Anda di halaman 1dari 15

AFRIKA PADA MASA PRA-AKSARA HINGGA ZAMAN

PERADABAN MESIR KUNO

Dosen Pengampu Mata Kuliah Sejarah Afrika : Drs. Ponirin, M.Si dan Abdul
Haris Nasution, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

Fitri Nurjihan (3222421008)

Maretta br Ginting (3223121055)

Rieke Corry Betsena br Tarigan (3223121053)

Kelas : Pendidikan Sejarah Reg A

PRODI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang mana atas berkat rahmat,
karunia, dan kesempatan yang diberikan-Nya saya dapat menyelesaiakan tugas
makalah ini dengan tepat waktu. Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu
mata kuliah yaitu Sejarah Afrika yang dosen pengampu mata kuliah ini ialah
Bapak Drs. Ponirin, M.Si dan Abdul Haris Nasution, S.Pd., M.Pd.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kita semua. kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan, kami memohon maaf karna sesungguhnya pengetahuan dan
pemahaman kami masih terbatas. Karena itu kami sangat menantikan saran dan
kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini.
Kami berharap semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
bagi kita khususnya.

Medan, 23 Februari 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN ...............................................................................1


1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................1
1.3 Tujuan ....................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................3


2.1 Keadaan Afrika Pada Zaman Pra-Aksara ..............................................3
2.2 Kepercayaan Orang Afrika Pada Zaman Pra Aksara .............................5
2.3 Perkembangan Peradaban Mesir Kuno ..................................................6

BAB III : PENUTUP ........................................................................................11


3.1 Kesimpulan ............................................................................................11
3.2 Saran .......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara astonomis Benua Afrika terletak diantara 37º LU – 34º LS dan 17º
BB – 51º BT. Dengan demikian Benua Afrika dilalui garis khatulistiwa dan
wilayah daratannya sebagian besar di belahan bumi utara. Afrika merupakan salah
satu benua terbesar yang masih memiliki sejarah dimana sebagian masyarakatnya
masih lekat dengan peninggalan kebudayaan pada zaman pra-sejarah. Dimana
dapat kita jumpai dibagian suku pedalaman di Afrika, mereka masih tinggal
secara nomaden dan menganut kepercayaan mereka yang sudah lama yaitu
memuja roh nenek moyang mereka.
Pada masa pra-aksara, wilayah Afrika pada masa itu merupakan suatu
kawasan yang subur, tidak seperti yang kita kenal sekarang gersang dan memiliki
gurun pasir yang luas. Wilayah ini merupakan awal dari munculnya peradaban
manusia. Gelombang migrasi besar-besaran terjadi kurang lebih 100.000 tahun
yang lalu, yang diduga berasal dari Afrika, yang kemudian memunculkan sebuah
teori yaitu Teori Africa atau Out of Africa Theory. Memandang bahwa manusia
purba (Homo Erectus) berasal dari benua Afrika yang kemudian menyebar ke
berbagai arah dan bermigrasi ke seluruh dunia (Eropa dan Asia) sehingga sampai
di Indonesia pada Kala Pleistosen (sekitar 1,8 juta tahun lalu). Setelah Homo
Erectus mengalami kepunahan pada sekitar 150.000-100.000 tahun lalu,
muncullah manusia pengganti yang berkembang di Indonesia dan berlanjut ke
Australia.1

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana keadaan Afrika pada zaman pra-aksara?
2. Bagaimana kepercayaan orang Afrika pada zaman pra aksara?
3. Bagaimana perkembangan peradaban Mesir Kuno?

1.3 Tujuan
1
Arfan Diansyah, Flores Tanjung, dan Abdul Haris Nasution, Prasejarah Indonesia (Medan :
Yayasan Kita Menulis, 20) hal : 41

1
1. Untuk mengetahui keadaan Afrika pada zaman pra-aksara
2. Untuk memahami kepercayaan orang Afrika pada zaman pra-aksara
3. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan peradaban Mesir Kuno

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KEADAAN AFRIKA PADA ZAMAN PRA-AKSARA


Delapan ribu tahun yang lalu, ketika Eropa masih membeku karena sisa-
sisa Abad Es, Sahara yang sekarang kita kenal sebagai gurun yang kosong dan
gersang merupakan kawasan yang subur; sungainya yang bercabang- cabang dan
lembahnya yang penuh rerumputan dihuni banyak ikan dan binatang liar. Selama
6000 tahun di tanah yang menarik ini gelombang pendatang mengembangkan
rentetan masyarakat yang kian maju.2
Sekitar tahun 2000 SM - karena berkurangnya uap air yang dibawa oleh
udara dari Eropa Selatan atau karena perubahan iklim lainnya - Sahara mulai
mengering. Binatang dan manusianya mulai menyebar. Pada tahun 1956 Hendri
Lhote, seorang ahli ethnologi dan penjelajar, memulai penyelidikannya yang
tekun mengenai lukisan yang terbengkalai itu. Dimana terdapat kumpulan adegan
indah yang secara luar biasa diukir dan dilukiskan pada batu karang asli setempat.
Dengan cermat Lhote beserta kelompok senimannya menyalin 800 dari lukisan
itu, dan 16 bulan kemudian mereka menemukan yang menarik tentang Sahara
yang dahulu menghijau serta tentang awal kebudayaan Afrika.3
Lukisan pada batu di Tassili melukiskan hilir bergantinya banyak manusia
dan binatang. Beberapa sarjana menggolong-golongkan mereka menjadi empat
masa yaitu Masa berburu (tahun 6000 s/d 4000 SM), masa penggembala (tahun
4000 s/d 1500 SM), Masa Kuda (tahun 1500 - 600 SM), dan Masa Unta (dari kira-
kira tahun 600 SM dan selanjutnya). Pada masa pemburu, orang dari pertengahan
zaman batu adalah penyendiri yang pergi berkeliling dengan tongkat pelempar,
pentung, serta tombak dan hidup dengan membunuh binatang liar. Walaupun
mereka dapat membuat pisau, jarum dan pancing dari batu dan tulang, namun
organisasi sosialnya tetap terbelakang. 4
Kemudian masuk ke masa Pengembala dimana pengembala adalah orang
dari akhir zaman batu, yang mempraktikkan cara bercocok tanam sederhana

2
Abdul Haris Nasution, Flores Tanjung, dan Arfandiansyah, The Dark Continent, (Medan : Yayasan
Kita Menulis, 2019) hal : 13
3
Ibid., hal 13
4
Ibid., hal 14

3
dengan cangkul dan menjinakkan sapi, kambing ataupun domba. Akan tetapi,
manusia penggembala yang menyenangkan ini sebenarnya menandai awal dari
suatu kesudahan. Beberapa abad kemudian Sahara mulai mengering, pada waktu
kuda piaraan dibawa masuk dari mesir tahun 1500 SM, kebanyakan satwa liarnya
telah menghilang. Tapi kuda tak dapat bertahan terus karena iklim yang makin
keras itu.
Akhirnya kuda diganti dengan jenis yang lain yang lebih sesuai dengan
keadaan. Sebelum mulai abad masehi, akhirnya kuda yang tidak bisa Bretagna
karena lilin digantikan dengan Unta.karena unta telah biasa dijadikan binatang
tunggangan dan binatang beban. Pada masa itu Sahara boleh dikatakan telah
menjadi gurun seperti yang sekarang ini. Peradaban Sahara mencapai puncaknya
selama 2500 Tahun pada masa penggembala. Perburuan binatang liar masih
berlanjut, tetapi kini ternak menjadi sangat penting. Binatang yang berharga ini
memungkinkan kehidupan yang lebih mapan dan lebih berbudaya daripada zaman
berburu.
Kemudian para pengembala mulai membangun pondok dari anyaman
rumput kering dan menjadi pedesaan. Dalam kehidupan Sahara masa lampau,
wanita memegang peranan yang luar biasa. Terdapat pembagian kerja yang ketat
antara kaum pria dan wanita. Para pria berburu dengan busur dan anak panah serta
membuat peralatan dari batu. Para wanita membuat keranjang, tembikar, gelang,
kalung, penusuk dan peralatan rumah tangga lainnya juga barang-barang yang
digunakan untuk keperluan pribadi. 5
Pada masa berkembangnya masyarakat Sahara, perang semakin sering
muncul dalam lukisan tentang kehidupan mereka sehari-hari. Pada saat
menggembala, mereka kadang kala digambarkan dalam serangkaian pertarungan,
barangkali untuk menentukan hak atas ternak yang dipertengkarkannya. Di antara
para penggembala, peperangan merupakan suatu peristiwa yang hanya diperlukan
dalam beberapa saat, bukanlah suatu kebiasaan. Tetapi tidak demikian dengan
para penunggang kuda yang muncul pada dasawarsa terakhir sebelum Masehi.6
Jenis manusia pada zaman pra-aksara diperkirakan hidup lebih awal pada
zaman pra-sejarah dan menyebar ke berbagai belahan dunia. Afrika kerap disebut

5
Ibid., hal 14.
6
Ibid., hal 15.

4
sebagai benua hitam. Banyak ditemukannya jejak awal munculnya manusia purba.
Orang Afrika ini sudah menghasilkan seni bahkan sebelum terjadi migrasi keluar
dari Afrika. Seni tertua yang diketahui terdapat di Gua Blombos di Afrika Selatan.
Di sana terdapat pahatan dan perhiasan manik-manik dari 80.000 SM. Akan tetapi
setelah itu ada jeda waktu yang lama. Sekitar 27.000 SM, suku San di Afrika
Selatan membuat lukisan orang dan hewan di dinding batu.
Pada 10.000 SM, seni Afrika menjadi lebih berkembang dengan adanya
pahatan batu berbentuk hewan di sepanjang Gurun Sahara, dari Mesir hingga
Niger. Beberapa pahatan berbentuk manusia, sedangkan yang lainnya berbentuk
kucing, jerapah, dan hewan-hewan lainnya. Di Nubia (Sudan modern), ada
pahatan batu dari 4000 SM. Pahatan batu di Sahara ini adalah pendahulu dari
pahatan Mesir pada masa selanjutnya. Sosok pada pahatan ini ditampilkan dari
samping dengan posisi dari atas ke bawah.

2. KEPERCAYAAN ORANG AFRIKA PADA ZAMAN PRA-AKSARA


Masyarakat Afrika kuno mendukung budaya yang berbau klenik dan
metafisi. Meskipun agama Kristen dan Islam berkembang pesat di kemudian hari,
orang Afrika tidak serta merta meninggalkan budaya yang dianggap melindungi
diri dan masyarakat, seperti ritual pemujaan leluhur dan dewa.
Awalnya, orang Afrika menyembah dewa-dewa besar dan roh nenek
moyang mereka, dan zat ini dipercaya sebagai pencipta alam semesta dan semua
kehidupan di dunia. Ini terampil dan memiliki kekuatan untuk menciptakan
individu baru dan mengambil nyawa mereka semua (sambil menghidupkan
kembali mereka sebagai jiwa). Menurut kepercayaan mereka, orang yang sudah
meninggal akan terus hidup sebagai roh7. Roh tersebut dipercaya akan tetap
tinggal disekitar orang-orang yang masih hidup. Mereka meminta pertolongan
terhadap hal – hal yang tidak di ketahui mereka tentang persoalan duniawi.
Mereka juga percaya roh leluhur menjamin kelangsungan dan kemakmuran
masyarakat, pendiri dan yang menentukan peraturan dalam bidang keagamaan,
moral dan sosial masyarakat.8

7
Ibid., hal 16
8
Ibid., hal 17

5
Chiorazzi merupakan koresponden Harvard yang menulis dari hasil
wawancaranya dengan Jacob Olupona pada sebuah artikel berjudul “The
spirituality of Africa”. Artikelnya dipublikasi The Harvard Gazette pada 6
Oktober 2015. Bahwasan “orang Afrika tradisional memiliki gagasan berbeda
tentang peran apa yang dimainkan nenek moyang dalam kehidupan keturunan
yang masih hidup. Beberapa orang Afrika percaya bahwa leluhur memiliki
kekuatan yang sama dengan dewa, sementara yang lain percaya bahwa mereka
tidak. Batasan antara dewa dan leluhur sering diperdebatkan, namun secara
keseluruhan, leluhur diyakini menempati tingkat eksistensi yang lebih tinggi
daripada manusia yang masih hidup dan diyakini mampu melimpahkan berkat
atau penyakit kepada keturunannya yang masih hidup.”

C. PERKEMBANGAN PERADABAN MESIR KUNO


Mesir kuno merupakan peradaban yang pertama kali yang menciptakan
sejarah dan menyimpan jejak rekamnya. Peninggalan-peninggalannya banyak
tersimpan di kiri-kanan sepanjang Sungai Nil, maupun yang tersebar di berbagai
benua mempesona banyak umat dari berbagai generasi.9
Poin penting dimana budaya menjadi peradaban selalu disamakan dengan
transisi dari prasejarah menuju masa sejarah. Secara definitif dimulai sekitar tahun
4500 sampai 4000 SM di lembah-lembah Sungai Nil, Tigris-Eufrat dan Indus di
India. Dari beberapa daerah tersebut, kawasan Tigris-Eufrat merupakan asal
kelahiran peradaban dunia sebagai satu penyatuan rangkaian yang melahirkan
peradaban Barat. Peradaban sendiri didefinisikan dengan suatu gelanggang
kehidupan di mana masyarakat yang ada menetap di kota dan terorganisasi dengan
baik agar hidup menjadi lebih aman, terbudaya, senang dan lebih produktif.
Elemen-elemen tersebut akan menyebabkan perkembangan yang optimal.
Geografi memainkan peranan yang sangat penting dan signifikan dalam proses
terbentuknya peradaban.
Seluruh peradaban awal, baik di Mesir, Mesopotamia, India maupun Cina,
kemajuannya dimulai dari kawasan lembah-lembah sungai yang subur. Air
merupakan kebutuhan pokok hidup yang menyebabkan kesuburan tanah yang
dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Manusia akan terkonsentrasi di
9
Ibid., hal 17

6
sekitar kawasan tersebut dan membentuk kerjasama dalam membangun irigasi,
kanal, bendungan dan terorganisasi, sehingga membentuk suatu tatanan
masyarakat yang berbudaya serta melahirkan peradaban (Wallbank, 1949: 54-55).
Daerah-daerah di kawasan lembah Tigris-Eufrat disebut dengan Timur dekat.
Daerah inilah pertama kali yang menghasilkan sistem kenegaraan dalam bentuk
kumpulan unit-unit politik yang independen dan memiliki hubungan internasional
secara formal.10
Sebelum memahami huruf Hieroglyfh, kita harus mengetahui isi dari
gambar atau simbol-simbol untuk mengetahui kejadian yang terjadi di masa
lampau. Batu Rosetta dan Obelisk Philae merupakan kedua benda yang menjadi
bukti awal mulanya sejarah peradaban ditulis dengan dua bahasa yakni, bahasa
Yunani Kuno dengan tulisan Yunani Kuno dan Mesir Kuno dengan tulisan
Hieroglyph dan demotis. Batu Rosetta merupakan sebuah batu prasasti yang
ditemukan oleh opsir zeni Napoleon, Bouchard pada Agustus 1790 di sekitaran
benteng atau kubu Fort St. Julien yang sedang dibangun di dekat kota Rashid,
daerah Delta Barat.11 Mempelajari tentang peradaban Mesir Kuno bertambah maju
setelah terpecahnya huruf Hieroglyfh.12
Orang yang pertama kali mencetuskan periodesasi sejarah Mesir Kuno
ialah Manetho, seorang pendeta Mesir dari Sabennytos. Pembabakan yang paling
umum digunakan adalah periodesasi yang bersifat Eropa Sentris. Ada 3 periode
besar dalam sejarah yang dikemukakan oleh Givanni Booccaccio yaitu :
1. Zaman Kuno “Ancient”
2. Zaman Tengah “Middle”
3. Zaman Baru “New”13

Pembabakan lainnya dikemukakan oleh Prof J.H Breated dengan kriteria


ibukota. Ibukota Mesir selalu berpindah-berpindah sesuai dengan turun naiknya
suatu dinasti. Hanya ibukota yang mempunyai pengaruh dan peradaban lembah

10
Mustofa Umar, MESOPOTAMIA DAN MESIR KUNO : Awal Peradaban Dunia, hal 200
11
Ibid., hal 18
12
Ibid., hal 21
13
Ibid., hal 22

7
Nil yang diambil dalam penyusunan periodesasi dalam sejarah Mesir Kuno oleh
Breated, Memphis, Thebe dan Tel el Amarna yang memenuhi syarat.14
Pendukung peradaban Mesir Kuno terdiri dari berbagai macam suku,
bangsa, ras yang berasal dari berbagai daerah baik Afrika maupun Asia, Awalnya
mereka belum mempunyai tempat tinggal tetap dan hidup dari berburu,
menangkap ikan, mengumpulkan hasil hutan dengan mempergunakan alat yang
sederhana terbuat dari batu, tulang atau gading Cara hidup yang sederhana
berangsur-angsur berubah dari foodgethering economy menjadi foodproducing
economy. Mereka sudah mulai hidup menetap, bercocok tanam dan beternak.
Peradaban ini kemudian dikembangkan oleh generasi berikutnya. Cara mengolah
yang semula hoe yaitu cangkul yang bercabang berbentuk huruf V. kemudian,
bentuk baru yaitu alat semacam bajak yang ditarik oleh lembu yang disebut Hoe
Culture dan Plow Culture.
Bukti-bukti kemajuan dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan yang
terbuat dari batu, tulang, gading, tanah liat berupa alat keperluan sehari- hari.
Bentuk yang semula kasar bertambah halus dan diberi hiasan berupa goresan yang
geometris artistik. Menjelang berakhirnya periode pradinasti diperkirakan di
Mesir telah terdiri semacam kota oleh orang Yunani Kuno disebut nome. Hal ini
terbukti dengan perahu-perahu dagang dengan menunjukkan tempat asalnya.
Misalnya perahu-perahu dengan simbol buaya berasal dari sebuah kota di daerah
Fayum, gajah dan Elephantine, panah bersilang lambang dei Neit dari Sais di
daerah Delta.15
Sedangkan di Mesir Selatan yang paling terkenal adalah yang disebut oleh
orang Yunani Kuno sebagai Scorpion. Raja ini oleh orang Mesir Kuno dianggap
sebagai raja mythis. Peninggalan dari Zaman pradinasti yang terakhir sangat
sedikit, maka lembaran sejarah Mesir Kuno pada saat menjelang berdirinya dinasti
ala Manetho dapat dikatakan masih kabur. Hanya diketahui akhirnya kedua
kerajaan utara dan selatan disatukan menjadi suatu Negara kesatuan. Tapi tidak
diketahui kapan peristiwa itu terjadi.
Bentuk Negara kesatuan merupakan sejarah nasional Mesir yang pertama.
Persatuan tersebut membawa dampak dalam bidang pemerintah, religi, ekonomi,

14
Ibid., hal 22
15
Ibid., hal 24

8
sosial, dan kulturil Raja Mesir diberi sebutan khusus yaitu pharao, Raja yang
berkuasa di seluruh wilayah Mesir yang meliputi delta dan lembah. Pharaoh
memakai mahkota rangkap dari Kerajaan Mesir Utara dan Selatan berwarna
merah dan putih, simbol ular senduk dan burung nazar dipakai bersama-sama,
julukannya sebagai double lord. Namanya yang ditulis pada cartouche selalu
dibubuhi gelar nisut bati atau neb-taui yang berarti Kings of Upper and Lower
Egypt, Lord of The Two Lands. Dua dinansti yang pertama dari ketiga puluh
dinasti-dinasti Manetho raja-rajanya disebut Dinasti Thinis, mereka berasal dari
kota tersebut dan dimakamkan di dekat kota suci Abydos.16
Gejala kemunduran Mesir sebenarnya telah terlihat ketika menjelang
berakhirnya periode Old Kingdom. Pemerintahan sentralisasi tidak dapat
dipertahankan oleh pharaoh-pharaoh terakhir. Para gubernur banyak yang
berusaha melepaskan diri dari kekuasaan pusat. Lalu mendirikan kerajaan-
kerajaan kecil yang bebas berdaulat. Setelah berlalunya Old Kingdon Mesir
memasuki First Intermediate Period atau Zaman kegelapan/Dark Age. Dalam
periode ini Manetho mengungkapkan adanya empat dinasti yaitu dinasti VII dan
VIII yang berpusat di Memphis, dinasti IX dan X berkedudukan di lembah dekat
ibukota Heracleopolos Periode ini merupakan masa perpecahan dan pertentangan
dalam negeri antara gubernur yang satu dengan lainnya memperebutkan
hegemoni. Selain itu juga terdapat banyak serbuan dari luar terhadap Mesir
terutama datang dari arah Asia. Setelah periode Old Kingdom terjadi perang
saudara di Mesir dan masuknya bangsa Asia menyerbu daerah Delta.17
Periode baru disebut New Kingdom. Periode ini dimulai setelah
berakhirnya kekuasaan bangsa asing Hyksos di Mesir. Dinasti yang mula- mula
naik adalah dinasti XVII yang didirikan oleh Aahmes Nebpohtira. Usahanya
dalam menyelamatkan negara dan mengusir penjajah asing dari sungai Nil
berhasil, bahkan mendesak penjajah asing sampai ke Siria Tengah. Penggantinya
Amenhoteb I terus melakukan pengejaran terhadap bangsa asing sampai ke daerah
antara Orontes dan Tigris. Sampai masa pemerintahan Thotmes IMesir berhasil
menduduki Siria Utara dan daerah di Asia kecil. Masa pemerintaha dua pharaoh
berikutnya Thotmes II dan Hatshepshut Mesir tidak begitu aktif dalam melakukan

16
Ibid., hal 25
17
Ibid., hal 27

9
ekspansi Pada masa pemerintahan Tothmes II Mesir sibuk di daerah utara.
Pharaou terbesar dari dinasti ini ada Amonhoteb III. Pada masa ini Mesir Kuno
mencapai puncaknya.18
 KEPERCAYAAN PADA PERADABAN MESIR KUNO
Pada peradaban Mesir Kuno, masyarakatnya merupakan penganut
Polytheisme, yaitu mempercayai dan memuja lebih dari satu dewa. Perpindahan
suku- suku yang berdampak pada bidang spiritual. menyebabkan percampuran
antarsuku terjadi sejak Zaman Pradinasti. Akibatnya kepercayaan yang semula
berbentuk sederhana menjadi lebih kompleks dan rumit. Semula hanya mengenal
dewa pelindung sukunya menjadi mengenal berjuta-juta bintang di langit yang
dianggapnya sebagai dewa-dewa. Orang-orang Mesir memuliakan hewan sebagai
pelindungannya. Hal ini akibat dari cara hidup mereka yang berdekatan dengan
hewan. Hewan kemudian dianggap sebagai dewa pelindung suku. Hewan yang
telah mencapai usia tertentu akan dibunuh dan dimakan bersama-sama dalam
rangkaian upacara ritus. Selanjutnya akan dicari hewan yang sejenis sebagai
gantinya.19

18
Ibid., hal 28
19
Ibid., hal 29

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Afrika merupakan suatu wilayah yang menjadi dasar awal mulanya
peradaban itu dimulai. Dari wilayahnya yang dulu subur dipenuhi padang rumput
yang hijau, kini dipenuhi gurun pasir yang gersang dan panas. Bermigrasinya
manusia pada zaman pra-sejarah sekitar 100.000 tahun yang lalu, membuat Afrika
merupakan titik mulanya manusia muncul. Di mana ditemukannya fosil-fosil
manusia purba Afrika yang mirip dengan fosil-fosil yang ditemukan di negara
lain. Afrika juga menjadi salah satu peradaban yang maju pada masa peradaban
Mesir Kuno. Pada masa inilah peradaban itu mulai berkembang.

3.2 Saran
Minimnya akan sumber-sumber yang berkaitan dengan Sejarah Afrika ini,
kami berharap materi dari makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan pelajaran
untuk mata kuliah Sejarah Afrika. Apabila terdapat kesalahan dalam penyampaian
materi semoga penulis dapat memperbaikinya.

11
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Abd. Haris Nasution, F. T. (2019). The Dark Continent. Medan: Yayasan Kita
Menulis.

Arfan Diansyah, F. T. (2019). Prasejarah Indonesia. Medan: Yayasan Kita


Menulis.

JURNAL

Mustofa Umar, MESOPOTAMIA DAN MESIR KUNO : Awal Peradaban Dunia,


Universitas Islam Negeri Alaudin Ujungpandang. hal 200

ARTIKEL

https://profilbaru.com/Prasejarah (diakses pada tanggal 22 Februari 2023 pada


waktu 22.40 Wib)

https://news.harvard.edu/gazette/story/2015/10/the-spirituality-of-africa/ (diakses
pada tanggal 22 Februari 2023 pada waktu 22.41 Wib)

https://id.wikibooks.org/wiki/Afrika_Kuno/Seni/Prasejarah (diakses pada tanggal


22 Februari 2023 pada waktu 22.43 Wib)

12

Anda mungkin juga menyukai