Anda di halaman 1dari 11

Tugas Sejarah Indonesia

Corak kehidupan Masyarakat Masa Praaksara


( Pola Hunian,Berburu dan Meramu)

DISUSUN
Oleh :

KELOMPOK IV

1.SINDA ROSALIA
2.AMRAN RAMADHAN
3.JUHRI SAHRIAL

KELAS X MIA 1
MAN NAGASARIBU
TAHUN AJARAN 2022/2023

KATA PENGANTAR

1
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat,
hidayah serta inayah-Nya yang telah memberikan kekuatan kepada penulis sehingga
penulis mampu menyelesaikan Makalah Sejarah Indonesia mengenai “ Corak Kehidupan
Masyarakat Praaksara”.(Pola Hunian Berburu Dan Meramu) Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat  dan  Allah Subkhanahu Wataala senantiasa  meridhoinya, amin.

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….1 

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………... 3

BAB I. PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang......................................................................................4


BAB II. PEMBAHASAN
A.    Pola hunian.................................................................................................5
B.     Pembabakan zaman praaksara berdasarkan
ciri kehidupan..........................................................................................5
C.     Sistem kepercayaan.............................................................................6-9
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN..............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11

BAB I
3
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang memilki letak yang strategis, sehingga
tidak heran jika terjadi akulturasi beragam budaya yang terjadi sejak zaman nenek
moyang sampai zaman era global saat ini.
Letak yang strategis tersebut sangat didukung oleh sumber daya manusianya. Untuk
mempelajari kehidupan manusia saat ini tidak ada salahnya kita merunutnya sampai
pada masa silam yaitu masa praaksara.
Kehidupan manusia pada zaman praaksara senantiasa mengalami perubahan dan
perkembangan. Semua itu bertahap dan melalui proses yang sangat lama.
Tentunya corak kehidupan yang saat ini kita lakukan adalah kembangan dari corak
kehidupan pada zaman praaksara. Untuk itu marilah kita menelaah “Corak Kehidupan
Masyarakat Praaksara”

4
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pola Hunian


Air  adalah kebutuhan utama manusia dalam bertahan hidup. Manusa lebih baik
kelaparan daripada kehausan. Oleh sebab itu, air sangat dibutuhkan manusia sejak
dahulu sampai sekarang. Hal itu juga yang mempengaruhi pola kehidupan manusia
sejak dahulu. Suatu tempat apabila mengandung sumber air biasanya tanahnya subur
dan tanamanpun hidup subur. Di daerah sumber air juga banyak didatangi hewan dan
ikan. Hal inilah yang menjadi dasar utama bahwa manusia purba hidup di dekat sungai
atau sumber air lainnya. Keberadaan air juga dapat dijadikan sarana  penghubung  atau
transportasi untuk dapat melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat lainnya.
Selain itu, mereka juga memanfaatkan gua-gua di sekitar aliran air sungai untuk
dijadikan tempat tinggal.
      Hal tersebut di perkuat dengan penemuan barang-barang dan sisa-sisa peralatan
yang ditemukan di dekat sungai. Pola hunian manusia purba memperli-hatkan dua
karakter, yaitu kedekatan dengan sumber air dan hidup di alam terbuka.
      Ketika persediaan makanan di daerah yang mereka huni menipis, manusia purba
akan segera berpindah tempat mencari daerah yang memiliki banyak persediaan
sumber makanan. Pola tersebut terus berlangsung hingga manusia purba menemukan
cara bercocok tanam. Setelah bercocok tanam mereka mulai hidup menetap. Selain
bercocok tanam menusia purba juga mulai memelihara dan beternak binatang.
2.      Pembabakan zaman praaksara berdasarkan ciri kehidupan
Berdasarkan penemuan-penemuan hasil kebudayaannya yang memiliki karakteristik
yang berbeda antara satu masa dengan yang lainnya, maka corak kehidupan
masyarakat praaksara menurut para ahli sejarah dapat dibagi menjadi tiga masa, yaitu :
§  Masa berburu dan mengumpulkan makanan.
§  Masa bercocok tanam.
§  Masa perundagian.

-        Masa berburu dan mengumpulkan makanan


Pada masa ini, kehidupan manusia hanya terpusat pada upaya mempertahankan diri di
tengah-tengah alam yang penuh tantangan dengan kemampuannya yang sangat

5
terbatas. Kegiatan pokoknya adalah berburu dan mengumpulkan makanan, dengan
peralatan dari batu, kayu, dan tulang.
A.    Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
a.       Teknologi
Teknologi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, hanya
mengutamakan segi praktis sesuai dengan tujuan penggunaannya saja, namun lama
kelamaaan ada penyempurnaan bentuk,
Di Indonesia dikenal dua macam teknik pokok, yaitu teknik pembuatan perkakas batu
yang disebut tradisi kapak perimbas dan tradisi serpih. Pada perkembangan berikutnya
ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari batu yang digunakan sebagai
perkakas zaman praaksara dapat digolongkan menjadi :
1)      kapak perimbas,2)   kapak genggam

b.       Kehidupan sosial


Manusia purba semenjak Pithecanthropus hingga Homo Sapiens dari Wajak,
menggantungkan kehidupannnya pada kondisi alam. Daerah sekitar tempat tinggalnya
harus memberikan persediaan makanan dan air yang dapat menjamin kelangsungan
hidupnya. Mereka hidup berkelompok dengan pembagian tugas, bahwa yang laki-laki
ikut kelompok berburu dan yang perempuan mengumpulkan makanan dari tumbuhan
dan hewan-hewan kecil. Selain itu mereka juga bekerja sama dalam hal menganggulangi
seranan binatang buas maupun adanya bencana alam yang sewaktu-waktu dapat
mengusik kehidupan mereka.
B.     Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
a.       Keberadaan Manusia
Ada dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan kala Holosin, yaitu
Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka berburu  rusa, gajah, dan badak untuk
dimakan. Dibagian barat dan utara ada sekelompok populasi dengan ciri-ciri terutama
Austromelanesoid dengan hanya sedikit campuran Mongoloid. Sedangkan di  Jawa
hidup juga sekelompok Austromelanesoid yang lebih sedikit lagi dipengaruhi leh unsur-
unsur Mongloid. Lebih ke timur lagi, yaitu Nusa Tenggara, terdapat pula
Austromelanesoid.
b.      Teknologi

6
Ada tiga tradisi pokok pada masa Pos Pletosin, yaitu tradisi serpih bilah, tradisi alat
tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera.
c.       Masyarakat
Manusia yang hidup pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut,
mendiami gua-gua terbuka atau gua payung yang dekat dengan sumber air atau sungai
sebagai sumber makanan. Mereka membuat lukisan-lukisan di dinding gua, yang
menggambarkan kegiatannya, dan juga kepercayaan masyarakat pada saat itu.
-        Masa bercocok tanam Pada masa ini sudah mulai ada usaha untuk bertempat tinggal
menetapdi suatu perkampungan yang terdiri dari beberapa tempat tinggal sederhana
yang didiami secara berkelompok. Mulai ada kerjasama dan peningkatan unsur
kepercayaan yang diharapkan adanya peningkatan kesejahteran masyarakat dan
ketentraman hidupnya.
a.      Keberadaan manusia
Pada masa ini, di Indonesia barat mendapat pengaruh besar dari ras Mongoloid,
sedangkan di Indonesia timur smpai sekarang lebih diengaruhi oleh komponen ras
Austromela-nesoid.
Kelompok manusia sudah lebh banyak, karena hasil pertanian dan peternakan sudah
daat memberi makan sejumlah orang yan lebih besar.
b.       Teknologi
Masa bercocok tanam dimulai kira-kira bersamaan
dengan berkembangnnya kemahiran mengasah alat
dari batu dan mulai dikenalnya teknologi pembuatan
gerabah. Alat yang terbuat dari batu yang biasa diasah
adalah
1)      beliung,
2)   kapak batu,
3)   mata tombak.
-        Masa perundagian
Sebagai salah satu dampak kehidupan menetap adalah bahwa manusia mulai semakin
berkembang cara berpikirnya, sehingga mulai mampu menemukan cara membuat
perkakas dari logam. Penemuan logam mendorong manusia menciptakan perkakas-
perkakas untukmkebutuhan sehari-hari. Pengolahan logam memerlukan keahlian
khusus, sehingga kemudian berkembang menjadi mata pencaharian untuk kelompok

7
masyarakat tertentu.
Pembuatan perkakas dari logam menggunakan dua teknik, yaitu a cire
perdue dan bivalve.
Pembuatan perkakas dengan teknik a cire perdue, caranya dengan membuat model
terlebih dahulu dari lilin. Perkakas lilin kemudian dibungkus dengan tanah liat basah
yang bagian atas dan bawahnya diberi lubang, selanjutnya dikeringkan dan kemudian
dibakar. Pada saat dibakar, lilin melelh dan meninggalkan rongga. Rongga pada tanah
liat tadi kemudian diisi dengan cairan logam, dan setelah dingin, tanah liat dipecah
maka jadilah perkakas dari logam. teknik ini tidak ekonomis karena hanya
menghasilkan satu perkakas dari setiap model. Maka kemudian dikembangkan teknik
bivalve, yaitu membuat perkakas dengan cetak masal, yaitu dibuat cetakan batu dengan
tutup yang bisa dibuka dan dipakai berulang-ulang.
Perkakas yang dihasilkan pada zaman perundagian: kapak corong; candrasa; nekara;
mokko; bejana; dan barang-barang perhiasan dari logam lainnya
3.      Sistem Kepercayaan
Sistem kepercayaan mulai muncul pada zaman Neolithikum. Pada zaman ini,
masyarakat purba sudah memahami adanya kehidupan setelah mati. Mereka juga
meyakini adanya hubungan antara orang hiup dan roh yang telah meninggal. Berkaitan
dengan peristiwa itu maka kegiatan ritual yang paling menonjol adalah upacara
penguburan sebagai bentuk kehormatan terakhir pada orang yang  meninggal.
Bukti adanya sistem kepercayaan padazaman batu adalah terlihat melalui peninggalan
berupa tugu-tugu batu atau bangunan Megalithikum yang letaknya beradadi pucak
bukit, dilereng gunung atau bangunan yang lebih tinggi dari daratan sekitarnya. Hal ini
muncul dari anggapan masyarakat bahwa roh-roh tersebut berada di suatu tempat yang
lebih tinggi. Oleh karena itu, selain ada upacara-upacara penguburan pada zaman
tersebut telah muncul upacara-upacarauntuk mendirikan bangunan suci atau
kebudayaan Megalithikum (Batu Besar) yang meliputi bangunan berikut ini.
A.    Menhir
Menhir adalah bangunan berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara
menghormati roh nenek moyang. Bentuk menhir ada yang berdiri tunggal juga ada yang
berdiri berkelompok, ada pula yang dibuat bersama bangunan lain seperti punden
berundak-undak. Namun, bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat praaksara

8
tidak berpedoman kepada satu bentuk saja. Lokasi tempat yang ditemukan menhir di
Indonesia adalah Pasemah (Sumtera Selatamn), Sulawesi tenah dan Kalimantan.
B.     Punden Berundak-undak.
Punden berundak-undak adalah banguna dari batu yang bertingkat-tingkat dan
fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang. Bangunan tersebut
dianggap sebagai bangunan suci. Lokasi tempat penemuanny adalah Lebak
Sibedug/Banten Selatan dan Lerengg Bukit Hyang di Jawa Timur.
C.     Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang fungsinya sebagai tempat meletakan
sesaji untuk pemujaan. Adakalanya dibawah dolmen dipkai untuk meletkkan mayat.
Agar mayat tersebut tidak dimakan binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak
sampai mayat tertutup rapat oleh batu. Dolmen yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan mayat disebut kuburn batu. Lokasi penemuan dolmen, antara lain Cupari
Kuningan, Jawa Barat, Bondowoso, Jawa Timur, Merawan, Jember, Jatim, Pasemah
Sumatera, dan NTT. Bagi masyarakat Jawa Timur, dolmen yang dibayahnya digunakan
sebagai kuburan lebih dikenal dengan sebutan pandhusa atau makan Tionghoa.
D.    Sarkofagus.
Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu.
Bentuknya menyerupai lesung dar batu utuh yang diberi tutup. Umumnya sarkofagus
yang ditemukn mayat di dalamnya dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi,
perhiasan, dan benda-benda dari perunggu atau besi. Daerah penemuan sarkofagusa
adalah Bali. Menurut masyarakat Bali, sarkofagus memiliki kekuatan gaib. Berdasarkan
pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejk zaman logam.
E.     Peti Kubur.
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Peti kubur
dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat
yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga barasal dari papan batu. Daerah
penemuan pati kubur tersebut adalah Cepari kuningan, Cirebon, Wonosari, dan Cepu. Di
dalam kubur batu juga ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu
dan besi, serta manik-manik.

9
BAB III
PENUTUP
a.Kesimpulan
1.      Manusia praaksara memilih tempat tinggal yang dekat dengan persediaan air. Mereka
mulai tinggal menetap pada masa bercocok tanam.
2.      Pembabakan corak kehidupan masyarakat praaksara ada tiga, yaitu :
a.       Masa berburu dan meramu
b.      Masa bercocok tanam
c.       Masa perundagian
3.      Sistem kepercayaan masyarakat praaksara muncul pada zama Neolitikum, pada saat
masyarakat praaksara sudah mengenal bahwa adanya kehidupan setelah mati.
b.Saran
Kita Harus Bersyukur Karena kita tidak perlu bersusah keras lagi untuk mencari
makanan kini kita tinggal membeli apa yang kita inginkan .

10
DAFTAR PUSTAKA

http://sejarahkelasx.blogspot.com/2013/09/corak-kehidupan-masyarakat-prasejarah.html

http://www.slideshare.net/jorgigenetri/corak-kehidupan-manusia-pra-aksara

http://www.slideshare.net/jorgigenetri/corak-kehidupan-manusia-pra-aksara

11

Anda mungkin juga menyukai