Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH KEMINATAN

Masa berburu dan mengumpulkan makanan


tingkat sederhana

DI SUSUN
OLEH:

MEGA ASTUTI

KELAS X

MA AL KHOIRIYAH
DESA SIDO RAHAYU
KECAMATAN ABUNG SEMULI
KABUPATEN LAMPUNG UTARA
TP. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan,
serta shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sehingga saya dapat
menyalesaikan makalah yang berjudul “Pra-Aksara” dari tugas Sejarah ini dengan tepat pada
waktunya.
Makalah ini berisikan tentang Peradaban Manusia Purba Pada Masa Pra-Aksara,
diharapkan makalah ini dapat menambahkan pengetahuan kita semua, tentang bagaimana
kehidupan pada masa Pra-Aksara zaman dahulu itu.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan,
oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati, saya berharap bagi para pembaca berkenan
untuk memberikan kritik dan sarannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan
rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Amin

Sido Rahayu Februari 2022


Penyusun

       MEGA STUTI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang


Masa Praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan atau disebut
masa prasejarah atau nirleka yang artinya tidak adanya tulisan. Masa praaksara berlangsung
dari adanya manusia sampai manusia mengenal tulisan. Kita dapat mengetahui masa
praaksara melalui peninggalan-peninggalan yang bukan berupa tulisan seperti: fosil, artefak,
dan alat-alat yang digunakan pada masa praaksara.
Salah satu ciri kehidupan masyarakat pada masa awal adalah adanya cara hidup
berkelompok. Meskipun masih sangat sederhana, manusia purba telah mengerti akan
pentingnya kerja sama dalam kehidupan mereka.
Generasi penerus sekarang ini sudah banyak yang tidak mengenal sejarah-sejarah
tentang zaman praaksara atau kehidupan awal masyarakat. Padahal hal tersebut sangat
penting bagi ilmu pengetahuan. Tujuan kami menyusun makalah ini untuk menjelaskan
tahapan perkembangan pada masa praaksara.

1.2       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1.        Bagaimana tahapan perkembangan kehidupan pada masa praaksara ?
2.        Apa sajakah jenis - jenis manusia purba yang hidup pada zaman Praaksara  ?
3.        Apa sajakah peninggalan - peninggalan pada masa praaksara ?

1.3       Tujuan
Dalam menyelesaikan masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka tujuan yang
ingin kami capai adalah:
1.         Dapat menjelaskan proses muncul dan tahapan perkembangan kehidupan pada masa
Praaksara.
2.         Untuk mengetahui jenis-jenis manusia purba pada masa Praaksara.
3.         Untuk mengetahui peninggalan- peninggalan pada masa Praaksara.
BAB II
PEMBAHASAN

Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana

Masa berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering and hunting period) adalah salah
satu ciri-ciri zaman batu tua (paleolitikum) dimana manusia purba memenuhi kebutuhan akan
pangan dengan cara berburu hewan dan mengumpulkan makanan dari alam. Pada masa ini
juga telah mengenal sistem kepercayaan yang sederhana dan alat-alat pemenuh kebutuhan
hidup yang sederhana.Hidup mereka berkelompok dengan anggota yang tidak banyak, antara
20 sampai 50 orang.Hidup mereka masih nomaden dan sangat bergantung pada ketersediaan
alam.Perburuan dilakukan oleh kaum laki-laki sedangkan pengumpulan makanan dilakukan
oleh kaum perempuan.

1. Keadaan Lingkungan pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Keadaan lingkungan pada masa itu masih sangat liar, belum stabil, dan berbahaya.Manusia
masih belum mampu menciptakan alat untuk mempermudah hidupnya seperti senjata untuk
membunuh hewan buas dan rakit untuk menyeberangi sungai.Bahkan mereka masih tinggal
di goa-goa alam.Manusia masih sangat bergantung pada ketersediaan alam. Sehingga jika
lingkungan alam di sekitar gua sudah tidak memungkinkan mereka untuk bertahan hidup,
mereka akan mengembara dan mencari tempat baru. Mereka biasanya tinggal di dekat
sumber air seperti sungai atau pantai karena disana lebih banyak terdapat hewan dan
tumbuhan yang bisa dimakan.

2. Kehidupan Ekonomi pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Pada masa itu belum ada sistem ekonomi yang kompleks. Kegiatan berburu dan
mengumpulkan makanan hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan anggota
kelompoknya dan tidak pernah ada transaksi dengan kelompok lain. Mereka masih sangat
bergantung pada alam dan akan mencari tempat lain jika tempat tersebut sudah tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pengolahan makanan masih sebatas dibakar saja. Pada
masa itu manusia telah mengenal api. Untuk makanan yang berasal dari tumbuhan, mereka
memakannya mentah-mentah.Mereka juga belum mengenal teknik menanak nasi.
3. Kehidupan Sosial pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

1. Mereka selalu hidup berkelompok yang anggotanya berjumlah 20 sampai 50 orang yang
terdiri dari satu atau dua keluarga. Tujuan hidup berkelompok adalah untuk menghadapi
binatang buas dan saling membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka juga
sudah mengenal kerja sama terutama dalam hal berburu. Hasil buruannya dibagikan
kepada seluruh anggota kelompok.
2. Mereka belum mengenal teknik berkomunikasi lisan. Mereka hanya menggunakan bahasa
tubuh, gambar, atau bunyi-bunyian untuk menyampaikan sesuatu.

4. Teknologi pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Manusia pada masa itu lebih memilih gua sebagai tempat tinggal karena mereka belum
mampu membangun tempat tinggal.Mereka sudah mengenal beberapa peralatan yang
sederhana untuk memenuhi kebutuhan hidup.Bentuk alat-alat tersebut masih kasar (belum
diasah atau dihaluskan) dan sederhana.Peralatan tersebut biasanya berasal dari batu, serpihan,
dan tulang hewan yang memiliki bentuk sesuai dengan fungsinya.Beberapa alat tersebut
diantaranya kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, pahat genggam, alat serpih, dan
peralatan dari tulang.

1. Kapak Perimbas

Kapak perimbas adalah kapak yang digunakan dengan cara digenggam dan tidak
memiliki tangkai. Kapak ini ditemukan di beberapa tempat di Indonesia dan beberapa
negara lain seperti Malaysia, Tiongkok, Thailand, Vietnam, Pakistan, Myanmar, dan
Filipina.

2. Kapak Penetak

Kapak penetak adalah kapak yang memiliki bentuk lebih besar daripada kapak perimbas dan
berfungsi untuk membelah bambu dan kayu.Kapak ini ditemukan hampir di seluruh wilayah
Indonesia.
3. Kapak Genggam

Kapak genggam adalah kapak yang berukuran lebih kecil daripada kapak perimbas dan
memiliki ujung kecil untuk tempat menggenggam alat tersebut.Kapak ini juga ditemukan di
hampir seluruh wilayah Indonesia.

4. Pahat Genggam

Pahat genggam adalah alat yang memiliki ukuran lebih kecil dari kapak genggam dan
berfungsi untuk menggali tanah untuk mencari umbi-umbian.

5. Alat Serpih

Alat serpih adalah peralatan yang memiliki bentuk yang sederhana berupa serpihan.Alat ini
memiliki fungsi sesuai bentuknya seperti pisau dan alat penusuk.Manusia dapat
menggunakan alat ini untuk mengupas, memotong, dan menggali makanan. Alat serpih
memiliki ukuran sekitar 10 sampai 12 cm dan banyak ditemukan pada goa-goa di Sangiran
(Surakarta), Cabbenge (Sulawesi Selatan), Maumere (Flores), dan Timor

Selain dari batu dan serpihan, manusia juga menggunakan tulang hewan untuk dijadikan alat.
Peralatan yang berasal dari tulang antara lain pisau, belati, mata tombak, mata panah, dll.
5. Keadaan Manusia Indonesia pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Terdapat dua ras yang mendiami Indonesia pada masa ini yaitu Austromelanesoid dan
Mongoloid.Ras Austromelanesoid yang berasal dari Australia (yang dulunya pernah menyatu
dengan Papua) mendiami kawasan timur Indonesia.Ras Mongoloid yang berasal dari Asia
(yang pernah menyatu dengan kawasan Sumatera, Jawa, dan Kalimantan) mendiami kawasan
barat Indonesia.

6. Sistem Kepercayaan pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Pada masa ini manusia telah mengenal sistem kepercayaan. Mereka percaya bahwa ada
kehidupan lain setelah meninggal dan benda-benda besar (seperti batu besar dan pohon besar)
memiliki kekuatan gaib. Mereka percaya bahwa ada kekuatan alam yang telah membantu
kehidupan mereka.Pada masa ini juga telah terdapat ritual penguburan jenazah dan pemujaan
terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib.Mereka juga sering
menggambar sesuatu di dinding gua yang bertujuan untuk menghormati dan mengingat
kekuatan gaib yang diyakininya.

Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut


Manusia prasejarah pada waktu berburu dan mengumpulkan makanan menghadapi berbagai
kesulitan.Keadaan alam masa itu masih liar dan keadaan bumi belum stabil.Letusan gunung
berapi masih sering terjadi disertai gempa bumi yang menakutkan, demikian pula lahar panas
yang membara mengancam kehidupan manusia.Aliran sungai kadang-kadang berpindah
sejalan dengan perubahan bentuk permukaan bumi.
         Mereka hidup berpidah-pindah tempat, mencari daerah yang dapat menghasilkan
makanan.Karena sulitnya mencari bahan makanan, pertumbuhan populasi mereka sangat
sedikit dan banyak yang mati dan akhirnya punah.Seperti diketahui, alat-alat pada zaman
Paleolithikum terdiri atas kapak-kapak genggam dan alat dari tulang atau tanduk rusa yang
berbentuk belati dan ada pula alat dari tulang yang sisinya bergerigi dan dipergunakan untuk
ujung tombak.Alat-alat itu dipergunakan untuk berburu atau menangkap ikan.Alat lainnya
dipergunakan untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah.
            Hewan-hewan yang diburu antara lain rusa, kuda, babi hutan, kijang, kerbau, kera,
gajah, kuda nil, dan beberapa jenis hewan buas lainnya. Suatu cara berburu mereka antara
lain dengan membuat lubang-lubang jebakan atau menggiring hewan ke arah jurang yang
terjal.
            Kelompok berburu terdiri atas keluarga kecil dengan pembagian tugas yaitu: yang
laki-laki melakukan pemburuan dan yang perempuan mengumpulkan makanan, tumbuh-
tumbuhan, dan hewan-hewan kecil yang tidak memerlukan tenaga besar. Tempat-tempat
yang menarik bagimereka untuk dihuni ialah daerah yang cukup mengandung bahan
makanan dan air, terutama di sekitar tempat-tempat yang sering dilalui buruan.Tempat-
tempat semacam itu berupa padang-padang rumput dengan semak belukar dan hutan kecil
yang terletak berdekatan dengan sungai atau danau.Hewan yang berkeliaran di tempat-tempat
itu menjadi binatang buruan.
           Untuk menghadapi kemungkinan bahaya, mereka hidup berkelompok dan berlindung
dalam gua-gua.Bahaya itu datang dari serangan binatang-binatang buas yang diburunya atau
bencana alam yang sering terjadi, seperti letusan gunung berapi.
           Masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan telah mengenal api, menyalakan
dan memeliharanya. Api ternyata bermanfaat bagi kehidupan manusia untuk berbagai
keperluan, misalnya memanaskan makanan, membakar daging supaya menjadi lunak untuk
dikunyah, untukpenerangan, dan mengusir binatang buas yang hendak mengganggu. Api
mula-mula dikenal dari gejala alam, misalnya percikan gunung berapi, kebakaran hutan yang
sering ditimbulkan oleh halilintar atau nyala api yang tersembur dari dalam bumi, karena
mengandung gas. Secara lambat laun mereka dapat menyalakan api dengan cara menggosok
batu dengan batu yang mengandung unsur besi, sehingga menimbulkan percikan api.
Percikan-percikan api itu ditampung pada semacam lumut kering, sehingga terjadi bara api.
Pada masyarakat food gathering, mereka sangat menggantungkan diri pada alam.Dimana
daerah yang mereka tempati harus dapat memberikan persediaan yang cukup untuk
kelangsungan hidup.Oleh karena itu mereka selalu berpindah-pindah.
Sebab mereka hidup berpindah-pindah adalah sebagai berikut:
•         Binatang buruan dan umbi-umbian semakin berkurang di tempat yang mereka diami.
•         Musim kemarau menyebabkan binatang buruan berpindah tempat untuk mencari
sumber air yang lebih baik.
•         Mereka berusaha menemukan tempat dimana kebutuhan mereka tersedia lebih banyak
dan mudah diperoleh.
•         Mereka masih hidup mengembara. Tempat tinggal sementara di gua-gua. Ada pula
kelompok yang tinggal di daerah pantai
•         Mencari makanan berupa binatang buruan dan tumbuh-tumbuhan liar di tepi sungai
atau danau. Mereka mencari kerang sebagai makanannya.
•         Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan pergerakan dalam
mengikuti binatang buruan/ mengumpulkan makanan.
•         Dalam kelompok-kelompok tersebut terdapat pembagian tugas kerja. Laki-laki pada
umumnya melakukan perburuan.Sementara itu, para wanita mengumpulkan bahan makanan
seperti buah-buahan dan merawat anak. Mereka yang memilih dan meramu makanan yang
akan di makan.
•         Hubungan antar anggota sangat erat, mereka bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan
hidup serta mempertahankan kelompok dari serangan kelompok lain ataupun dari binatang
buas.
•         Populasi pertumbuhan penduduk sangat kecil karena situasi yang berat, dengan
peralatan yang masih sanagat primitif membuat mereka tidak dapat selamat dari berbagai
bahaya.

CIRI MASA BERBURU DAN MENGUMPULKAN MAKANAN TINGKAT LANJUT


            berburu dan meramu tingkat lanjut merupakan kelanjutan dari masa berburu dan
meramu tingkat awal atau sederhana. Ciri-ciri kehidupan masyarakatnya setingkat lebih
tinggi dibandingkan dengan masa sebelumnya, terutama dalam hal manusia pendukung,
teknik pembuatan alat, tempattinggal, ataupun kesenian dan kepercayaannya., 
ciri-ciri masyarakatmasa berburu dan meramu tingkat lanjut diuraikan berikut ini.
1. Manusia Pendukung
            Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut, masyarakat purba memasuki masa
Holosen. Manusia pendukung kebudayaan masa ini adalah kelanjutan dari manusia purba
jenis Homosapiens , yaitu ras Mongoloid dan Austromelanesoid. Ras Mongoloid mempunyai
ciri-ciri, antara lain tubuh lebih kecil, muka lebar dan datar, tengkorak sedang dan bundar,
besar hidung besar, dan reduksi alat pengunyah sudah terlihat. Ciri-ciri ras Austromelanesoid,
yaitu tubuh agak besar, tengkorak kecil, muka sedang, hidung lebar, bagian rahangnya ke
depan, alat pengunyahnya kuat, dan geraham belum mengalami reduksi. Kedua ras tersebut
tersebar di wilayah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi.Di Indonesia juga dihuni
ras Papua Melanesoid. Keturunan ras ini,antara lain suku Sakai (Siak) dan suku Irian.

2. Kehidupan Ekonomi
              Kehidupan perekonomian pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut sudah
mengalami perkembangan meskipun dalam pemenuhan kebutuhannya masih bergantung
pada alam.Berikut ini beberapa ciri kehidupan ekonomi masyarakat purba masa berburu dan
meramu tingkat lanjut.
a. Cara memperoleh makanan masih bersifat food gathering masih sangat bergantung pada
alam, yaitu iklim, cuaca, kesuburan tanah, dan kondisi bintang.
b. Kehidupan berburu berkembang seiring dengan kemajuan dalam pembuatan alat berburu.
c. Selain berburu hewan di dekat, mereka juga makan hewan-hewan laut, misalnya kerang
yang kulitnya dibuang menjadi sampah bukit kerang (kjokkenmoddinger).
d. Mulai melakukan bercocok tanam sederhana dengan berpindah-pindah tempatsesuai
dengan kesuburan tanah. Tanaman yang ditanam sebatas umbi-umbian, karena belum
mengenal padi.
e. Masa ini belum mengenal perdagangan barter, yaitu tukar-menukar barang, karena
makanan yang mereka peroleh hanya sekadar untuk mempertahankan hidup.

3. Kehidupan Sosial
             Secara umum, pola kehidupan sosial masyarakat purba masa berburu dan meramu
tingkat lanjut diuraikan berikut ini.
A. Manusia pada masa ini sudah mulai hidup semisedenter, yaitu kadang menetap di gua-gua
alam dan berpindah lagi mencari gua lain yang di sekitarnya banyak tersedia bahan makanan.
B. Pembagian kerja; laki-laki berburu, dan perempuan mengmpulkan makanan dan mengurus
anak
C. Munculnya gua-gua alam yang dinamakan abris sous roche yang merupakan tempat
tinggal sementara.

4. Hasil Kebudayaan
           Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut, masyarakat praaksara sudah
menghasilkan berbagai budaya meskipun belum berkembang pesat. Salah satu hasil budaya
pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut adalah digunakannya peralatan dari batu yang
disebut chooper (kapak perimbas/pebble/kapak sumatra), chooping tool (kapak penetak),
anak panah, dan alat dari tulang atau tanduk rusa (bone culture). Selain itu, ditemukan
beberapa kesenian berupa lukisan-lukisan.Berikut beberapa bentuk lukisan tersebut.
a. Lukisan pada kapak berupa garis sejajar dan lukisan mata. Makna lukisan tersebut belum
diketahui secara pasti.
b. Lukisan di dinding-dinding gua, seperti yang terdapat di Gua Leang-Leang, Sulawesi
Selatan. Lukisan tersebut berupa gambar babi hutan sedang berlari. Di Gua Leang-Leang juga
ditemukan lukisan cap tangan berwarna merah. Heekeren mengatakan bahwa gambar tersebut
dimungkinkan telah berumur lebih dari 4.000 tahun, atau pada zaman peralihan dari
Mesolitikum ke Neolitikum.

Masa bercocok tanam (budaya neolitik)


Sekitar tahun 1.500 merupakan zaman Neolitikum dan perubahan dalam kehidupan manusia
pada saat itu sudah mengalami perkembangan dari zaman sebelumnya.Mereka telah memulai
kehidupan dengan menetap di suatu tempat dan bercocok tanam.Berikut adalah ulasan
tentang zaman Neolitikum dan ciri-ciri, serta peninggalannya.
Zaman Neolitikum dan Ciri-ciri serta Peninggalannya

Zaman Neolitikum artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman Neolitikum dimulai
sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk memenuhi kebutuhannya telah mengalami perubahan
pesat, dari cara food gathering menjadi food producting, yaitu dengan cara bercocok tanam
dan memelihara ternak.

Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di rumah panggung untuk menghindari bahaya
binatang buas.Manusia pada masa Neolitikum ini pun telah mulai membuat lumbung-
lumbung guna menyimpan persediaan padi dan gabah.Tradisi menyimpan padi di lumbung
ini masih bisa dilihat di Lebak, Banten.

Mereka tak perlu membeli beras dari pihak luar karena menjualbelikan padi dilarang secara
hukum adat.Mereka rupanya telah mempraktikkan swasembada pangan sejak zaman nenek
moyang.

Pada zaman ini, manusia purba Indonesia telah mengenal dua jenis peralatan, yakni beliung
persegi dan kapak lonjong.Beliung persegi menyebar di Indonesia bagian Barat, diperkirakan
budaya ini disebarkan dari Yunan di Cina Selatan yang berimigrasi ke Laos dan selanjutnya
ke Kepulauan Indonesia.

Kapak lonjong tersebar di Indonesia bagian timur yang didatangkan dari Jepang, kemudian
menyebar ke Taiwan, Filipina, Sulawesi Utara, Maluku, Irian dan kepulauan Melanesia.
Contoh dari kapak persegi adalah yang ditemukan di Bengkulu, terbuat dari batu kalsedon;
berukuran 11,7×3,9 cm, dan digunakan sebagai benda pelengkap upacara atau bekal kubur.

Sedangkan kapak lonjong yang ditemukan di Klungkung, Bali, terbuat dari batu agats;
berukuran 5,5×2,5 cm; dan digunakan dalam upacara-upacara terhadap roh leluhur.

Selain itu ditemukan pula sebuah kendi yang dibuat dari tanah liat; berukuran 29,5×19,5 cm;
berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kendi ini digunakan sebagai bekal kubur.Anda
sekarang sudah mengetahui Zaman Neolitikum.
Ciri-ciri Zaman Batu Neolitikum (Zaman Batu Muda)

Zaman neolitikum (zaman batu baru) kehidupan masyarakatnya semakin maju.Manusia tidak
hanya sudah hidup secara menetap tetapi juga telah bercocok tanam.

Masa ini penting dalam sejarah perkembangan masyarakat dan peradaban karena pada masa
ini beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah
cepat.Berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan hewan mulai dipelihara dan dijinakkan.Hutan
belukar mulai dikembangkan, untuk membuat ladang-ladang.Dalam kehidupan bercocok
tanam ini, manusia sudah menguasai lingkungan alam beserta isinya.

Kemajuan masyarakat dalam masa neolitikum ini tidak saja dapat dilihat dari corak
kehidupan mereka, tetapi juga bisa dilihat dari hasil-hasil peninggalan budaya mereka.Yang
jelas mereka semakin meningkat kemampuannya dalam membuat alat-alat kebutuhan hidup
mereka. Alat-alat yang berhasil mereka kembangkan antara lain: beliung persegi, kapak
lonjong, alat-alat obsidian, mata panah, gerabah, perhiasan, dan bangunan megaltikum.
Beliung persegi ditemukan hampir seluruh kepulauan Indonesia, terutama bagian barat
seperti desa Sikendeng, Minanga Sipakka dan Kalumpang (Sulwasei), Kendenglembu
(Banyuwangi), Leles Garut (Jawa Barat), dan sepanjang aliran sungai Bekasi, Citarum,
Ciherang, dan Ciparege (Rengasdengklok). Beliung ini digunakan untuk alat upacara.
Kapak lonjong ditemukan terbatas hanya di wilayah Indonesia bagian timur seperti Sulawesi,
Sangihe-Talaud, Flores, Meluku, Leti, Tanibar dan Papua.Kapak ini umumnya lonjong
dengan pangkal agak runcing dan melebar pada bagian tajaman.Bagian tajaman diasah dari
dua arah sehingga menghasilkan bentuk tajaman yang simetris.

Alat-alat obsidian merupakan alat-alat yang dibuat dari batu kecubung. Alat-alat obsidian ini
berkembang secara terbatas di beberapa tempat saja, seperti: dekat Danau Kerinci (Jambi),
Danau Bandung dan Danau Cangkuang Garut, Leuwiliang Bogor, Danau Tondano
(Minahasa), dan sedikit di Flores Barat.
Kebudayaan Batu Muda (Neolithikum)

Hasil kebudayaan zaman batu muda menunjukkan bahwa manusia purba sudah mengalami
banyak kemajuan dalam menghasilkan alat-alat.Ada sentuhan tangan manusia, bahan masih
tetap dari batu.Namun sudah lebih halus, diasah, ada sentuhan rasa seni.Fungsi alat yang
dibuat jelas untuk pengggunaannya. Hasil budaya zaman neolithikum, antara lain.

 Kapak Persegi

Kapak Persegi

Kapak persegi dibuat dari batu persegi.Kapak ini dipergunakan untuk mengerjakan kayu,
menggarap tanah, dan melaksanakan upacara.Di Indonesia, kapak persegi atau juga disebut
beliung persegi banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Nusa
tenggara.

 Kapak Lonjong

Kapak Lonjong

Kapak ini disebut kapak lonjong karena penampangnya berbentuk lonjong.Ukurannya ada
yang besar ada yang kecil.Alat digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan
memotong kayu atau pohon.Jenis kapak lonjong ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi
Utara.

 Mata Panah
Mata Panah

Mata panah terbuat dari batu yang diasah secara halus.Gunanya untuk berburu.Penemuan
mata panah terbanyak di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

 Gerabah

Gerabah

Gerabah dibuat dari tanah liat.Fungsinya untuk berbagai keperluan.

 Perhiasan

Perhiasan

Masyarakat pra-aksara telah mengenal perhiasan, diantaranya berupa gelang, kalung, dan
anting-anting.Perhiasan banyak ditemukan di Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

1. Alat Pemukul Kulit Kayu

Pemukul Kayu
Alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul kulit kayu yang akan digunakan sebagai
bahan pakaian. Adanya alat ini, membuktikan bahwa pada zaman neolithikum manusia pra-
aksara sudah mengenal pakaian.

Masa perundagian (budaya megalitik dan budaya logam)


Masa Zaman Megalithikum (Masa Kebudayaan Batu Besar) - Adanya kebudayaan megalithik
terungkap dari penemuan bangunan-bangunan yang dibuat dari batu besar. Bahan-bahan
bangunan megalithik kerap kali harus didatangkan dari tempat lain sebelum didirikan di suatu
tempat yang terpilih. Dalam kenyataannya, bangunan megalithik memang didirikan demi
kepentingan seluruh masyarakat yang membangunnya.

Bangunan ini didirikan untuk kepentingan penghormatan dan pemujaan roh nenek
moyang.Dengan demikian, pendirian bangunan megalitihik berkaitan erat dengan
kepercayaan yang dianut masyarakat pada masa itu.
Bangunan megalithik tersebar di seluruh Indonesia.Ada yang dibangun secara berkelompok
dan ada yang berdiri sendiri.Kehidupan menetap yang telah dijalani menimbulkan ikatan-
ikatan antara manusia dengan alam semestanya.Oleh karena itu, nenek moyang kita
mempunyai kepercayaan yang berkaitan dengan alam sekitarnya.
Zaman Megalithikum

Hasil-hasil Kebudayaan
Kebudayaan Dongson

 - menhir
 - dolmen
 - sarkopagus
 - waruga
 - manik-manik
 - kubur batu
 - pundek berundakundak
 - arca

Cara Hidup dan Kemampuan membuat alat dari gerabah

 - Food producing
 - Tempat tinggal menetap
 - Bercocok tanam
 - Beternak
 - Nelayan
 - Membuat alat-alat
 - Rumah panggung

Jenis Manusia Pendukung


Proto Melayu (2000 SM)

 - Suku Nias
 - Suku Dayak
 - Suku Sasak
 - Suku Toraja

Zaman Logam
Masa Zaman Logam - Zaman logam adalah zaman dimana manusia sudah mengenal
teknologi pertukangan secara sederhana.Pada masa ini manusia purba mulai mengenal logam
perunggu dan besi.
Pengolahan logam memerlukan suatu tempat dan keahlian khusus. Tempat untuk mengolah
logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli mengerjakan pertukangan
logam disebut undagi. Maka zaman logam disebut juga zaman perundagian.
Pada masa ini nenek moyang bangsa Indonesia telah pandai membuat barang-barang
penunjang kehidupan dari logam.Di Indonesia logam yang digunakan adalah perunggu dan
besi.
Maka muncul daerah-daerah produsen barang, yang kemudian ditukarkan dengan barang
kebutuhan lain, sehingga terjadilah barter.Kebutuhan barang makin meningkat memunculkan
daerah konsumen, sehingga terjadilah perdagangan antar daerah.Kebudayaan zaman logam
terus berkembang hingga munculnya kerajaan-kerajaan di Indonesia.

Zaman Logam/Perunggu
Hasil-hasil Kebudayaan

 - Barang-barang perhiasan
 - Manik-manik
 - Bejana perunggu
 - Candrasa
 - Moko
 - Kapak corong
(budaya Dongson)

Cara Hidup dan Kemampuan membuat alat

Masa Perundagian

 - Mengenal teknologi pertukangan.


 - Muncul daerah produsen dan daerah konsumen.
 - Timbul perdagangan barter.

Jenis Manusia Pendukung

 Deutro Melayu Yang masuk ke Indonesia tahun 300 SM.

BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Priodesasi masa prasejarah berdasarkan ilmu geoligi ini dilakukan untuk mengetahui
terbentuknya bumi dari masa awal sampai seperti saat   ini, melalui lapisan-lapisan bumi.
Melalui lapisan-lapisan bumi kita akan mengetahui usia fosil dan benda-benda purbakala. 
Semakin dalam  dari permukaan tanah  tempat ditemukannya fosil atau benda tersebut maka
dpat disimpulkan bahwa usia benda itu semakin tua dan sebaliknya.  Melalui pemeriksaan
laboratorium, akan diketahui berapa kira-kira usia bumi beserta makhluk yang pernah
menghuninya.berikut adalah uraian mengenai tahapan-tahapan terciptanya bumi.
Pembabakan  prasejarah berdasarkan ilmu arkeologi  bertujuan untuk mengetahui usia
manusia purba berdasarkan peninggalan purbakala. Benda-benda tersebut dapat berupa
perkakas rumah tangga, patung, coretan di gua, dan fosil purba. Manusia purba menggunakan
alat-alat untuk memenuhi kebutuhannya seperti mencari dan mengolah makanan dengan
menggunakan perkakas dari batu atau benda-benda alam lainnya yang keras seperti kayu dan
tulang.
Kehidupan masyarakat di Indonesia terus mengalami perkembangan, yakni dari masa
berburu dan mengumpulkan makanan kemudian berkembang ke masa menetap dan bercocok
tanam. Dalam masa menetap dan bercocok tanam masyarakat kemudian berusaha membuat
atau menciptakan berbagai macam peralatan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka maka
lahirlah budaya. Budaya yang semula merupakan budaya batu mulai dari batu tua,madya, dan
muda lalu berkembag ke budaya batu besar dan budaya besi atau perunggu bersamaan
dengan lahrnya budaya batu besar (megalitikum) maka berkembang pula system kepercayaan
masyarakat seperti animisme dan dinamisme
Setelah Disusunnya Makalah ini dapat disimpulkan :
1.        Zaman pra-Aksara di berdasarkan ciri kehidupan masyarakat, dibagi dalam empat
babak, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut, .masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
2.        Perubahan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut ke masa
bercocok tanam, memakan waktu yang sangat panjang,
3.2       Saran
Setelah mempelajari kehidupan masa pra aksara dan Setalah kami menyusun makalah
ini kami member saran :
1.        Kita Harus Bersyukur Karena kita tidak perlu bersusah keras lagi untuk mencari
makanan kini kita tinggal membeli apa yang kita inginkan .
2.        Masa kita sekarang adalah masa yang modern tentunya perlu di syukuri dan dinikmati
sesuai kebutuhan.
3.        Jangan lupa bersyukur selalu kepada tuhan yang menciptakan langit dan bumi.

Anda mungkin juga menyukai