Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HISTORIOGRAFI UMUM
“ HISTORIOGRAFI AFRIKA “

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Abdurrahman, S.Pd., M.A

OLEH:
KELOMPOK 3

1) Aidil Fitra Pratama I1A119016


2) Bella Wahyuni 11A119033
3) Fiqhi Pamuji I1A119038
4) Selamat I1A119026
5) Tasya Rahmadhani I1A119012

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya telah
memberikan kami kemudahan sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai tepat
waktu, sebagai tugas dari mata kuliah Historiografi Indonesia dengan judul “Historiografi
Afrika”. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang di
berikan oleh Dosen pengampu Bapak Abdurrahman, S.Pd., M.A. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami meminta pembaca untuk memberikan saran serta kritik agar makalah ini
menjadi lebih baik.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 24 April 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………….......................................……..2


DAFTAR ISI …………………………………………………...........................……............ 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………...…………..................................4
1.1 Latar Belakang ………………………………………………...................................4
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………......................................5
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………….................................5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………..........................................6
2.1 Tradisi Penulisan Sejarah Masa Afrika Kuno.............................................................6
2.2 Tradisi Penulisan Sejarah Masa Afrika Modern ........................................................7
2.3 Sejarawan Penulis Historiografi Afrika......................................................................9
BAB III PENUTUP …………………………………………………...................................11
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………..............................11
3.2 Saran …………………………………………………………................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Mempelajari historigrafi pada hakekatnya memahami sejarahnya penulisan sejarah
sebab didalamnya terdapat perkembangan penulisan sejarah, pengaruh persamaan lingkungan
kebudayaan pada setiap penulisan sejarah serta penggunaan teori dan metodologi sejarah
dalam mengungkap dan menyajikan materi penulisan sejarah. Historigrafi merupakan
representasi dan kesadaran sejarawan dalam zamannya dan lingkungan kebudayaan setempat
dimana sejarawan itu hidup. Sejarah dalam arti objektif adalah kejadian sejarah yang
sebenarnya maksudnya hanya sekali terjadi dan bersifat unik.
Negara-negara Afrika telah bangkit dari status jajahan menjadi negara-negara
merdeka yang tampil bersama sebagai kekuatan baru dalam percaturan politik dunia.
Meskipun demikian, pergolakan terus saja berlangsung. Afrika khususnya menjadi medan
perebutan pengaruh antara Blok barat dan blok timur, yang masing-masing berusaha untuk
memperbaiki kedudukannya sambil membendung atau mengurangi pengaruh lawan. Suatu
peralihan yang mudah menuju suatu masyarakat post-kolonial yang merdeka, mantap, dan
mampu untuk berkembang secara swadaya tidaklah mungkin bagi negara-negara baru di
Afrika. Mengingat adanya masalah-masalah struktur dan kebudayaan yang diwarisi dari masa
lampau, baik prakolonial maupun kolonial, yang mengherankan ialah perdamaian relatif yang
berlangsung sejak proses menuju terbentuknya negara modern mulai menanjak pada
pertengahan 1950. Peperangan dan tembak-menembak memang terjadi sejak itu, tetapi
hampir seluruhnya tidaklah berarti jika dibandingkan dengan peprangan kemerdekaan yang
berkobar di Madagaskar, Aljazair, Kenya, dan lain-lain negara.
Historiografi bermula dari pertanyaan dan berkembang dari peningkatan kematangan
pertanyaan historis yang diajukan. Tetapi, inipun belum mencakup semua aspek
permasalahan. Dari penghayatan kultural inilah sesungguhnya merekonstruksi aspek-aspek
tertentu dari kelampauan ternyata adalah gagasan yang relatif baru dalam sejarah
historiografi. Penulisan sejarah pada mulanya lebih merupakan ekspresi kultural daripada
usaha untuk merekam hari lampau. Dalam konteks ini maka makna dan fungsi sejarah lebih
berarti daripada peristiwa-peristiwa yang diungkapkan dengan hari lampau itu. Bukan
kebenaran historis yang menjadi tujuan utama, tetapi pedoman dan peneguhan nilai yang
perlu didapatkan. Karena itu, dalam historiografi tradisional terjalinlah dengan erat unsur-
unsur sastra, sebagai karya imajinatif, dan mitologi, sebagai pandangan hidup yang
dikisahkan, serta sejarah sebagai uraian peristiwa pada masa lalu.
Pada perkembangannya, penulisan historis mengenai sejarah perkembangan Afrika
terus mengalami perkembangan. Baik dari aspek metodologis ataupun isi dari sejarahnya
sendiri. Historiografi Afrika mendapat pengaruh dari berbagai negara. Penulisan sejarah
Afrika juga banyak terpengaruh oleh hal-hal yang berbau mistik dan animisme serta
dinamisme. Kepercayaan terhadap kelangsungan hidup, suatu kehidupan sesudah mati, suatu
persamaan antara yang hidup, yang mati, dan generasi-generasi yang belum lagi dilahirkan
adalah asasi untuk semua kehidupan sosial, agama, dan politik Afrika. Jadi, walaupun
penulisan yang serius mengenai sejarah Afrika baru saja dimulai, suatu rasa tentang sejarah
dan tradisi telah selalu merupakan suatu bagian dari cara hidup orang Afrika

1.2 Rumusan Masalah


1. Tradisi Penulisan Sejarah Masa Afrika Kuno
2. Tradisi Penulisan Sejarah Masa Afrika Modern
3. Sejarawan Penulis Historiografi Afrika

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Tradisi Penulisan Sejarah Masa Afrika Kuno
2. Untuk Mengetahui Tradisi Penulisan Sejarah Masa Afrika Modern
3. Untuk Mengetahui Sejarawan Penulis Historiografi Afrika
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tradisi Penulisan Sejarah Masa Afrika Kuno


A. Tradisi Mengenai Asal Mula
Setiap komuniti-komuniti baik besar maupun kecil, mempunyai tradisi yang tetap
mengenai asal mulanya. Komuniti yang mungkin bermigrasi, terpecah-pecah, mengasimilasi,
ataupun ditaklukkan bangsa lain dan diserap oleh imigran-imigran yang baru. Dalam kondisi
seperti trsebut tradisi akan selalu mengalami pengkristalan kembali, hal ini bertujuan guna,
mengakomodasi kondisi yang berubah, tradisi baru mengenai asal mula di formulasikan oleh
generasi komuniti yang baru. Tradisi mngenai asal mula komuniti ini sendiri mempunyai
beberapa ciri khusus, dari ciri khusus inilah yang nanti dapat memperlihatkan bagaimana
tradisi dalam historiografi Afrika.
Ciri-ciri nya sebagai berikut:
1. Pertama,tradisi asal mula ini tidaklah mengusahakan suatu penjelasan secara sejarah
dalam pandangan modern.
2. Kedua, mereka mengembangkan pengertian dan penghormatan terhadap pranata-
pranata dan praktek-praktek dari komuniti.
3. Ketiga, mereka memberikan penjelasan mengenai dunia sebagaimana dilihat oleh
komuniti, penjelasan yang diberikan disini, tidaklah terlalu historis tetapi lebih banyak
bersifat filsafat, kesusastraan, dan pendidikan.
4. Keempat, penejelasan-penjelasan yang diberikan tidak terlalu relevan.
5. Kelima, samapai kepada batas-batas tertentu sejarah dan mitos menjadi satu dan
merupakan bagian dari filsafat hidup.
6. Keenam pembuatan dan penyampaian tradisi bukanlah pekerjaan ahli-ahli sejarah
sebagaimana menurut pandangan modern, melainkan pekerjaan para pendeta, ahli-ahli
agama, orang-orang tua, dan orang bijaksana pada umumnya.
Pembuatan dan penyampaian tradisi adalah berlainan dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Hal itu tergantung pada luas, sifat alamiah, kepercayaan, dan sumber-sumber penghasilan
dari suatu komuniti tertentu. Dalam masyarakat-masyarakat yang terdiri atas berbagai
segmen-segmen dimana peranan-peranan seringkali tidak dibeda-bedakan, adalah suatu
bagian dari fungsi-fungsi kepala klien untuk memegang peranan politik dan agama yang
khusus. Tetapi dalam negara-negara yang terorganisasi, khususnya negara-negara dengan
monarkhi yang terpusat, misal: Benin, Ashanti, atau Dahomey, dimana implikasi-implikasi
politik dan legal dari tradisi merupakan hal-hal yang penting sehari-hari, pembuatan dan
penyampaian tradisi menjadi suatu spesialisasi yang terkontrol dan penuh aturan.

B. Penyampaian Dari Mulut ke Mulut


Penyampaian tradisi biasanya adalah melalui cerita-cerita, fabel-fabel, dan
peribahasa-peribahasa yang diceritakan oleh orang-orang yang lebih tua kepada mereka yang
lebih muda sebagai bagian dari pendidikan umum. Di dalam kesempatan bercerita itu,
sesudah makan malam di dalam kelompok-kelompok keluarga atau selama pesta-pesta bulan
purnama ketika orang-orang tidak tidur hingga larut malam. Tradisi-tradisi menceritakan asal
mula adanya hubungan dari seluruh komuniti atau dari keluarga klien tertentu. Kejadian-
kejadian yang lebih akhir, yang telah muncul di dalam sejarah dapat diingat, khususnya hal-
hal yang terjadi dua atau tiga generasi yang terdahulu juga diceritakan.
Tradisi-tradisi disampaikan secara lebih formal bila ada pranata-pranata pendidikan
yang terorganisasi, umpamanya yang berhubungan dengan ritual masa dewasa, inisiasi ke
dalam tingkat-tingkat umur dan kelompok-kelompok rahasia, atau selama latihan atau
pendidikan untuk menjadi pendeta atau ahli agama. Rite-rite inisiasi untuk seorang calon raja
yang terpilih menduduki tahta kerajaan adalah amat menarik perhatian. Sebagai penerus dan
wakil para nenek moyang, raja menjadi penjaga dari tradisi-tradisi komuniti. Salah satu dari
fungsi-fungsi terpenting dari rite-rite mendahului pentahbisannya sebagai raja adalah
menginisiasinya ke dalam rahasia-rahasia para nenek moyang dan kepercayaan tradisional
rakyatnya. Raja yang baru seringkali mengumumkan gelarnya sendiri, hali ini dimaksud
untuk mrnandai harapan-harapan dari masa pemerintahannya. Proses penyampaian dari mulut
ke mulut tersebut meliputi:

1. Genealogi-genealogi
2. Kejadian-kejadian simbolik dari masa lampau yang didramatisasikan ke hadapan
umum
3. Gelar-gelar
4. Nyanyian-nyanyian untuk pemujaan.
Proses penyampaian tradisi tidak terlepas dari pembentukan tradisi. Tradisi dibuat oleh
mereka yang menyampaikan tradisi, misalnya orang-orang yang lebih tua di desa dan di
klien. Orang-orang tersebut kadang ditunjuk dari anggota-anggota suatu keluarga yang
dianggap mampu melakukan. Cara penyampaian tradisi:

1. Cara secara umum melalui cerita, fable, dan peribahasa yang diceritakan secara turun-
temurun.
2. Dalam acara yang formal seperti ritual masa dewasa, latihan menjadi pendeta atau
ritual menjadi calon raja.

C. Unsur Historiografi Tradisional Afrika

1. Kepercayaan yang asasi akan adanya kelanjutan hidup. Misalnya: mitos Horus yaitu
raja-raja yang sudah mati, tetap terus mempengaruhi perbuatan dari luapan sungai Nil.
2. Penghormatan pada nenek moyang. Yaitu setiap komuniti didirikan oleh seorang
nenek moyang atau sekelompok nenek moyang. Nenek moyang telah menetapkan
dasar dari hak dan kewajiban hidup yang berlaku untuk segala zaman.

2.2 Tradisi Penulisan Sejarah Masa Afrika Modern


Kemodrenisasian Historigrafi di Afrika disebabkan oleh beberapa pengaruh
diantaranya yaitu pengaruh Ethiopia, pengaruh Islam dan juga pengaruh Eropa.
A. Pengaruh Ethiopia
Tentu saja telah ada tradisi-tradisi sejarah di Afrika yang pengaruhnya terhadap
historiografi Afrika sukar untuk dinilai pada tingkat pengetahuan kita dewasa ini. Salah satu
contoh yang penting adalah tradisi sejarah Ethiopia, yang sebagian bersifat Afrika dan yang
sebagian lagi berinspirasikan Yudea-Kristen. Keunggulan dari dinasti Solomon, kesatuan dari
geraja dan negara, dan integritas dari geraja yang monophysite adalah kekuatan-kekuatan
sejarah yang dinamis. Sebagaimana halnya di bagian-bagian lain dari Afrika, pada abad ke-
12, Ethiopia mengembangkan suatu legenda yang menghubungkan dinasti yang berkuasa
dengan Tanah Suci. Tetapi itu adalah tradisi tertulis, tercakup dalam Buku Raja-Raja yang
menjadi acara yang utama, dipertunjukkan dalam rite-rite pentahbisan raja. Biara-biara
mencatat annals atau catatan-catatan secara kronologi tentang kejadian-kejadian yang telah
terjadi pada tahun-tahun yang lalu dari setiap masa kekuasaan dan merawat teks-teks dan
peraturan-peraturan yang penting. Walaupun demikian, perhatian yang utama dai kehidupan
intelektual Ethiopiaadalah hal-hal yang berhubungan dengan teologi, dan bukan sejarah.
Yang lebih berhubungan dengan historiografi Afrika adalah tradisi-tradisi dari orang
Berber. Seperti halnya dengan orang-orang Afrika lainnya, orang Berber amat sadar akan
adanya hubungan yang berlangsung terus dengan masa lampau. Dalam rekasi mereka
terhadap agama Kristen dari Rum dan Islam dari tanah Arab, mereka memanifestasikan suatu
sikap mistik yang berbeda dan dikombinasikan dengan penghormatan-penghormatan kepada
para nenek moyang. Mungkin dapat dikatakan bahwa sikap ini menghasilkan hagiografi atau
biografi dari orang-orang suci dan bukannya sejarah yang bersifat kritis, tetapi Hagiografi itu
sendiri adalah suatu metode untuk menyucikan dan mengabadikan kebaikan-kebaikan sosial
agama dari rakyat. Dari satu segi, hagiografi adalah pernyataan kesusastraan yang berisikan
penghormatan terhadap norma-norma dan kebaikan-kebaikan dari para nenek moyang, sama
dengan tradisi-tradisi yang terdapat di bagian-bagian Afrika lainnya.

B. Pengaruh Islam
Pengaruh Islam tidak hanya penting di Afrika Utara tetapi juga di Afrika Timur,
seluruh daerah Sudan, dan bahkan di beberapa daerah-daerah hutan rimba belantara. Sebagai
tambahan kepada genealogi spiritual atau roh dan genealogi yang nyata, penulis-penulis
Islam menghasilkan sejumlah tarikh dan kronika, khususnya antara abad-abad ke-11 dan ke-
17. Kesemuanya ini meliputi catatan-catatan bedasarkan pengamatan, tradisi lisan, dan bukti-
bukti dari catatan-catatan lebih awal yang dibuat oleh ahli-ahli ilmu bumi, pengembara, dan
pedagang. Penulis-penulis Islam khusunya tertarik kepada penyebaran dan pengaruh Islam,
serta kepada kehidupan keagamaan dan ekonomi dari pusat-pusat utama agama Islam.
Faktor-faktor ini berdiri sendiri di luar tradisi-tradisi dan kehidupan Afrika secara
menyeluruh dan telah diberikan penekanan yang berlebih-lebihan. Di pusat-pusat agama
Islam yang penting seperti Timbuktu, Gao, Djenne, Kano, Katsina, dan Bornu di Afrika Barat
dan Tengah, atau Kilwa, Malindi, dan Mombasa di Afrika Timur, tradisi-tradisi rakyat dibuat
tertulis, pada umumnya dalam bahasa Arab tetapi kadang-kadang juga di dalam tulisan Arab
dengan bahasa lokal. Catatan-catatannya berpusat pada kepribadian tokoh-tokoh komuniti
Islam dan bukannya pada negara-negara atau klen-klen yang tradisional.

C. Pengaruh Eropa
Pada abad ke-19, ketika pengaruh Eropa masuk ke Afrika, pengaruh itu tidaklah
dibangun di atas tradisi-tradisi sejarah yang ada, tetapi menantang dan menggantikan tempat
tradisi-tradisi sejarah tersebut. Pandangan Eropa tentang sejarah yang bersifat dokumenter
membantu propaganda penguasa-penguasa kolonial; Afrika tidak mempunyai sejarah tercatat
yang ada harganya; karena sejarah dari para pedagang Eropa, penyebar-penyebar agama,
penyelidik-penyelidik, penakluk-penakluk, dan penguasa-penguasa adalah yang membuat
sejarah Afrika. Sejarah Eropa dan sejarah ekspansi Eropa mulai menggantikan sejarah dan
tradisi lokal di dalam pendidikan orang-orang muda Afrika, walaupun beberapa perhatian
diberikan kepada sumber-sumber Arab dan lainnya.
Ahli-ahli sejarah Eropa abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 berusaha untuk
menjelaskan perdagangan budak di daerah Atlantik; keunggulan dari teknologi Eropa, dan
ketaklukkan Afrika, tidak dilihat dari segi studi sejarah dari benua ini tetapi dilihat dari segi
prasangka-prasangka rasial dan psikologi tentang kekalahan yang merupakan ciri yang utama
dri orang-orang yang mempunyai warna kulit hitam. Bahkan kelompok-kelompok penyebar
agama Kristen mengintroduksi penjelasan agama yang mengatakan bahwa orang-orang
Afrika adalah anak-anak Ham dan mereka berada di bawah kutukan Nabi Nuh untuk menjadi
pemotong-pemotong kayu dan penimba air bagi mereka yang mempunyai kulit yang lebih
putih. Historiografi Afrika akhirnya hanya menjadi suatu alat pembenaran bagi imperialisme
Eropa.

2.3 Sejarawan Penulis Historiografi Afrika


A. K. Kolit dalam buku “Sejarah Afrika”
Penulisan atau historiografi sejarah Afrika terus mengalami perkembangan baik
bidang penelitian maupun metodologi, sehingga kajiannya semakin akurat. Akan tetapi,
dalam buku Sejarah Afrika menyebutkan bahwa pembabakan sejarah afrika belum memenuhi
syarat-syarat ilmiah, dan dilihat dari berbagai segi masih harus dikritik dan dikoreksi. Dalam
sekian banyak buku sejarah yang membahas sejarah Afrika kami lihat, bahwa yang paling
banyak ditonjolkan adalah tentang Mesir atau Republik persatuan Arab sekarang, sedikit
tentang Sudan, Kongo, dan Afrika Selatan atau Republik Afrika Selatan.
Nama Afrika pertama kali diberikan oleh bangsa Punisia, yang telah mendiami kota
Karthago dan pada mulanya nama Afrika ini hanya ditujukan kepada daerah-daerah koloni
yang didiami oleh orang-orang Karthago saja, akan tetapi, pada perkembangannya sekarang
nama Afrika dipakai oleh seluruh wilayah yang ada di Afrika. Dalam buku ini menjelaskan
tentang perjalanan Afrika dari masa Zaman Bahari sampai dengan pembentukan Konferensi
Asia-Afrika secara menyeluruh. Hal itu dibagi dalam tiga bagian, yakni: Afrika Zaman
Bahari, Afrika dalam penjajahan, dan upaya Afrika untuk melepaskan diri dari penjajahan.

B. Kirti Dipoyudo dalam buku “Afrika Dalam Pergolakan 2”


Sejak beberapa tahun Afrika (dan Timur Tengah) semakin didorong ke pusat
perimbangan kekuatan global antara timur dan barat. Sebagai faktornya dapat disebutkan dua
hal penting. Pertama, karena berbagai hal benua ini mempunyai arti strategis yang sangat
besar. Kedua, di benua ini terjadi hal-hal yang bisa mempunyai implikasi-implikasi penting
bukan saja bagi negara-negara Afrika melainkan juga untuk perimbangan kekuatan global
Timur-Barat dan secara demikian juga untuk hari depan dunia.
Seperti dipaparkan oleh Walter F. Hanh dan Alvin J. Cottrell dalam buku mereka
Soviet Shadow Over Afrika (1976), Afrika dewasa ini memiliki arti yang sangat penting.
Salah satunya hal ini dikarenakan Afrika kaya akan bahan-bahan mentah yang vital bagi
industri modern. Dalam buku ini dijelaskan mengenai pergolakan di Tanduk Afrika,
perkembangan di Afrika bagian selatan, maasalah rasial di Afrika Selatan, menuju
penyelesaian damai masalah Namibia, pertarungan di Afrika Timur Laut, dan lain-lain.
Sampai pada perebutan hegemoni di Afrika menjadi kajian dalam buku ini. Perebutan
pengaruh yang terjadi di Tanduk Afrika. Uni Soviet yang telah berhasil mendapatkan
kedudukan baik di Somalia, masih berusaha memperluas pengaruhnya di kawasan dengan
memanfaatkan konflik-konflik setempat dan membantu Ethiopia menghadapi Somalia dan
gerakan-gerakan pembebasan.

C. Basil Davidson, dkk. dalam buku “Kerajaan-Kerajaan Afrika”


Benua Afrika serta penduduknya selama berabad-abad terselubung rahasia dan
bahkan disalahberitakan oleh bagian dunia lainnya. Dalam bukunya, dijelaskan mengenai
berbagai hal tentang Afrika, diantaranya: peradaban Sungai Nill di Mesir yang merupakan
pusat peradaban kuno Mesir, tradisi suku-suku di Afrika, Kerajaan Dagang, Kerajaan Hutan,
Dewa dan Roh (mengenai kepercayaan orang Afrika), seni kehidupan masyarakat Afrika, dan
lain-lain. Buku ini, seperti halnya ensiklopedi Afrika memuat penjelasan dan gambar-gambar.

D.William Macmillan dan pengaruh kolonialisme


William Miller Macmillan adalah seorang sejarawan dan pemikir pasca-kolonialis.
Karya sejarahnya, Africa Emergent (1938), mengkritik pemerintahan kolonial dan
mengupayakan demokratisasi negara-negara Afrika dalam mencari perwakilan Afrika dalam
pemerintahan. Karya ini tidak hanya mengutuk pemerintahan kolonial, tetapi juga
mempertimbangkan perspektif dan efek kolonialisme terhadap orang-orang Afrika,
perbedaan yang cukup besar dari karya-karya sezaman. Ia adalah pendiri sekolah liberal
historiografi Afrika Selatan dan sebagai cikal bakal sekolah historiografi radikal yang muncul
pada 1970-an. Dia juga seorang kritikus pemerintahan kolonial dan pendukung awal
pemerintahan sendiri untuk wilayah kolonial di Afrika dan apa yang kemudian dikenal
sebagai bantuan pembangunan.

E.Edward Said dan Orientalisme


Edward Said dan bukunya Orientalism (1978) berdampak besar pada studi pasca-
kolonial . Ini memperkenalkan teori Orientalisme dan mendekonstruksi metode di mana
budaya asing terdistorsi dan dilindungi melalui representasi barat. Salah satu akibatnya
adalah penurunan tajam penggunaan model-model modernisasi yang didasarkan pada transisi
Eropa dari tradisionalisme ke modernitas.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Sejarah Historiografi di Afrika diawali oleh tradisi historiografi kuno yaitu melalui
tradisi dari mulut kemulut. Penyampaian tradisi biasanya adalah melalui cerita-cerita,
fabel-fabel, dan peribahasa-peribahasa yang diceritakan oleh orang-orang yang lebih
tua kepada mereka yang lebih muda sebagai bagian dari pendidikan umum.
2. Seiring berkembangnya waktu Historiografi di Afrika semakin berkembang sehingga
memasuku era historiografi modern yang mana tentu saja dalam kemodernisasian itu
mendapat pengaruh dari luar, pengaruh tersebut diantaranya yaitu pengaruh Ethiopia,
pengaruh Islam dan juga pengaruh Eropa.
3. Banyak sejarawan mengenai Historiografi Eropa diantaranya adlah beberapa contoh
yang kami sajikan di pembahasan seperti: K. Kolit dalam buku “Sejarah Afrika”, Kirti
Dipoyudo dalam buku “Afrika Dalam Pergolakan 2”, Basil Davidson, dkk. dalam
buku “Kerajaan-Kerajaan Afrika”, dan lainnya.

3.2 Saran
Penulisan makalah ini dapat memberikan sedikit gambaran dalam mempelajari
Historiografi Afrika, namun tentu saja masih banya kekurangan dari materi ini sehingga kami
harap teman-teman pembaca yang ingin memperdalam wawasan mengenai Historiografi
Eropa dapat membaca lebih banyak sumber baik melalui jurnal, buku, maupun browsingd di
internet. Kami menyadari banyak kekuurangan dalam penulisan ini maka kami mengharpkan
kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Danar Widiyanta. 2002. Perkembangan Historiografi: Tinjauan Di Berbagai Wilayah Dunia.


Yogyakarta: UNY Press.

Taufik Abdullah, dkk. 1985. Ilmu Sejarah Dan Historiografi: Arah Dan Perspektif. Jakarta:
Gramedia.

D. K. Kolit. 1972. Sedjarah Afrika. Kupang: Penerbit Nusa Indah.

Kirti Dipoyudo. 1983. Afrika Dalam Pergolakan 2. Jakarta: Yayasan Proklamasi.

Kirti Dipoyudo. 1978. Analisa: Perkembangan di Afrika. Jakarta: Centre for Strategic and
International Studies.

Sartono Kartodirjo. Historiografi. Yogyakarta: UGM Press.


Taufik Abdullah, dkk. 1985. Ilmu Sejarah Dan Historiografi: Arah Dan Perspektif. Jakarta:
Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai