Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH HISTORIOGRAFI UMUM

HISTORIOGRAFI ASIA DAN AFRIKA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Oleh:

Amrina Rasyadah 20407141012

Diva Nuralya 20407141013

Novela Shinta Safitri 20407141027

Muchlis Fauzan Ramadhani 20407141037

ILMU SEJARAH A

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan


Historiografi merupakan salah satu tahapan dalam metode sejarah, yang mana
penulisannya berisi tentang sejarah atau tentang apa yang terjadi di masa lampau
berdasarkan pada rangkaian penelitian yang telah dilakukan pada metode penelitian
tersebut. Historiografi di setiap daerah atau wilayah tentu berbeda karena masing-masing
wilayah memiliki sejarahnya tersendiri. Sejarah yang terjadi di wilayah Amerika tentu
berbeda dengan yang ada di wilayah Asia atau di benua lainnya, meskipun terkadang
memiliki kesamaan dalam tipe peristiwa tapi tentu saja latar tempat, waktu, dan orang-
orang yang terlibat berbeda.
Seperti yang kita tahu atau yang sudah pernah kita pelajari bahwa historiografi di
Eropa merupakan historiografi yang paling terkenal, sebab diyakini bahwa historiografi
pertama kali muncul di wilayah Eropa dan sejarah modern juga dipercaya berasal dari
wilayah Eropa, sehingga sejarah kepenulisan atau historiografi yang paling terkenal atau
paling sering disebut-sebut adalah sejarah historiografi di Eropa.
Karena historiografi Eropa yang paling sering disebut, sehingga pada kesempatan
kali ini kelompok kami akan mencoba untuk membahas mengenai sejarah historiogafi yang
ada di wilayah lain yaitu di Afrika dan juga Asia, sebab di wilayah tersebut juga tak lepas
dari adanya sejarah historiografi. Bagaimana sejarah historiografi yang ada di Afrika dan
juga Asia, apakah memiliki kesamaan dengan historiografi di Eropa atau tidak, kami akan
mencoba membahasnya pada makalah kali ini.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Historiografi Umum.
2. Untuk mengetahui historiografi yang terdapat di Afrika.
3. Untuk mengetahui historiografi yang terdapat di Asia Selatan.
4. Untuk mengetahui historiografi yang terdapat di Asia Tenggara.
5. Untuk mengetahui historiografi yang terdapat di Asia Timur.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana historiografi yang terdapat di Afrika?
2. Bagaimana historiografi yang terdapat di Asia Selatan?
3. Bagaimana historiografi yang terdapat di Asia Tenggara?
4. Bagaimana historiografi yang terdapat di Asia Timur?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Historiografi Afrika

A. Historiografi Tradisional Afrika


Dalam setiap komuniti suatu keluarga hingga negara yang besar, mereka
mempunyai sebuah tradisi yang tetap mengenal asal mulanya. Komuniti tersebut mulai
menyebar, bermigrasi, hingga mengasimilasi tradisi-tradisi yang baru dan diserap oleh para
imigran-imigran. Transformasi tradisi tersebut berpengaruh terhadap suatu penyampaian
tradisi kepada para generasi yang selanjutnya, hal ini juga membuat kesadaran sejarah yang
ada di Afrika ini berkembang. Dalam penyampaian tradisi tersebut, mereka tidak
menggunakan sebuah metode tulis dan kronologi seperti yang ada di Eropa. Mereka
menyebarkan tradisi tersebut menggunakan sebuah praktek-praktek oleh para komuniti
yang ada.
Dalam perkembangannya, historiografi tradisional Afrika ini hampir sama dengan
historiografi eropa sebelum terjadinya revolusi ilmu pengetahuan filsafat yang memecah
menjadi beberapa bagian. Yang terjadi di Afrika ini berbeda seperti yang ada di Eropa,
yang mana dalam pandangan modern penyampaian sejarah ini dilakukan oleh para ahli-
ahli sejarah, namun yang terjadi di Afrika adalah penyampaian tradisi ini dilakukan oleh
para ahli agama, para orang bijaksana seperti umunya, hingga para orang tua. Cara yang
sering digunakan orang-orang Afrika ini adalah penyampaian dari mulut ke mulut. Hal ini
diceritakan oleh para yang lebih tua kepada yang lebih muda melalui cerita-cerita, fabel-
fabel, yang biasanya penyampaian itu dilakukan setelah adanya makan malam dan saat
diadakannya sebuah pesta bulan purnama saat para orang-orang tidak tidur hingga larut
malam.
Penyampaian tradisi ini bisa saja terjadi lebih formal dalam penyampaiannya. Hal
itu terjadi saat adanya sebuah pranata-pranata Pendidikan yang terorganisasi,seperti yang
berhubungan dengan ritual masa dewasa, atau Pendidikan dalam menjadi pendeta atau ahli
agama.
Unsur yang tedapat dalam historiografi tradisional Afrika adalah : (1) Kepercayaan
yang asasi akan adanya kelanjutan hidup. Misalnya: mitos Horus yaitu raja-raja yang sudah
mati, tetap terus mempengaruhi perbuatan dari luapan sungai Nil, (2) Penghormatan pada
nenek moyang. Yaitu setiap komuniti didirikan oleh seorang nenek moyang atau
sekelompok nenek moyang. Nenek moyang telah menetapkan dasar dari hak dan kewajiban
hidup yang berlaku untuk segala zaman.
Ciri-ciri tradisi mengenai asal mula, yaitu: (1) Tidak mengusahakan suatu pejelasan
secara sejarah dalam pandangan masyarakat modern. (2) Mengembangkan perhatian dan
penghormatan terhadap pranata-pranata dan praktek dari komuniti. (3) Memberikan
penjelasan mengenai dunia dan bersifat filsafat, kesusasteraan dan pendidikan. (4)
Kronologi dan penyebab terjadinya sesuatu tidak relevan. (5) Sejarah dan mitos menjadi
satu dan menjadi bagian dari filsafat hidup. (6) Pembuatan dan penyampaian tradisi melalui
ahli-ahli agama, orang-orang tua, dan orang-orang bijaksana.

B. Tradisi Sejarah Ethiopa


Tradisi sejarah Ethiop aini salah satu tradisi sejarah yang sangat berpengaruh dalam
perkembangan sejarah Afrika. Tradisi sejarah Ethiopa ini mengacu terhadap tradi Afrika
yang telah ada dalam dalu dan juga ada yang terinspirasi dari Yudea-Kristen. Abad ke-12
Ethiopia mengembangkan suatu legenda yang menghubungkan dinasti yang berkuasa
dengan tanah suci. Dalam buku raja-raja ditulis tentang pentasbihan seorang raja. Biara
yang ada pada waktu itu, juga mencatat kronologi kejadian, merawat teks dan peraturan
penting yang ada. Menurut orang Berber, hagiografi (biografi orang suci) merupakan suatu
penyataan kesusasteraan yang berisi tentang penghormatan terhadap norma-norma dan
kebaikan terhadap nenek moyang.

2. Historiografi Asia Selatan


Setiap daerah yang ada di muka bumi pasti memiliki historiografinya masing-
masing meskipun di waktu yang berbeda. Misalnya di Eropa terdapat historiografi masa
Yunani, masa abad pertengahan, masa renaissance, dan lain sebagainya, yang mana
historiografi tersebut mencirikan sesuatu yang sedang berkembang atau sedang terjadi pada
masa itu. Begitupun di wilayah Asia, salah satunya yaitu di wilayah Asia Selatan. Seperti
daerah lain, Asia Selatan juga memiliki historiografinya sendiri. Historiografi di Asia
Selatan terbagi menjadi dua jenis yaitu historiografi tradisional dan historiografi modern.
Dalam historiografi tradisional, agama merupakan salah satu unsur penting dalam
terciptanya historiografi atau penulisan sejarah. Agama Veda merupakan agama tertua di
Asia Selatan yang memiliki kitab suci. Agama Veda ini menghasilkan adanya Tarikh-tarikh
dalam bentuk Purana. Pada awal perkembangannya, agama ini hanya ada di India saja,
sehingga Tradisi Purana yang berkembang hanya terbatas di India saja atau tidak dikenal
oleh umum serta isinya terlalu dibesar-besarkan. Selain Tarikh, dalam historiografi Asia
Selatan juga terdapat adanya epik dan epik terbesar yaitu cerita mengenai Mahabharata dan
Ramayana, yang mana kedua epik tersebut dianggap sebagai epik yang paling dekat dengan
sejarah.
Setelah Islam masuk ke Asia Selatan, penulisan sejarah atau historiografi sudah
berkembang lebih baik. Historiografi Islam di Asia Selatan ini memiliki tujuan yaitu
sebagai pendidikan moral, akhlak, dan agama berdasarkan kisah hidup para nabi dan para
pemimpin besar lain dari semua kalangan. Namun cerita yang ditulis dalam historiografi
ini hanya membahas mengenai sesuatu yang berbau Islam, tidak menuliskan sesuatu yang
berkaitan dengan agama lain yang ada di India. Salah satu karya pada masa ini yaitu Tarikh-
i-Feroz-Shahi yang merupakan karya dari Ziauddin Barani pada tahun 1357.
Historiografi modern berkembang di Asia Selatan sekitar abad ke 20, yaitu pada
saat metodologi Barat mulai masuk dan mempengaruhi historiografi di wilayah tersebut.
Namun sebelum metodologi Barat masuk ke Asia Selatan, ilmu pengetahuan dari Barat
juga sudah masuk ke Asia Selatan pada tahun 1784 yaitu dengan adanya Asiatic Society di
Calcutta oleh William James. Diterbitkannya Cambridge History of India pada tahun 1932
disambut baik oleh orang-orang India. Mereka sangat ingin agar karya-karya orang India
yang mendominasi berbagai tulisan mengenai India, mereka tidak suka jika karya tulisan
mengenai India justru banyak ditulis oleh mereka yang berasal dari Barat.
Periode India kuno atau pra-Islam merupakan periode yang menarik sebab para
sejarawan beranggapan bahwa sesuatu yang ada pada periode ini semuanya serba tidak
pasti dan sulit untuk ditelusuri, sebab tidak ada kronologi dan genealogi yang pasti dan
dapat dipercaya. Namun kemudian terdapat penemuan yang mengakibatkan dibukanya
departemen arkeologi pada tahun 1862. Salah satu temuan tersebut yaitu karya dari James
Tod, Annals and Antiquities of Rajasthan (tarikh-tarikh dan kepurbakalaan Rajastan) dan
juga penelitian oleh James Prinsip mengenai epigrafi (ilmu yang mempelajari tentang
tulisan kuno) dan numismatik (ilmu yang mempelajari tentang mata uang kuno) dan
diterbitkan dengan judul Essay on Indian Antiquities (Esai-esai mengenai kepurbakalaan
India).
Historiografi di India berkembang pesat setelah India mencapai kemerdekaannya.
Lembaga-lembaga mengenai arsip sejarah, dinas arkeologi, dan kongres sejarah Asia
semakin aktif dalam menuliskan atau menerbitkan jurnal-jurnal dan majalah mengenai
sejarah India. Selain itu juga diterbitkan seri buku yang berjumlah sebelas jilid oleh
Bharatiya Bharam mengenai sejarah dan kebudayaan bangsa India. Sebagain besar karya
historiografi di Asia Selatan dituliskan dalam bahasa Inggris, namun ada beberapa karya
yang dituliskan dalam bahasa Urdu dan Hindi namun karya-karya tersebut tidak seterkenal
karya-karya dengan bahasa Inggris.

3. Historiografi Asia Tenggara


Hal ini juga berlaku pada negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Penulisan
sejarah di kawasan Asia Tenggara ini disesuaikan dengan perkembangan kebudayaan yang
tengah berlangsung dan historiografinya selalu berhubungan dengan sumber-sumber
kesusastraan. Perbedaan yang ada di tiap negaranya membuat penulisan sejarah di masing-
masing negara Asia Tenggara memiliki isi historiografi yang berbeda pula. Di kawasan
Asia Tenggara, terdapat perbedaan dalam menanggapi sejarah dimana historiografi yang
ditulis nantinya mengembangkan periodisasi yang dimiliki oleh wilayah-wilayah tersebut.
Perkembangan sejarah di Asia Tenggara sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
sejarah di Eropa seperti adanya pengaruh agama (historiografi tradisional) di tiap negara
sehingga dapat dibagi menjadi daerah yang disesuaikan dengan agama. Contohnya agama
Buddha Theravada di Muangthai dan Kamboja, agama Islam di Indonesia, Malaysia dan
Filipina Selatan serta pengaruh agama dan budaya Cina di Vietnam. Sementara itu,
historiografi modern telah lama muncul dan ditulis oleh para sejarawan Eropa yang juga
nantinya para sejarawan Eropa ini mengkaji hal-hal tentang sejarah Asia Tenggara. Jadi
bisa dikatakan, historiografi Asia Tenggara merupakan kumpulan tulisan dari orang Eropa
Barat, Asia dan Amerika, masing-masing dengan latar belakang kebudayaan dan tradisi
ilmunya sendiri.
Perkembangan historiografi Asia Tenggara dapat dibagi menjadi dua yaitu pra-
Perang Dunia II dan pasca Perang Dunia II. Pra-Perang Dunia II, sejarah non-Barat
termasuk sejarah Asia Tenggara hanya dijadikan perpanjangan dari sejarah Barat. Sejarah
Kolonial dihasilkan dalam jumlah yang besar dan bervariasi bahkan sebagiannya
digunakan untuk melayani kebutuhan pejabat kolonial untuk memperoleh kronologi dasar
dari wilayah yang dikuasasi. Mereka sangat menekankan orang Eropa sebagai sentral atau
pusat dan agen perubahan sehingga kedudukan bangsa Timur berada dibawah bangsa
Eropa. Selain itu, sebelum Perang Dunia II, studi sejarah Asia Tenggara dibagi menjadi
dua yakni generasi pertama adalah mereka yang memiliki perhatian besar terhadap suatu
wilayah, ditunjukkan dengan upaya untuk mengumpulkan berbagai sumber arkeologis,
epigrafis dan sastra. Yang kedua adalah perhatian diberikan kepada kegiatan-kegiatan
penyelidikan kaum Kolonial Eropa sejak abad ke-16 untuk menciptakan, secara bertahap,
kerajaan koloni yang mendukung penguasaan mereka atas aspek komersial dan teritorial di
Asia Tenggara.
Ciri-ciri sejarah Asia Tenggara pra-Perang Dunia II yaitu (1) Kecenderungan
umum para sejarawan yang hanya terfokus pada kajian dari wilayah-wilayah tertentu dan
tidak membuat tulisan yang mencakup seluruh wilayah di Asia Tenggara (2)
Kecenderungan para sarjana untuk lihat bahwa sejarah Asia Tenggara itu dibentuk oleh
pengaruh-pengaruh eksternal ke wilayah tersebut daripada sebagai produk dari dinamika
internal, (3) Hampir seluruh historiografi Asia Tenggara ditulis dan merupakan karya para
sarjana diluar Asia Tenggara seperti Eropa, Timur Tengah dan Asia.
Seiring dengan perkembangannya zaman, penulisan sejarah Asia Tenggara
terutama menginjak tahun 1942-1945. Pada saat itu, Jepang menduduki beberapa wilayah
Asia Tenggara dan juga munculnya Perang Dunia II. Pasca Perang Dunia II ini para
sejarawan Asia Tenggara hadir dalam perspektif yang berbeda dari masa lalu, memiliki
harapan yang berbeda, keasyikan yang berbeda, pertanyaan serta jawaban yang berbeda
pula dan hadir dalam jumlah yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Historiografi sejarah
Asia Tenggara yang ditulis oleh para sejarawan merupakan bidang kajian yang relatif baru
jika dibandingkan dengan kajian sejarah Asia Selatan dan sejarah Asia Timur. Karya
pertama tentang sejarah Asia Tenggara, sebagai suatu kajian yang bisa dikatakan lengkap
mencakup periode dari masa prasejarah sampai kontemporer, baru muncul pada 1955
melalui buku D.G.E. Hall (1891-1979) A History of South-East Asia. Hall adalah pengajar
di SOAS (School of Oriental and African Studies) dan merupakan profesor pertama dalam
bidang kajian sejarah Asia Tenggara .
Pada tahun 1960-an hingga 1970-an sejarah sebagai disiplin ilmu dipengaruhi oleh
sejumlah ilmu-ilmu sosial. Munculnya pendekatan ilmu sosial ini juga berpengaruh pada
historiografi Asia Tenggara. Hal ini terjadi karena bukan karena tren yang dibawa oleh
sebuah kelompok yaitu Annales melainkan karena adanya negara-negara baru di kawasan
Asia Tenggara sehingga diperlukan pendekatan baru sebagai bagian dari penciptaan
identitas mereka. Selain itu, adanya pendekatan ilmu sosial ini lebih menonjol dan dekat
kepada pendekatan sosiologis seperti dalam studi Sartono Kartodirdjo tentang gerakan
perlawanan pedesaan yang menjadi upaya awal untuk menerapkan teori sosiologis ke
sumber-sumber sejarah.
Generasi dasawarsa 1960-an hingga awal 1980-an melihat perluasan penulisan
sejarah Asia Tenggara namun beberapa aspek kajian belum dikembangkan dengan cukup
baik. Maka dari itu, diperlukan sejarawan yang mampu untuk menyatukan semuanya dan
meletakkan fondasi serta menunjukkan jalan bagi penelitian sejarah Asia Tenggara
mendatang. Sejarawan pada masa itu yakni Anthony Reid dengan dua jilid bukunya
Southeast Asia in the Age of Commerce yang terbit pada tahun 1988, Nicholas Tarling
dengan bukunya The Cambridge History of Southeast Asia dan Victoe Lieberman dengan
dua jilid bukunya yang berjudul Strange Parallels : Southeast Asia in Global Context, c.
800-1830.

4. Historiografi Asia Timur

Sejarah historiografi yang terdapat di Asia Timur begitu panjang, seiring dengan
perjalanan waktu yang dilaluinya, dalam hal ini historiografi negara Cina dan Jepang. Dari
dua negara ini sama-sama memiliki prestasi dalam mengukir sejarah. Dalam membahas
historiografi Asia Timur, akan dibagi menjadi dua jenis, Historiografi Jepang dan
Historiografi Cina.

1. Historiografi Jepang
Jepang merupakan salah satu Negara yang berada di Asia Timur yang memiliki
perjalanan peradaban yang panjang. Sebagaimana Negara yang diberbagai belahan dunia
lainnya, Jepang juga memiliki sejarah panjang, dan hal ini tentunya tidak bisa lepas dari
yang namanya Historiografi. Di Negara Jepang tidak memiliki arsip nasional pusat,
sehingga institut Historiografi dan Universitas Tokyo yang melayani sebagai gantinya.
Sejarah juga merupakan salah salah satu bidang akademis yang populer di jepang sekarang.
Dalam perkembangan historiografi di jepang mendapat pengaruh dari berbagai teori
sejarah, seperti pengaruh teori Budhisme.
Ciri khusus historiografi Jepang ialah berkembang lebih menjurus untuk
menghasilkan sejarah domestik dari pada membentuk sistem-sistem tafsiran yang penting.
Tidak ada satu pun sejarah nasional di luar dunia Barat, yang menunjukkan bentuk-bentuk
tafsiran yang demikian rumit dan aneka ragam seperti sejarah nasional Jepang. Adapun
kejadian-kejadian dalam sejarah Jepang kini telah memperoleh kedudukan yang utama
dalam rangka dasar historiografi dunia, oleh karena sejarah Jepang telah disajikan dalam
bentuk yang mengesankan oleh bangsa Jepang. Satiap segi dari sejarah Jepang dikerjakan
oleh ahli arsip yang profesional, ahli monograf yang terpelajar, dan ahli pengolahan secara
penafsiran yang memperhatikan perkembangan modern dari filsafat dan metodologi
sejarah.Historiografi Tradisional Jepang dapat dikategorikan menjadi tiga, historiografi itu
antara lain adalah:
a. Zaman Pertengahan
Menjelang abad ke-12 karya-karya sejarah Jepang banyak dipengaruhi oleh konsep-
konsep karma dan keselamatan dari Budhis. Sejarah kepahlawanan yang paling terkenal
adalah mengenai perang antara Minomoto dan Taira (Heike Monogatori), ditulis dan
dibacakan terutama untuk pesan pendidikan. Penulisan sejarah pada umumnya dilakukan
oleh para pendeta yang percaya pada uraian-uraian Budhis mengenai naik turunya
peruntungan bagi keluarga dan perorangan. Tahun 1222-1282 Nichiren mengemukakan
bahwa Jepang adalah negara yang dikodratkan untuk menyempurnakan kepercayaan
Budhis. Gukhanso (bunga rampai dari pandangan-pandangan yang kurang mengerti) oleh
pendeta Fujiwara Jien (1155-1225) yang menganjurkan konsep kepemimpinan konfusius
untuk perilaku nasehat kaisar.
b. Zaman Tokugawa
Masa Tokugawa (1600-1868) terjadi masa kebesaran penulisan sejarah Jepang
sebelum zaman modern. Muncul perhatian baru mengenai studi kojiki yang memusatkan
perhatian kembali pada kekaisaran. Hal ini menimbulkan unsur kebangsaan yang hidup
terus dalam masyarakat Jepang. Daftar kumpulan sejarah yang terpenting adalah Tokugawa
Jikki (Sejarah yang benar mengenai keluarga Tokugawa) yang dibuat tahun 1809 dan 1849
Honcho Tsugan (Cermin besar mengenai Jepang) yang selesai dibuat pada 1670 oleh
keluarga Hayosi yang dibuat untuk meligitimasi kekuasaan Tokugawa. Dai Nihon Shi
(Sejarah Jepang) disusun dibawah lindungan cabang Mito dari keluarga Tokugawa.
Hokuseki (1657-1725) yang menulis tentang Dokushi Yoron (Komentar Sejarah
Jepang)yang berisi tentang sistem periodisasi yang didasarkan atas perubahan-perubahan
kekuasaan politik Koshi tsu (survei sejarah kuno).
c. Zaman Meiji
Masa ini adalah masa peralihan dari historiografi tradisional ke historiografi
modern. Karya yang penting pada masa ini adalah Koji-ruien (ensiklopedia hal-hal kuno)
yang disusun oleh Kementerian Urusan Kuil-kuil (1879-1913). Terjadi dua arus
historiografi pada masa ini, yakni: resmi (mencoba mempertahankan nasionalisme Jepang)
dan Swasta yang lebih bersifat internasional yang banyak mengambil konsep-konsep Barat
(Bummei ron no gairyaku dan Nihon kaika Shosi). Ludwig Reiss (1861-1928) dari Jerman
yang diundang ke Tokyo untuk mendirikan jurusan sejarah di Universitas tokyo. Tahun
1895 Universitas Tokyo menyusun Dai Nippon Shiryo (Bahan-bahan Sejarah Jepang).
Memasuki zaman permulaan historiografi modern ditandai oleh hasil yang nyata menurut
empat garis besar sebagai berikut:
1. Kesempurnaan dari suatu metodologi sejarah modern.
2. Penulisan studi-studi monografi secara khusus mengenai pranata-pranata dan
aspek-aspek yang khas dari peradaban Jepang.
3. Persiapan survei-survei sejarah secara umum.
4. Penerbitan buku-buku referensi dan bahan-bahan sumber.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Historiografi di dunia tentunya berbeda-beda karena setiap negara memiliki latar


belakang sejarah masing-masing dan juga penulisan sejarahnya yang telah berlangsung cukup
lama. Selain itu, penulisan sejarah setiap negara mempunyai ciri-ciri dan karakteristik
tersendiri sehingga sulit untuk menyamakan historiografi antara negara yang satu dengan yang
lainnya, karena seperti yang kita ketahui negara-negara di dunia ini tidak serentak muncul
bersama melainkan melalui sebuah proses yang bisa dibilang cukup panjang. Historiografi
yang dibuat juga didasarkan pada perkembangan kebudayaan di setiap negara. Historiografi
Asia-Afrika memfokuskan perhatiannya pada sejarah dan kebudayaan di Asia serta Afrika
yang dimana penulisan sejarah atau historiografinya disesuaikan dengan negara-negara
didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. dan Surjomihardjo, A. (1985). Ilmu Sejarah Dan Historiografi Arah Dan
Perspektif. Jakarta: PT Gramedia.

Arthur W. Wrght, Historiografi Cina,dalam Taufik Abdullah dan Abdurrachman


Surjomihardjo (ed). Ilmu Sejarah dan Historiografi. 1985. Jakarta: P.T Gramedia

D. K. Kolit. 1972. Sedjarah Afrika. Kupang: Nusa Indah.

Leo Agung, Sejarah Asia Timur 1. 2012. Yogyakarta: Ombak

Prakoso, S. (2018). “Perubahan Tema dan Perspektif dalam Historiografi Asia Tenggara,
1995-2010”. Dalam Jurnal Pendidikan Sejarah, Volume 7, No. 2.

Steven Grosby. (2011). Sejarah Nasionalisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Taufik Abdullah, dkk. (1985). Ilmu Sejarah Dan Historiografi: Arah Dan Perspektif. Jakarta:
Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai