Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

“CORAK KEHIDUPAN DAN HASIL-HASIL BUDAYANYA PADA MASA


PRAKSARA”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5
ANDI WEWENG
HAIKAL
MIRDHA
SRI NAURA
RAHMAT HIDAYAT

KELAS
X IPS 2

UPT SMAN 4 BULUKUMBA


2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya
yang berjudul “Corak Kehidupan dan Hasil-Hasil Budaya Manusia Pada Masa
Praaksara Indonesia”.

Makalah ini berisikan tentang sejarah bangsa Indonesia, khususnya


sejarah Indonesia pada Masa Praaksara di Indonesia, diharapkan makalah ini
dapat menambahkan pengetahuan kita semua.Kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,kritik dan saran dari guru dan
teman-teman yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi lebih baiknya
makalah ini.Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan
semoga TuhanYang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita.Penyusun

Bulukumba, 1 februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI:

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………………...

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..................................
  
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………...

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….
A.  LATAR BELAKANG..................................................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN………………………………………………………………………………


A.   POLA HUNIAN...........................................................................................................................
B.     PEMBABAKAN ZAMAN PRAAKSARA BERDASARKAN CIRI KEHIDUPAN.........................
C.   SISTEM KEPERCAYAAN..........................................................................................................

BAB III. KESIMPULAN ……………………………………………………………………………..


A.    KESIMPULAN...........................................................................................................................

DAFTARPUSTAKA....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang memilki letak yang strategis, sehingga tidak heran
jika terjadi akulturasi beragam budaya yang terjadi sejak zaman nenek moyang sampai zaman
era global saat ini.
Letak yang strategis tersebut sangat didukung oleh sumber daya manusianya. Untuk
mempelajari kehidupan manusia saat ini tidak ada salahnya kita merunutnya sampai pada masa
silam yaitu masa praaksara.
Kehidupan manusia pada zaman praaksara senantiasa mengalami perubahan dan
perkembangan. Semua itu bertahap dan melalui proses yang sangat lama.
Tentunya corak kehidupan yang saat ini kita lakukan adalah kembangan dari corak kehidupan
pada zaman praaksara. Untuk itu marilah kita menelaah “Corak Kehidupan Masyarakat
Praaksara”
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pola Hunian
Air  adalah kebutuhan utama manusia dalam bertahan hidup. Manusa lebih baik kelaparan daripada
kehausan. Oleh sebab itu, air sangat dibutuhkan manusia sejak dahulu sampai sekarang. Hal itu juga yang
mempengaruhi pola kehidupan manusia sejak dahulu. Suatu tempat apabila mengandung sumber air biasanya
tanahnya subur dan tanamanpun hidup subur. Di daerah sumber air juga banyak didatangi hewan dan ikan. Hal
inilah yang menjadi dasar utama bahwa manusia purba hidup di dekat sungai atau sumber air lainnya.
Keberadaan air juga dapat dijadikan sarana  penghubung  atau transportasi untuk dapat melakukan mobilitas
dari satu tempat ke tempat lainnya. Selain itu, mereka juga memanfaatkan gua-gua di sekitar aliran air sungai
untuk dijadikan tempat tinggal.
      Hal tersebut di perkuat dengan penemuan barang-barang dan sisa-sisa peralatan yang ditemukan di dekat
sungai. Pola hunian manusia purba memperli-hatkan dua karakter, yaitu kedekatan dengan sumber air dan hidup
di alam terbuka.
      Ketika persediaan makanan di daerah yang mereka huni menipis, manusia purba akan segera berpindah
tempat mencari daerah yang memiliki banyak persediaan sumber makanan. Pola tersebut terus berlangsung
hingga manusia purba menemukan cara bercocok tanam. Setelah bercocok tanam mereka mulai hidup menetap.
Selain bercocok tanam menusia purba juga mulai memelihara dan beternak binatang.
2.      Pembabakan zaman praaksara berdasarkan ciri kehidupan
Berdasarkan penemuan-penemuan hasil kebudayaannya yang memiliki karakteristik yang berbeda antara satu
masa dengan yang lainnya, maka corak kehidupan masyarakat praaksara menurut para ahli sejarah dapat dibagi
menjadi tiga masa, yaitu :
  Masa berburu dan mengumpulkan makanan.
  Masa bercocok tanam.
  Masa perundagian.

        Masa berburu dan mengumpulkan makanan


Pada masa ini, kehidupan manusia hanya terpusat pada upaya mempertahankan diri di tengah-tengah alam yang
penuh tantangan dengan kemampuannya yang sangat terbatas. Kegiatan pokoknya adalah berburu dan
mengumpulkan makanan, dengan peralatan dari batu, kayu, dan tulang.
A.    Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
a.       Teknologi
Teknologi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, hanya mengutamakan segi
praktis sesuai dengan tujuan penggunaannya saja, namun lama kelamaaan ada penyempurnaan bentuk,
Di Indonesia dikenal dua macam teknik pokok, yaitu teknik pembuatan perkakas batu yang disebut tradisi
kapak perimbas dan tradisi serpih. Pada perkembangan berikutnya ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk.
Alat-alat dari batu yang digunakan sebagai perkakas zaman praaksara dapat digolongkan menjadi :
1)      kapak perimbas,2)   kapak genggam

b.       Kehidupan sosial
Manusia purba semenjak Pithecanthropus hingga Homo Sapiens dari Wajak, menggantungkan kehidupannnya
pada kondisi alam. Daerah sekitar tempat tinggalnya harus memberikan persediaan makanan dan air yang dapat
menjamin kelangsungan hidupnya. Mereka hidup berkelompok dengan pembagian tugas, bahwa yang laki-laki
ikut kelompok berburu dan yang perempuan mengumpulkan makanan dari tumbuhan dan hewan-hewan kecil.
Selain itu mereka juga bekerja sama dalam hal menganggulangi seranan binatang buas maupun adanya bencana
alam yang sewaktu-waktu dapat mengusik kehidupan mereka.
B.     Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
a.       Keberadaan Manusia
Ada dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan kala Holosin, yaitu Austromelanesoid dan Mongoloid.
Mereka berburu  rusa, gajah, dan badak untuk dimakan. Dibagian barat dan utara ada sekelompok populasi
dengan ciri-ciri terutama Austromelanesoid dengan hanya sedikit campuran Mongoloid. Sedangkan di  Jawa
hidup juga sekelompok Austromelanesoid yang lebih sedikit lagi dipengaruhi leh unsur-unsur Mongloid. Lebih
ke timur lagi, yaitu Nusa Tenggara, terdapat pula Austromelanesoid.
b.      Teknologi
Ada tiga tradisi pokok pada masa Pos Pletosin, yaitu tradisi serpih bilah, tradisi alat tulang, dan tradisi kapak
genggam Sumatera.
c.       Masyarakat
Manusia yang hidup pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, mendiami gua-gua terbuka
atau gua payung yang dekat dengan sumber air atau sungai sebagai sumber makanan. Mereka membuat lukisan-
lukisan di dinding gua, yang menggambarkan kegiatannya, dan juga kepercayaan masyarakat pada saat itu.
        Masa bercocok tanam Pada masa ini sudah mulai ada usaha untuk bertempat tinggal menetapdi suatu
perkampungan yang terdiri dari beberapa tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok. Mulai
ada kerjasama dan peningkatan unsur kepercayaan yang diharapkan adanya peningkatan kesejahteran
masyarakat dan ketentraman hidupnya.
a.      Keberadaan manusia
Pada masa ini, di Indonesia barat mendapat pengaruh besar dari ras Mongoloid, sedangkan di Indonesia timur
smpai sekarang lebih diengaruhi oleh komponen ras Austromela-nesoid.
Kelompok manusia sudah lebh banyak, karena hasil pertanian dan peternakan sudah daat memberi makan
sejumlah orang yan lebih besar.
b.       Teknologi
Masa bercocok tanam dimulai kira-kira bersamaan dengan berkembangnnya kemahiran mengasah alat dari batu
dan mulai dikenalnya teknologi pembutan gerabah. Alat yang terbuat dari batu yang biasa diasah adalah
1)      beliung,
2)   kapak batu,
3)   mata tombak.
        Masa perundagian
Sebagai salah satu dampak kehidupan menetap adalah bahwa manusia mulai semakin berkembang cara
berpikirnya, sehingga mulai mampu menemukan cara membuat perkakas dari logam. Penemuan logam
mendorong manusia menciptakan perkakas-perkakas untukmkebutuhan sehari-hari. Pengolahan logam
memerlukan keahlian khusus, sehingga kemudian berkembang menjadi mata pencaharian untuk kelompok
masyarakat tertentu.
Pembuatan perkakas dari logam menggunakan dua teknik, yaitu a cire perdue dan bivalve.
Pembuatan perkakas dengan teknik a cire perdue, caranya dengan membuat model terlebih dahulu dari lilin.
Perkakas lilin kemudian dibungkus dengan tanah liat basah yang bagian atas dan bawahnya diberi lubang,
selanjutnya dikeringkan dan kemudian dibakar. Pada saat dibakar, lilin melelh dan meninggalkan rongga.
Rongga pada tanah liat tadi kemudian diisi dengan cairan logam, dan setelah dingin, tanah liat dipecah maka
jadilah perkakas dari logam. teknik ini tidak ekonomis karena hanya menghasilkan satu perkakas dari setiap
model. Maka kemudian dikembangkan teknik bivalve, yaitu membuat perkakas dengan cetak masal, yaitu
dibuat cetakan batu dengan tutup yang bisa dibuka dan dipakai berulang-ulang.
Perkakas yang dihasilkan pada zaman perundagian: kapak corong; candrasa; nekara; mokko; bejana; dan
barang-barang perhiasan dari logam lainnya
3.      Sistem Kepercayaan
Sistem kepercayaan mulai muncul pada zaman Neolithikum. Pada zaman ini, masyarakat purba sudah
memahami adanya kehidupan setelah mati. Mereka juga meyakini adanya hubungan antara orang hiup dan roh
yang telah meninggal. Berkaitan dengan peristiwa itu maka kegiatan ritual yang paling menonjol adalah upacara
penguburan sebagai bentuk kehormatan terakhir pada orang yang  meninggal.
Bukti adanya sistem kepercayaan padazaman batu adalah terlihat melalui peninggalan berupa tugu-tugu batu
atau bangunan Megalithikum yang letaknya beradadi pucak bukit, dilereng gunung atau bangunan yang lebih
tinggi dari daratan sekitarnya. Hal ini muncul dari anggapan masyarakat bahwa roh-roh tersebut berada di suatu
tempat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, selain ada upacara-upacara penguburan pada zaman tersebut telah
muncul upacara-upacarauntuk mendirikan bangunan suci atau kebudayaan Megalithikum (Batu Besar) yang
meliputi bangunan berikut ini.

A.    Menhir
Menhir adalah bangunan berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek
moyang. Bentuk menhir ada yang berdiri tunggal juga ada yang berdiri berkelompok, ada pula yang dibuat
bersama bangunan lain seperti punden berundak-undak. Namun, bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat
praaksara tidak berpedoman kepada satu bentuk saja. Lokasi tempat yang ditemukan menhir di Indonesia adalah
Pasemah (Sumtera Selatamn), Sulawesi tenah dan Kalimantan.
B.     Punden Berundak-undak.
Punden berundak-undak adalah banguna dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat
pemujaan terhadap roh nenek moyang. Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan suci. Lokasi tempat
penemuanny adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lerengg Bukit Hyang di Jawa Timur.
C.     Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang fungsinya sebagai tempat meletakan sesaji untuk pemujaan.
Adakalanya dibawah dolmen dipkai untuk meletkkan mayat. Agar mayat tersebut tidak dimakan binatang buas
maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu. Dolmen yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan mayat disebut kuburn batu. Lokasi penemuan dolmen, antara lain Cupari Kuningan, Jawa Barat,
Bondowoso, Jawa Timur, Merawan, Jember, Jatim, Pasemah Sumatera, dan NTT. Bagi masyarakat Jawa
Timur, dolmen yang dibayahnya digunakan sebagai kuburan lebih dikenal dengan sebutan pandhusa atau makan
Tionghoa.
D.    Sarkofagus.
Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung
dar batu utuh yang diberi tutup. Umumnya sarkofagus yang ditemukn mayat di dalamnya dan bekal kubur
berupa periuk, kapak persegi, perhiasan, dan benda-benda dari perunggu atau besi. Daerah penemuan
sarkofagusa adalah Bali. Menurut masyarakat Bali, sarkofagus memiliki kekuatan gaib. Berdasarkan pendapat
para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejk zaman logam.
E.     Peti Kubur.
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Peti kubur dibuat dari lempengan/papan
batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga
barasal dari papan batu. Daerah penemuan pati kubur tersebut adalah Cepari kuningan, Cirebon, Wonosari, dan
Cepu. Di dalam kubur batu juga ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi, serta
manik-manik.
Bab 3 penutup
Kesimpulan
1.      Manusia praaksara memilih tempat tinggal yang dekat dengan persediaan air. Mereka mulai tinggal menetap
pada masa bercocok tanam.
2.      Pembabakan corak kehidupan masyarakat praaksara ada tiga, yaitu :
a.       Masa berburu dan meramu
b.      Masa bercocok tanam
c.       Masa perundagian
3.      Sistem kepercayaan masyarakat praaksara muncul pada zama Neolitikum, pada saat masyarakat praaksara
sudah mengenal bahwa adanya kehidupan setelah mati.
DAFTAR PUSTAKA

http://sejarahkelasx.blogspot.com/2013/09/corak-kehidupan-masyarakat-prasejarah.html
http://www.slideshare.net/jorgigenetri/corak-kehidupan-manusia-pra-aksara
http://www.slideshare.net/jorgigenetri/corak-kehidupan-manusia-pra-aksara

Anda mungkin juga menyukai