Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Elektronika merupakan salah satu peralatan yang digunakan oleh manusia
setiap hari atau bahkan dapat dikatakan merupakan suatu kebutuhan pokok umat
manusia. Perangkat atau peralatan elektronika memang sangat dibutuhkan oleh
manusia di era modern saat ini, dengan adanya peralatan ini dapat menjadi salah
satu media hiburan seseorang atau masyarakat serta memudahkan manusia untuk
memperlancar aktivitas kesehariannya, terutama pada dunia perindustrian sangat
membantu untuk mempercepat hasil produksi, meningkatkan kualitas barang
produksi, mempermudah proses produksi, serta menekan biaya produksi.
Dalam perkembangan zaman peralatan elektronika ini berkembang secara
cepat dari teknologi yang secara manual hingga yang secara otomatis tanpa
kendali manusia. Sepeti pintu otomatis, mesin cuci otomatis, TV auto on-off, dan
peralatan otomatis lain.
Dalam laporan tertulis ini akan saya bahas tentang “Lampu Flip – Flop”.
Rangkaian ini adalah rangkaian sederhana berupa dua buah lampu (lampu LED)
yang menyala secara bergantian.Rangkaian ini banyak dipakai sebagai mainan
elektronik dan bahan praktek bagi pelajar elektronik pemula.

1.2 Rumusan Masalah


Tujuan dalam praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat:
1. Bagaimana karakter, fungsi, dan cara kerja dari setiap komponen dalam
rangkaian “lampu flip – flop”,
2. Bagaimana Membaca dan mengerti gambar skema rangkaian,
3. Bagaimana Mengatur tata letak setiap komponen sehingga tertata rapi,

1
4. Bagaimana Membuat alur (pengawatan antar komponen) pada PCB dengan
benar,
5. Bagaimana Mengetahui cara kerja rangkaian,
6. Bagaimana titik kesalahan rangkaian bila alat tidak bekerja normal,
7. Bagaimana Menganalisa data setiap komponen saat sistem bekerja.

1.3 Tujuan Masalah


Tujuan dalam praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat:
1. Mengetahui karakter, fungsi, dan cara kerja dari setiap komponen dalam
rangkaian “lampu flip – flop”,
2. Membaca dan mengerti gambar skema rangkaian,
3. Mengatur tata letak setiap komponen sehingga tertata rapi,
4. Membuat alur (pengawatan antar komponen) pada PCB dengan benar,
5. Mengetahui cara kerja rangkaian,
6. Mengetahui titik kesalahan rangkaian bila alat tidak bekerja normal,
7. Menganalisa data setiap komponen saat sistem bekerja.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Skema Rangkaian

2.2 Hasil Rangkaian PCB

3
2.3 daftar rangkaian
No Nama Komponen Jumlah
1. Transistor BC 109/108/107 2 buah
2. Resistor 1K 2 buah
3. Resistor 12K 2 buah
4. Lampu LED Hijau, Merah 2 buah
5. Kapasitor 10µF 2 buah
6. Kabel jumper 2 buah

2.4 Komponen
Dalam pembuatan rangkaian detektor cairan, ada berbagai macam
komponen elektronika yang digunakan. Komponen tersebut adalah sebagai
berikut.
2.4.1 Resistor
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang selalu digunakan
dalam setiap rangkaian elektronika karena bisa berfungsi sebagai
pengatur atau untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu
rangkaian.Dengan resistor, arus listrik dapat didistribusikan sesuai dengan
kebutuhan.Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya
terbuat dari bahan karbon.Satuan resistansi dari suatu resistor disebut
Ohm atau dilambangkan dengan simbol Ω (Omega).

Gambar 3.1 Simbol resistor

Di dalam rangkaian elektronika, resistor dilambangkan dengan huruf


"R". Dilihat dari bahannya, ada beberapa jenis resistor yang ada dipasaran

4
antara lain : Resistor Carbon, Wirewound, dan Metalfilm. Ada juga
Resistor yang dapat diubah-ubah nilai resistansinya antara lain :
Potensiometer, Rheostat dan Trimmer (Trimpot). Selain itu ada juga
Resistor yang nilai resistansinya berubah bila terkena cahaya namanya
LDR (Light Dependent Resistor) dan resistor yang nilai resistansinya
akan bertambah besar bila terkena suhu panas yang namanya PTC
(Positive Thermal Coefficient) serta resistor yang nilai resistansinya akan
bertambah kecil bila terkena suhu panas yang namanya NTC (Negative
Thermal Coefficient).
Untuk resistor jenis carbon maupun metalfilm biasanya digunakan
kode¬kode warna sebagai petunjuk besarnya nilai resistansi (tahanan)
dari resistor.Resistor ini mempunyai bentuk seperti tabung dengan dua
kaki di kiri dan kanan.Pada badannya terdapat lingkaran membentuk
cincin kode warna, kode ini untuk mengetahui besar resistansi tanpa harus
mengukur besarnya dengan ohmmeter. Kode warna tersebut adalah
standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries
Association) seperti ditunjukan pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.2 Nilai warna gelang resistor

5
Besaran resistansi suatu resistor dibaca dari posisi cincin yang paling
depan ke arah cincin toleransi. Biasanya posisi cincin toleransi ini berada
pada badan resistor yang paling pojok juga dengan lebar yang lebih
menonjol, sedangkan posisi cincin yang pertama agak sedikit ke
dalam.Dengan demikian pemakai sudah langsung mengetahui berapa
toleransi dari resistor tersebut.Kalau kita telah bisa menentukan mana
cincin yang pertama selanjutnya adalah membaca nilai resistansinya.
Jumlah cincin yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan
besar toleransinya.Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20%
memiliki 3 cincin (tidak termasuk cincin toleransi).Tetapi resistor dengan
toleransi 1% atau 2% (toleransi kecil) memiliki 4 cincin (tidak termasuk
cincin toleransi).Cincin pertama dan seterusnya berturut-turut
menunjukkan besar nilai satuan, dan cincin terakhir adalah faktor
pengalinya.
Contoh resistor memiliki gelang warna merah, ungu, kuning, emas
maka nilai resistansinya adalah:
Gelang pertama Merah = 2
Gelang kedua Ungu = 7
Gelang ketiga Kuning= x 1K
Gelang keempat Emas = 5%
Nilai resistansinya adalah 27 × 1K = 27K, dengan toleransi 5% maka
27KΩ × 5% = 1350Ω, nilai resistansi sebenarnya adalah 27000 ± 1350 Ω
(27KΩ 5%).
Berdasarkan nilai resistansinya terdapat 2 jenis resistor :
a. Fixed Resistor
Fixed resistor adalah resistor yang memiliki nilai resistansi yang
tetap
b. Variabel Resistor

6
Variabel resistor adalah resistor yang memiliki nilai resistansi yang
bisa diatur mulai dari nol sampai harga maksimumnya.
Resistor bisa juga dikelompokkan berdasarkan besar toleransinya, yaitu :
a. Pemakaian umum, dengan toleransi ± 20% sampai ± 5%
b. Presisi menengah, dengan toleransi ± 5% sampai ± 1%
c. Presisi, dengan toleransi ± 1% sampai ± 0,1%
d. Ultra presisi, dengan toleransi ± 0,1% sampai ± 0,001%
2.4.2 Kapasitor
Kapasitor atau kondensator adalah suatu komponen elektronika yang
dapat menyimpan arus listrik sementara di dalam medan listrik, dengan
cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik.
Kapasitor ini di gunakan untuk penstabil tegangan pada AC/DC power
dan Amplifier.Kondensator juga dikenal sebagai "kapasitor", namun kata
"kondensator" masih dipakai hingga saat ini. Pertama disebut oleh
Alessandro Volta seorang ilmuwan Italia pada tahun 1782 (dari bahasa
Itali condensatore), dan komponen ini memiliki satuan yang disebut
Farad, nama Farad sendiri di ambil dari sang penemunya yaitu Michael
Faraday.
Struktur sebuah kapasitor terbuat terdiri dari 2 plat logam yang
dipisahkan dengan isolator. Isolator ini terdiri dari bahan-bahan dielektrik
yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain.
Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan
positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan
pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal
yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub
negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutub
positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif.Muatan
elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung
kakinya.Di alam bebas, phenomena kapasitor ini terjadi pada saat

7
terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di awan.Ukuran
kapasitor adalah Farad. Semakin besar jumlah Farad atau kapasitas
muatan listrik yang dapat di tampung maka bentuk dari kapasitornya akan
semakin besar. Tetapi di dalam sebuah komponen elektronika nilai yang
terdapat dalam sebuah kapasitor nilainya kecil, biasanya satuan yang di
gunakan adalah µF, nF dan pF.
1 µF = 10-6 F
1 nF = 10-9 F
1 pF = 10-12 F
Sifat kapasitor adalah dapat menerima arus listrik dan menyimpannya
dalam waktu yang relatif.Kapasitor adalah komponen elektronika yang
berfungsi menyimpan muatan listrik, selengkapnya mengenai definisi
kapasitor bisa membaca tulisan terdahulu tentang Pengertian
Kapasitor.Kapasitor sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu kapasitor
polar dan kapasitor bipolar/ non polar.Pembagian ini berdasarkan pada
adanya polaritas (kutub positif dan negatif) dari masing-masing kapasitor.
1. Kapasitor Polar
Kapasitor polar memiliki dua kutub yang berbeda pada kakinya (-
/+),Mengapa kapasitor ini dapat memiliki polaritas adalah karena
proses pembuatannya menggunakan elektrolisa sehingga terbentuk
kutub positif anoda dan kutub negatif katoda. sehingga dalam
pemasangannya tidak boleh terbalik.

Gambar 3.3 Simbol Kapasitor Polaritas


Kapasitor polar biasa disebut juga dengan nama elco, satuan yang
digunakan untuk mengetahui nilai kapasitas sebuah elco adalah
µF(mikro Farad). Tiap elco memiliki tegangan kerja yang berbeda-
beda, biasanya batas maksimal tegangan yang diperbolehkan untuk

8
sebuah elco tertulis pada bodynya.Tegangan kerja pada elco
dinyatakan dalam volt.Apabila sebuah elco memiliki nilai
10µF/25volt, itu artinya elco tersebut bernilai 10 mikro Farad dan
memiliki batas maksimum tegangan 25 volt.Sifat kapasitor ini adalah
dapat menerima arus listrik dan menyimpannya dalam waktu yang
relatif.
2. Kapasitor Non Polar
Kapasitor non polar adalah kelompok kapasitor yang dibuat
dengan bahan dielektrik dari keramik, film dan mika.Keramik dan
mika adalah bahan yang popular serta murah untuk membuat
kapasitor yang kapasitansinya kecil. Tersedia dari besaran pF sampai
beberapa uF, yang biasanya untuk aplikasi rangkaian yang berkenaan
dengan frekuensi tinggi. Termasuk kelompok bahan dielektrik film
adalah bahan-bahan material seperti polyester(polyethylene
terephthalateatau dikenal dengan sebutan mylar), polystyrene,
polyprophylene, polycarbonate, metalized paper dan lainnya.

Gambar 3.4 Simbol Kapasitor Non Polaritas

Kapasitor non polar artinya tidak memiliki polaritas. Bagi yang


belum mengetahui apa itu polaritas, polaritas adalah kutub positif dan
kutub negatif. Polaritas sama halnya dengan baterai dimana ada
kutub positif dan negatif dan pemasangannya tidak boleh terbalik.
Nah kalau kapasitor non polar artinya tidak memiliki kutub negatif
dan positif, jadi pemasangan kapasitor non polar tidak apa-apa jika
pemasangan kaki-kakinya terbalik.Jenis dari kapasitor ini adalah
Kapasitor Mika, Mylar, Kertas, Keramik, Plastik.
Cara membaca nilai kapasitor Non-Polar adalah

9
Misalnya di badan kapasitor tersebut tertera tulisan 103
artinya :
• Angka I : melambangkan angka
• Angka II : melambangkan angka
• Angka III : melambangkan jumlah nol (dalam piko Farad.)
Jadi nilai kapasitor tersebut adalah 10.000 pF = 10 nF = 0,01uF.
Fungsi Kapasitor:
1. Sebagai kopling antara rangkaian yang satu dengan rangkaian yang
lain,
2. Sebagai filter dalam rangkaian Catu Daya,
3. Sebagai pembangkit frekuensi dalam rangkaian antenna ,
4. Untuk menghemat daya listrik pada lampu neon,
5. Menghilangkan bouncing (loncatan api) bila dipasang pada saklar.
2.4.3 Transistor
Transistor adalah komponen elektronika yang tersusun dari dari bahan
semi konduktor yang memiliki 3 kaki yaitu: basis (B), kolektor (C) dan
emitor (E). Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam
dunia elektronik modern.Dalam rangkaian analog, transistor digunakan
dalam amplifier (penguat).Rangkaian analog melingkupi pengeras suara,
sumber listrik stabil (stabilisator) dan penguat sinyal radio.Dalam
rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar
berkecepatan tinggi.Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian
rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori dan fungsi rangkaian-
rangkaian lainnya.
Berdasarkan susunan semikonduktor yang membentuknya, transistor
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu transistor PNP dan transistor
NPN.Untuk membedakan transistor PNP dan NPN dapat dari arah panah
pada kaki emitornya. Pada transistor PNP anak panah mengarah ke dalam
dan pada transistor NPN arah panahnya mengarah ke luar.

10
Gambar 3.6 Simbol Transistor
Bias Transistor
Untuk dapat bekerja, sebuah transistor membutuhkan tegangan bias
pada basisnya. Kebutuhan tegangan bias ini berkisar antara 0.5 sampai
0.7 Volt tergantung jenis dan bahan semikonduktor yang digunakan.
Untuk transistor NPN, tegangan bias pada basis harus lebih positif
dari emitor. Dan untuk transistor PNP, tegangan bias pada basis harus
lebih negatif dari emitor. Semakin tinggi arus bias pada basis, maka
transistor semakin jenuh (semakin ON) dan tegangan kolektor-emitor
(VCE) semakin rendah.

Gambar 3.7 Bias Transistor


Pada gambar 3.7terlihat bahwa TR1 adalah termasuk jenis NPN, jadi
tegangan bias pada basis (Vbb) harus lebih positif dari emitor (Vee).
Untuk memudahkan maka Vcc ditulis dengan +Vcc dan Vee ditulis
dengan -Vee. Dan TR2 adalah termasuk jenis PNP, jadi tegangan bias
pada basis (Vbb) harus lebih negatif dari emitor (Vee). Untuk

11
memudahkan maka Vcc ditulis dengan -Vcc dan Vee ditulis dengan
+Vee.
Transistor sebagai Saklar
Dengan mengatur bias sebuah transistor sampai transistor jenuh,
maka seolah akan didapat hubung singkat antara kaki kolektor dan
emitor.dengan memanfaatkan fenomena ini, maka transistor dapat
difungsikan sebagai saklar elektronik.

Gambar 3.8 Transistor sebagai saklar

Pada gambar 3.8 terlihat sebuah rangkaian saklar elektronik dengan


menggunakan transistor NPN dan transistor PNP. Tampak TR3 (NPN)
dan TR4 (PNP) dipakai menghidupkan dan mematikan LED.
TR3 dipakai untuk memutus dan menyambung hubungan antara
katoda LED dengan ground. Jadi jika transistor OFF maka led akan mati
dan jika transistor ON maka led akan hidup. Karena kaki emitor
dihubungkan ke ground maka untuk menghidupkan transistor, posisi
saklar SW1 harus ON jadi basis transistor TR3 mendapat bias dari
tegangan positif dan akibatnya transistor menjadi jenuh (ON) lalu kaki
kolektor dan kaki emitor tersambung. Untuk mematikan LED maka posisi
SW1 harus OFF.
TR4 dipakai untuk memutus dan menyambung hubungan antara
anoda LED dengan tegangan positif. Jadi jika transistor OFF maka led

12
akan mati dan jika transistor ON maka led akan hidup. Karena kaki
emitor dihubungkan ke tegangan positif, maka untuk menghidupkan
transistor, posisi saklar SW2 harus ON jadi basis transistor TR4 mendapat
bias dari tegangan negatif dan akibatnya transistor menjadi jenuh (ON)
lalu kaki emitor dan kaki kolektor tersambung. Untuk mematikan LED
maka posisi SW1 harus OFF.
2.4.4 Light Emitting Dioda (LED)
LED (Light Emitting Dioda) adalah dioda yang dapat memancarkan
cahaya pada saat mendapat arus bias maju (forward bias). LED (Light
Emitting Dioda) dapat memancarkan cahaya karena menggunakan
dopping galium, arsenic dan phosporus. Jenis doping yang berbeda diata
dapat menhasilkan cahaya dengan warna yang berbeda. LED (Light
Emitting Dioda) merupakann salah satu jenis dioda, sehingga hanya akan
mengalirkan arus listrik satu arah saja. LED akan memancarkan cahaya
apabil diberikan tegangan listrik dengan konfigurasi forward bias.
Berbeda dengan dioda pada umumnya, kemampuan mengalirkan arus
pada LED (Light Emitting Dioda) cukup rendah yaitu maksimal 20 mA.
Apabila LED (Light Emitting Dioda) dialiri arus lebih besar dari 20 mA
maka LED akan rusak, sehingga pada rangkaian LED dipasang sebuah
resistor sebgai pembatas arus. Simbol dan bentuk fisik dari LED (Light
Emitting Dioda) dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.9 Simbol dan bentuk fisik LED


Dari gambar diatas dapat kita ketahui bahwa LED memiliki kaki 2
buah seperti dengan dioda yaitu kaki anoda dan kaki katoda. Pada gambar
diatas kaki anoda memiliki ciri fisik lebih panjang dari kaki katoda pada

13
saat masih baru, kemudian kaki katoda pada LED (Light Emitting Dioda)
ditandai dengan bagian body LED yang di papas rata (flat). Kaki anoda
dan kaki katoda pada LED (Light Emitting Dioda) disimbolkan seperti
pada gambar diatas. Pemasangan LED (Light Emitting Dioda) agar dapat
menyala adalah dengan memberikan tegangan bias maju yaitu dengan
memberikan tegangan positif ke kaki anoda dan tegangan negatif ke kaki
katoda.

2.5 Cara Kerja Rangkaian


Rangkaian lampu flip – flop, rangkaian ini bekerja berdasarkan prinsip kerja
komponen kapasitor yang dapat menyimpan energi listrik, fungsinya adalah untuk
menyalakan led secara bergantian.
Arus tengangan yang digunakan adalah DC 12V, polaritas positif (+) atau
arus melewati empat buah resistor, R1 dan R2 terhubung dengan LED1 dan LED2.
R3 dan R4 terhubung dengan kapasitor dan transistor. Diumpamakan LED1
menyala (ON) artinya Tr1 ON kaki emitor terhubung polaritas negatif (-) maka
kaki colektor juga memiliki polariras (-) sehingga LED1 ON. Arus melewati R3
dan R4, R3 terhubung dengan kaki basis Tr2 dan kaki positif C1 (kaki negatif C1
terhubung kaki colektor Tr1), karena Tr1 ON kaki negatif C1 terhubung polaritas ()
arus yang keluar dari R3 akan lebih dominan masuk ke arah C1 dibanding ke arah
basis Tr2, dalam waktu yang relatif C1 akan terisi penuh, saat C1 telah terisi penuh
arus akan berhenti mengisi dan secara otomatis arus masuk kearah basis Tr 2. Arus
inilah yang digunakan untuk bias Tr2 yang menyebabkan Tr2 menjadi ON
sehingga LED2 ON dan C2 akan terisi, arus dari R4 lebih dominan ke arah C2
maka arus yang menuju basis Tr1 akan berkurang atau berhenti untuk membias
Tr1 sehingga Tr1 OFF dan LED1 juga OFF. Disaat yang sama energi yang
tersimpan di C1 akan hilang diserap LED1. Saat C2 terisi penuh arus akan berhenti
mengisi dan beralih menuju basis Tr1 dan Tr1 akan ON, LED1 ON, C1 akan terisi
maka Tr2 OFF, LED2 OFF, C2 kehilangan energi, di saat step ini kembali pada

14
step yang tertulis diatas saat LED1 ON. Kejadian akan terus berulang yang
menyebabkan LED akan menyala secara bergantian dalam waktu yang relatif
sesuai ukuran dari kapasitor waktu yang diperlukan untuk mengisi sampai penuh.
2.5.1 Analisa
Setelah rangkaian selesai dirakit kita lakukan pengujian rangkaian dan
menghasilkan data sebagai berikut:
SOURCE LED 1 LED 2
ON OFF
ON
OFF ON
OFF OFF OFF

Dari hasil pengujian didapatkan hasil yang sesuai fungsi dan prinsip kerja
rangkaian lampu flip – flop, lampu menyala secara bergantian saat ada sumber
arus yang masuk. Dan kedua lampu akan mati saat tidak ada sumber arus yang
masuk ke rangkaian.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rangkaian lampu flip – flop, rangkaian ini bekerja berdasarkan dari fungsi
kapasitor polar, komponen elektronika yang dapat menyimpan energi listrik
dalam waktu yang relatif. Dua buah lampu LED akan menyala secara bergantian
saar rengkaian aktif, LED akan menyala dalam waktu yang relatif sesuai ukuran
dari kapasitor, bila besaran ukuran mikrofarad kapasitor semakin besar maka
waktu yang diperlukan untuk mengisi penuh arus listrik kapasitor semakin
panjang dan juga lampu LED akan semakin lama menyala.

3.2 Saran
Setelah melakukan perakitan rangkaian, melakukan percobaan, dan
mendapatkan hasil, maka penulis memberikan saran:
a. Pahamilah skema rangkaian dengan benar sebelum melakukan praktikum,
b. Buatlah layout komponen sesuai dengan dimensi ukuran komponen
sebenarnya,
c. Setelah pembuatan layout alur pada PCB sebelum dilarutkan, periksalah
apakah sesuai dengan skema rangkaian yang ada,
d. Penyolderan dimulai pada komponen pasif dan tahan terhadap suhu panas
terlebih dahulu, selanjutnya pada komponen aktif,
e. Cek ulang rangkaian sebelum digunakan,
f. Hati-hati saat melaksanakan praktikum.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://1547wz.files.wordpress.com/2009/02/resistor.pdf/
http://abisabrina.wordpress.com/2010/08/14/fungsi-dasar-transistor//
http://alldatasheet.com/datasheet-pdf//
http://ectrokomponen.blogspot.com/2013/03/berkenalan-dengan-kapasitor.html/
http://elektronika-dasar.web.id/komponen/led-light-emitting-
dioda/#chitika_close_button//
http://id.wikipedia.org/wiki/Transistor/

17
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................


DAFTAR ISI ......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...............................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
C. Tujuan Masalah ..............................................................................
BAB II PEMBAHASA
A. karakter, fungsi, dan cara kerja dari setiap komponen dalam rangkaian
“lampu flip – flop”, ........................................................................
B. Membaca dan mengerti gambar skema rangkaian, ........................
C. Mengatur tata letak setiap komponen sehingga tertata rapi ...........
D. Membuat alur (pengawatan antar komponen) pada PCB dengan benar
E. Mengetahui cara kerja rangkaian ...................................................
F. Mengetahui titik kesalahan rangkaian bila alat tidak bekerja normal,
G. Menganalisa data setiap komponen saat sistem bekerja ................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................
B. Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

18
ii

19

Anda mungkin juga menyukai