafat ada juga ide-ide atau gagasan dari orang-
orang tertentu yang dapat mengubah dunia atau memiliki pengaruh besar terhadap
kehidupan. Ide tersebut secara konstan mengalami perubahan, menimbulkan
rintangan dan bahkan sebaliknya dilemahkan dan diberagus secara paksa oleh
cita-cita dan pemikiran baru yang berlawanan dan oleh kegiatan orang atau
pemerintah yang tidak memiliki prinsip-prinsip ideal kecuali hanya sibuk berebut
kekuasaan, kedudukan dan uang.

Berikut contoh-contoh kongkrit dalam sejarah pemikiran.

1. Ide-ide popular biasanya menentukan Watak masyarakat - Popular Ideas


Determine the Character of Society.
Sesungguhnya yang menguasai dunia ialah Ide-ide. Dalam kuliah terdahulu
sudah dikatakan bahwa ide-ide lah sesungguhnya yang menguasai dunia. Jika
sebagian besar orang tidak memiliki pengertian yang sama, misalnya, tentang
konsep dasar mengenai bagaimana menjalani kehidupan yang baik bersama,
maka hidup ini akan hiruk pikuk dengan perselisihan atau penuh ketidakstabilan.
Taroklah sebagian penduduk lebih suka memberikan reaksi “siap perang” untuk
menanggapi situasi tertentu, tetapi yang lain enggan berperang, apa yang kan
terjadi dalam masyarakat? Contoh lain, setengah orang-orang penting dan
terpelajar memilih untuk bekerja keras untuk hidup dan karier, tetapi setengah
yang lain maunya hidup santai atau cukup dengan bermalas-malas daripada
bekerja. Sebagian mendambakan tegaknya pemerintahan demokratis, sebagian
lain biar negeri diatur oleh penguasa-penguasa absolut. Sebagian besar
masyarakat beradab memandang perbuatan mencuri dan membunuh itu salah,
yang lain membiarkan hal seperti itu sebagai hal yang biasa.
Ahli sejarah pemikiran secara khusus menyadari dan memberikan kesaksian
betapa ide-ide atau pemikiran menjadi penggerak sejarah. Halaman-halaman
buku penuh dengan tulisan mereka dengan ide-ide besar dalam sejarah seperti
Abad Romantisme, Abad Pencerahan, Markantilisme, kapitalisme, nasionalisme,
sosialisme dan lain-lain. Sebenarnya semuanya sejarah bersentuhan dengan
wilayah ide-ide dari pada sekedar memperbincangkan peristiwa (kronologis).
Ide-ide baru biasanya mengubah jalannya sejarah.
2. Mengejar Cita-Cita ― The Pursuit of Ideals.
Dalam kehidupan sehari-hari, orang tua mau melakukan segalanya demi
mencapai cita-cita agar anaknya menjadi orang berhasil. Orang Indonesia
bersedia mengorbankan jiwa dan raganya untuk cita-cita perjuangan
kemerdekaan. Dalam sejarah Eropa, Alexander the Great (Iskandar
Zulakarnaen yang Agung) dikenal sebagai seorang tokoh sejarah yang jenius.
Karena cita-citanya ingin menyebarkan budaya Yunani ke dunia yang belum
beradab (barbar), maka cita-citanya itu mendorong dirinya melakukan invansi,
menduduki wilayah kekuasaan yang demikian luas untuk ukuran zamannya.
Pada abad ke-4 SM. Kalau bukan semua, sebagian diakui tercapai, karena pada
kenyataannya pengaruh Yunani tersebar sampai ke Asia (India). Jadi pada
masanya tidak ada kuasa raja dimanapun yang mencapai wilayah yang
demikian luas seperi kuasa Iskandar Zulkarnaen, di zaman Yunani Kuno.
Barangkali karena nama Iskandar Zulkarnaen ini demikian masyhur,
sehingga nenek moyang orang Minangkabau menisbahkan asal usul
keturunannya kepada tokoh yang diidolakan ini. Orang Minang memetik
manfaat dari nama besar seorang raja untuk menimbulkan kebanggaan dan
sekaligus untuk menunjukkan kehebatan pada musuh-musuh mereka.
Demikian juga cita-cita agama Kristen dan terlebih lagi cita-cita untuk
menyebarkan ajaran Islam di muka bumi, maka para penguasa kerajaan Islam
dan para ulama tergerak untuk menyiarkan agama melalui berbagai cara,
dakwah dan jika perlu memerangi umat non-Islam. Dalam sejarah dunia, paling
terkenal Kerajaan Ottoman Turki yang berkuasa di Timur Tengah, Asia samapai
Eropa selama berabad-abad. Cita-cita revolusi Perancis : liberty, equity dan
fraternity, dengan cepat menjalar ke seantero dunia sebagai driving force
(kekuatan pendorong) bagi lahirnya negara-negara modern berdasarkan
ideologi nasionalisme dan gerakan anti-kerajaan (anti monarki). Tidak ada ide
yang lebih berpengaruh dalam abad ke-19/20 selain nasionalisme, sehingga
demi ide-ide dan cita-cita nasionalisme berbagai wilayah negeri jajajahan
belahan dunia bersiteru terlibat dalam kancah peperangan. Paska PD II cita-cita
komunisme untuk menghancurkan kapitalisme menggugah banyak pemimpin
negara di Eropa dan Asia, sehingga menyapu bersih rezim kapitalis, dan
mendorong terjadinya perubahan sosial dan ekonomi. Mungkin bisa dikatakan
jiwa zaman abad ke-20 diwarnai oleh ide-ide nasionalisme.
3. Pengaruh Pemikiran Tokoh Sejarah ― The Pursuit of One Man’s Ideals.
Dalam pengertian yang lebih sempit, ide-ide tokoh sejarah terkenal atau
orang besar (the big man) juga memiliki banyak pengikut di mana-mana, dan
itu amat berpengaruh dalam mengubah sejarah manusia, seperti tokoh agama
mulai dari Rasul Jesus/ Isa, Muhammad, sampai ke tokoh politik dan ilmu
pengetahun seperti Hitler, Kemal Attaturk, Sukarno, Newton, Alfred Mahan,
Fredrick J. Tunner dan pemikir-pemikir besar dunia pada umumnya (lihat buku
100 tokoh yang mengubah dunia karangan Michel Hart).
4. Pentingnya Sikap Mental ― The Importance of Basic Attutides.
Perubahan-perubahan penting dalam sejarah seringkali mustahil terjadi
tanpa didahului oleh perubahan sikap atau alam fikiran yang baru terhadap isu-
isu dalam masyarakat. Konsepsi tentang “welfare state” tdk pernah singgah
dalam kepala manusia manakala tidak ada perubahan cara pandang terhadap
kemiskinan. Begitu juga keraguan terhadap keyakinan2 lama, seperti peredaran
pandangan bahwa matahari mengelilingi bumi mendorong lahirnya penemuan
Iptek. Sebelum munculnya kapitalisme banyak orang mengandalkan peran
pemerintah sebagai agen utama, tapi kemudian hasilnya dinilai mengecewakan,
sehingga muncul ide alternatif seperti kapitalisme yang menuntut pengurangan
peran pemerintah dan sebaliknya serahkan pada masyarakat (pasar). Lahirnya
Perserikan Bangsa-Bangsa juga karena perubahan sikap terhadap nasionalisme
sempit, yang berakibat atas nama nasionalisme, negara kuat menjejal negara
lemah. Lalu muncul gagasan hukun internasional dan PBB sebagai wujud
kelembagaannya.

5. Cita-cita versus Kenyataan ― Ideals versus Ralities; Das Sollen v.s. das Sein.
Mirip dengan butir di atas, kenyataan tak selalu sesuai dengan yang dicita-
citakan, sehingga orang memutar otak mencarikan solusi terbaru. Ide-ide
Marxisme lahir dari kondisi semacam ini. Perlombaan kapitalisme
mengumpulkan kekayaan ternyata hanya menguntungkan orang kaya, kaum
pemodal (kapitalis), dan menekan kaum pekerja atau buruh atau petani.
Marxisme hadir membela mereka. Begitu juga konsep ekonomi Merkantilisme
(peran negara/ pemerintah dalam ekonomi) yang semula didukung dan dipuja
jadi bergeser kepada tangan swasta. Sejak itu lahir gagasan kapitalisme,
kebebasan pada pasar yang kemudian mengukuhkan jalan kapitalisme.
6. Gagasan sebagai Mode― Ideas as Fads.
Ada gagasan-gagasan yang beredar hanya sekedar gaya hidup atau “mode”
sezaman lalu hilang, seringkali disebabkan ide itu sekedar gaya dan
pemahaman yang dangkal. Paling umum dalam hal ini adalah ide tentang mode
penampilan (pakaian, rambut atau arsitektur rumah dll). Juga ide-ide hanya
sekedar slogan, tetapi dalam kenyataanya tidak ditemukan. Maka ada zaman di
mana orang mengelu-elukan “sifat ketuhanan” (agama) sebagai pandangan
hidup untuk segala-galanya seperti Abad Tengah, tetapi kemudian karena
disalahgunakan, orang meninggalkannya. Lalu muncul Proetstan. Bukan
agama, tetapi menurut kaum pembaharu “akal” lebih unggul dari Tuhan Abad
Pencerahan. Itulah terjadi saat lahirnya Renaisans Eropa. Ada zaman dimana
semua bicara “modernisasi” “pembangunan”, serba “Pancasila” dan sekarang
“globalisasi”, dll. Tapi itu kemudian dikritik dan perlahan-lahan ditinggalkan.
7. Suasana Hati Orang Banyak ― Popular Mood.
Ada zaman di mana toleransi dan tenggang rasa terhadap orang lain
dianggap pantangan dan memalukan. Mereka yang terlalu memikirkan orang
lain itu dosa. Sikap egoistis lebih menonjol karena minimnya stadar moral
universal. Rezim kolonial dan pengusaha tidak mengenal belas kasihan
terhadap kaum pribumi (“inlander”). Kaum penjajah memliki fasilitas istimewa
dan pribumi tak boleh ada disana. Ketika Multatuli (pejabat Belanda yang
legendaris) itu membela pribumi, ia dikucilkan oleh pemerintah dan
dipulangkan ke negerinya. Banyak orang yang sulit menerima kenyataan
perbedaan. Itu sering terjadi pada sikap penguasa gereja terhadap umatnya dan
terhadap umat non Nasrani. Tiga aliran besar totaliterian di Eropa seperti:
Fasisme Itali, Nazisme Jerman dan Komunisme Rusia, sangat kejam dan
memusuhi semua orang di luar aliran mereka. Di Indonesia ada zaman di mana
orang mengucapkan “assalamu’alaikum” dan berjilbab dihina dan dicemooh. Di
zaman reformasi sekarang mood orang banyak lebih kuat dari kebijakan
pemerintah, sehingga sering terjadi pembangkangan umum terhadap peraturan
atau aksi protes karena pelayanan publik dan sarana umum tidak diperhatikan
oleh pemerintah. Karena jalan sudah rusak parah dan orang sudah muak, maka
menanam pohon pisang atau apa saja di tengah jalan becek di di pinggir kota
atau menyegel gedung pemerintah yang mereka anggap kebijakannya tidak
peduli dengan kepentingan publik, seperti jalan rusak.

8. Represi terhadap Ide-Ide ― Repression of Ideas.


Banyak debat yang mempertanyakan apakah ide-ide atau pemikiran bisa
dimusnahkan dengan cara kekerasan? Sebagian mungkin bisa secara paksa dan
sebagian sulit dicegah demikian, seperti lebel “teroris’’ misalnya. Kamp
konsentrasi komunis di Rusia dan Cina bisa membungkam para
“pembangkang”, tetapi perlawanan di luar kamp tetap datang meskipun oleh
pelarian yang akhirnya bergiat di luar negeri mereka. Pada abad ke-16 Katolik
diberangus di Skandinavia dan aliran Protestan tak pula pernah diperbolehkan
di Spanyol dan Itali karena menganut sekte berbeda. Begitu juga Ahmadiah di
Indonesia. Namun gagasan, ide pada dasarnya tak pernah betul-betul dapat
dibersihkan (steril) di kalangan pengikutnya. Mereka yang tertindas karena
alasan ide-ide (aliran) selalu ingat secara turun temurun akan penderitaan nenek
moyang mereka. Begitu Yahudi, ya begitu juga orang Palestina, umat Islam
Rohingya di Birma dan seterusnya.

9. Ide-Ide sekedar Lebel di atas Permukaan ― Ideas as Facade.


Banyak negara atau partai yang menggunakan lebel “demokrasi” atau
“demokrat” pada partai tetapi ideologi mereka anti-demokrasi. Banyak elit
politik yang mengatasnamakan rakyat, tetapi untuk perjuangan diri dan
kelompoknya. Di abad modern sekarang fenomena ini mirip dengan “iklan”:
dihebat-hebatkan dalam “show” tetapi tak pernah ada dalam kenyataan. Dalam
politik lebih banyak “lip service” ketimbang praktek. Dana program
“pengentasan kemiskinan” zaman Orde Baru dan juga sekarang banyak yang
dikutil. Jadi mengutili jatah orang miskin.

10.Menjadi Tawanan Ide-ide ― Men Can Be Prisoned by Ideas.


Sangat ironis jika pemerintah kadang menjadi tawanan cita-citanya sendiri.
Di masa PD I, Sekutu selalu mempropagandakan Jerman sebagai negara
agresor yang kejam. Hampir semua rakyat di negara-negara Sekutu lantas
percaya itu, tetapi ide itu tidak selalu benar, karena negara-negara Sekutu juga
siap menjadi agresor terhadap negara lain. Lihat Amerika dan Sekutunya di
Eropa, campur tangan di Timur Tengah, katanya, atas nama demokrasi, tetapi
sebenarnya permainan politik unutk kepentingan mereka. Di masa Presiden
Sukarno terkenal dengan propaganda anti Barat: go to hell with your aids!
Persetan dengan bantuan Anda ! Begitu juga dengan Kuba sampai sekarang.
Padahal rakyat sangat mendambakan menikmati teknologi yang lebih maju dari
Barat.
11. Idealisme dalam Pemerintahan
Ada dua ide besar yang saling bersaing dalam mewarnai idealisme
pemerintahan. Pilih jalan kapitalisme atau komunisme dan sosialisme. Siapa
yang meragukan bahwa nasionalisme semasa Nazisme Jerman membenci
Yahudi dan mereka merasa ras unggul di dunia, seperti juga klaim Amerika
sebagai “penjaga demokarsi” di dunia dan slogan politik luar negeri mereka
menggunakan motto seperti itu untuk membenarkan intervensi ke negara asing
yang lemah. Bentuk-bentuk pemerintahan demokratik yang macam apakah
yang tak pernah dijalankan sebuah negara dalam pergantian rejim. Di
Indonesia kita pernah punya demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, demokrasi
Pancasila. Dan sekarang dalam era Reformasi Apa? Semua atas nama
idealisme, meskipun dalam kenyaataanya ada pemain utama di depan dan di
belakang layar. Ujung-ujungnya ketidakpuasan dan orang mendambakan ide-
ide baru. Sekarang nasionalisme sebagai cita-cita kian ditinggalkan. Orang tak
lagi tergerak untuk menegakkan merah putih pada HUTRI. Salah satu alasannya
ialah adanya kecenderungan terjadinya pergeseran pemujaan publik dari
gagasan heroisme/ patriotisme ke selebertisme; pergeseran ide dari yang lama,
dulu istilahnya pelancongan, kini pariwisata/ turisme lebih berwajah bisnis
industri, tempat kaum pemodal mengeruk keuntungan.
12.Penghargaan terhadap Ide-Ide Lama ― Prestige of Old Ideas, dan/ atau
Local Genius (Local Knowledge) .
Perjalanan sejarah modern juga sangat dipengaruhi oleh ide-ide lama atau
tokoh berpengaruh dalam sejarah. Ide –ide yang tadinya dianggap usang dan
ditinggalkan, kini daun dan bergengsi. Persaingan partai konservatif dan buruh
dalam politik Inggris menimbulkan persaingan terus menerus sepanjang zaman.
Kedua dipelihara sEbagai warisan pendahulu, sekarang banyak orang yang
mendambakan kembali ke gaya lama, baik dalam arsitektur atau dalam kuliner,
begitu juga gaya hidup. Konsep-konsep “kearifan lokal” (local knowledge) kini
giat digali dan bahkan menjadi “trend” sekarang sebagai tandingan ide
globalisasi yang ditandai oleh proses Westernisasi. Wavana dan penelitian di
bidang ini juga mulai diminati. Ide-ide tentang pertanian, kesadaran lingkungan,
dan ketahanan pangan, resolusi konflik serta ada banyak konsep keselarasan
keharmonisan menurut tradisi sekarang digali lagi setelah sekian lama dibuang
atas nama modernisasi.

13. Ide-Ide Mitos


Jika cukup banyak orang digerakkan oleh ide-ide, sementara ide itu sendiri
masih dipertanyakan kebenarannya, kadang irrasional dan tidak masuk akal,
tetapi tetap penting dalam menggerakan sejarah. Itulah sebuah pendirian yang
diterima benar atas dasar kepercayaan atau dipercayai tanpa membutuhkan
pengujian. Mitos tentang “Tiga G” (Gospel, Golden and Glory) pernah
menggerakan imperialisme kuno Eropa untuk mengivasi (melauskan kuasaam)
ke belahan dunia lain. Imperialisme modern memperbaharui mitosnya dengan
menyebut invasi Eropa ke Asia dan Afrika sebagai “Whiteman Borden”, beban
orang kulit putih untuk memajukan rakyat jajahan yang terbelakang. Orang
Minang percaya nenek moyang mereka berasal dari Iskandar Zulkarnaen. Orde
Baru sangat percaya dengan mitos pembangunan, seperti halnya mitos
globalisasi yang menghasilkan buah berlawanan. Mitos tentang Napoleon
sebagai anak Revolusi Perancis, memberi jalan bagi keponakannya untuk
berkuasa di Perancis setelah kejatuhannya.
14.Ide-Ide Tandingan ― Rivals Ideas.
Amat sering terjadi ide-ide saling berbenturan. Adakalanya yang satu lebih
unggul dari yang lain, kadang-kadang berkompromi dan tak jarang pula
memerkuat yang lain. Dalam abad ke-20 dikenal Blok Barat dan Blok Timur
(Kapitalisme dan Komunisme). Sekarang ada perbenturan antara Kapitalisme
Barat dan Islam yang dipojokkan sebagai “teroris”. Namun dalam kelompok
internal sendiri juga terjadi persaingan. Di Indonesia antara NU dan
Muhammadiyah. Persaingan ini malah juga menjalar sampai ke kampus-
kampus tertentu.
15.Pengerdilan Cita-Cita ― Dilution of Ideals.
Cita-cita tidak selalu menang. Malah dapat dikucilkan atau dikalahkan oleh
kekuatan ide lain di luarnya. Dalam Perang 30 Tahun di Eropa (1616-1648),
titik api itu adalah sengketa ideologi agama antara Katolik dan Protestan.
Namun perang itu penuh dengan gelimang noda penggarongan dan
perampokan. Jadi sangat belawanan dengan ide-ide semula. Perjuangan untuk
sebuah cita-cita kemerdekaan Indonesia yang diperingati setiap tahun kian
bergeser dari cita-cita semula. Begitu pula Reformasi 1998 di Indonesia, yang
semula ingin menegakkan reformasi untuk menumbangkan rejim otoriter
Suharto. Namun gerakan itu dinodai oleh perampokan, pemerkosaan dan
penjarahan di mana-mana, khususnya di Jakarta.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Menurut Ankersmit sejarah berfikir dalam arti luas yaitu pertama, sejarah
pemikiran manusia yang dihasilkan oleh tokoh pemikir dalam berbagai bidang
tertentu baikfilsof, seniman, penulis, politisi dan ilmuan dengan mewariskan beragai
bidang ilmu dan teori yang praktis. Yang kedua, telaahan tentang pengaruh berbagai
bidang hasil pemikir mereka terdap hidup manusia. Yang ketiga,telaahan tentang
bagaimana penyebaran dan bagaimana pengaruh pemikiran dalam sejarah berdampak
pada kehidupan non-intelaktual yang bersifat kondisional.

DAFTAR PUSTAKA

Bernard Noling, “The Role of Ideas in History”, Chap. 6 dari bukunya Toward
A Better Understanding of History (Notre Dame, Indiana: University of
Notre Dame Press, Cetakan ke-4, 1967).

F.R. Ankersmit. Refleksi Tentang Sejarah, Pendapat-Pendapat Modern Tentang


Filsafat Sejarah. 1987. PT Granmedia: Jakarta
Gardiner Yuliet. 1996. Sejarah Dewasa Ini. Jakarta : Dapatermen Pendidikan Dan
Kebudayan.

Hand Out Mestika Zed.

Munir, Misnal. 2012. Ide-Ide Pokok dalam Filsafat Sejarah. Jurnal Filsafat. Vol. 22
No. 3. Hal. 273-299.

Anda mungkin juga menyukai