Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH

MANUSIA PURBA HOMO


MAKALAH INI DISUSUN SEBAGAI PENGGANTI UJIAN SEKOLAH

Oleh
AISYAH DEMOKRATIA AN-NAFI’AH

XII IPA 1
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr .Wb

Puji syukur kita hadiahkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam, karena atas
berkat dan limpahan rahmatnya-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu, berikut ini saya menyerahkan makalah berjudul “Manusia Purba Homo” yang
semoga dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita semua untuk memperlajari lebih
lanjut materi sejarah tentang peradaban Manusia Purba Homo. Melalui kata pengantar ini,
penulis memohon maaf dan memohon pemakluman apabila isi dalam laporan ini kurang tepat
atau menyinggung perasaan pembaca

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar dalam


penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik dan saran bagi para
pembaca yang bersifat membangun untuk kemajuan makalah ini agar mencapai
kesempurnaan.

Dengan ini penulis mempersembahkan dengan penuh rasa terimakasih dan semoga
Allah SWT memberkahi laporan praktikum ini sehingga dapat memberi manfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN............................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................1

1.3 TUJUAN PENULISAN....................................................................................1

BAB II

PEMBAHASAN...............................................................................................................2

2.1 MANUSIA PURBA..........................................................................................2

2.2 MANUSIA PURBA HOMO...........................................................................6

2.3 JENIS-JENIS HOMO SAPIENS...................................................................7

2.4 KEBUDAYAAN HOMO SAPIENS..............................................................8

BAB III

PENUTUP........................................................................................................................9

3.1 KESIMPULAN................................................................................................9

3.2 SARAN...........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................11

LAMPIRAN

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai macam bentuk penemuan fosil manusia purba di seluruh dunia menjadi
bahan kajian tersendiri oleh para arkeolog dunia maupun di Indonesia. Karangka yang
berusia mulai dari ribuan hingga jutaan tahun yang lalu menjadi objek penelitian oleh
para ahli sejarah untuk mengetahui rupa, kehidupan dan evolusi dari makhluk tersebut.
Fosil yang ditemukan merupakan kerangka yang sejatinya mirip dengan kerangka
manusia pada saat ini. Hingga berbagai teori muncul ke permukaan untuk
mengembangkan pengetahuian mengenai kehidupan manusia purba di masa lalu dan
prosesnya hingga berevolusi dan memiiki anatomi seperti manusia pada saat ini.

Indonesia banyak menyumbang fosil manusia - manusia purba. Dilihat dari hasil
penemuan di Indonesia maka dapat dipastikan Indonesia mempunyai banyak sejarah
peradaban manusia mulai saat manusia hidup. Dengan begitu ilmu sejarah akan terus
berkembang sejalan dengan fosil-fosil yang ditemukan. Hal ini diketahui dari kedatangan
para ahli dari Eropa pada abad ke-19, dimana mereka tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang fosil manusia di Indonesia. Itu sebabnya makalah ini dibuat untuk
mengetahui lebih jelas dan terperinci mengenai pengertian manusia purba yang
ditemukan di Indonesia dan homo sapiens serta kehidupannya pada masa itu.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa saja jenis manusia purba homo yang telah ditemukan?
b) Bagaimana kehidupan manusia purba zaman dahulu ?
c) Bagaimana proses manusia purba untuk berevolusi?

1.3 Tujuan Pembahasan

a) Mengetahui jenis-jenis manusia purba homo yang telah ditemukan


b) Mengetahui kehidupan manusia purba zaman dahulu
c) Mengetahui proses evolusi manusia purba

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Manusia Purba
                        
            Manusia yang hidup pada zaman praaksara (sebelum mengenal tulisan)
disebut manusia purba.  Fosil-fosil manusia purba banyak ditemukan di Indonesia
yaitu sejak jutaan tahun yang lalu terutama di Pulau Jawa.  Ditemukannya manusia
purba karena adanya fosil dan artefak. Fosil adalah sisa-sisa organisme (manusia,
hewan, dan tumbuhan) yang telah membatu dan tertimbun di dalam tanah dalam
waktu yang sangat lama.  Sedangkan artefak adalah peninggalan masa lampau
berupa alat kehidupan/hasil budaya yang terbuat dari batu, tulang, kayu dan
logam. Cara hidup mereka masih sangat sederhana dan masih sangat bergantung
pada alam. Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu :

1. Zaman Palaeolitikum  artinya zaman batu tua. Zaman ini ditandai dengan
penggunaan perkakas yang bentuknya sangat sederhana dan primitif. Ciri-ciri
kehidupan manusia pada zaman ini, yaitu hidup berkelompok; tinggal di sekitar
aliran sungai, gua, atau di atas pohon; dan mengandalkan makanan dari alam
dengan cara mengumpulkan (food gathering) serta berburu. Maka dari itu,
manusia purba selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain
(nomaden) belum tahu bercocok tanam. Pada zaman ini alat-alatnya terbuat dari
batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah :

 Kapak Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya


disebut "Chopper" (alat penetak/pemotong)
 Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat penusuk (belati), ujung
tombak bergerigi
 Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat
digunakan untuk mengupas makanan. Alat-alat dari tulang dan Flakes,
termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya
untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum
tersebut dapat dikelompokan menjadi kebudayaan Pacitan dan Ngandong.

2
2. Zaman Mezolitikum artinya zaman batu madya (mezo) atau pertengahan.
Disebut juga zaman "mengumpulkan makanan (food gathering) tingkat lanjut",
yang dimulai pada akhir zaman es, sekitar 10.000 tahun yang lampau. Para ahli
memperkirakan manusia yang hidup pada zaman ini adalah bangsa Melanesoide
yang merupakan nenek moyang orang Papua, Semang, Aeta, Sakai, dan
Aborigin. Manusia zaman mezolitikum mendapatkan makanan dengan cara
berburu dan menangkap ikan. Mereka tinggal di gua-gua di bawah bukit karang
(abris souche roche), tepi pantai, dan ceruk pegunungan. Gua abris souche
roche menyerupai ceruk untuk dapat melindungi diri dari panas dan hujan.

Hasil peninggalan budaya manusia pada masa itu adalah berupa alat-alat
kesenian yang ditemukan di gua-gua dan coretan (atau lukisan) pada dinding
gua, seperti di gua Leang-leang, Sulawesi Selatan, yang ditemukan oleh Ny.
Heeren Palm pada 1950. Van Stein Callenfels menemukan alat-alat tajam
berupa mata panah, flakes, serta batu penggiling di Gua Lawa dekat Sampung,
Ponorogo, dan Madiun. Selain itu, hasil peninggalannya ditemukan berupa
dapur kulit kerang dan siput setinggi 7 meter di sepanjang pantai timur
Sumatera yang disebut kjokkenmoddinger. Peralatan yang ditemukan di tempat
itu adalah kapak genggam Sumatera, pabble culture, dan alat berburu dari tulang
hewan. 

3. Zaman Neolitikum artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman Neolitikum


dimulai sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk memenuhi kebutuhannya telah
mengalami perubahan pesat, dari cara food gathering menjadi food producing,
yaitu dengan cara bercocok tanam dan memelihara ternak. Pada masa itu
manusia sudah mulai menetap di rumah panggung untuk menghindari bahaya
binatang buas.

Manusia pada masa ini telah mulai membuat lumbung-lumbung guna


menyimpan persediaan padi dan gabah. Tradisi menyimpan padi di lumbung ini
masih bisa dilihat di Lebak, Banten. Masyarakat Badui di sana begitu
menghargai padi yang dianggap pemberian Nyai Sri Pohaci. Mereka tak perlu
membeli beras dari pihak luar karena menjualbelikan padi dilarang secara
hukum adat. Mereka rupanya telah mempraktikkan swasembada pangan sejak
zaman nenek moyang. Pada zaman ini, manusia purba Indonesia telah mengenal
3
dua jenis peralatan, yakni beliung persegi dan kapak lonjong. Beliung persegi
menyebar di Indonesia bagian Barat, diperkirakan budaya ini disebarkan dari
Yunan di Cina Selatan yang berimigrasi ke Laos dan selanjutnya ke Kepulauan
Indonesia. Kapak lonjong tersebar di Indonesia bagian timur yang didatangkan
dari Jepang, kemudian menyebar ke Taiwan, Filipina, Sulawesi Utara, Maluku,
Irian dan kepulauan Melanesia. Contoh dari kapak persegi adalah yang
ditemukan di Bengkulu, terbuat dari batu kalsedon yang digunakan sebagai
benda pelengkap upacara atau bekal kubur. Sedangkan kapak lonjong yang
ditemukan di Klungkung, Bali, terbuat dari batu agats yang digunakan dalam
upacara-upacara terhadap roh leluhur. Selain itu ditemukan pula sebuah kendi
yang dibuat dari tanah liat berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kendi ini
digunakan sebagai bekal kubur. 

4. Zaman Megalitikum artinya zaman batu besar. Pada zaman ini manusia sudah
mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme merupakan
kepercayaan terhadap roh nenek moyang (leluhur) yang mendiami benda-benda,
seperti pohon, batu, sungai, gunung, senjata tajam. Sedangkan dinamisme
adalah bentuk kepercayaan bahwa segala sesuatu memiliki kekuatan atau tenaga
gaib yang dapat memengaruhi terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam
kehidupan manusia. Dari hasil peninggalannya, diperkirakan manusia pada
Zaman Megalitikum ini sudah mengenal bentuk kepercayaan rohaniah, yaitu
dengan cara memperlakukan orang yang meninggal dengan diperlakukan secara
baik sebagai bentuk penghormatan. 

Adanya kepercayaan manusia purba terhadap kekuatan alam dan


makhluk halus dapat dilihat dari penemuan bangunan-bangunan kepercayaan
primitif. Peninggalan yang bersifat rohaniah pada era Megalitikum ini
ditemukan di Nias, Sumba, Flores, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara dan
Kalimantan, dalam bentuk menhir, dolmen, sarkofagus, kuburan batu, punden
berundak-undak, serta arca. Menhir adalah tugu batu sebagai tempat pemujaan;
dolmen adalah meja batu untuk menaruh sesaji. Sarkopagus adalah bangunan
berbentuk lesung yang menyerupai peti mati. Kuburan batu adalah lempeng
batu yang disusun untuk mengubur mayat. Punden berundak adalah bangunan

4
bertingkat-tingkat sebagai tempat pemujaan. Sedangkan arca adalah perwujudan
dari subjek pemujaan yang menyerupai manusia atau hewan. 

5. Zaman Logam

Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di
samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam,
mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam
ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan
cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut
masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang
terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:
 Zaman Perunggu
Manusia purba Indonesia hanya mengalami zaman perunggu tanpa
melalui zaman tembaga. Kebudayaan Zaman Perunggu merupakan hasil
asimilasi dari antara masyarakat asli Indonesia (Proto Melayu) dengan
bangsa Mongoloid yang membentuk ras Deutero Melayu (Melayu Muda).
Disebut zaman perunggu karena pada masa ini manusianya telah memiliki
kepandaian dalam melebur perunggu. Di kawasan Asia Tenggara,
penggunaan logam dimulai sekitar tahun 3000-2000 SM. Masa
penggunaan logam, perunggu, maupun besi dalam kehidupan manusia
purba di Indonesia disebut masa Perundagian. Alat-alat besi yang banyak
ditemukan di Indonesia berupa alat-alat keperluan sehari-hari, seperti
pisau, sabit, mata kapak, pedang, dan mata tombak.
Pembuatan alat-alat besi memerlukan teknik dan keterampilan
khusus yang hanya mungkin dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat,
yakni golongan undagi. Di luar Indonesia, berdasarkan bukti-bukti
arkeologis, sebelum manusia menggunakan logam besi mereka telah
mengenal logam tembaga dan perunggu terlebih dahulu. Mengolah bijih
menjadi logam lebih mudah untuk tembaga dari pada besi.
 Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk
dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih

5
sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi
membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain: mata kapak bertungkai
kayu, mata pisau, mata sabit, mata pedang, cangkul. Alat-alat tersebut
ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki
dan Punung (Jawa Timur)

2.2        Manusia Purba Homo


Homo Sapiens merupakan sebuah spesies dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam sebuah mitos, manusia seringkali
dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, manusia dijelaskan
berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dimasyarakat majemuk serta
perkembangan teknologinya, serta berdasarkan kemampuan mereka membentuk
sebuah kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk budaya yang harus membudayakan dirinya.
Manusia sebagai makhluk budaya mampu melepaskan diri dari ikatan dorongan
nalurinya serta mampu menguasai alam sekitarnya dengan alat pengetahuan yang
dimilikinya. Hal ini berbeda dengan binatang sebagai makhluk hidup yang sama-sama
makhluk alamiah, berbeda dengan manusia hewan tidak dapat melepaskan dari ikatan
dorongan nalurinya dan terikat erat oleh alam sekitarnya.
Jenis manusia ini termasuk manusia yang memiliki pikiran yang cerdas
dan bijaksana. Dengan daya pikirnya manusia dapat berpikir apakah yang sebaiknya
dilakukan pada masa sekarang atau masa yang akan datang berdasar kan
pertimbangan masa lalu yang merupakan pengalaman. Pemikiran yang sifatnya
abstrak merupakan salah satu wujud budaya manusia yang kemudian diikuti wujud
budaya lain, berupa tindakan atau perilaku, ataupun kemampuan mengerjakan suatu
tindakan. Manusia purba jenis ini memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia
sekarang. Dibandingkan manusia purba sebelumnya, homo sapiens lebih banyak
meninggalkan benda – benda berbudaya. Diduga, inilah yang menjadi nenek moyang
bangsa – bangsa di dunia.
Ciri-ciri Homo Sapiens :
 Tinggi tubuh 130-210 cm
 berat badan 30 – 159 kg, dan volume otak 1350 – 1450 cc.

6
 Otak lebih berkembang dari pada Meganthropus dan pithecanthropus.
 Otot kunyah, gigi, dan rahang sudah menyusut.
 Tonjolang kening sudah berkurang dan sudah berdagu.
 Mempunyai ciri-ciri ras Mongoloid dan Austramelanosoid.

2.3     Jenis-Jenis Homo Sapiens


Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang
sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia
sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.
Jenis kaum Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2 yaitu:
1) Homo Soloensis ( Manusia dari Solo)
Fosil ini ditemukan pada tahun 1931 – 1934 oleh Von Koenigswald
dan Wedenreich di desa Ngadong lebah Bengawan Solo. Fosilnya berupa
tengkorak menurut penelitian terrnyata Homo Soloensis tingkatanya lebih
tinggi di banding Pithecanthropus Erektus.
                 Ciri-ciri homo soloensis :
 Otak kecilnya lebih besar dari pada otak kecil Pithecanthropus Erectus.
 Tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus Erectus.
 Tonjolan kening agak terputus di tengah (di atas hidung).
 Tinggi badan antara 130 – 210 cm
 Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc
 Otot tengkuk mengalami penyusutan
 Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
2) Homo Wajakensis
Fosil ini ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene Dobois di desa
Wajak ( Tulung Agung) Jawa Timur. Fosil yang ditemukan berupa tulang
tengkorak, rahang atas dan rahang bawah tulang pah dan tulang kering. Homo
Wajakensis  golongan homo Sapiens kelompok manusia purba maju dan
terakhir. Dan ini membuktikan bahwa Indonesia sejak 40.000 tahun yang lalu
sudah didiami manusia sejenis Homo Sapiens.
                        Ciri-ciri homo wajakensis :
 Berbadan tegap
 Mukanya tidak terlalu menonjol ke depan.

7
 Hidung lebar  dan bagian mulutnya menonjol
 Tengkoraknya lebih besar dibanding Pithecanthropus.
 Dahinya agak miring dan di atas mata terdapat busur kening yang nyata
 Tenggorokannya sedang, agak lonjong, dan agak bersegi di tengah-tengah
atap tengkoraknya dari muka ke belakang
 Tingginya sekitar 180 cm
 Memiliki volume otak kecil, yaitu sekitar 1000-2000 cc dengan rata-rata
1350-1450 cc.
 Tinggi badang antara 130-210 cm, berat badan antara 30-150 kg.
 Hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu
 Mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang yang masih sederhana.

3) Homo Floresiensis
Pengumuman tentang penemuan manusia Homo floresiensis tahun
2004 menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Sisa-sisa manusia ditemukan
di sebuah gua Liang Bua oleh tim peneliti gabungan Indonesia dan Australia.
Sebuah gua permukiman prasejarah di Flores. Liang Bua bila diartikan secara
harfiah merupakan sebuah gua yang dingin. Sebuah gua yang sangat lebar dan
tinggi dengan permukaan tanah yang datar, merupakan tempat bermukim yang
nyaman bagi manusia pada masa pra-aksara. Liang Bua merupakan sebuah
temuan manusia modern awal dari akhir masa Pleistosen di Indonesia yang
menakjubkan yang diharapkan dapat menyibak asal usul manusia di
Kepulauan Indonesia.

Manusia Liang Bua ditemukan oleh Peter Brown dan Mike J.


Morwood pada bulan September 2003 lalu. Temuan itu dianggap sebagai
penemuan spesies baru yang kemudian diberi nama Homo floresiensis, sesuai
dengan tempat ditemukannya fosil Manusia Liang Bua.

Dalam pengamatan yang lebih mendalam terhadap manusia Flores itu,


ternyata ada percampuran antara karakter kranial yang cukup menonjol antara
karakter Homo erectus dan Homo sapiens. Seluruh karakter kranio-fasial dari
Manusia Liang Bua 1 (LB1) dan Liang Bua 6 (LB6) menunjukkan dominasi

8
karakter arkaik yang sering ditemukan pada Homo erectus, walaupun beberapa
aspek modern Homo sapiens juga sangat terlihat jelas. Namun demikian,
karakter Homo sapiens hendaknya dilihat sebagai atribut tingkatan evolusi
dalam spesies ini. Bila dikaitkan dengan masa hidup Manusia Liang Bua
sekitar 18.000 tahun yang lalu, maka LB 1 dan LB 6 seharusnya dipandang
sebagai satu dari variasi Homo sapiens.
Ciri-ciri homo floresiensis :
 Mempunyai tengkoral yang relatif panjang dan rendah
 Ukuran tubuh kerdil
 Memiliki ukuran otak yang sangat kecil
 Volume otak 380 cc
 Memiliki rahang yang menonjol
 Memiliki dahi yang sempit
 Memiliki berat dan tinggi badan 25 kg dan 106 cm
 Memiliki rongga hidung yang kecil dan melebar

2.4         Kebudayaan Homo Sapiens


Hasil kebudayaan Homo sapiens adalah perkakas yang terbuat dari
batu dan zaman manusia mempergunakan perkakas dari batu disebut Zaman
Batu. Zaman batu terbagi dua tahap, yaitu: Zaman Batu Tua (paleolithikum)
dan Zaman Batu Baru (Neolithikum).
Zaman batu tua berlangsung antara 300 ribu tahun sebelum masehi
sampai 35 ribu tahun sebelum masehi, yaitu dalam masa 2.650 abad lamanya.
Meskipun manusia yang hidup dan berkebudayaan Batu Tua dan berkembang
dalam masa 2.650 abad itu, kebudayaannya masih rendah, akan tetapi mereka
termasuk dalam jenis Homo Sapiens (manusia berbudaya) untuk membedakan
dari makhluk-makhluk masa sebelumnya.
Zaman batu baru. Secara perlahan-lahan dalam waktu yang lama
kebudayaan homo sapiens berangsur-angsur meningkat. Homo sapiens dapat
membelah dan mengasah batu, kemudian membentuk batu itu menjadi
perkakas disesuaikan dengan keperluannya, seperti kapak, ujung tombak, mata
panah dan lain sebagainya. Secara perlahan-lahan pula kebudayaan Batu Baru
menyebar ke daerah-daerah yang beriklim hangat di dunia.

9
BAB III
PENUTUP

3.1       Simpulan
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia
purba.  Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu
zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena
adanya fosil dan artefak. Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu
zaman palaeolitikum, zaman mezolitikum, zaman neolitikum, zaman megalitikum,
zaman logam dibagi menjadi 2 zaman yaitu zaman perunggu dan zaman besi. Ada
beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia Meganthropus
Paleojavanicus yaitu manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa dan
Pithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan tegak.
Corak kehidupan prasejarah indonesia dilihat dari segi hasil kebudayaan
manusia prasejarah menghasilkan dua bentuk budaya yaitu : bentuk budaya yang
bersifat spiritual dan bersifat material; segi kepercayaan  ada dinamisme
dan animisme; pola kehidupan manusia prasejarah adalah bersifat nomaden (hidup
berpindah-pindah dan bersifat permanen (menetap); sistem bercocok tanam/pertanian;
pelayaran; bahasa; food gathering dan menjadi food producing.
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang
sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia
sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.
Jenis kaum Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2 yaitu:
 Homo Soloensis
 Homo Wajakensis
Hasil kebudayaan Homo sapiens adalah perkakas yang terbuat dari batu dan
zaman manusia mempergunakan perkakas dari batu disebut Zaman Batu. Zaman batu
terbagi dua tahap, yaitu: Zaman Batu Tua (paleolithikum) dan Zaman Batu Baru
(Neolithikum).

10
3.2       Saran

Diharapkan agar pembaca dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa
menambah pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan manusia purba pada zaman
dahulu khususnya manusia purba homo.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan makalah ini. untuk
itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun untuk memperbaiki dan
kesempurnaan dari makalah ini. Diharapkan bagi penulis lain untuk mencari referensi yang
lebih relevan sebagai bahan dalam pembuatan makalah guna menciptakan karya tulis yang
lebih bermanfaat mengenai kehidupan manusia homo sapiens pada zaman dahulu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Amurwani Dwi L., dkk. 2014. Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta : Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud
http://id.m.wikipedia.org/wiki/homo_floresiensis
http://zonapenemuan.blogspot.com/2018/05/ciri-ciri-manusia-purba-homo.html?m=1
http://www.plengdut.com/2013/03/Manusia-Purba-Indonesia-yang-Hidup-pada-Masa-
Praaksara.html

12
LAMPIRAN

13

Anda mungkin juga menyukai