Anda di halaman 1dari 12

STATISTIK PENCACAHAN RADIASI

Kusnanto Mukti W
M0209031
Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK

Percobaan pencacahan radiasi ini dilakukan dengan menggunakan detektor Geiger-


Muller dan bertujuan untuk mengetahui prinsip kerja dari detektor Geiger- Muller, serta
dapat menggambarkan pola distribusi Gauss dan Poisson. Percobaan ini menggunakan
udara sebagai bahan percobaan dimana kita tahu bahwa udara terdiri dari berbagai
macam gas yang tersusun dari proton elektron neutron yang dapat memancarakn radiasi.
Percobaan ini dilakukan dengan mencatat data setiap 15 detik, dimana dilakukan sebanyak
200 kali pencacahan. Masing-masing tiap 10 cacah dibuat grafik data tersebut yang
kemudian dianalisis termasuk kedalam distribusi Gauss atau Poisson. Hasil menunjukkan
bahwa seluruh grafik mengikuti kurva distribusi Poisson.

Kata kunci : Radiasi, Detektor Geiger-Muller, Distribusi Gauss, Distribusi Poisson

I. PENDAHULUAN dalam mengaplikasikan alat detektor


1. LATAR BELAKANG radiasi menjadi hal yang penting dalam
Radiasi merupakan suatu cara mengetahui kuantitas radiasi.
perambatan energi dari sumber energi ke
lingkungannya tanpa membutuhkan 2. TUJUAN
medium atau bahan penghantar tertentu. a.Mengetahui prinsip kerja Detector
Panca indera manusia secara langsung Geiger-Muller.
tidak dapat digunakan untuk menangkap b. Dapat menggambar pola
atau melihat ada tidaknya zarah radiasi, distribusi Gauss dan distribusi
karena manusia memang tidak mempunyai Poisson
sensor biologis untuk zarah radiasi.
Detektor merupakan suatu alat yang peka II. TINJAUAN PUSTAKA
terhadap radiasi, yang bila dikenai radiasi
akan menghasilkan tanggapan mengikuti 1. DETEKTOR RADIASI
mekanisme tertentu Detektor radiasi bekerja dengan
Radiasi yang dikeluarkan oleh atom cara mengukur perubahan yang
dalam bentuk radiasi elektromagnetik, disebabkan oleh penyerapan energi
sangat sulit dideteksi oleh tubuh manusia. radiasi oleh medium penyerap.
Tidak semua radiasi elektromagnetik Sebenarnya terdapat banyak
berdampak baik bagi manusia, radiasi juga mekanisme yang terjadi di dalam
akan berdampak buruk bagi manusia. detektor tetapi yang sering
Kerusakan yang diakibatkan oleh radiasi digunakan adalah proses ionisasi
biasanya dikatagorikan ke dalam dua jenis: dan proses sintilasi.
kerusakan somatik dan kerusakan genetik. Apabila dilihat dari segi jenis
Untuk menghindari bahaya radiasi radiasi yang akan dideteksi dan
tersebut, maka perlunya diadakan diukur, diketahui ada beberapa
pembelajaran statistik pancaran radiasi jenis detektor, seperti detektor
ini. Selain itu, perlunya pengetahuan untuk radiasi alpha, detektor untuk
radiasi beta, detektor untuk radiasi tengah tabung. Anoda sebagai
gamma, detektor untuk radiasi elektroda positif.
sinar-X, dan detektor untuk radiasi  Isi tabung : yaitu gas bertekanan
neutron.Kalau dilihat dari segi rendah, biasanya gas beratom tunggal
pengaruh interaksi radiasinya, dicampur gas poliatom (gas yang
dikenal beberapa macam detektor, banyak digunakan Ar dan He).
yaitu
a. Detektor ionisasi, b. Prinsip kerja detektor Geiger muller
b. Detektor proporsional, Detektor Geiger Muller
c. Detektor geiger muller, meupakan salah satu detektor yang
d. Detektor sintilasi, berisi gas. Selain Geiger muller
e. Detektor kamar kabut masih ada detektor lain yang
f. Detektor semikonduktor atau merupakan detektor isian gas yaitu
detektor zat padat. detektor ionisasi dan detektor
proporsional. Ketiga macam
Walaupun jenis peralatan detektor tersebut secara garis besar
untuk mendeteksi zarah radiasi prinsip kerjanya sama, yaitu sama-
nuklir banyak macamnya, akan sama menggunakan medium gas.
tetapi prinsip kerja peralatan Perbedaannya hanya terletak pada
tersebut pada umumnya didasarkan tegangan yang diberikan pada
pada interaksi zarah radiasi masing-masing detektor tersebut.
terhadap detektor (sensor) yang
sedemikian rupa sehingga tanggap Apabila ke dalam labung
(respon) dari alat akan sebanding masuk zarah radiasi maka radiasi
dengan efek radiasi atau sebanding akan mengionisasi gas isian.
dengan sifat radiasi yang diukur. Banyaknya pasangan elektron-ion
yang terjadi pada detektor Geiger-
A. Detektor Geiger Muller Muller tidak sebanding dengan
a. Bagian-bagian detektor tenaga zarah radiasi yang datang.
Hasil ionisasi ini disebul elektron
primer. Karena antara anode dan
katode diberikan beda tegangan
maka akan timbul medan listrik di
antara kedua eleklrode tersebut. Ion
positif akan bergerak kearah
dinding tabung (katoda) dengan
kecepatan yang relatif lebih lambat
bila dibandingkan dengan elektron-
elektron yang bergerak kea rah
anoda (+) dengan cepat. Kecepatan
geraknya tergantung pada brsarnya
tegangan V. sedangkan besarnya
 Katoda : yaitu dinding tabung
tenaga yang diperlukan untuk
logam yang merupakan elektroda
membentuk elektron dan ion
negatif. Jika tabung terbuat dari gelas
tergantung pada macam gas yang
maka dinding tabung harus dilapisi
digunakan. Dengan tenaga yang
logam tipis.
relatif tinggi maka elektron akan
 Anoda : yaitu kawat tipis atau mampu mengionisasi atom-atom
wolfram yang terbentang di tengah- sekitarnya. sehingga menimbulkan
pasangan elektron-ion sekunder.
Pasangan elektron-ion sekunder yang datang. Maka dari itu pulsa
inipun masih dapat menimbulkan yang dihasilkan mempunyai tinggi
pasangan elektron-ion tersier dan yang sama. Sehingga detektor
seterusnya. sehingga akan terjadi Geiger muller tidak bisa digunakan
lucutan yang terus-menerus untuk mengitung energi dari zarah
(avalence). radiasi yang datang.

Kalau tegangan V dinaikkan Kalau tegangan V tersebut


lebih tinggi lagi maka peristiwa dinaikkan lebih tinggi lagi dari
pelucutan elektron sekunder atau tegangan kerja Geiger muler, maka
avalanche makin besar dan detektor tersebut akan rusak,
elektron sekunder yang terbentuk karena sususan molekul gas atau
makin banyak. Akibatnya, anoda campuran gas tidak pada
diselubungi serta dilindungi oleh perbandingan semula atau terjadi
muatan negatif elektron, sehingga peristiwa pelucutan terus
peristiwa ionisasi akan terhenti. menerusbyang disebut continous
Karena gerak ion positif ke dinding
tabung (katoda) lambat, maka ion-
ion ini dapat membentuk semacam
lapisan pelindung positif pada
permukaan dinding tabung.
Keadaan yang demikian tersebut
dinamakan efek muatan ruang atau
space charge effect.

Tegangan yang menimbulkan


efek muatan ruang adalah tegangan
maksimum yang membatasi
berkumpulnya elektron-elektron
pada anoda. Dalam keadaan seperti discharge. Hubungan antara besar
ini detektor tidak peka lagi tegangan yang dipakai dan
terhadap datangnya zarah radiasi. banyaknya ion yang dapat
Oleh karena itu efek muata ruang dikumpulkan dapat dilihat pada
harus dihindari dengan menambah gambar dibawah ini:
tegangan V. penambahan tegangan
V dimaksudkan supaya terjadi
pelepasan muatan pada anoda
sehingga detektor dapat bekerja Pembagian daerah tegangan
normal kembali. Pelepasan muatan kerja tersebut berdasarkan jumlah
dapat terjadi karena elektron ion yang terbentuk akibat kenaikan
mendapat tambahan tenaga kinetic tegangan yang diberikan kepada
akibat penambahan tegangan V. detektor isian gas. Adapun
pembagian tegangan tersebut
Apabila tegangan dinaikkan dimulai dari tegangan terendah
terus menerus, pelucutan alektron adalah sebagai berikut:
yang terjadi semakin banyak. Pada I. = daerah rekombinasi
suatu tegangan tertentu peristiwa II. = daerah ionisasi
avalanche elektron sekunder tidak III. = daerah proporsional
bergantung lagi oleh jenis radiasi IV. = daerah proporsioanl terbatas
maupun energi (tenaga) radiasi V. = daerah Geiger Muller
VI. = daerah . Berbeda dengan detektor lain
Kurva yang atas adalah misalnya detektor sintilasi dimana
ionisasi Alpha, sedangkan kurva besarnya sudut datang dari sumber
bawah adalah ionisasi oleh Beta. radiasi akan mempengaruhi
Kedua kurva menunjukkan bahwa banyaknya pulsa yang dihasilkan.
pada daerah tegangan kerja
tersebut, detektor ionisasi dan B. Kelebihan Detektor Geiger
detektor proporsional masih dapat Muller
membedakan jenis radiasi dan  Konstruksi simple dan
energi radiasi yang datang. Dengan Sederhana
demikian, detektor ionisasi dan  Biaya murah
detektor proporsional dapat  Operasional mudah
digunakna pada analisis spectrum C. Kekurangan Detktor Geiger
energi. Sedangkan detektor Geiger Muller
Muller tidak dapat membedakan  Tidak dapat digunakan untuk
jenis radiasi dan energi radiasi. spektroskopi karena semua
Tampak dari gambar tinggi pulsa sama
tersebut bahwa daerah kerja  Efisiensi detektor lebih buruk
detektor Geiger Muller terletak jika dibandingkan dengan
pada daerah V. pada tegangan kerja detektor jenis lain
Geiger Muller elektron primer  Resolusi detektor lebih rendah
dapat dipercepat membentuk
 Waktu mati besar, terbatas
elektron sekunder dari ionisasi gas
untuk laju cacah yang rendah
dalam tabung Geiger Muller.
Dalam hal ini peristiwa ionisasi
2. DISTRIBUSI GAUSS
tidak tergantung pada jenis radiasi
Pada kasus di mana n cukup besar
dan besarnya energi radiasi.
dan p tidak terlalu kecil (tidak mendekati
Tabung Geiger Muller
0,….,1 dilakukan pendekatan memakai
memanfaatkan ionisasi sekunder
distribusi Normal (Gauss). Ditemukan
sehingga zarah radiasi yang masuk
pertama kali oleh matematikawan asal
ke detektor Geiger Muller akan
Prancis, Abraham D (1733), diaplikasikan
menghasilkan pulsa yang tinggi
lebih baik lagi oleh astronom asal
pulsanya sama. Atas dasar hal ini,
Jerman,Friedrich Gauss Gauss. Fungsi
detektor Geiger Muller tidak dapat
padat peluang (pdf) dari peubah acak
digunakan untuk melihat spectrum
normal X, dengan rataan μ dan variansi σ2
energi, tetapi hanya dapat
adalah :
digunakan untuk melihat jumlah
cacah radiasi saja. Maka detektor
yang dalam hal ini π = 3.14159... dan e =
Geiger Muller sering disebut
2.71828...
dengan detektor Gross Beta
Ciri khas distribusi normal
gamma karena tidak bisa
adalah terletak pada bentuk kurva yang
membedakan jenis radiasi yang
landai, simetris, seperti lonceng, titik belok
datang.
μ ±σ, luas di bawah kurva memiliki
Besarnya sudut datang dari
probabilitas .
sumber radiasi tidak
mempengaruhi banyaknya cacah
yang terukur karena prinsip dari
detektor Geiger Muller adalah
mencacah zarah radiasi selama
radiasi tersebut masih bisa diukur.
Gb. Kurva distribusi
poisson

III. METODE PENELITIAN


1.ALAT DAN BAHAN
a. Detektor Geiger-Muller
b. Counter Tube
Gb. Kurva distribusi Gauss c. Stopwatch
2. CARA KERJA
3. DISTRIBUSI POISSON a. Merangkai alat seperti pada
Dalam mempelajari distribusi gambar rangkaian alat.
Binomial kita dihadapkan pada b. Melakukan pencacahan,
probabilitas variabel random diskrit yaitu dengan mencatat jumlah
(bilangan bulat) yang jumlah trial nya
radiasi yang diterima oleh
kecil (daftar binomial), sedangkan jika
dihadapkan pada suatu kejadian dengan p detektor setiap selang waktu 15
<<< dan menyangkut kejadian yang luas n detik.
>>> maka digunakan distribusi Poisson. c. Mencatat data hingga 100 data
Distribusi Poisson dipakai untuk setiap 15 detik.
menentukan peluang suatu kejadian yang d. Membuat grafik dari data
jarang terjadi, tetapi mengenai populasi yang telah didapat.
yang luas atau area yang luas dan juga
berhubungan dengan waktu. 3.GAMBAR RANGKAIAN

Dimana :

μ = λ= n.p = E(x) Nilai rata-rata

e = konstanta = 2,71828

x = variabel random diskrtit (1,2,3, ….,x)

Bentuk grafik pada


Gb. Rangkaian alat
distribusi poisson adalah lebih
curam ke atas dibandingkan kurva IV. DATA
distribusi Gauss
N PN
1 6
2 4
3 3
4 3
5 7
6 3
7 0
8 5
9 7
10 8 56 4
11 9 57 4
12 10 58 2
13 4 59 8
14 5 60 2
15 4 61 1
16 5 62 6
17 5 63 4
18 5 64 6
19 3 65 8
20 4 66 6
21 3 67 4
22 4 68 5
23 6 69 3
24 0 70 2
25 5 71 6
26 5 72 8
27 4 73 5
28 8 74 5
29 3 75 2
30 2 76 7
31 4 77 5
32 4 78 4
33 5 79 8
34 3 80 6
35 9 81 4
36 6 82 3
37 2 83 7
38 8 84 6
39 3 85 4
40 4 86 4
41 3 87 6
42 7 88 4
43 6 89 5
44 3 90 4
45 7 91 4
46 4 92 5
47 5 93 9
48 8 94 10
49 3 95 9
50 4 96 5
51 4 97 5
52 1 98 3
53 4 99 2
54 3 100 3
55 2 101 3
102 6 148 2
103 1 149 7
104 4 150 5
105 6 151 5
106 5 152 3
107 8 153 4
108 4 154 2
109 10 155 4
110 3 156 6
111 6 157 8
112 6 158 2
113 3 159 7
114 1 160 8
115 7 161 4
116 2 162 7
117 5 163 4
118 6 164 5
119 5 165 9
120 4 166 6
121 3 167 5
122 6 168 5
123 3 169 7
124 5 170 4
125 4
126 8
127 4 V. PEMBAHASAN
128 4
129 7 Pada percobaan yang
130 4 berjudul statistika pencacahan
radiasi ini mempunyai tujuan yaitu
131 4
untuk mempelajari prinsip kerja
132 6
detector Geiger muller serta dapat
133 2 menggambarkan pola distribusi
134 1 statistika pencacah radiasi.Pada
135 7 percobaan ini digunakan alat dan
136 2 bahan yaitu seperangkat detector
137 5 Geiger muller yang berfungsi
138 0 untuk menangkap radiasi cacah
139 1 latar atau udara bebas. Dalam
140 2 percobaan ini detector Geiger
muller hanya dapat menangkap
141 4
sinar alfa dan sinar beta. Dalam
142 4
percobaan ini digunakan pula
143 2 stopwatch yang berfungsi untuk
144 5 menghitung waktu pancaran radiasi
145 5 serta digunakan counter yang
146 8 berfungsi untuk menampilkan
147 1
jumlah cacahan yang dihasilkan Pada percobaan ini radiasi
oleh detector Geiger muller. yang ditangkap oleh detector akan
Prinsip kerja dari percobaan dibaca dan ditampilkan oleh
ini adalah dimana radiasi alpha dan counter sehingga dapat diketahui
beta (α dan β) pada udara luar atau berapa banyak jumlah cacahan
lingkungan terbuka ( cacah latar ) yang diperoleh. Dalam percobaan
akan diterima oleh detektor geiger ini pencacahan radiasi dengan
muller yang kemudian diproses menggunakan system integral yaitu
dalam rangkaian counter dan mengukur kuantitas atau jumlah
hasilnya akan dapat terlihat pada radiasi yang mengenai detector.
display di counter. Jumlah cacahan ini dihitung
Detektor radiasi bekerja sebanyak 170 data. Pencacahan ini
dengan cara mengukur perubahan dlakukan dengan cara mencacat
yang terjadi di dalam medium jumlah radiasi yang diterima oleh
karena adanya penyerapan energi detector setiap selang waktu 15
radiasi oleh medium tersebut. sekon hingga waktu mencapai
Sebenarnya terdapat banyak 2550 sekon.
mekanisme atau interaksi yang
terjadi di dalam detektor tetapi Dari data tersebut kemudian
yang sering dimanfaatkan untuk dibuat grafik hubungan antara data
mendeteksi atau mengukur radiasi ke N (sumbu x) dan jumlah
adalah proses ionisasi dan proses cacahan (P(N))(sumbu y). Grafik
sintilasi. Proses Ionisasi adalah ini bertujuan untuk mengetahui
peristiwa terlepasnya elektron dari bagaimana system distribusi yang
ikatannya di dalam atom. Peristiwa diikuti oleh data tersebut. Sifat
ini dapat terjadi secara langsung acak suatu pengukuran selalu
oleh radiasi alpha atau beta dan mengikuti suatu distribusi tertentu.
secara tidak langsung oleh radiasi Bila distribusi binomial
sinar-X, gamma dan neutron. Jadi mempunyai probabilitas sangat
dalam proses ionisasi ini, energi kecil maka akan berubah menjadi
radiasi diubah menjadi pelepasan distribusi Poisson, sedangkan bila
sejumlah elektron (energi listrik). distribusi Poisson tersebut
Bila diberi medan listrik maka menghasilkan nilai ukur yang besar
elektron yang dihasilkan dalam (beberapa literatur menuliskan >
peristiwa ionisasi tersebut akan 40) maka berubah menjadi
bergerak menujuk ke kutub positif. distribusi Gauss (Normal).Pada
Proses sintilasi adalah terpencarnya percobaan ini grafik dibuat setiap
sinar tampak ketika terjadi transisi kenaikan 10 data hingga seluruh
elektron dari tingkat energi (orbit) data yaitu 170 data. Dari grafik 10
yang lebih tinggi ke tingkat energi data pertama ini belum dapat
yang lebih rendah di dalam bahan diketahui pasti apakah grafik ini
penyerap. Dalam proses ini, mengikuti distribusi poisson atau
sebenarnya, yang dipancarkan distribusi gauss. Kemudian
adalah radiasi sinar-X tetapi karena dilanjutkan grafik 20 data pertama
bahan penyerapnya (detektor) hingga seluruh data.
dicampuri dengan unsur aktivator, Pada grafik cacah 10 yang
yang berfungsi sebagai penggeser pertama dapat dilihat bahwa grafik
panjang gelombang, maka radiasi tersebut memiliki kurva yang
yang dipancarkannya berupa sinar curam, kurva curam ini
tampak. menandakan bahwa grafik tersebut
mengikuti distribusi poisson.
12 grafik N vs PN data 1-170
Grafik dapat dilihat pada gambar
dibawah ini : 10
grafik hub N vs PN data 1-10 8
10 6

PN
8
4 f(x) = 0 x + 4.67
6 R² = 0
f(x) = 0.22 x + 3.4
PN

4 2
R² = 0.07
2
0
0 0 20 40 60 80N 100 120 140 160 180
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
N VI. KESIMPULAN
1. Prinsip percobaan statistika pencacah
Gb. Grafik 10 cacah pertama radiasi yaitu detektor Geiger-Muller
menangkap adadnya radiasi peluruhan
Dari grafik yang terakhir yaitu 170 dari udara bebas yang kemudian
data harusnya membentuk grafik distribusi dirubah menjadi sinyal listrik sebagai
poisson. Namun dari data terlihat bahwa banyak terjadinya peluruhan
grafik yang terbentuk menyerupai grafik radioaktif oleh counter.
distribusi gaussian. Hal ini mungkin terjadi
karena kondisi udara bebas yang ada di 2.Bentuk kurva yang diperoleh dari
tempat pengambilan data banyak percobaan statistika pencacahan radiasi
gangguan, semisal angin. berupa distribusi Poisson, yaitu bentuk
grafik lebih lancip ke atas
dibandingkan kurva distribusi Gauss
VII. DAFTAR PUSTAKA Book 3. Salemba teknika. Jakarta.
581-584.
Munir, Rinaldi. 2010. Beberapa Distribusi The American Nuclear Society Chapter.
Peluang Kontinu Bahan Kuliah Geiger-Muller Detector:
II2092 Probabilitas dan Statistik. Operational Directions And
Sekolah Teknik Elektro dan Experiments for Students. The Ohio
Informatika ITB. Bandung. State University. USA.
Purwanto A., 2007. FISIKA STATISTIK. Wardhana, Wisnu Arya. 2007. Teknologi
Gava Media. Yogyakarta. Nuklir Proteksi Radiasi dan
Santoso, Agus dan Surakhman. Pengaruh Aplikasinya. Yogyakarta: Andi
Tekanan Isian terhadap Operasi Offset.
Detektor Geiger Muller. Yogyakarta.
Serway R.A., Jawett J.W., 2010. http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning
PHYSICS For Scientists and /Pengukuran_Radiasi/Dasar_04.htm
Engineers With Modern Physics
VII. LAMPIRAN

Grafik hubungan antara N vs PN dengankenaikan 10 data

grafik hub N vs PN data 1-10 grafik hub N vs PN data 1-20


10 12
8 10
6 8
f(x) = 0.22 x + 3.4 6
PN

4
PN

R² = 0.07 4 f(x) = 0.02 x + 4.78


2 2 R² = 0
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 0 4 8 12 16 20 24
N N
grafik hub N vs PN data 1-30 grafik hub N vs PN data 1-40
12 12
10 10
8 8
6 6
PN

PN
4 f(x) = − 0.04 x + 5.24 4 f(x) = − 0.01 x + 4.94
2 R² = 0.02 2 R² = 0
0 0
0 5 10 15 20 25 30 35 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
N N

grafik hub N vs PN data 1-50


grafik hub N vs PN data 1-60
12
12
10 10
8 8
6 6
PN

4 f(x) = − 0 x + 4.77 PN
4 f(x) = − 0.02 x + 5.1
2 R² = 0 2 R² = 0.02
0 0
0 10 20 30 40 50 60 0 10 20 30 40 50 60 70
N N

grafik hub N vs PN data 1-70 grafik hub N vs PN data 1-80


12
12
10 10
8 8
6 6
PN
PN

4 f(x) = − 0.01 x + 4.96 4 f(x) = 0 x + 4.64


2 R² = 0.01 2 R² = 0
0 0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
N N

grafik hub N vs PN data 1-90 12 grafik hub N vs PN data 1-100


12
10 10
8 8
6 6
PN
PN

4 4 f(x) = 0 x + 4.52
f(x) = 0 x + 4.64
2 R² = 0 2 R² = 0
0 0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 20 40 60 80 100 120
N N
grafik hub N vs PN data 1-108 grafik hub N vs PN data 1-120
12 12
10 10
8 8
6 6
PN

PN
4 f(x) = 0 x + 4.56 4 f(x) = 0 x + 4.59
2 R² = 0 2 R² = 0
0 0
0 20 40 60 80 100 120 0 20 40 60 80 100 120 140
N N

grafik hub N vs PN data 1-130 12 grafik hub N vs PN data 1-140


12
10 10
8 8
6 6
PN

PN
4 f(x) = 0 x + 4.6 4 f(x) = − 0 x + 4.86
2 R² = 0 R² = 0
0 2
0 20 40 60 80 100 120 140 0
N 0 20 40 60 N80 100 120 140 160

grafik hub N vs PN data 1-150 grafik hub N vs PN data 1-160


12 12
10 10
8 8
6 6
PN

PN

4 f(x) = − 0 x + 4.87 4 f(x) = − 0 x + 4.79


R² = 0 R² = 0
2 2
0 0 N
0 20 40 60 N80 100 120 140 160 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

12 grafik N vs PN data 1-170


10
8
6
PN

4 f(x) = 0 x + 4.67
R² = 0
2
0
N
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Anda mungkin juga menyukai