Anda di halaman 1dari 10

TUGAS SEJARAH

Di susun oleh :
1. Dian Chealsea
2. Syafriza Luthfi
3. Angelia Salehah
4. Azharika Khairiah
5. Irsyan Nurizki Nabil Putra
6. Sugianor
7. Teguh Saputra

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROVINSI KALIMANTAN SELATAN SMA NEGERI 8

BANJARMASIN

Tahun 2022
Kata Pengantar

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pengantar Bisnis dan Hukum Bisnis, dengan
judul: " zaman neolitikum " .

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan merupakan faktor penentu manusia memilih lokasi pemukiman. Oleh karena itu
manusia memperhatikan kondisi lingkungan dan penguasaan teknologi. Terdapat beberapa variabel
yang berhubungan dengan kondisi lingkungan, antara lain :

1. Tersedianya kebutuhan akan air, adanya tempat berteduh, dan kondisi tanah yang tidak
terlalu lembab

2. Tersedianya sumber daya makanan

3. Faktor yang memberi elemen-elemen tambahan akan binatang laut atau binatang air (dekat
pantai, sungai, danau, dan mata air)
BAB II

ISI

1. Zaman Neolitikum

Zaman neolitikum (zaman batu baru) kehidupan masyarakatnya semakin maju. Yang dulunya
food gathering kini food producing. Manusia tidak hanya sudah hidup secara menetap tetapi juga
telah bercocok tanam. Masa ini penting dalam sejarah perkembangan masyarakat dan peradaban
karena pada masa ini beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam
bertambah cepat. Berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan hewan mulai dipelihara dan dijinakkan.
Hutan belukar mulai dikembangkan, untuk membuat ladang-ladang. Dalam kehidupan bercocok
tanam ini, manusia sudah menguasai lingkungan alam beserta isinya.

Masyarakat pada masa bercocok tanam ini hidup menetap dalam suatu perkampungan yang
dibangun secara tidak beraturan. Pada awalnya rumah mereka masih kecil-kecil berbentuk kebulat-
bulatan dengan atap yang dibuat dari daun-daunan. Rumah ini diduga merupakan corak rumah
paling tua di Indonesia yang sampai sekarang masih dapat ditemukan di Timor, Kalimantan Barat,
Nikobar, dan Andaman. Kemudian barulah dibangun bentuk-bentuk yang lebih besar dengan
menggunakan tiang. Rumah ini berbentuk persegi panjang dan dapat menampung
beberapakeluarga inti. Rumah-rumah tersebut mungkin dibangun berdekatan dengan ladang-ladang
mereka atau agak jauh dari ladang. Rumah yang dibangun bertiang itu dalam rangka menghindari
bahaya dari banjir dan binatang buas.

Oleh karena mereka sudah hidup menetap dalam suatu perkampungan maka tentunya dalam
kegiatan membangun rumah mereka melaksanakan secara bergotong-royong. Gotong-royong tidak
hanya dilakukan dalam membangun rumah, tetapi juga dalam menebang hutan, membakar semak
belukar, menabur benih, memetik hasil tanaman,membuat gerabah, berburu, dan menangkap ikan.

2. Ciri – ciri Neolitikum

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, perkembangan teknologi dan budaya pada zaman
neolitikum sudah jauh lebih maju dari zaman-zaman sebelumnya.

Selain itu, zaman ini memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dengan periode-periode
sebelumnya yang antara lain adalah

 Sudah memiliki tempat tinggal yang bersifat permanen

 Tidak lagi bergantung kepada meramu dan berburu, tetapi sudah mulai memproduksi
makanannya sendiri

 Melakukan kegiatan bercocok tanam dan juga memelihara hewan ternak


sebagai sarana produksi bahan makanan

 Masih dilaksanakannya kegiatan berburu hewan liar.

 Sudah mampu membuat pakaian yang terbuat dari kulit kayu dan juga kulit hewan

 Sudah mulai terbentuk kasta dan juga sistem tetua


 Memiliki kepercayaan Animisme dan Dinamisme

 Peralatan yang digunakan sudah mulai diolah dengan lebih baik seperti dihaluskan dan
dipertajam

 Mulai ditemukan perhiasan-perhiasan serta kerajinan dari sampah kerang, bebatuan, serta
tanah liat/terakota

Berdasarkan penelitian sejarah yang sudah dilakukan oleh para ahli sejarah, ciri-ciri diatas dapat
digunakan untuk mendeskripsikan pola kehidupan manusia pada zaman neolitikum.

Seperti yang sudah kita lihat diatas, kebudayaan dan teknologi manusia pada masa ini sudah
jauh lebih canggih dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.

3. Kebudayaan Zaman Neolitikum

Pola kehidupan masyarakat atau kebudayaan-nya pada zaman neolitikum seperti yang
sudah kita bahas diatas jauh lebih canggih dibandingkan dengan paleolitikum ataupun
mesolitikum.

Manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah memiliki tempat tinggal yang tetap, sistem
pertanian dan peternakan yang sederhana, serta struktur sosial hierarkis yang jelas. Selain itu,
mereka juga sudah mampu membuat pakaian, perhiasan, serta gerabah sebagai alat bantu
aktivitas sehari-hari.

Berikut hal-hal yang menjadi bagian dasar dari kebudayaan manusia purba pada zaman
neolitikum :

 Anyaman
 Pakaian
 Gerabah
 Kapak Persegi
 Kapak Lonjong
 Perhiasan
 Mata Panah
 Perkapalan
 Perdagangan
 Kepercayaan Kuno

4. Manusia Pendukung pada Zaman Neolitikum

Manusia yang sudah mulai hidup menetap terdapat pada masa Neolitikum. Pada
zaman ini telah hidup manusia purba jenis Homo Sapiens yang mendukung terjadinya
revolusi kebudayaan. Manusia pendukung kebudayaan Neolitikum adalah manusia Proto
Melayu yang hidup pada 2000 SM, seperti Suku Nias, Toraja, Dayak, dan Sasak.
5. Corak Kehidupan Pada Zaman Neolitikum

Sebagaimana telah disebutkan bahwa kehidupan manusia purba pada zaman neolitikum
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat pada beberapa aspek kehidupan
seperti ekonomi, dan sosial.

1. Ekonomi

Perekonomian manusia purba pada zaman neolitikum secara umum meningkat pesat.
Manusia sudah mulai mengenal adanya sistem perdagangan yaitu sistem tukar menukar barang atau
yang kemudian dikenal sebagai barter.

2. Sosial

Manusia purba pada zaman neolitikum mulai mengenal pola-pola kehidupan sosial yang
ditandai dengan adanya peraturan hidup bersama yang dibuat dalam suatu kelompok hidup.

Hal ini juga tidak lepas dari kehidupan yang tidak lagi nomaden. Selain itu manusia juga sudah
paham cara bercocok tanam, berburu dengan mata panah, serta beternak.

6. Kepercayaan Pada Zaman Neolitikum

Manusia pada zaman neolitikum juga mulai mengenal adanya dewa untuk disembah. Tahap awal
yang menunjukkan bahwa manusia memiliki kepercayaan yaitu mereka telah mengetahui tata cara
menguburkan mayat serta upacara pemujaan terhadap para leluhur dan arwah nenek moyang.

Pada masa ini manusia percaya bahwa jiwa orang yang sudah meninggal akan hidup di suatu alam
yang disebut sebagai alam roh. Roh setiap orang pada alam tersebut mempunyai tempat yang
berbeda.

Hal tersebut tergantung pada amal perbuatan mereka ketika masih hidup dan seberapa besar
upacara penguburan yang dilaksanakan.

Adapun leluhur yang meninggal pada zaman neolitikum dibuatkan upacara penguburan sesuai
dengan kepercayaan mereka. Ada dua cara penguburan yang diterapkan manusia pada zaman
tersebut yaitu penguburan langsung dan penguburan tidak langsung.

1. Penguburan Langsung

Cara penguburan langsung yaitu mayat dikuburkan satu kali saja. Dalam hal ini mayat langsung
dikubur di dalam tanah atau juga bisa dengan menggunakan peti atau wadah, lalu dikuburkan dalam
tanah dengan diiringi upacara tertentu.

Peletakan mayat di dalam tanah mempunyai teknik tersendiri. Ada dua cara yang bisa dilakukan
yaitu mayat diletakkan secara membujur dan diletakkan secara meringkuk atau terlipat. Arah mayat
dibaringkan yaitu menghadap ke tempat arwah nenek moyang dan roh bersemayam biasanya
puncak gunung.

Manusia yang sudah meninggal tersebut juga diberi bekal berupa seekor anjing, seekor unggas, dan
juga manik-manik yang akan menemani menuju dunia roh. Sistem penguburan langsung umumnya
dilakukan di wilayah Anyer (Jawa Barat) dan Plawangan (Jawa Tengah).
2. Penguburan Tidak Langsung

Berbeda dengan cara penguburan sebelumnya, teknik penguburan tidak langsung harus
melalui beberapa tahap. Pertama, mayat dikuburkan seperti cara penguburan langsung yaitu
dimakamkan di dalam tanah tanpa melalui suatu upacara tertentu. Setelah itu akan dilanjutkan
kembali ketika mayat tinggal kerangka saja.

Makan tersebut digali kembali untuk mengambil kerangka sisa mayat, lalu kerangka tersebut
dicuci, kemudian diberikan hematit pada bagian sendi-sendi tulang. Selanjutnya kerangka tersebut
diletakkan pada tempayan yang dikenal dengan sebutan sarkofagus.

Puncak dari kegiatan upacara penguburan adalah pendirian bagunan batu berukuran besar
yang disebut sebagai megalith. Metode penguburan tidak langsung umumnya diterapkan di wilayah
Lesung Batu (Sumatera Selatan), Gilimanuk (Bali), Melolo (Sumba), dan juga Lomblen Flores (Nusa
Tenggara Timur).

7. Peninggalan Pada Zaman Neolitikum

Ada cukup banyak peninggalan dari zaman neolitikum dan umumnya terbuat dari batu.
Contoh peralatan pada zaman neolitikum adalah kapak persegi, kapak lonjong, perhiasan, pakaian
yang terbuat dari kulit kayu, dan juga tembikar.

1. Kapak Persegi

Diketahui istilah kapak persegi mulanya digunakan oleh Van Heine Helderm.
Penamaan tersebut didasarkan pada penampang lintang yang bentuknya menyerupai
persegi panjang serta trapesium.

Penampang ini mempunyai ukuran bervariasi, untuk yang besar (beliung) dipakai
mencangkul, sedangkan yang kecil (tarah) dipakai memahat kayu.

Kapak ini terbuat dari batu biasa dan sebagian dari batu api. Banyak yang meyakini
bahwa kapak persegi yang terbuat dari batu api hanya digunakan untuk keperluan upacara
keagamaan dan juga sebagai tanda kebesaran.

Kapak ini banyak dijumpai di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan
Maluku.

2. Kapak Lonjong

Kapak lonjong terbuat dari batu kali dengan warna kehitaman. Bentuknya
menyerupai bulat telur dengan ujung lancip yang berfungsi sebagai tempat tangkai,
sedangkan ujung yang lain dibuat setajam mungkin. Fungsi dari kapak lonjong sendiri sama
dengan kapak persegi.

Ukuran kapak lonjong bervariatif, untuk yang berukuran besar disebut sebagai
walzenbeil dan yang berukuran kecil disebut kleinbeil. Wilayah penemuan kapak lonjong
paling besar di Indonesai adalah dari Irian.

3. Pakaian Kulit Kayu

Pada zaman neolitikum manusia sudah bisa membuat pakaian sendiri dengan bahan
dasar kulit kayu. Hal ini ditandai dengan ditemukannya alat pemukul kulit kayu di beberapa
wilayah. Biasanya yang bertugas melakukan ini adalah kaum wanita.
4. Perhiasan

Perhiasan juga sudah mulai dikenal manusia zaman neolitikum. Hal ini terbukti
dengan adanya penemuan berbagai jenis gelang yang terbuat dari batu indah di wilayah
Jawa dalam jumlah yang cukup besar. Selain itu ada pula kalung yang terbuat dari bebatuan
yang dicat atau dari batu akik.

5. Tembikar

Tembikar atau periuk belanga pertama kali ditemukan di puncak bukit kerang di
wilayah Sumatera. Saat ini tembikar hanya berupa serpihan kecil yang berserakan, tetapi
pada serpihan tersebut sudah ada gambar-gambar.

6. Dolmen

Dolmen adalah meja batu yang dijadikan sebagai tempat meletakkan sesaji dan juga
pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan leluhur. Dolmen biasanya diletakkan di atas
sarkofagus dan berfungsi sebagai penutup peti tersebut.

Wilayah yang menjadi tempat penemuan dolmen adalah Besuki, Jawa Timur.

7. Kubur Batu

Kubur batu adalah peti yang terbuat dari batu dan berfungsi sebagai tempat
penyimpanan jenazah. Wilayah penemuan kubur batu antara lain adalah Pasemah
(Sumatera Selatan), Winosari (Yogyakarta), Cepu (Jawa Tengah), dan Cirebon (Jawa Barat).

8. Sarkofagus

Sarkofagus juga merupakan peti penyimpanan jenazah yang berbentuk menyerupai


lesung atau palung. Peti ini terbuat dari batu utuh dan mempunyai penutup yaitu dolmen.
Kebanyakan sarkofagus ditemukan di Bali dan Bondowoso (Jawa Timur).

9. Waruga

Waruga adalah kubur batu yang bentuknya bisa bulat ataupun kubus. Kubur ini
terbuat dari batu berukuran besar yang utuh. Wilayah penemuan waruga adalah Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Utara.

10. Menhir

Menhir adalah batu tunggal berukuran besar yang bentuknya menyerupai tiang atau
tugu. Batu ini berfungsi sebagai tanda peringatan akan arwah nenek moyang dan leluhur.

Wilayah penemuan menhir adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Lahat (Sumatera


Selatan), Rembang (Jawa Tengah), dan Ngada (Flores).

11. Arca

Arca atau juga disebut patung adalah batu yang berbentuk manusia atau binatang.
Batu ini menjadi lambang terhadap nenek moyang yang menjadi tokoh pujaan. Umumnya
arca ditemukan di wilayah Pasemah (Sumatera Selatan) dan Lembah Bada Lahat (Sumatera
Selatan).
12. Punden Berundak

Punden berundah adalah begunan berteras yang menjadi tempat untuk melakukan
pemujaan terhadap roh nenek moyang. Punden berundak kemudian dikenal sebagai cikal
bakal candi di Indonesia.

Adapun lokasi penemuannya adalah Lebak Sibedug (Banten Selatan) serta Kuningan dan
Garut (Jawa Barat).

Anda mungkin juga menyukai