Kusnanto Mukti W
M0209031
Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK
2
positif ke dinding tabung (katoda) lambat,
maka ion-ion ini dapat membentuk
semacam lapisan pelindung positif pada
permukaan dinding tabung. Keadaan yang
demikian tersebut dinamakan efek muatan
ruang atau space charge effect.
3
dasar hal ini, detektor Geiger Muller tidak yang dalam hal ini π = 3.14159... dan e =
dapat digunakan untuk melihat spectrum 2.71828...
energi, tetapi hanya dapat digunakan untuk Ciri khas distribusi normal
melihat jumlah cacah radiasi saja. Maka adalah terletak pada bentuk kurva yang
detektor Geiger Muller sering disebut landai, simetris, seperti lonceng, titik belok
dengan detektor Gross Beta gamma karena μ ±σ, luas di bawah kurva memiliki
tidak bisa membedakan jenis radiasi yang probabilitas .
datang.
Besarnya sudut datang dari sumber
radiasi tidak mempengaruhi banyaknya
cacah yang terukur karena prinsip dari
detektor Geiger Muller adalah mencacah
zarah radiasi selama radiasi tersebut masih
bisa diukur. Berbeda dengan detektor lain
misalnya detektor sintilasi dimana
besarnya sudut datang dari sumber radiasi Gb. Kurva distribusi Gauss
akan mempengaruhi banyaknya pulsa yang
dihasilkan. 3. DISTRIBUSI POISSON
Dalam mempelajari distribusi
B. Kelebihan Detektor Geiger Binomial kita dihadapkan pada
Muller probabilitas variabel random diskrit
Konstruksi simple dan (bilangan bulat) yang jumlah trial nya
Sederhana kecil (daftar binomial), sedangkan jika
dihadapkan pada suatu kejadian dengan p
Biaya murah
<<< dan menyangkut kejadian yang luas n
Operasional mudah
>>> maka digunakan distribusi Poisson.
C. Kekurangan Detktor Geiger
Distribusi Poisson dipakai untuk
Muller
menentukan peluang suatu kejadian yang
Tidak dapat digunakan untuk jarang terjadi, tetapi mengenai populasi
spektroskopi karena semua yang luas atau area yang luas dan juga
tinggi pulsa sama berhubungan dengan waktu.
Efisiensi detektor lebih buruk
jika dibandingkan dengan
detektor jenis lain
Resolusi detektor lebih rendah
Waktu mati besar, terbatas Dimana :
untuk laju cacah yang rendah
μ = λ= n.p = E(x) Nilai rata-rata
2. DISTRIBUSI GAUSS
Pada kasus di mana n cukup besar e = konstanta = 2,71828
dan p tidak terlalu kecil (tidak mendekati
x = variabel random diskrtit (1,2,3, ….,x)
0,….,1 dilakukan pendekatan memakai
distribusi Normal (Gauss). Ditemukan Bentuk grafik pada distribusi
pertama kali oleh matematikawan asal
poisson adalah lebih curam ke atas
Prancis, Abraham D (1733), diaplikasikan
lebih baik lagi oleh astronom asal dibandingkan kurva distribusi Gauss
Jerman,Friedrich Gauss Gauss. Fungsi
padat peluang (pdf) dari peubah acak
normal X, dengan rataan μ dan variansi σ2
adalah :
4
3 3
4 3
5 7
6 3
7 0
8 5
9 7
10 8
11 9
Gb. Kurva distribusi poisson 12 10
13 4
III. METODE PENELITIAN
14 5
1.ALAT DAN BAHAN
15 4
a. Detektor Geiger-Muller
16 5
b. Counter Tube
17 5
c. Stopwatch
18 5
2. CARA KERJA
19 3
a. Merangkai alat seperti pada
20 4
gambar rangkaian alat.
b. Melakukan pencacahan, yaitu 21 3
22 4
dengan mencatat jumlah radiasi
23 6
yang diterima oleh detektor setiap
24 0
selang waktu 15 detik.
25 5
c. Mencatat data hingga 100 data
setiap 15 detik. 26 5
d. Membuat grafik dari data yang 27 4
telah didapat. 28 8
29 3
3.GAMBAR RANGKAIAN 30 2
31 4
32 4
33 5
34 3
35 9
36 6
37 2
38 8
39 3
40 4
Gb. Rangkaian alat 41 3
42 7
IV. DATA 43 6
44 3
N PN 45 7
1 6 46 4
2 4
5
47 5 91 4
48 8 92 5
49 3 93 9
50 4 94 10
51 4 95 9
52 1 96 5
53 4 97 5
54 3 98 3
55 2 99 2
56 4 100 3
57 4 101 3
58 2 102 6
59 8 103 1
60 2 104 4
61 1 105 6
62 6 106 5
63 4 107 8
64 6 108 4
65 8 109 10
66 6 110 3
67 4 111 6
68 5 112 6
69 3 113 3
70 2 114 1
71 6 115 7
72 8 116 2
73 5 117 5
74 5 118 6
75 2 119 5
76 7 120 4
77 5 121 3
78 4 122 6
79 8 123 3
80 6 124 5
81 4 125 4
82 3 126 8
83 7 127 4
84 6 128 4
85 4 129 7
86 4 130 4
87 6 131 4
88 4 132 6
89 5 133 2
90 4 134 1
6
135 7 distribusi statistika pencacah radiasi.Pada
136 2 percobaan ini digunakan alat dan bahan
137 5 yaitu seperangkat detector Geiger muller
yang berfungsi untuk menangkap radiasi
138 0
cacah latar atau udara bebas. Dalam
139 1 percobaan ini detector Geiger muller
140 2 hanya dapat menangkap sinar alfa dan
141 4 sinar beta. Dalam percobaan ini digunakan
142 4 pula stopwatch yang berfungsi untuk
143 2 menghitung waktu pancaran radiasi serta
144 5 digunakan counter yang berfungsi untuk
145 5 menampilkan jumlah cacahan yang
dihasilkan oleh detector Geiger muller.
146 8
Prinsip kerja dari percobaan ini
147 1 adalah dimana radiasi alpha dan beta (α
148 2 dan β) pada udara luar atau lingkungan
149 7 terbuka ( cacah latar )akan diterima oleh
150 5 detektor geiger muller yang kemudian
151 5 diproses dalam rangkaian counter dan
152 3 hasilnya akan dapat terlihat pada display di
153 4 counter.
Detektor radiasi bekerja dengan
154 2
cara mengukur perubahan yang terjadi di
155 4 dalam medium karena adanya penyerapan
156 6 energi radiasi oleh medium tersebut.
157 8 Sebenarnya terdapat banyak mekanisme
158 2 atau interaksi yang terjadi di dalam
159 7 detektor tetapi yang sering dimanfaatkan
160 8 untuk mendeteksi atau mengukur radiasi
161 4 adalah proses ionisasi dan proses sintilasi.
Proses Ionisasi adalah peristiwa
162 7
terlepasnya elektron dari ikatannya di
163 4
dalam atom. Peristiwa ini dapat terjadi
164 5 secara langsung oleh radiasi alpha atau
165 9 beta dan secara tidak langsung oleh radiasi
166 6 sinar-X, gamma dan neutron. Jadi dalam
167 5 proses ionisasi ini, energi radiasi diubah
168 5 menjadi pelepasan sejumlah elektron
169 7 (energi listrik). Bila diberi medan listrik
170 4 maka elektron yang dihasilkan dalam
peristiwa ionisasi tersebut akan bergerak
menujuk ke kutub positif. Proses sintilasi
adalah terpencarnya sinar tampak ketika
V. PEMBAHASAN terjadi transisi elektron dari tingkat energi
(orbit) yang lebih tinggi ke tingkat energi
Pada percobaan yang berjudul yang lebih rendah di dalam bahan
statistika pencacahan radiasi ini penyerap. Dalam proses ini, sebenarnya,
mempunyai tujuan yaitu untuk yang dipancarkan adalah radiasi sinar-X
mempelajari prinsip kerja detector Geiger tetapi karena bahan penyerapnya
muller serta dapat menggambarkan pola (detektor) dicampuri dengan unsur
7
aktivator, yang berfungsi sebagai grafik hub N vs PN data 1-10
PN
penggeser panjang gelombang, maka
radiasi yang dipancarkannya berupa sinar 10
tampak. 8 y = 0.2182x + 3.4
Pada percobaan ini radiasi yang 6 R² = 0.0722
ditangkap oleh detector akan dibaca dan 4
ditampilkan oleh counter sehingga dapat
2
diketahui berapa banyak jumlah cacahan
0
yang diperoleh. Dalam percobaan ini
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
pencacahan radiasi dengan menggunakan
N
system integral yaitu mengukur kuantitas
atau jumlah radiasi yang mengenai
detector. Jumlah cacahan ini dihitung Gb. Grafik 10 cacah pertama
sebanyak 170 data. Pencacahan ini
dlakukan dengan cara mencacat jumlah Dari grafik yang terakhir yaitu 170
radiasi yang diterima oleh detector setiap data harusnya membentuk grafik distribusi
selang waktu 15 sekon hingga waktu poisson. Namun dari data terlihat bahwa
mencapai 2550 sekon. grafik yang terbentuk menyerupai grafik
distribusi gaussian. Hal ini mungkin terjadi
Dari data tersebut kemudian dibuat karena kondisi udara bebas yang ada di
grafik hubungan antara data ke N (sumbu tempat pengambilan data banyak
x) dan jumlah cacahan (P(N))(sumbu y). gangguan, semisal angin.
Grafik ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana system distribusi yang diikuti grafik N vs PN data 1-170
12
oleh data tersebut. Sifat acak suatu
10 y = 0.0002x + 4.6692
pengukuran selalu mengikuti suatu R² = 1E-05
distribusi tertentu. Bila distribusi binomial 8
mempunyai probabilitas sangat kecil maka 6
akan berubah menjadi distribusi Poisson,
PN
8
VII. DAFTAR PUSTAKA Book 3. Salemba teknika. Jakarta.
581-584.
Munir, Rinaldi. 2010. Beberapa Distribusi The American Nuclear Society Chapter.
Peluang Kontinu Bahan Kuliah Geiger-Muller Detector:
II2092 Probabilitas dan Statistik. Operational Directions And
Sekolah Teknik Elektro dan Experiments for Students. The Ohio
Informatika ITB. Bandung. State University. USA.
Purwanto A., 2007. FISIKA STATISTIK. Wardhana, Wisnu Arya. 2007. Teknologi
Gava Media. Yogyakarta. Nuklir Proteksi Radiasi dan
Santoso, Agus dan Surakhman. Pengaruh Aplikasinya. Yogyakarta: Andi
Tekanan Isian terhadap Operasi Offset.
Detektor Geiger Muller. Yogyakarta.
Serway R.A., Jawett J.W., 2010. http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning
PHYSICS For Scientists and /Pengukuran_Radiasi/Dasar_04.htm
Engineers With Modern Physics
9
VII. LAMPIRAN
PN
10 15
8 y = 0.2182x + 3.4
6 R² = 0.0722 10 y = 0.0211x + 4.7789
4 R² = 0.0028
5
2
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 0 4 8 12 16 20 24
N N
15 15
y = -0.0369x + 5.2391 y = -0.0116x + 4.9385
10 R² = 0.0198 10 R² = 0.0036
PN
5 5
0 0
0 10 20 30 40 0 10 20 30 40 50
N N
PN
5 5
0 0
0 20 40 60 0 20 40 60 80
N N
12
12 y = -0.0122x + 4.9627
10 y = 0.0006x + 4.6383
10 R² = 0.0132
8 R² = 4E-05
8
PN
PN
6 6
4 4
2 2
0 0
0 20 40 60 80 0 20 40 60 80 100
N N
10
grafik hub N vs PN data 1-90 grafik hub N vs PN data 1-100
15 15
PN
PN
5 5
0 0
0 20 40 60 80 100 0 50 100 150
N N
5 PN 5
0 0
0 50 100 150 0 50 100 150
N N
PN
5
5
0
0 0 50 100 150
0 50 100 150 -5
N N
5
PN
0 0
0 50 100 150 200 0 50 100 150 200
-5
N -5 N
11
15 grafik N vs PN data 1-170
y = 0.0002x + 4.6692
10 R² = 1E-05
PN
0
0 50 100 150 200
-5
N
12