Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah merupakan rangkaian kejadian yang terjadi pada masa lalu.
Sejarah sangat penting dipelajari, terutama jika itu terkait dengan sejarah
bangsa kita ini. Dengan sejarah kita mendapatkan pelajaran berharga yaitu
supaya kita dapat terhindar dari kesalahan di masa lalu dan bisa berinovasi
untuk menjadi pribadi yang lebih maju. Maka dari itu kami kemudian
menyusun makalah Sejarah Indonesia tentang “Masyarakat Mewariskan Masa
Lalu dan Hasil Budaya Masyarakat Pra-Aksara Di Indonesia aksara di
Indonesia.”. Makalah ini membahas tentang peninggalan budaya masyarakat
nusantara pada zaman praaksara. Kami harap materi yang dimuat dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja Cara Masyarakat Mewariskan Masa Lalu?
2. Apa saja Hasil Budaya Masyarakat Pra-Aksara Di Indonesia?

C. Tujuan Masalah
Mengidentifikasi dan mengetahui cara Masyarakat Mewariskan Masa Lalu
dan Hasil Budaya Masyarakat Pra-Aksara Di Indonesia aksara di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Cara Masyarakat Mewariskan Masa Lalu


1. Melalui Keluarga
Keluarga sangat berperan dalam mewariskan masa lalu karena
kesempatan berinteraksi lebih besar. Hubungan keluarga bersifat intim
dan langgeng. Dalam keluarga ada beberapa cara dalam mewariskan masa
lalu antara lain :
2. Melalui adat istiadat
Merupakan tradisi/ kebiasaan yang dilakukan dalam keluarga. Kebiasaan
tersebut diwariskan kepada anak melalui sosialisasi. Sosialisasi dibagi
menjadi 2 yaitu :
3. Secara langsung misalnya, dengan mengajarkan secara lisan tentang
tradisi, adat istiadat, dan kebiasaan yang berlaku.
Contoh :
a. Seorang ibu mengajarkan anaknya bila ingin melakukan sesuatu
harus berdo’a terlebih dahulu.
b. Secara tidak langsung misalnya dengan memberi contoh
perilaku/perbuatan yang baik.
Contoh :
1) Masuk dan keluar rumah mengucapkan salam terlebih dahulu.
2) Bila lewat didepan orang yang lebih tua, membungkukkan badan.
3) Berjabat tangan dengan orang tua terlebih dahulu sebelum
berangkat sekolah.
4. Melalui cerita dongeng
Biasanya generasi tua akan menceritakan dongeng-dongeng kepada
generasi muda. Dan didalam dongeng tersebut disispkan pesan-pesan
mengenai perbuatan-perbuatan yang dipandang baik untuk dilakukan.
Contoh :

2
Seorang kakek menceritakan tentang kisah Kancil dan Buaya. Dalam
cerita tersebut dapat diambil sisi positif bahwa kita harus bisa mencari
cara untuk menyelamatkan diri dari bahaya yang akan menimpa kita, dan
sisi negatifnya adalah kita tidak boleh berbohong kepada siapapun.
5. Melalui Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki kesamaan
budaya(yang diwariskan dari generasi ke generasi) wilayah, identitas, dan
interaksi dalam suatu hubungan sosial yang terstruktur. Dalam
masyarakat ada beberapa cara dalam mewariskan masa lalu diantaranya :
6. Adat istiadat
Masing-masing masyarakat mempunyai adat istiadat yang berbeda. Setiap
masyarakat harus patuh terhadap peraturan adat yang berlaku, jika
seseorang melakukan penyimpangan maka dia akan disisihkan dari
masyarakat.
Contoh :
Bila seseorang tidak ikut dalam kegiatan gotong royong maka dia akan
merasa malu terhadap orang-orang disekitarnya.
7. Pertunjukan hiburan
Seorang sarjana berkebangsaan Belanda Dr. J. L. Brandes menemukan 10
pokok kehidupan masyarakat Indonesia pada masa lalu. Salah satunya
adalah melalui pertunjukan hiburan.
Contoh :
Hiburan wayang adalah salah satunya, dalam pertunjukan wayang
tersebut terdapat manfaat yang sangat besar yang akan mengingatkan
manusia akan sifat-sifat atau perbuatan-perbuatan manusia pada masa
lalu.
8. Kepercayaan masyarakat
Keyakinan yang dianut masyarakat di suatu tempat mengenai cara
mengingat para leluhur mereka pada masa lalu.
Contoh :

3
Tugu batu menhir yang didirikan untuk tanda penghormatan kepada para
leluhur merek

B. Hasil Budaya Masyarakat Pra-Aksara Di Indonesia


Meskipun manusia pra-aksara belum mengenal tulisan, mereka telah
meninggalkan berbagai hasil kebudayaan Kehidupan manusia pra-aksara di
Indonesia dibagi dalam beberapa tahap diantaranya, Zaman Batu Tua
(Paleolithikum), Zaman Batu Madya (Mesolithikum), Zaman Batu Muda
(Neolithikum), Zaman Batu Besar (Megalithikum), dan Zaman Logam.
Meskipun pada masa itu manusia pra-aksara belum mengenal tulisan, mereka
telah mengenal berbagai teknologi sehingga dapat meninggalkan berbagai
macam hasil kebudayaan. Berikut ini penjelasan mengenai hasil kebudayaan
masyarakat pra-aksara:
1. Zaman Batu Tua (Paleolithikum) Kebudayaan Pacitan dan Ngandong
Masa Paleolithikum berlangsung sekitar 600.000 tahun tahun yang
lalu. Masa ini adalah masa dimana manusia mulai ada di bumi. Pada masa
paleolithikum ini manusia pra-aksara hanya bisa berburu dan
mengumpulkan makanan, manusia yang hidup pada zaman itu belum bisa
melakukan kegiatan produksi. Mereka sangat bergantung pada alam sekitar.
Mereka sering melakukan perburuan gajah, rusa, kerbau, dan
bahkan binatang air seperti kerang dan ikan. Kegiatan perburuan itu
biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki sedangkan tugas perempuan adalah
mengumpulkan makanan dari alam seperti ubi, keladi, daun-daunan, dan
buah-buahan serta mengolahnya agar bisa dimakan. Untuk melakukan
kegiatan tersebut, para manusia pra-aksara menciptakan bermacam-macam
peralatan yang sifatnya masih kasar dan dan belum diasah halus. Alat-alat
yang dibuat hampir tidak mengubah bentuk aslinya, karena teknologi yang
di kuasai masih sangat primitif dan sederhana seperti :
a. Kebudayaan Pacitan
1) Kapak Perimbas

4
Apak perimbas adalah sejenis kapak besar dari batu dan
tidak bertangakai. Teknik pembuatan kapak ini menggunakan
teknik pembenturan batu-batu. Kapak ini ditemukan pertama kali
oleh Van Koeningswald di daerah Punung, Pacitan, Jawa
Timur. Diperkirakan kapak ini milik manusia jenis Pithecantropus
Erectus. Kapak ini berbentuk agak runcing dan bagian yang tajam
hanya ada pada satu sisi saja. Alat ini sering digunakan untuk
membelah kayu, menggali umbi-umbian, memotong / menguliti
hewan buruan,dsb.
2) Kapak Penetak (Chopper)
Kapak Penetak memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak
perimbas tetapi ukurannya lebih besar. Cara pembuatannya juga
masih kasar. Kapak ini digunakan untuk menebang pohon,
membelah kayu, atau untuk memotong benda lainnya. Wilayah
persebarannya hampir di seluruh Nusantara.
3) Kapak Genggam
Kapak Genggam adalah kapak sederhana tanpa tangkai dan masih
termasuk dalam peralatan yang kasar karena belum diasah. Kapak
ini hampir sama dengan Kapak Perimbas dan Kapak Penetak,
namun bentuknya lebih kecil dan sederhana. Cara pemakaiannya
adalah dengan digenggan pada ujungnya yang lebih ramping. Alat
ini juga banyak ditemukan di daerah Nusantara.
4) Pahat Genggam

5
Pahat genggam bentuknya lebih kecil dari kapak genggam. Alat ini
berfungsi untuk menggemburkan tanah dan mencari umbi-umbian
untuk dikonsumsi.
Alat Serpih (Flakes)
2. Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan Ngandong adalah adalah kebudayaan yang berkaitan
dengan penemuan di daerah Ngawi, Jawa Timur. Di wilayah ini banyak
ditemukan berbagai peralatan dari batu dan tulang (bone culture). Yang
digunakan oleh manusia jenis Homo Sooloensis dan Homo wajakensis.
Diduga tulang yang menjadi bahan peralatan itu berasal dari tulang dan
tanduk rusa. Umumnya alat itu berfungsi untuk menusuk dan sebagai
sangkur jika digunakan di zaman sekarang. Di wilayah Ngandong ini juga
banyak ditemukan peralatan seperti tombak yang bergerigi.
a. Zaman Batu Madya (Mesolithikum)
Masa zaman batu madya adalah masa peralihan, yaitu suatu masa
dimana pembuatan alat-alat kehidupan mulai maju, lebih halus, dan lebih
baik. Pada masa ini, hasil kebudayaan zaman paleolithikum tidak punah
tetapi makin maju dan berkembang. Manusia juga telah mulai mengenal
kesenian. Diduga manusia yang hidup pada masa ini adalah bangsa
Papua Melanesoide. Peninggalan-peninggalan sejarah pada masa ini
adalah:
1) Abris Sous Roche

6
Abris Sous Roche adalah gua gua yang dijadikan tempat
tinggal manusia purba pada masa mesolithikum. Gua ini berfungsi
untuk berlindung dari cuaca buruk serta binatang buas. Gua-gua ini
biasanya dilindungi oleh batu karang, terletak di dekat sumber air,
memiliki kesuburan tanah yang tinggi, pencahayaan cukup, sirkulasi
udara lancar, dan memiliki kondisi yang baik. Pemilihan tempat
tinggal ini berdasarkan pada kesatuan kondisi geologi, ekologi, dan
biologi.
2) Kokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger ditemukan ditemukan di Aceh Tamiang, gua
Kepah Sumatra dan Kawal Darat Bintan pada tahun 1925.
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark
yaitu kata Kjokken berarti dapur dan kata modding yang berarti
sampah. Jadi Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur yang telah
membatu dan berubah menjadi fosil (Timbunan atau tumpukan kulit
kerang dan siput yang mencapai ketinggian 7 m). Di daerah pantai,
sampah ini biasanya terlihat menggunung. Pembentukan
Kjokkenmoddinger ini membutuhkan waktu puluhan sampai ratusan
tahun dan banyak ditemukan di daerah Sumatera.
Lukisan-lukisan
b. Zaman Batu Muda (Neolithikum)
Pada zaman Batu Muda ini, kehidupan manusia pra-aksara
mencapai puncaknya. Mereka mulai mengalami kemajuan, mereka telah
bercocok tanam, timbul suatu perubahan dalam kehidupan para manusia
pra-aksara jenis Homo sapiens. Mereka mulai bisa menternakkan hewan
dan membudidayakan berbagai tanaman seperti padi, jagung, keladi, dan
ketela. Pada masa ini mereka juga sudah mulai mempunyai rumah dan
meninggalkan pola kehidupan berpindah- pindah (nomaden). Alat-alat
yang digunakan pada masa itu juga sudah tergolong alat yang halus karena
telah diasah sedemikian rupa. Alat-alat tersebut antara lain :

7
a. Kapak Persegi
Nama kapak persegi ini berasal dari von Heine Geldern berdasar
penampang dari alat-alatnya yang berbentuk persegi panjang atau
trapesium. Kapak ini berbentuk persegi panjang dengan bagian
pangkal yang tidak tajam untuk mengikat tangkai, sedangkan sisi
lainnya diberi tajaman dengan cara diasah. Selain berguna sebagai
kapak, benda ini juga dapat digunakan untuk memotong kayu dan
bahkan sebagai cangkul. Pendukung dari penyabaran kapak ini adalah
bangsa Austronesia.
b. Kapak Lonjong
Kapak lonjong merupakan hasil kebudayaan zaman neolitikum,
yang terbuat dari batu kali dan nefrit.Disebut kapak lonjong karena
bentuk penampangnya lonjong dan bentuk kapaknya sendiri bulat
telur. Seluruh permukaan telah digosok dengan halus dengan sisi
pangkal agak runcing serta sisi depan lebih lebar dan diasah sampai
tajam. Kebudayaan zaman neolitikum jauh lebih maju dibandingkan
dengan zaman sebelumnya, karena pada masa itu senjata seperti kapak
lonjong sudah menggunakan pegangan yang terbuat dari kayu, dan
bambu.Pendukung dari persebaran kapak ini adalah bangsa Melanesia.
c. Mata Panah
Mata panah mencerminkan alat yang digunakan berburu pada
zaman praaksara. Ada dua tempat penemuan penting, berhubungan
dengan mata panah pada zaman praaksara, yaitu Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan.

3. Zaman Batu Besar (Megalithikum)


Pada masa ini, para manusia pra-aksara telah mengenal
kepercayaan dalam tingkat awal yaitu kepercayaan terhadap roh
(Animisme) dan benda-benda keramat (Dinamisme).Oleh karena itu di
Indonesia berkembang tradisi batu besar (Megalitikum). Benda-benda
tradisi tersebut adalah :

8
a. Dolmen
Dolmen adalah sebuah meja batu yang sering digunakan dalah proses
upacara adat sebagai pelinggihan roh atau tempat meletakkan sesaj
b. Menhir
Menhir adalah tugu batu yang diletakkan dengan cara berdiri. Menhir
sering digunakan dalam peringatan meninggalnya nenek moyang atau
tempat memuja mereka. Di Indonesia, menhir sering ditemukan di
Pulau Sumatera dan Jawa.
c. Waruga
Waruga adalah sebuah peti kubur batu atau tempat yang digunakan
digunakan untuk meletakkan jasad orang yang sudah meninggal.
Waruga banyak ditemukan di daerah Minahasa.
d. Sarkofagus
Sarkofagus adalah sebuah tempat jenazah yang terdiri dari dua batu
besar yang ditangkupkan. Benda ini banyak ditemukan di daerah Bali
dan Sumbawa.
e. Punden Berundak
Punden Berundak adalah susunan batu yang ditata dengan sedemikian
rupa dan biasanya terdiri dari tujuh undak. Bangunan ini digunakan
sebagai sarana pemujaan.
f. Arca Batu
Arca batu adalah batu yang dipahat, biasanya dibuat menyerupai
manusia atau hewan.Arca batu ini banyak ditemukan di daerah
Lampung dan Sulawesi Selatan.
4. Zaman Logam
Masa ini sering disebut juga masa perundagian. Pada masa ini
bukan berarti zaman batu telah berakhir, zaman batu juga ikut berkembang
jika ditambah manusia telah pandai membuat berbagai peralatan dari
logam, baik perunggu maupun besi. Disamping peralatan zaman batu yang
berkembang, keterampilan manusia dalam membuat benda dari logam juga
meningkat. Benda-benda hasil keterampilan tersebut diantaranya:

9
a. Zaman Perunggu
1) Nekara
Nekara adalah sebuah tambur besar dari perunggu yang berbentuk
seperti berumbung yang berpinggang pada bagian tengahnya dan
sisi atasnya tertutup. Para manusia pra-aksara menganggap benda
ini sebagai benda suci yang merupakan bagian dari bulan yang
jatuh dari langit dan sering digunakan sebagai upacara
mendatangkan hujan, memanggil arwah nenek moyang, dan sebagai
gendering perang.
2) Moko
Moko adalah nekara dalam ukuran yang lebih kecil dan ramping.
Moko banyak dibawa oleh pedagang Bugis dari daerah Gresik. Alat
ini biasanya digunakan sebagai maskawin atau pusaka.
3) Bejana Perunggu
Bejana perunggu ini memiliki bentuk seperti keranjang yang
diikatkan ke badan para pencari ikan sebagai tempat ikan hasil
tangkapan. Bejana ini ada yang polos dan ada yang bermotif.
Bejana ini banyak ditemukan di daerah Madura dan Sumatera.
4) Kapak Perunggu
Kapak perunggu dibagi 2 yaitu : kapak sepatu atau kapak corong
dan kapak upacara.Kapak ini memiliki berbagai macam ukuran.
Dilihat dari penggunaannya kapak ini berguna untuk perkakas saat
bekerja dan benda pusaka sat upacara. Kapak ini hampir bisa
ditemukan di seluruh daerah Indonesia
5) Arca Perunggu
Arca yang ditemukan pada masa ini biasanya terbuat dari perunggu
dan bentuknya sangat beragam, mulai dari manusia hingga
binatang.

10
6) Perhiasan Perunggu
Perhiasan perunggu ada bermacam-macam. Mulai dari gelang,
cincin, kalung, dan bandulnya. Pada umumnya perhiasan dari
perunggu ini memiliki motif hias.
7) Candrasa
Candrasa adalah kapak corong yang salah satu sisinya ada yang
panjang dan bentuknya sangat indah. Kapak ini juga dilengkapi
dengan hiasan. Benda ini berfungsi untuk tanda kebesaran kepala
suku dan alat upacara adat.
8) Kapak Upacara
Kapak upacara adalah kapak berwarna hitam dengan hiasan di
kedua sisinya. Pada sisi pertama, terdapat hiasan berupa hewan
berkaki empat dan gambar flora. Sedangkan ujung pegangannya
memiliki hiasan motif garis bergerigi, dan pada sisi lainnya terdapat
hiasan topeng.
b. Zaman Besi
Zaman besi adalah zaman terakhir dari masa pra-aksara. Pada zaman
ini, manusia telah mampu melebur besi dari bijihnya dan mengubahnya
menjadi barang yang diinginkan. Barang-barang yang merupakan
peninggalan dari zaman ini jumlahnya sangat terbatas dan jarang
ditemukan karena diduga barang-barang ini telah hancur karena proses
perkaratan.

11
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dengan adanya bukti peninggalan pada masa pra-aksara, menunjukkan
adanya kebudayaan yang berkembang di Indonesia sejak jaman dahulu.
Hingga saat ini, bukti itu tetap dilestarikan sebagai warisan berharga dari nenek
moyang. Dengan demikian, kita dapat melihat perkembangan kebudayaan
dalam masyarakat pra-aksara agar manusia mau berupaya demi masa depan
yang lebih baik dan tercipta penerus yang lebih berkarakter.

B. Saran
Sebagai generasi muda kita tidak melupakan sejarah peradaban bangsa
kita sendiri, khususnya dalam mengenal dan memahami kehidupan masa pra-
aksara ketika hidup di Indonesia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Supriatna, Ratna, Sejarah kelas X Sekolah Menengah Atas, jilid II oleh Grafindo
Media Pratama. Jakarta
Drs.Prawoto,M.Pd, seri IPS Sejarah; 2007, oleh Yudhistira, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai