Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROKONTROLER












NABILA SOUZA NUGRAHA (P2.31.38.112.052)
NANDA OKTARIADI (P2.31.38.112.053)

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II






PENJELASAN TENTANG SENSOR INFRA RED
InfraRed merupakan sebuah sensor yang masuk dalam kategori sensor optik.
Secara umum seluruh infra red di dunia bekerja optimal pada frekuensi 38,5 KHz.
Kurva karakteristik infra red membandingkan antara frekuensi dengan jarak yang
dicapainya. kalau frekuensi di bawah puncak kurva atau lebih dari puncak kurva,
maka jarak yang dapat dicapai akan pendek. Ada dua metode utama dalam
perancangan pemancar sensor infra red, yaitu :
1. Metode langsung, dimana infra red diberi bias layaknya rangkaian led biasa.
2. Metode dengan pemberian pulsa, mengacu kepada kurva karakteristik infra red
tersebut.
Metode pemberian pulsa juga masih rentan terhadap gangguan frekuensi
luar, maka kita harus menggunakan teknik modulasi, dimana akan ada dua
frekuensi yaitu frekuensi untuk data dan frekuensi untuk pembawa. Dengan teknik
ini, maka penerima akan membaca data yang sudah dikirimkan tersebut.
Terdapat beberapa komponen yang dapat digunakan untuk penerima, yaitu :
1. Modul penerima jadi, yang dilengkapi dengan filter 38,5 Khz.
2. Phototransistor atau photodioda, kita harus membuat rangkaian tambahan misal
dengan metode pembagi tegangan.
Untuk aplikasi lebih lanjut, misalnya untuk mikrikontroler kita
membutuhkan keluaran yang diskrit, dimana hanya logika satu atau nol yang di
butuhkan. Kondisi ini harus kita lengkapi dengan rangkaian komparator, atau
masuk ke transistor sebagai saklar. Kalau kita menggunakan data dengan teknik
modulasi maka data yang dikirim harus di filter, berarti kita harus merancang flter
yang akan membuang frekuensi tersebut, lalu masuk ke rangkaian buffer atau
transistor sehingga keluarannya berupa sinyal diskrit.
Pada tabel ini Infra Merah adalah suatu gelombang cahaya yang
mempunyai panjang gelombang lebih tinggi dari pada cahaya merah menunjukkan
spektrum cahaya tampak dan cahaya Infra Merah.

Kurvanya

Sinar infra merah tergolong ke dalam sinar yang tidak tampak. Jika dilihat dengan
spektroskop sinar maka radiasi sinar infra merah tampak pada spektrum gelombang
elektromagnet dengan panjang gelombang diatas panjang gelombang sinar merah.
Komponen yang dibutuhkan:
IC LM555
Resistor Variabel/Trimport 10K ohm
Resistor 10K, 470 ohm, 1K, 22K
Transistor 2N3904
PhotoTransistor / Photodioda









Berikut Rangkaian Pemancar InfraRed

Berikut adalah rangkaian Penerima








Infra Red Receiver
Sinar infra merah yang dipancarkan oleh pemancar infra merah tentunya
mempunyai aturan tertentu agar data yang dipancarkan dapat diterima dengan baik
di receiver. Oleh karena itu baik di transmitter infra merah maupun receiver infra
merah harus mempunyai aturan yang sama dalam mentransmisikan (bagian
transmitter) dan menerima sinyal tersebut kemudian mendekodekannya kembali
menjadi data biner (bagian receiver).
Receiver Infra Merah
Komponen yang dapat menerima infra merah ini merupakan komponen yang peka
cahaya yang dapat berupa dioda (photodioda) atau transistor
(phototransistor). Komponen ini akan merubah energi cahaya, dalam hal ini energi
cahaya infra merah, menjadi pulsa-pulsa sinyal listrik. Komponen ini harus mampu
mengumpulkan sinyal infra merah sebanyak mungkin sehingga pulsa-pulsa sinyal
listrik yang dihasilkan kualitasnya cukup baik.Semakin besar intensitas infra merah
yang diterima maka sinyal pulsa listrik yang dihasilkan akan baik jika sinyal infra
merah yang diterima intensitasnya lemah maka infra merah tersebut harus
mempunyai pengumpul cahaya (light collector) yang cukup baik dan sinyal pulsa
yang dihasilkan oleh sensor infra merah ini harus dikuatkan. Pada prakteknya sinyal
infra merah yang diterima intensitasnya sangat kecil sehingga perlu
dikuatkan. Selain itu agar tidak terganggu oleh sinyal cahaya lain maka sinyal listrik
yang dihasilkan oleh sensor infra merah harus difilter pada frekeunsi sinyal carrier
yaitu pada 30KHz sampai 40KHz. Selanjutnya baik photodioda maupun
phototransistor disebut sebagai photodetector.
Dalam penerimaan infra merah, sinyal ini merupakan sinyal infra merah yang
termodulasi. Pemodulasian sinyal data dengan sinyal carrier dengan frekuensi
tertentu akan dapat memperjauh trasnmisi data sinyal infra.

Gambar 1
Respon Penerimaan Sensor Infra Merah
Komponen photodetector mempunyai karakteristik seperti komponen yang
dinamakan solar cell, yang merubah energi cahaya menjadi energi listrik. Jika photo
detector ini mendapat cahaya maka akan menghasilkan tegangan sekitar 0.5 volt
dan arus yang dihasilkan tergantung dari intensitas cahaya yang masuk pada photo
detector tersebut. Teknik ini biasa disebut sebagai unbiased current sourcing atau
photovolataic mode. Teknik ini jarang digunakan karena tidak efisien dan
mempunyai respon yang lambat tehadap pulsa-pulsa cepat sinyal cahaya.
Konfigurasi photo detector yang umum dipakai adalah teknik yang dikenal sebagai
reserved biased atau photoconductive mode.Pada mode reverse bias/bias terbalik,
photo detector dibias dengan tegangan external mulai dari beberapa volt sampai
sekitar 50 volt (tergantung karakteristik photo detector). Jika karakteristik
photodetector tidak diketahui maka bias tegangan dapat diberi 12V agar tidak
merusak photodetector tersebut.
Ketika photo detector ini mendapat cahaya, dalam hal ini cahaya infra merah maka
terdapat arus bocor yang relatif kecil. Besar-kecilnya arus bocor ini tergantung dari
intensitas cahaya infra merah yang mengenai photodetector tersebut.
Sebuah photodioda, biasanya mempunyai karakteristik yang lebih baik daripada
phototransistor dalam responya terhadap cahaya infra merah. Biasanya photo dioda
mempunyai respon 100 kali lebih cepat daripada phototransistor. Oleh sebab itulah
para designer cenderung menggunakan photodioda daripada menggunakan
phototransistor. Tetapi sebuah phototransistor tetap mempunyai keunggulan yaitu
mempunyai kemampuan untuk menguatkan arus bocor menjadi ratusan kali jika
dibandingkan dengan photodioda.
Sebuah photodioda biasanya dikemas dengan plastik transparan yang juga
berfungsi sebagai lensa fresnel. Lensa ini merupakan lensa cembung yang
mempunyai sifat mengumpulkan cahaya.Lensa tersebut juga merupakan filter
cahaya, lebih dikenal sebagai optical filter, yang hanya melewatkan cahaya infra
merah saja.Walaupun demikian cahaya yang nampakpun masih bisa mengganggu
kerjsa dari dioda infra merah karena tidak semua cahaya nampak bisa difilter
dengan baik. Oleh karena itu sebuah penerima infra merah harus mempunyai filter
kedua yaitu rangkaian filter yang berfungsi untuk memfilter sinyal 30KHz sampai
40KHz saja.
Faktor lain yang juga berpengaruh pada kemampuan penerima infra merah adalah
active area dan respond time. Semakin besar area penerimaan suatu dioda infra
merah maka semakin besar pula intensitas cahaya yang dikumpulkannya sehingga
arus bocor yang diharapkan pada teknik reserved bias semakin besar. Selain itu
semakin besar area penerimaan maka sudut penerimaannya juga semakin
besar. Kelemahan area penerimaan yang semakin besar ini adalah noise yang
dihasilkan juga semakin besar pula. Begitu juga dengan respon terhadap frekuensi,
semakin besar area penerimaannya maka respon frekuansinya turun dan sebaliknya
jika area penerimaannya kecil maka respon terhadap sinyal frekuensi tinggi cukup
baik.
Respond time dari suatu dioda infra merah (penerima) mempunyai waktu respon
yang biasanya dalam satuan nano detik. Respond time ini mendefinisikan lama agar
dioda penerima infra merah merespon cahaya infra merah yang datang pada area
penerima.Sebuah dioda penerima infra merah yang baik paling itdak mempunyai
respond time sebesar 500 nano detik atau kurang. Jika respond time terlalu besar
maka dioda infra merah ini tidak dapat merespon sinyal cahaya yang dimodulasi
dengan sinyal carrier frekuensi tinggi dengan baik. Hal ini akan mengakibatkan
adanyadata loss.
Filter Optikal
Filter ini mempunyai dua fungsi yaitu sebagai lensa fresnel dan juga sebagai filter
cahaya yang masuk ke area penerimaan dioda infra merah. Biasanya terbuat dari
bahan polycarbonate,berbentuk cembung dan transparan. Filter opikal ini akan
membatasi cahaya-cahaya yang tidak diinginkan kecuali cahaya infra merah
sehingga tidak mengganggu sinyal cahaya infra merah yang diterima oleh
detektor/area penerima.
Current to Voltage Converter
Arus bocor yang dihasilkan oleh detektor photodioda besarnya linier terhadap
intensitas cahaya infra merah yang dimasuk ke dalam area penerimaan. Oleh sebab
itu arus ini harus dirubah ke tegangan agar dapat didapatkan sinyalnya kembali.
Pada dasarnya ada tiga teknik pengubahan arus ke tegangan yang masing-masing
mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri.

Gambar 2
High Impedance Detector
High Impedance Detector. Detektor ini banyak digunakan dirangkaian-
rangkaian pada umumnya karena kesederhanaan rangkaiannya dan respon
yang cukup baik. Untuk mengubah arus menjadi tegangan digunakan sebuah
resistor R1 dengan nilai yang cukup besar. Besarnya nilai R harus disesuaikan agar
tidak menyebabkan dioda infra merah jenuh karena jika dioda infra merah jenuh
maka tidak ada sinyal carrier yang diteruskan sehingga data yang ditransmisikan
tidak dapat diterima lagi. Untuk mencegah agar tidak jenuh maka tegangan bias
tidak boleh terlalu tinggi dan nilai R yang digunakan juga tidak boleh terlalu
besar.Pada suatu kondisi tertentu jika cahaya selain cahaya infra merah terlalu
terang maka arus bocor dapat mencapai beberapa miliamper dan resistansinya
turun menjadi 10k saja sehingga untuk mencegah saturasi maka nilai R harus
kurang dari 10k juga. Dengan nilai R 10k ini akan dapat merubah tiap 1uA menjadi
10mV. Kondisi ini merupakan kondisi ideal yang jauh berbeda dengan keadaan
sebenarnya dimana sinyal yang diterima sangat lemah sehingga hanya
menghasilkan arus bocor yang sangat kecil sehingga nilai R yang digunakan juga
harus diganti dengan nilai yang lebih besar untuk dapat mengkonversi arus menjadi
tegangan yang tepat.
Transimpedance Amplifier Detector. Teknik ini merupakan pengembangan yang
sangat baik dari teknik yang pertama. Dengan dilengkapi dengan sebuah induktor
diharapkan agar sinyal carrier tidak cacat pada saat dirubah menjadi
tegangan. Dengan penggantian R dengan sebuah induktor ini akan menyebabkan
reaktansinya berubah terhadap frekuensi sinyal, berarti sekaigus juga menjadi filter
yang sederhana karena tegangan yang dihasilkan untuk frekuensi yang berbeda
tentunya akan menghasilkan tegangan yang lebih lemah. Reaktansi ini digunakan
untuk Feedback yang berupa LC ini menghasilkan suatu Q yang cukup tinggi
sehingga hanya sinyal tertentu saja yang dikuatkan. Q harus diletakkan pada
frekuensi sekitar 30KHz sampai 40KHz.

Gambar 3
TransimpedanceAmplifier Detector
Tabel 1
Tabel Nilai Induktor dan Nilai Reaktansi

Transimpedance Amplifier Detector with limited Q. Penggunaan LC yang di set pada
frekuansi kerja sinyal carrier tertentu dapat menghambat sinyal selain sinyal data
infra merah. Biasanya cahaya tampak merupakan pengganggu utama dalam
pendeteksian dengan menggunakan infra merah. Q yang tinggi juga menjadi
masalah yaitu dapat mengakibatkan osilasi yang tidak dinginkan.Untuk dapat
membatasi nilai Q maka dapat diparalelkan sebuah resistor pada induktor seperti
nampak pada gambar 4. Untuk aplikasi trasnmisi data dimana duty cycle sinyal nya
rendah (pulsa-pulsa dengan durasi pendek) maka adalah baik jika Q ditentukan
mendekati 1. Jika nilai resistor paralel sama dengan nilai reaktansi induktor pada
frekuensi yang diinginkan. Jika nilai Q lebih dari 1 maka osilasi dapat terjadi, hal ini
akan mengakibatkan sinyal dengan pulsa-pulsa pendek (data stream) akan
menghasilkan ripple-ripple yang tidak diinginkan pada saat pindah logika. Bahkan
jika nilai Q sangat besar bukanlah tidak mungkin akan menjadi osilator yang sering
disebut sebagai self-osilator.

Gambar 4
Transimpedance Amplifier Detector with limited Q
Pada aplikasi dengan pulsa-pulsa pendek seperti pada transmisi data nilai
induktor dapat dipilih berdasarkan panjang pulsa yang ditrasnmisikan untuk
mendapatkan suatu hasil yang maksimal.
Berikut merupakan salah satu contoh rangkaian yang menggunakan Q dimana nilai
Q nya dibatas tidak sampai 1. R7 yang memparalel induktor L2 akan menyebabkan
nilai Q tidak lebih dari 1 sehingga tidak terjadi self-osilasi. L1 merupakan induktor
yang berfungsi untuk mencegah agar sinyal AC tidak masuk ke dalam power
supply. Komponen ini tidak terlalu kritis jika digunakan paa frekuensi 30KHz
40KHz saja sehingga komponen ini dapat tidak digunakan.

Gambar 5
Rangkaian Penerima IR










PRAKTIKUM INFRA RED RECEIVER DAN TRANSMITTER DENGAN LCD

1. Buka Aplikasi Code Vision AVR pada laptop
2. Klik File New
3. Kemudian akan muncul tampilan seperti




4. Pilih Project OK





5. Klik Yes, Kemudian akan keluar tampilan seperti ini :












6. Pilih Chip, kemudian pilih Atmega 8535, dan atur clock sesuai dengan avr masing-masing
7. Lalu pilih LCD









8. Pilih Port sesuai kebutuhan, kemudia pilih 16 pada Chars/Line
9. Kemudian klik file Generate save and exit
10. Buat nama file untuk di save sebanyak 3 kali
11. Kemudian akan keluar tampilan seperti ini
Hapus semua kalimat yang ada garis miring dua
12. Lalu masukan program dan penjelasan seperti di bawah



#include <mega8535.h>
#asm
.equ __lcd_port=0x18 ;PORTB
#endasm
#include <lcd.h>
void main(void)
{
PORTA=0x00;
DDRA=0x00;
PORTB=0x00;
DDRB=0x00;
PORTC=0x00;
DDRC=0x00;
PORTD=0x00;
DDRD=0x00;

lcd_init(16);
while (1)
{
if(PINDD.7==0)
{lcd_gotoxy(0,0);
lcd_putsf("DISCONNECTED");
delay_ms(200);
lcd_clear();}


else
{lcd_gotoxy(0,0);
lcd_putsf("CONNECTED");
delay_ms(200);
lcd_clear();}


};
}






13. kemudian Build the project lalu Run The Chip Program
14. Lalu akan tampil seperti ini pada lcd

Anda mungkin juga menyukai