DISUSUN OLEH :
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................1
BAB II HISTORIOGRAFI
AFRIKA.......................................................................3
A. Kesimpulan...........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Afrika ?
2. Apa Saja Tradisi-Tradisi Historiografi Afrika ?
3. Bagaimana Pengaruh-Pengaruh Historiografi Afrika?
4. Siapa Saja Sejarawan Penulis Historiografi Afrika?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Sejarah Afrika
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Tradisi-Tradisi Historiografi Afrika
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaruh-Pengaruh Historiografi
Afrika
4. Untuk Mengetahui Siapa Saja Sejarawan Penulis Historiografi
Afrika
BAB II
HISTORIOGRAFI AFRIKA
A. SEJARAH AFRIKA
Afrika adalah yang terbesar dari ketiga benua di belahan selatan Bumi dan
yang terbesar kedua setelah Asia dari semua benua. Luasnya kurang lebih
30,244,050 km2 (11,677,240 mil2) termasuk kepulauan disekitarnya, meliputi
20.3% dari total daratan di bumi dan didiami lebih dari 800 juta manusia, atau
sekitar sepertujuh populasi manusia di bumi.
Afrika adalah tempat tinggal manusia yang paling awal, dari benua ini
manusia kemudian menyebar ke benua-benua lain. Afrika adalah tempat di
mana garis evolusi kera menjadi berbeda dari protohuman tujuh juta tahun yang
lalu. Afrika merupakan satu-satunya benua yang ditinggali nenek moyang
manusia hingga sekitar dua juta tahun lampau ketika Homo erectus berkembang
ke luar Afrika menuju Eropa dan Asia. Yang di Eropa menjadi Neanderthal, yang
di Asia tetap Homo erectus, tetapi yang di Afrika berevolusi menjadi Homo
sapiens. Benua Afrika dikenal dengan julukan Benua Hitam. Hal ini dikarenakan
mayoritas penduduk di kawasan benua ini adalah orang-orang kulit hitam (negro).
Kata Afrika berasal dari bahasa Latin, Africa terra "tanah Afri" (bentuk
jamak dari "Afer") untuk menunjukkan bagian utara benua tersebut, saat ini
merupakan bagian dari Tunisia, tempat kedudukan provinsi Romawi untuk
Afrika. Asal kata Afer mungkin dari bahasa Fenisia, 'afar berarti debu; atau dari
suku Afridi, yang mendiami bagian utara benua dekat Kartago; atau dari
bahasa Yunani aphrike berarti tanpa dingin; atau dari bahasa Latin aprica berarti
cerah. 1
1
Helda Muliyani, dkk.2019, “Historiografi Afrika”,
https://id.scribd.com/document/442869316/HISTORIOGRAFI-AFRIKA, diakses pada 23 Januari
2021 pukul 19.32
2
T Hajriansyah. 2021. Historiografi Afrika”
https://www.coursehero.com/file/43235594/afrikadocx, , diakses pada 23 Januari 2021 pukul
20.59
Di Afrika, setiap komuniti mempunyai tradisi yang tetap mengenai asal
mulanya. Komuniti ini mungkin terpecah-pecah, berimigrasi, dan berasimilasi
dengan unsur-unsur yang baru, atau ditaklukan oleh yang lainnya dan diserap oleh
imigran-imigran baru. Pada setiap tingkat dari transformasi, tradisi berada dalam
pengkristalan kembali untuk mengakomodasi kondisi-kondisi yang berubah, dan
suatu tradisi baru mengenai asal mula diformulasikan oleh komuniti yang baru.
Tradisi-tradisi inilah yang menjadi dasar pokok dari pandangan komuniti
mengenai sejarah. Proses pembuatan tradisi dan akulturasi di dalam komuniti, dan
dari penyampaian tradisi ke generasi-generasi yang berikutnya, mengembangkan
suatu kesadaran sejarah yang menjadi tersebar luas di Afrika.
T Hajriansyah. 2021. Historiografi Afrika” https://www.coursehero.com/file/43235594/afrikadocx,
, diakses pada 23 Januari 2021 pukul 20.59
Tradisi bagi mereka, tidak hanya menjelaskan hubungan antara para nenek
moyang dari beragam komuniti, tetapi juga antara komuniti yang ada, para nenek
moyang dan dewa-dewa. 3 Hal ini dinyatakan dalam bentuk-bentuk cerita, dalam
puisi-puisi suci, upacara-upacara ritual, dan manifestasi-manifestasi keagamaan
lainnya. Tradisi adalah bagian dari filsafat komuniti, bagian dari cara hidup yang
khas dalam komuniti itu. Jadi tidak ada konsep sejarah universal yang meluas
sampai keluar kehidupan sesuatu komuniti. Pembuatan dan penyampaian tradisi
antara satu tempat dengan lainnya berbeda. Hal itu sangat bergantung kepada
luas, sifat alamiah, kepercayaan, dan sumber-sumber penghasilan dari suatu
komuniti tertentu.
3
Abdullah Taufik & Abdurrachan Surjomiharjo. 1985. Ilmu Sejarah Dan Historiografi
“Arah dan Perspektif”, Jakarta: PT. Gramedia. Hal 107-108
Cara yang paling umum dalam penyampaian tradisi adalah melalui cerita-
cerita, fabel-fabel dan pribahasa-pribahasa yang diceritakan oleh orang-orang
yang lebih tua kepada generasi muda sebagai bagian dari pendidikan umum. Hal
itu disampaikan dalam berbagai kesempatan bercerita, seperti sesudah makan
malam keluarga, selama pesta-pesta bulan purnama. Seperti menceritakan asal
mula adanya hubungan dari seluruh komuniti, keluarga, atau klan tertentu,
meliputi kejadian-kejadian yang dapat diingat, khususnya hal-hal yang terjadi dua
atau tiga generasi terdahulu. Ada juga tradisi-tradisi yang disampaikan secara
formal, umpamanya yang berhubungan dengan ritual masa dewasa, inisiasi ke
dalam tingkat-tingkat umur dan kelompok-kelompok rahasia, atau selama
latihan atau pendidikan untuk menjadi pendeta atau ahli agama, prosesi untuk
calon raja yang terpilih.
Terdapat paling tidak ada dua bentuk tradisi di Afrika, yaitu tradisi yang
berdasarkan kenyataan dan tradisi yang berbentuk kesusastraan. Contoh lain
dalam hal ini misalnya, pembedaan anatara tradisi-tradisi dari suatu bentuk yang
berdasarkan atas kenyataan dan sejarah, dan tradisi-tradisi berbentuk kesusastraan
dan filsafat.
a. Tradisi dari suatu bentuk yang berdasarkan kenyataan dan sejarah (bentuk
faktual). Tradisi faktual yang demikian mencakup daftar-daftar formal
raja-raja, kronik dari setiap masa pemerintahan, pemberian gelar,
geneaologi-geneaologi, dan juga hukum dan adat istiadat tertentu.
b. Tradisi yang lebih berebentuk kasusastraan meeliputi peribahasa-
peribahasa, ungkapan-ungkapan, nyanyian, dan lirik-lirik. Sedangkan
tradisi-tradisi yang bersifat filsafat lebih pada wujud doa-doa suci dari
organisasi keagamaan dan kultus yang berbeda, misalnya pada puisi-puisi
yang ditujukan bagi para dewa. Nyanyian berkabung, hymne-hymne, dan
juga liturgi-liturgi. 4
C. PENGARUH-PENGARUH HISTORIOGRAFI AFRIKA
A. Pengaruh Ethiopia
b. Pengaruh Islam
4
Author. 2012. Historiografi Afrika,
“http://seberkassejarah2.blogspot.com/2012/07/historiografi-afrika.html?m=1, diakses pada 23
Januari 2021 pukul 20.45
5
Otoman. 2013. Historiografi Cina. Jepang, Afrika, dan Eropa,
http://rayya76.blogspot.com/2013/11/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html?m=1, di akses
pada 24 Januari 2021 pukul 19.24
Pengaruh Islam tidak hanya penting di Afrika Utara tetapi juga di Afrika
Timur, seluruh daerah Sudan, dan daerah-daerah lain. Seperti pengaruh geneologi,
Barbar memasukan unsur ini ke dalam penghormatan kepada para leluhur dalam
bentuk memeriksa dan mengikuti jejak geneologi spiritual para pemimpin Islam.
Penulis-penulis Islam menghasilkan tarikh dan kronika, khususnya antara abad-
abad ke-11 dan ke-17. Kesemua ini meliputi catatan-catatan berdasarkan
pengamatan, tradisi lisan, dan bukti-bukti dari catatan-catatan lebih awal yang
dibuat oleh ahli bumi, pengembara dan pedagang. Penulis-penulis Islam tertarik
kepada penyebaran dan pengaruh Islam, serta kepada kehidupan keagamaan dan
ekonomi dari pusat-pusat utama agama Islam. Faktor-faktor ini berdiri sendiri di
luar tradisi-tradisi dan kehidupan Afrika secara menyeluruh. Tradisi-tradisi rakyat
dibuat tertulis, pada umumnya dalam bahasa Arab, tetapi kadang juga di dalam
tulisan Arab dengan bahasa Lokal. Catatan itu seputar kepribadian tokoh-tokoh
komuniti Islam bukan pada negara-negara atau klan-klan yang tradisional.
Diakui, bahwa Ibnu Khaldun, sarjana Tunisia yang terkenal dari abad ke-
14, memiliki karya-karya terpenting penting dalam historiografi. Ia menekankan
pentingnya sosiologi bagi sejarah. Ia mempelajari masa lampau bukan sekedar
kegiatan-kegiatan individual tetapi juga menganalisa hukum-hukum, adat istiadat,
dan pranata-pranata dari berbagai bangsa, begitu juga hubungan antara negara dan
masyarakat. Seharusnya hal ini menjadi basis membuat suatu sintesis dari tradisi-
tradisi Afrika yang banyak ke dalam suatu sejarah dari benua ini, tetapi belum
termanfaatkan dengan baik. Karena mereka disibukan dengan keputusan-
keputusan, peperangan, dan politik dari para raja. Terlebih lagi, pada abad ke-19,
pendekatan legal dan biografi diperluas dengan memperhatikan faktor-faktor
sosial dan ekonomi, tetapi bukti-bukti dokumen menjadi sangat penting bagi
sarjana-sarjana Eropa, oleh karena itu mereka menyamakan dokumen-dokumen
tertulis sama dengan sejarah. Jadi, ketiadaan dokumen-dokumen tertulis oleh
mereka dianggap sama dengan tidak ada sesuatu kejadian yang berharga bagi
studi sejarah.
c. Pengaruh Eropa
Pada abad ke-19 ketika pengaruh Eropa masuk ke Afrika, pengaruh yang
dibawa tidak dibangun di atas tradisi-tradisi sejarah yang ada, tetapi menentang
dan menggantikan tempat tradisi-tradisi sejarah tersebut. Pandangan Eropa
tentang sejarah dokumenter membantu propoganda penguasa-penguasa kolonial;
Afrika tidak mempunyai sejarah tercatat yang ada harganya; karena sejarah dari
para pedagang Eropa, penyebar agama, penyelidik, penakluk dan penguasa yang
membuat sejarah Afrika.
Para ahli sejarah Eropa abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 berusaha
untuk menjelaskan perdagangan budak di daerah Atlantik; keunggulan dari
teknologi Eropa, ketaklukan Afrika, tidak dilihat dari aspek studi sejarah dari
benua ini, tetapi dilihat dari segi prasangka-prasangka rasial dan psikologis
tentang kekalahan yang merupakan ciri utama dari orang-orang yang berkulit
hitam. Bahkan kelompok-kelompok penyebar agama kristen mengintroduksi
penjelasan agama yang mengatakan “bahwa orang-orang Afrika adalah anak-anak
Ham dan mereka berada di bawah kutukan Nabi Nuh untuk menjadi pemotong-
pemotong kayu dan penimba air bagi mereka yang berkulit putih. Dengan
demikian historiografi Afrika hanya menjadi suatu alat pembenaran bagi
imperialisme Eropa.
Nama Afrika pertama kali diberikan oleh bangsa Punisia, yang telah
mendiami kota karthago dan pada mulanya nama Afrika ini hanya ditujukan
6
Lasantha. 2019. Historiografi Afrika.
https://youchenkymayeli.blogspot.com/2012/11/historiografi-afrika.html?m=1, di akses pada 24
Januari 21.12
kepada daerah-daerah koloni yang didiami oleh orang-orang karthago saja. Akan
tetapi, pada perkembangannya sekarang nama Africa dipakai oleh seluruh wilayah
yang ada di Afrika. Dalam buku ini menjelaskan tentang perjalanan Afrika dari
masa zaman Bahari sampai dengan pembentukan konferensi asia-afrika secara
menyeluruh. Hal itu dibagi dalam tiga bagian yakni Afrika zaman Bahari, Afrika
dalam penjajahan dan upaya Afrika untuk melepaskan diri dari penjajahan pada
perkembangannya sekarang nama Afrika dipakai oleh seluruh wilayah yang ada di
Afrika dalam buku ini menjelaskan tentang perjalanan Afrika dari masa zaman
Bahari sampai dengan pembentukan konferensi asia-afrika secara menyeluruh hal
itu dibagi dalam tiga bagian yakni Afrika zaman Bahari Afrika dalam penjajahan,
dan upaya Afrika untuk melepaskan diri dari penjajahan. 7
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
7
D.K. Kolit. Sedjarah Afrika. Kupang: Penerbit Nusa Indah, 1972. Hal.8
8
Basil Davidson. Kerajaan-Kerajaan di Afrika. Jakarta:Tira Pustaka. 1984. Hal.17
Kepercayaan yang asasi kepada adanya kelanjutan hidup terdapat di antara
semua orang Afrika. Inilah unsur inti dalam historiografi tradisional Afrika. Di
setiap tempat di daerah sub-sahara Afrika kita bertemu dengan kepercayaan akan
adanya hubungan yang berlangsung antara yang sudah mati dengan kehidupan
dari yang masih hidup masa kini dan dari generasi ke generasi akan datang.
Hubungan yang berlangsung antara sudah mati dan kehidupan dinyatakan dalam
kepercayaan bahwa setiap community didirikan oleh seorang nenek moyang atau
sekelompok nenek moyang, bahwa apapun kedudukan dan milik community itu
kesemuanya adalah milik nenek moyang.
DAFTAR PUSTAKA