KELOMPOK 2:
PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGATAR
Terima kasih kami sampai kepada Ibu Rahmuliani Fithriah S.Pd, M.Hum selaku dosen
mata kuliah Historiografi yang telah menyerahkan kepercayaan kepada kami dalam memberikan
tugas serta membimbing kami dalam mempelajari materi perkuliahan. Tidak lupa pula kami
ucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan. Saya juga menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini berguna bagi pembaca. Terima kasih.
Kelompok 2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada historiografi marxis yang dipengaruhi oleh marxisme yang biasa disebut dengan
historiografi materialisme yang merupakan menunjukkan bahwa dibalik materi ada kesadaran
yang menggerakkan arah sejarah sehingga materialisme sejarah harus difahami sebagai gerak
materi yang menyejarah. Selengkapnya akan kita bahas di bab pembahasan di bawah ini dan
semoga dapat menambahkan wawasan kita terhadap historiografi khusus.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana historiografi Marxis ?
2. Bagaimana historiografi Islam ?
3. Bagaimana historiografi Strukturalis ?
4. Bagaimana historiografi nasionalis ?
BAB II
PEMBAHASAN
Historiografi Khusus
A. Historiografi Marxis
Histriografi ini dipengaruhi oleh marxisme dan sering disebut sebagai
historiografi materialisme. Materialism adalah system pemikiran yang meyakini materi
sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain
materi. System berfikir ini manjadi terkenal dalam bentuk paham meterialisme dialektika
Karl Marx. Pemikiran marx yang dilandaskan pada basis ekonomi dalam menjelaskan
perkembangan sejarah membawa seluruh kemungkinan yang terjadi pada kepastian,
bahwa manusia dapat dipahami hanya dengan sejarah, yaitu bagaimana manusia
membangun kehidupannya sebagai sumber proses sejarah.
Karl Marx memakai tradisi filsafat Hegel ke dalam ranah praktis materialism.
Dunia tidak bisa bergerak jika hanya dipikirkan. Pada kenyataannya perubahan sejarah
manusia terjadi karena tindakan kerja atau aktifitasnya (McLellan, 1971). Aktifitas yang
mendorong gerak perubahan dalam pandangan Marx terpusat pada aktifitas produksi,
yaitu cara-cara manusia menghasilkan sesuatu yang bernilai guna (mode of poduksi).
Dengan melakukan aktifitas kerja, manusia mengalami perkembangan, dan bentuk-
bentuk interaksi serta produksipun sebagai hasil kerja juga mengalami perkembangan
yang lebih kompleks. Marx menganggap penting sejarah untuk menjelaskan
perkembangan manusia dalam formasi sosialnya yang terbentuk akibat kerja. Tahap akhir
dari perkembangan sejarah manusia adalah terciptanya masyarakat komunis, sebelum
mencapai kearah masyarakat ideal yang komunalistik, manusia dihadapkan pada
kenyataan akan tahap-tahap perkembangan sejarah.
Sejarah dalam pengembangan Marx sebagai pengulangan antar generasi yang
menurunkan sesuatu (dana, tenaga-tenaga produktif, dan bahan-bahan) yang
dimanfaatkan generasi keturunannya sebagai warisan leluhur (McLellan, 1971).
Michel Curtis dalam Watloly menjelaskan bahwa materialism sejarah Marx
adalah materialism dalam arti filosofis, bukan materialism praktis yang mengartikan
materi sebagai kebenaran dan tidak bermakna. Materialism sejarah Marx akan
menunjukkan bahwa dibalik materi ada kesadaran yang menggerakkan arah sejarah
sehingga materialisme sejarah harus difahami sebagai gerak materi yang menyejarah.
Materi di sini dalam arti metode pemikiran. Materi memiliki daya transformatif yang
menyejarah. Marx memandang bahwa hanya dalam kerja ekonomi itulah, manusia
mengubah dunia. Materialism historis berpendapat bahwa perilaku manusia ditentukan
oleh kedudukan materi, bukan pada ide karena ide adalah bagian dari materi. Marx
memetakan materialism ke dalam materialism historis dan materialism dialektis.
Materialism historis merupakan pandangan ekonomi terhadap sejarah. Kata historis
ditempatkan Marx dengan maksud untuk menjelaskan berbagai tingkat perkembangan
ekonomi masyarakat yang terjadi sepanjang zaman. Sedangkan materialisme yang
dimaksud Marx dalam mengacu pada pengertian benda sebagai kenyataan yang pokok.
Sedangkan materialisme dialektika merupakan ajaran Marx yang menyangkut hal
ihwal alam semesta secara umum. Menurut Marx, perkembangan sejarah manusia tunduk
pada watak materialistic dialektika, jika teori ini diterapkan pada masyarakat, maka
dalam pemikiran Marx disebut dengan materialism historis. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa yang menentukan struktur masyarakat dan perkembangan dalam
sejarah adalah kelas-kelas social. Kelas-kelas itu bukan suatu kebetulan, melainkan
merupakan upaya manusia untuk memeprbaiki kehidupan dengan mengadakan
pembagian kerja. Prinsip dasar dari teori ini “ bukan kesadaran manusia untuk
menentukan kesadaran manusia”. Lebih lanjut Marx berkeyakinan bahwa untuk
memahami sejarah dan arah perubahan, tidak perlu memerhatikan apa yang dipikirkan
oleh manusia, tetapi bagaimana dia bekerja dan berproduksi. Dengan melihat cara
manusia itu bekerja dan berproduksi, dapat menentukan cara manusia itu berpikir.
B. Historiografi Islam
Historiografi Islam di Indonesia berbeda dengan historiografi Indonesia. Jika
historiografi Islam Indonesia menonjolkan pada unsur-unsur Islam yang ada di Indonesia,
sedangkan historiografi Indonesia tidak memperdalam pada Islam, akan tetapi lebih
bersifat umum. Perkembangan historiografi Islam secara umum, pada masa lalu maupun
sekarang, memiliki hubungan yang erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan Islam
dan sejarah di dalam pendidikan Islam telah memberikan pengaruh yang menentukan
tingkat intelektual penulisan sejarah, sehingga historiografi Islam lebih mudah dipahami.
Dengan menonjolkan pada Islam maka historiografi Islam merupakan perpaduan antara
ilmu sejarah dan agama, dengan adanya perpaduan seperti itu maka Kuntowojoyo
melahirkan sebuah pemikirannya yaitu Ilmu Sosial Profetik (ISP).
Sebelum ada ISP, teologi digunakan umat Islam akan tetapi belum bisa diterima
sepenuhnya di Indonesia, malahan ada pemahaman yang berbeda-beda. Ada yang
meyatakan bahwa teologi merupakan doktrin tentang ketuhanan. Padahal teologi
merupakan usaha pemahaman agama baik secara individual maupun kolektif untuk
menyikapi kenyataan yang empiris menurut perspektif ketuhanan. Dengan adanya
kesalahpahaman seperti itu maka Kuntowijoyo mengganti istilah teologi menjadi ilmu-
ilmu social. Kemudian menjadi ISP tersebut supaya lebih dipahami oleh umat Islam.
Ilmu Sosial Profetik itu digunakan ke dalam historiografi Islam Indonesia, kerena
dalam historiografi tersebut adanya perpaduan antara Islam dan ilmu sejarah. Menurut
Kuntowijoyo untuk mewujudkan ISP tersebut maka umat harus terlibat dalam sejarah
kemanusiaan untuk turut serta melakukan humanisasi (memanusiakan manusia),
liberalisasi (membebaskan manusia dari penindasan), dan transedensi (membawa
manusia beriman kepada Allah). Dalam ISP Kuntowijoyo menginginkan umat Islam
memiliki pegangan dalam menghadapi arus besar sejarah, memahaminya dan ikut serta
mengarahkan jalan sejarah.
Dalam penulisan sejarahpun tentunya terdapat periodesasi waktu untuk
mempermudah mengetahui kapan dimulainya suatu peristiwa atau penulisan sejarah
tersebut. Dengan begitu Muin Umar membagi historiografi Islam di Indonesia menjadi
empat periode yaitu :
1) Historiografi Islam pada periode masuknya agama Islam di Indonesai sampai
abad ke-16 M.
2) Historiografi Islam pada periode perlawanan terhadap kolonialisme terutama pada
masa penetrasi politik Barat yang menimbulkan reaksi di Aceh, Banten, Mataram,
Banjar, Goa dan ditempat-tempat lainnya.
3) Historiografi Islam Periode awal abad ke-20 M
4) Historiografi Islam periode kontemporer
Dalam historiografi Islam di Indonesia terdapat karya-karya klasik yang dapat dijadikan
bahan penting dalam historiografi Islam di Indonesia yaitu hikayat, tambo dan khabar.
C. Historiografi Strukturalis
Historiografi strukturalis, yakni jenis penulisan sejarah yang berisi tentang ekplanasi
sosial yang menekankan pengaruh dari struktur terhadap masyarakat dan segala dialektikanya.
gaya penulisan struktural ini dipelopori oleh kelompok sejarawan les annales. di indonesia
sendiri, gaya penulisan historiografi mengalami sebuah pembaruan saat sartono kartodirjo
menulis sejarah tentang pemberontakan petani Banten 1888. Sartono memberikan sudut pandang
dan multidimensional .
D. Historiografi Nasionalis
Historiografi nasional dimulai saat saat Indonesia telah merdeka dari penjajahan Sejak
saat itu sejarawan menulis sejarah Indonesia. Peristiwa-peristiwa penting yang dialami Indonesia
setelah merdeka juga ditulis seperti proklamasi kemerdekaan Indonesia dan pembentukan
pemerintahan Republik Indonesia. Kejadian sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi
sebab akibat bagi bangsa Indonesia menjadi sorotan utama para penulis sejarah.
Historiografi nasional sama halnya dengan historiografi kolonial tetapi histografi nasional
lebih dominan indonesia sentries. Indonesia sentries merupakan penulisan sejarah yang
mengutamakan atau mempunyai sudut pandang dari Indonesia sendiri. Pada masa kemerdekaan
Indonesia penulisan sejarah telah dilakukan oleh bangsa Indonesia yang mengenal baik akan
keadaan negara ini sehingga isi dari penulisan tersebut dapat dipercaya penulisan sejarah
indonesia sentries memang sudah dimulai jauh pada masa kerajaan-kerajaan tetapi kemudian
ketika bangsa barat masuk ke Indonesia maka penulisan sejarah yang Indonesia sentris mulai
meredup dan digantikan oleh historiografi kolonial
1. Keyakinan nasional, seorang sejarawan dalam menulis sejarah harus memiliki rasa
nasionalisme yang besar, sehingga ada rasa bangga terhadap negara sendiri. Penafsiran
kejadian sejarah harus sesuai dengan peristiwa yang sesungguhnya. Penafsiran pun harus
bersifat netral dan tidak terikat oleh apapun
2. Babakan waktu, menunjukkan perkembangan jiwa kebangsaan yang memuncak dalam
perjuangan mewujudkan cita-cita kehidupan kebangsaan yang bebas, dan makmur.
3. Norma-norma penguji fakta, fakta-fakta yang digunakan dalam menulis sejarah harus
sesuai dengan perkembangan cara sifat ke indonesia dan tidak semata-mata
menambahkan sifat ke daerah and ke daerah an
4. Cara menyusun penafsiran fakta, dalam menyusun menafsirkan fakta, sejarawan harus
memperhatikan objek lebih detail supaya tidak ada penafsiran yang salah.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Histriografi Marxis dipengaruhi oleh marxisme dan sering disebut sebagai
historiografi materialisme. Materialism adalah system pemikiran yang meyakini materi
sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain
materi. System berfikir ini manjadi terkenal dalam bentuk paham meterialisme dialektika
Karl Marx. Pemikiran marx yang dilandaskan pada basis ekonomi dalam menjelaskan
perkembangan sejarah membawa seluruh kemungkinan yang terjadi pada kepastian,
bahwa manusia dapat dipahami hanya dengan sejarah, yaitu bagaimana manusia
membangun kehidupannya sebagai sumber proses sejarah.
Muin Umar membagi historiografi Islam di Indonesia menjadi empat periode
yaitu :Historiografi Islam pada periode masuknya agama Islam di Indonesai sampai abad
ke-16 M, Historiografi Islam pada periode perlawanan terhadap kolonialisme terutama
pada masa penetrasi politik Barat yang menimbulkan reaksi di Aceh, Banten, Mataram,
Banjar, Goa dan ditempat-tempat lainnya, Historiografi Islam Periode awal abad ke-20
M, Historiografi Islam periode kontemporer.
Historiografi strukturalis, yakni jenis penulisan sejarah yang berisi tentang
ekplanasi sosial yang menekankan pengaruh dari struktur terhadap masyarakat dan segala
dialektikanya. gaya penulisan struktural ini dipelopori oleh kelompok sejarawan les
annales. di indonesia sendiri, gaya penulisan historiografi mengalami sebuah pembaruan
saat sartono kartodirjo menulis sejarah tentang pemberontakan petani Banten 1888.
Sartono memberikan sudut pandang dan multidimensional .
Historiografi nasional dimulai saat saat Indonesia telah merdeka dari penjajahan
Sejak saat itu sejarawan menulis sejarah Indonesia. Peristiwa-peristiwa penting yang
dialami Indonesia setelah merdeka juga ditulis seperti proklamasi kemerdekaan Indonesia
dan pembentukan pemerintahan Republik Indonesia. Kejadian sekitar proklamasi
kemerdekaan Indonesia menjadi sebab akibat bagi bangsa Indonesia menjadi sorotan
utama para penulis sejarah.
DAFTAR PUSTAKA