39
Entropi sistem didefinisikan sebagai
S(E,V) k log (E) (5.5)
dimana k adalah konstanta universal (konstanta Boltzmann) dan
dari rumusan tersebut dapat dijelaskan sifat dari fungsi entropi
dalam termodinamika, yaitu
a. S merupakan suatu besaran extensive: Jika sistem tersusun
atas dua subsistem dengan entropi S1 dan S2, total entropi
sistem adalah S1 + S2
b. S memenuhi sifat dari entropi yang disyaratkan melalui
hukum kedua termodinamika
Entropi dari sistem gabungan yang terdiri dari N partikel dan
volume V, dengan
N = N1 + N2
V = V1 + V2
diberikan melalui rumusan berikut
E/
40
dengan faktor normalisasi Z dimana
Z=
exp( E / kT )
(5.9)
Z dikenal sebagai fungsi partisi sistem, dengan fungsi F(T) yang
bernilai
F = kT ln
exp( E / kT )
(5.10)
atau
F = kT ln Z (5.11)
yang merupakan fungsi energi bebas Helmholtz.
41
exp[-(E/kT) (5.15)
dimana N << Ntotal dan V<<Vtotal
F F
F(Ntotal,Vtotal,T) -F(Ntotal-N,Vtotal-V,T) = .N .V
N total Vtotal
exp(P.V/kT) = z N
N
. Z(N, V, T) (5.19)
Bagian kanan persamaan merupakan fungsi partisi grand kanonik
(Grand Partition Function) dengan simbol (z,V,T), dan
diperoleh hubungan
PV
kT
ln ( z , V , T ) (5.20)
Nilai rata-rata jumlah partikel dimana sistem berada pada volume
V dan suhu T
N .z .Z ( N ,V , T )
N
N N
V ,T
z .Z ( N ,V , T )
N
N
1
= z
z
= z z ln ( z,V , T ) (5.21)
Pada kedua persamaan (5.20) dan (5.21) masih mengandung
parameter z (fugacity), sehingga untuk memperoleh persamaan
42
keadaan termodinamika sistem yaitu hubungan pV/kT dengan
jumlah rata-rata partikel <N> dilakukan dengan cara
mengeliminasi parameter z tersebut.
43