MAKALAH KEDISIPLINAN WAKTU
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Profesional
Dosen pengampu : Ibu Sri Enawati
Disusun Oleh:
1. IFKA NURUL ATIFAH J200140001
2. PUTRI DEWI SUCININGTYAS J200140004
3. ELVIATUS SA’ADAH J200140005
4. LINDA KURNIAWATI J200140008
5. SARWEDI DWI ATMAJA J200140028
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan
judul“KEDISIPLINAN WAKTU MAHASISWA “ ini dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Profesional. Kami menyadari bahwa
terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak.
Untuk itu, kami menyampaikan terimakasih kepada Ibu Sri Enawati selaku dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Profesional.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan kami. Kami berharap makalah yang sederhana ini dapat memberi manfaat bagi kita semua
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan terutama Keperawatan Preofesional.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang....................................................................................................3
b. Rumusan masalah..............................................................................................3
c. Tujuan................................................................................................................3
BAB III
KESIMPULAN...........................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perubahan?
2. Bagaimana prinsip dan strategi berubah?
3. Bagaimana tahapan perubahan kurt lewin?
4. Apa hambatan dalam perubahan?
5. Bagaimana penerapan proses berubah dalam contoh kasus?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian perubahan.
2. Untuk mengetahui prinsip dan strategi berubah.
3. Untuk mengetahui tahapan perubahan kurt lewin.
4. Untuk mengetahui hambatan dalam perubahan.
5. Untuk mengetahui penerapan proses berubah dalam contoh kasus.
BAB II
KONSEP BERUBAH
A. Pengertian perubahan
Berubah adalah suatu proses dimana terjadi peralihan atau perpindahan dari status statis menjadi
status yang bersifat dinamis, artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.
Suatu perubahan harus memiliki konsep tentang perubahan yang tercantum dalam tahap perubahan
yang terarah ( Kurt Lewin, 1951 ).
Perubahan adalah proses dinamis dimana yang terjadi pada tingkah laku dan fungsi seseorang,
keluarga, kelompok atau komunitas ( Potte & Perry, 2005).
Berubah merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu / institusi
(Brooten,1978).
Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dg keadaan
sebelumnya (Atkinson, 1987).
3. Strategi paksaan-kekuatan
Dikatakan strategi paksaan-kekuatan karena adanya penggunaan kekuatan atau kekuasaan yang
dilaksanakan secara paksa dengan menggunakan kekuatan moral dan kekuatan politik. Strategi ini dapat
dilaksanakan dalam perubahan sistem kenegaraan, penerapan sistem pendidikan dan lain-lain.
1. Unfreezing
Seperti dijelaskan di atas unfreezing merupakan pencarian untuk menyadarkan seseorang untuk
berubah.
Di tahap ini semua mahasiswa yang sering datang terlambat akan dikumpulkan dan menyampaikan
kekurangan masing-masing dan interogasi tentangalasan mereka bisa terlambat, setelah mereka
menyampaikan semua alasan-alasan yang membuat mereka datang terlambat, berikan mereka motivasi
untuk berusaha merubah kebiasaan mereka tersebut, karena tanpa motivasi mungkin mereka akan sulit untuk
dilakukan perubahan. Karena banyak juga orang yang melakukan penolakan dalam perubahan, oleh karena
itu tahap ini kita sebagai motivator harus berusaha membujuk dan berkomuniakasi dengan baik dengan
mereka, dan menjelaskan pentingnya perubahan ke arah yang lebih baik, supaya mereka menyadari bahwa
kebiasaan terlambat mereka dapat merugikan mereka sendiri, karena mereka bisa tertinggal penjelasan mata
kuliah yang sedang diajarkan oleh dosen.
Dalam melakukan proses perubahan kedisiplinan waktu, tidak mudah untuk melakukan
perubahan secara langsung. Banyak hambatan yang akan memperlambat perubahan kedisiplinan waktu,
antara lain:
a. Kebiasaan tidur larut malam
Sebagai mahasiswa, kebiasaan tidur larut malam sudah menjadi kebiasaan dengan alasan tertentu seperti
mengerjakan tugas, belajar ataupun ada hal lain yang menyebabkan tidur larut malam. Tidur malam hari
merupakan istirahat yang dibutuhkan tubuh setelah melakukan aktivitas. Tidur malam yang berkualitas
selama 8 jam.
b. Bangun kesiangan
Bangun kesiangan merupakan hambatan yang paling sering menjadi alasan keterlambatan. Tubuh
memerlukan istirahat malam yang cukup untuk bangun keesokan harinya dengan tubuh yang segar sehingga
siap melakukan aktivitas di pagi hari dengan semangat.
c. Halangan di jalan
Bagi mahasiswa yang berangkat dan pelang menggunakan kendaraan bermotor halangan dijalan merupakan
hal tak terduga yang menghambat kedisiplinan waktu. Bisa terjadi dalam bentuk ban bocor atau kempes,
jalanan yang macet, kendaraan bermotor mogok, kehabisan bensin dan lainnya.
d. Cuaca ekstrim
Saat ini di Indonesia sedang mengalami musim pancaroba yang mana cuacanya sangat ekstrim dari semula
panas tiba-tiba mendadak hujan deras. Apabila terjadi hujan pada pagi hari membuat malas untuk berangkat
kuliah dan memilih menunggu sampai hujan reda. Cuaca ini sangat berbahaya apabila sedang berada dijalan,
menjadikan jalan licin dan tergenang air.
2. Moving (Bergerak)
Setelah mereka dapat menerima perubahan tersebut, selanjutnya kita arahkan dan bentuk suatu cara
agar perubahan tersebut dapat terwujud.Bangun pagi bagi orang yang sudah terbiasa bangun siang
memanglah tidak gampang, untuk itu harus dibutuhkan perjuangan agar tidak kembali ke kasur setelah
bangun. Dan ini adalah beberapa cara agar bisa bangun pagi dan tidak terlambat ke kampus:
a. Biasakan tidur lebih awal, supaya lebih segar ketika bangun, waktu tidur normal rata-rata 7-8 jam setiap
hari, waktu tersebut merupakan waktu yang ideal agar mendapatkan tidur yang bekualitas.
b. Matikan lampu dan alat elektronik lainnya supaya tidur berkualitas,
c. Cobalah untuk tidak tidur siang, agar malam harinya dapat lebih cepat mengantuk.
d. Hindari makanan berat sebelum tidur dan hindari minuman berkafein.
e. Pasang alarm supaya bisa bangun tepat waktu dan hindari mematikan alarm kemudian kembali tidur.
Itulah beberapa cara yang harus diterapkan kepeda mereka yang sering bangun siang ataupun
bermalas-malasan di pagi hari.Agar mereka benar-benar menerapkannya, harus ada kerja sama dengan
keluarga mereka jika mereka tidur di rumah, dan jika mereka kost harus ada kerja sama dengan salah satu
teman mereka yang dapat diandalkan untuk memantau.
3. Refreezing ( pembekuan )
Tahap ini mereka sudah mulai menerapkan cara-cara yang ada di tahap moving, kemudian
kumpulkan kembali mereka, dan buat aturan baru agar mereka dapat mempertahankan perubahan mereka
tersebut yaitu dengan cara memberikan hukuman kepada mereka yang melakukan perubahan hanya
sementara. Untuk menghindari hal tersebut perlu meyakinkan mereka untuk dapat mempertahankan
perubahan tersebut, karena datang tepat waktu ada banyak manfaat yang dapat diambil, selain tidak
tertinggal pelajaran, mereka juga bisa mempertahankan tubuh dan kesehatannya untuk tetap terjaga, karena
bangun pagi lebih baik untuk kesehatan dari pada bangun siang.
BAB III
KESIMPULAN
Berubah adalah suatu proses dimana terjadi peralihan atau perpindahan dari status statis menjadi
status yang bersifat dinamis, artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Untuk
melakukan perubahan harus dilakukan dengan niat yang sungguh-sungguh dan juga harus melalui hambatan
yang ada untuk menuju dalam perubahan disiplin waktu.
MAKALAH PNEUMONIA
MAKALAH PNEUMONIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah IA
Dosen Pengampu : Bapak Fahrun
Di susun oleh:
1. IFKA NURUL ATIFAH J200140001
2. INTAN PRASETYOWATI J200140002
3. LINDA KURNIAWATI P J200140008
4. MARZUKI SETYO W J200140021
5. RUSWANTI J200140032
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Puju syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fahrun selaku Dosen pengampu mata kuliah
keperawatan medikal bedah yang telah memberikan tugas ini kepada kami .Kami berharap makalah yang
kami susun dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan ilmu tentang penyakit pneumonia dan Asuhan
Keperawatan dari pneumonia. Kami menyadari bahwa makalah kami masih banyak kekurangan maka kami
mengharap kritik dan saran dari pembaca .
Wassalamu’alaikum wr. wb
Surakarta, November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................................................3
1.2. Rumusan masalah ..................................................................................................................3
1.3. Tujuan ....................................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian ...........................................................................................................................4
B. Etiologi , Tanda & Gejala...................................................................................................4
C.Patofisiologi..........................................................................................................................7
D. Pathway................................................................................................................................8
E. Klasifikasi.......................................................................................................................... ..8
F. Penatalaksanaan medis........................................................................................................10
G. Pengkajian keperawatan.................................................................................................... .10
H. Diagnosa keperawatan........................................................................................................13
I. Intervensi keperawatan.........................................................................................................14
J. Evaluasi................................................................................................................................20
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit salauran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi diseluruh
dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang
terjadi di masyarakat (PK) atau didalam rumah sakit/pusat perawatan. Pneumonia yang merupakan bentuk
infeksi saluran nafas bawah akut diparenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15%-20%.
Kejadian PN di ICU lebih sering daripada PN diruangan umun, yaitu dijumpai pada hampir 25% dari
semua infeksi pada 9-27% dari pasien yang diintubasi. Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa
kelainan iminitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati
adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.
1.2 Rumusan masalah
1.Apa definisi dari penumonia?
2.Apa saja faktor yang mempengaruhi penumonia?
3. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan ?
4. Bagaimana intervensi dan implementasi yang diberikan pada klien ?
1.3 Tujuan Pembelajaran
1. Agar Mahasiswa/I mampu mengerti konsep dasar medic dari gangguan system pernafasan : pneumonia
2. Agar mahasiswa/I mampu memahami dan melakukan proses keperawatan pada pasien dengan gangguan
system pernafasan : pneumonia
3. Mengetahui definisi dari pneumonia
4. Memahami faktor yang mempengaruhi pneumonia
5. Mengetahui Penatalaksanaan medis dan keperawatan
6. Mengetahui intervensi dan implementasi yang diberikan pada klien
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN PNEUMONIA
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian
rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah
dialirkan kesekitar alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan
paru-paru yang sakit ( Doenges & Moorhouse, 2000 : 67 ).
Pneumonia adalah peradangan paru di mana asinus tensi dengan cairan, dengan atau tanpa disertai
infiltrasi sel radang kedalam dinding alveol dan rongga interstisium (Hood Alsegof, 1995, 20).
Menurut Misnadiarly (2008), tanda dan gejala pneumonia secara umum dapat dibagi menjadi:
1. Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam,sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu
makan kurang, keluhan gastrointestinal.
2. Gejala umum: demam, sesak nafas, nadi berdenyut lebih cepat, dan dahak berwarna kehijauan seperti
karet.
3. Tanda pneumonia berupa retraksi ( penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama
dengan peningkatan frekuensi nafas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara nafas melemah, dan ronki
4. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak,
fremitus melemah, suara nafas melemah, suara nafas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri
dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang apabila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul),
kuku kuduk / meningismus( iritasi meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura atas, nyeri
abdomen( kadang terjadi bila iritasi mengenai difragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
5. Tanda infeksi intrapulmonal
C. PATOFISIOLOGI
Paru merupakan struktur kompleks yang terdiri atas kumpulan unit yang di bentuk melalui
percabangan progresif jalan nafas. Saluran nafas bawah yang normal adalah steril, walaupun bersebelahan
dengan sejumlah besar mikroorganisme yang menempati orofaring dan terpajan oleh mikroorganisme dari
lingkungan udara yang di hirup. Sterilisasi saluran nafas bagian bawah adalah hasil mekanisme penyaring
dan pembersihan yang efektif.
Saat terjadi inhalasi-bakteri mikroorganisme penyebaba pneumonia ataupun akibat dari penyebaran
secara hematogen dari tubuh dan aspirasi melalui orofaring-tubuh pertama kali akan melakukan mekanisme
pertahanan primer dengan meningkatkan respon radang.
Timbulnya hepatisasi merah dikarenakan pembesaran eritrosit dan beberapa leukosit dari kapiler
paru-paru. Pada tingkat lanjut aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedeikit
eritrosit. Kuman pneumococcus difagosit oleh leukosit beserta kuman. Paru masuk ke dalam tahap
hepatisasi abu-abu dan tampak berwarna abu-abu kekuningan. Secara perlahan sel darah merah yang mati
dan eksudat fibrin di buang dari alveoli. Terjadi resolusi sempurna paru kembali menjadi normal tanpa
kehilangan kemampuan dalam pertukaran gas ( Misnadiarly, 2008)
D. PHATWAY
E. KLASIFIKASI PNEUMONIA
Klasifikasi menurut Misnadiarly (2008) :
1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus atau lobularis.
b. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan gambaran infiltrat paru
bilateral yang difus.
2. Berdasarkan faktor lingkungan :
a. Pneumonia komunitas
b. Pneumonia nosokomial
c. Pneumonia rekurens
d. Pneumonia aspirasi
e. Pneumonia pada gangguan imun
f. Pneumonia hipostatik
3. Berdasarkan sindrom klinis :
a. Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenai parenkim paru
dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal
yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
b. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan Mycoplasma, Chlamydia
pneumoniae atau Legionella.
Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :
1. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan bisa berkembang
menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini
biasanya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.
2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti ini
aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital
acquired pneumonia.
3. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Sekarang ini
pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.
4. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen penyebabnya, kultur
sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme perusak.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian antibiotic
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, biasanya diberikan antibiotik peroral (lewat mulut)
dan tetap tinggal dirumah. Seperti: penicillin, chepalosporin.
2. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru
lainnya, harus dirawat dan antiiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberika oksigen tambahan,
cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
3. Pemberian antipiretik, analgetik, bronchodilator
4. Pemberian oksigen
5. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam
waktu 2minggu.
G. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 2009), meliputi :
a. Pengumpulan data.
1) Identitas klien
Pneumonia dapat menyerang semua usia tergantung kuman penyebabnya diantaranya adalah
pneumonia bakterialis dapat terjadi pada semua usia, pneumonia atipikal sering pada anak dan dewasa
muda, dan pneumonia virus sering pada bayi dan anak.
2) Keluhan utama.
Keluhan didahului dengan infeksi saluran pernafasan, kemudian mendadak panas tinggi disertai batuk
yang hebat, nyeri dada dan nafas ngos.
3) Riwayat kesehatan sekarang.
Pada klien pneumonia yang sering dijumpai pada waktu anamnese adalah klien mengeluh mendadak
panas tinggi (38°C – 41°C) disertai menggigil, kadang-kadang muntah, nyeri pleura dan batuk pernafasan
terganggu (takipnea), batuk yang kering akan menghasilkan sputum seperti karat dan purulen.
4) Riwayat penyakit dahulu
Pneumonia sering diikuti oleh suatu infeksi saluran pernafasan atas, pada penyakit PPOM,
tuberkulosis, DM, pasca influenza dapat mendasari timbulnya pneumonia.
b. Pemeriksaan penunjang
Menurut Doengos (2000):
1) Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural ( misal: lobar, bronchial) dapat juga menyatakan abses.
2) Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada.
3) Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
4) Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas dan berat penyakit dan
membantu diagnosis keadaan
5) Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6) Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7) Bronkoskopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Wilkinson, 2006).
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b. d inflamasi trakeabranchial, pembentukan edema, peningkatan
produksi sputum
b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler
c. Resiko infeksi b.d ketidak adekuatnya pertahanan utam ( penurunan kerja silia, perlengketan sekret
pernafasan), tidak adekuatnya pertahanan sekunder, penyakit kroniK
d. Intoleransi aktifitasb/d ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen Kelemahan
umum.Kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur yang berhubungan dengan ketidak
nyamanan, batuk berlebihan, dan dispnea.
e. Nyeri Akut b/d inflamasi parenkim paru.Reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin.Batuk menetap.
f. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
g. ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan mencerna dan menelan
makanan
h. Hipertermi kemungkinan berhubungan dengan proses infeksi penyakit
(NANDA Internasional 2012-2014 & Aplikasi NANDA NIC NOC 2013)
I. INTERVENSI
Setelah pengumpulan data, menganalisa data, dan menetapkan diagnosa keperawatan, maka tahap
berikutnya adalah perencanaan pada tahap ini terdiri dan penetapan prioritas masalah. Menentukan tujuan
dan kriteria hasil serta merumuskan rencana tindakan keperawatan (Wilkinson, 2006).
- Cairan (khususnya
yang hangat)
memobilisasi dan
mengeluarkan secret
Memudahkan
pengencaran dan
pembangunan secret.
2. Gangguan Pertukaran -menunjukkan perbaikan - Kaji frekuensi, - pernafasan
gas, b/d perubahan ventilasi dan oksigenasi kedalaman, dan tergantung pada /
membrane alveolar – jaringan dengan GDA kemudahan indikasi derajat
kapiler (efek inflamasi). dalam rentang normal bernafas. keterlibatan paru dan
dan tak ada gejala - Observasi warna status kesehatan
distress pernafasan. kulit, membrane umum.
-berpartisipasi pada mukosa, dan kuku, - Sianosis kuku
tindakan untuk catat adanya menunjukkan
memaksimalkan sianosis perifeir vasokontriksi atau
oksigenasi . (kuku) atau respons
sianosis sentral tubuhterhadapo
(sirkumoral). demam/ menggigil.
- Awasi suhu Namun seanosis daun
tubuh, sesuai telinga, membrane
indikasi. Bantu mukosa, dan kulit
tindakan sekitar mulut
kenyamanan untuk (membrane hangat)
menurunkan menunjukkan
demam dan hipoksemia sistemik.
menggigil, mis, - Demam tinggi
selimut tanmbahan/ (Umum pada
menghilangkannya, pneumonia bacterial
suhu ruangan dan influenza) sangat
nyaman, kompres meningkatkan
hangat atau dingin. kebutuhan metabolic
- Tinggikan kepala dan kebutuhan
dan dorong sering oksigendan
mengubah posisi, mengganggu
napas dalam, dan oksigenasi seluler.
batuk efektif. - Tindakan ini
meningkatkan inspirasi
maksimal,
meningkatkan
pengeluaran secret
untuk memperbaiki
ventilasi
3. Resiko tinggi terhadap - mencapai waktu - Pantau tanda - Selama waktu ini,
penyebaran infeksi b/d perbaikan infeksi vital dengan ketat, potensial komplikasi
ketidak ada kekuatan berulang tanpa konflikasi. khususnya selama (hipotensi/syok) dapat
pertahankan utama -menidentifikasi awal terapi. terjadi.
(penurunan kerja silia, intervensi untuk - Anjurkan - Meskipun pasien
perlengketan secret mencegah/ menurunkan pasien dapat menemukan
pernapasan). resiko infeksi memperhatikan pengeluaran dan upaya
pengeluaran membatasi atau
sekresi (mis. menghindarinya,
Meningkatkan penting bahwa sputum
pengeluaran dari harus dikeluarkan
pada menelannya) dengan cara ,aman.
dan melaporkan Perubahan karaktristik
perubahan warna, sputum menunjukkan
jumlah dan bau perbaikan pneumonia
secret. atau terjadinya infeksi
- Ubah posisi skunder.
dengan sering dan - Meningkatkan
berikan pengeluaran,
pembuangan paru pembersihan infeksi.
yang baik. - Menurunkan
- Batasi pemajanan terhadap
pengunjungan pathogen infeksi lain.
sesuai indiukasi - Tergantu pada tipe
- Lakukan isolasi infeksi, respon
pencegahan sesuai terhadap anti biotic,
individual. kesehatan umum
- Dorong pasien, dan terjadinya
keseimbangan konflikasi, teknik
istirahat adekuat isolasi mungkin
dengan aktifitas diperlukan untuk
sedang. Tindakan mencegah penyebaran/
masukan nutrisi melindungi pasien dari
adekuat. proses infeksi lain.
- Awasi - Memudahkan
keefetifan terapi proses penyembuhan
antimicrobial. dan meningkatkan
tahanan alamia.
- Tanda perbaikan
kondisi harus terjadi
dalam 24 – 28 jam.
4. Intoleransi aktifitasb/d -melaporkan / - Evaluasi respon - Menetapkan
ketidakseimbangan antara menunjukkan pasien terhadap kemampuan/kebutuhan
suplei dan peningkatan toleransi aktifitas. Catatan pasien memudahkan
kebutuhan oksigen terhadap aktifitas yang laporan dispnea, pemilihan interfensi.
Kelemahan umum. dapat diukur dengan tak peningkatan - Menurunkan stress
Kelelahan yang adanya dispnea, kelemahan dan rangsangan
berhubungan dengan kelemahan berlebihan, /kelelahan dan berlebihan,
gangguan pola tidur yang dan tranda vital dalam perubahan tanda meningkatkan
berhubungan dengan rentang normal vital selama dan istirahat.
ketidak nyamanan, batuk setelah aktifitas - Tirah baring
berlebihan, dan dispnea. - Berikan dipertahankan selama
lingkungan tenang fase akut untuk
dan batasi menurunkan
pengunjung selama kebutuhan metamolik,
fase akut sesuai menghemat energy
indikasi. Dorong untuk penyembuhan.
penggunaan Pembatasan aktifitas
manajmen stress ditentukan dengan
dan pengalih yang respon individual
tepat. pasien terhadap
- Jelaskan aktifitas dan perbaikan
pentingnya kegagalan pernafsan.
istirahat dalam - Pasien mungkin
rencana nyaman dengan kepala
pengobatan dan tinggi, tidur di kursi
perlunya atau menunduk
keseimbangan kedepan meja atau
aktifitas dan bantal.
istirahat - Meminimalkan
- Bantu pasien kelelahan dan
memilih posisi membantu
nyaman untuk keseimbangan suplai
istirahat dan/ atau dan kebutuhan oksigen
tidur.
- Bantu aktifitas
perawatan diri
yang diperlukan.
Berikan kemajuan
peningkatan
aktifitas selama
fase penyembuhan
5. Nyeri Akut b/d inflamasi - menyatakan nyeri - Tentukan - nyeri dada, biasanya
parenkim paru. hilang / terkontrol karaktristik nyeri, ada dalam beberapa
Reaksi seluler terhadap - menunjukkan rilaks, mis, tajam, derajat pada
sirkulasi toksin istirahat atau tidur, dan konstan, ditusuk. pneumonia, juga dapat
Batuk menetap. peningkatan aktifitas Selidiki perubahan timbul konplikasi
dengan tepat. karakter/ lokasi/ pneumonia seperti
intsnsitas nyari. perikarditis dan
- Pantau tanda endokarditis
vital - Perubahan
- Berikan frekuensi jantung atau
tindakan nyaman, TD menujunkkan
mis, pijatan bahwa pasien
punggung, mengalami nyeri,
perubahan posisi, khususnya bila alasan
music tenang/ lain untuk perubahan
perbincangan, tanda vital telah
relaksasi/ latihan terlihat
nafas - Tindakan non-
- Tawarkan analgesik diberikan
pembersihan mulut dengan sentuhan
dengan sering. lembut dapat
menghilangkan
ketidak nyamanan dan
memperbesar efek
terapi analgesic.
- Pernafasan mulut
dan terapi oksigen
dapat mengiritasi dan
mengeringkan
membrane mukosa,
potensial ketidak
nyamanan umum.
6. Kekurangan volume Menunjukkan - Kaji perubahan - Peningkatan suhu
cairan b.d kehilangan keseimbangan cairan tanda vital, contoh atau memanjangnya
cairan aktif dibuktikan dengan peningkatan suhu/ demam meningktkan
parameter individual demam laju metabolic dan
yang tepat, mis, memanjang, kehilangan cairan
membrane mukosa takikardia, melalui epvorasi, TD
lembab, turgor kulit baik, hipotensi ortostatik berubah dan
pengisian kapiler cepat, ortostatik. peningkatan takikardia
tanda vital stabil. - Kaji turgor menunjukkan
kulit, kelembaban kekurangan cairan
membrane mukosa sistemik.
(bibir,lidah). - Indicator langsung
- Catat laporan keadekuatan volume
mual/ muntah cairan, meskipun
- Pantau masukan membrane mukosa
dan keluaran, catat mulut mungkin kering
warna, karakter karena nafas mulut dan
urin. Hitung oksigen tambahan
keseimbangan - Adanya gejala ini
cairan. Waspadai menurunkan masukan
kehilangan yang oral
tak tanpak. Ukur - Memberikan
berat badan sesuai informasi tentang
indikasi keadekuatan volume
- Tekankan cairan dan kebutuhan
cairan sedikitnya penggantian.
2500 ml/hr atau - Pemenuhan
sesuai kondisi kebutuhan dasar
individual. cairan, menurunkan
resiko dehidrasi.
7.ketidak seimbangan -menunjukkan - Identifikasi - Pilihan intervensi
nutrisi kurang dari peningkatan nafsu factor yang tergantung pada
kebutuhan tubuh b.d makan. menimbulkan penyebab masalah
ketidak mampuan -mempertahankan atau mual/muntah. - Menghilangkan
mencerna dan menelan meningkatkan berat Mis,sptum banyak, tanda bahaya, rasa, bau
makanan badan. pengobatan dari lingkungan pasien
aerosol, dispnea dan dapat menurunkan
berat, nyeri. mual.
- Berikan wadah - Menurunkan efek
tertutup untuk mual yang
sputum dan buang berhubungan dengan
sesering mungkin. pengobatan ini
Berikan / bantu - Bunyi usus
kebersihan mulut mungkin menurun /
setelah muntah, tak ada bila proses
setelah tindakan infeksi
aerosol dan berat/mamanjang.
drainase postural, Distensi abdomen
dan sebelum terjadi sebagai akibat
makan. menelan udara untuk
- Jadwalkan menunjukkan
pengobatan pengaruh toksin
pernafasan bakteri pada saluran
sidikitnya 1 jam GI.
sebelum makan. - Tindakan ini dapat
- Auskultasi meningktkan masukan
bunyi usus. meskipun nafsu makan
Observasi/ palpasi mungkin lambat untuk
distensi abdomen. kembali.
- Berikan makan - Adanya kondisi
porsi kecil dan kronis (seperti PPOM
sering termasuk atau alkoholisme) atau
makanan kering keterbatasan keuangan
(roti panggan. dapat menimbulkan
krekers) dan/atau malnutrusi, rendahnya
makan yang tahanan terhadap
menarik untuk infeksi, dan/ atau
pasien. lambatnya respons
- Evaluasi status terhadap terapi
nutrisi umum, ukur
berat badan dasar.
8.Hipertermi kemungkinan Diharapkan termoregulasi -Kaji faktor -untuk mengetahui
berhubungan dengan pada pasien stabil dan pencetus kenaikan suhu tubuh pasien
proses infeksi penyakit dalam batas normal, suhu tubuh. ( perubahan suhu
dengan kriteria hasil : -Observasi TTV tubuh).
a. Suhu tubuh pasien terutama suhu tiap -membantu mengurani
turun dan bertahan dalam 4 jam. penguapan tubuh.
batas normal 35,60- -Beri minum yang -untuk melancarkan
37,40C cukup. aliran darah.
b. Badan pasien teraba -Libatkan keluarga -untuk mengetahui
hangat untuk memberikan terapi yang dibutuhkan
c. TTV dalam batas kompres air pasien.
normal hangat.
- Pakaikan baju
yang tipis dan
menyerap keringat.
-Kolaborasi denagn
dokter mengenai
obat antipiretik
penurun panas.
J. EVALEUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatka pasien, keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya(Wilkinson. 2006.)
DX 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif
Bersihan jalan nafas, menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnoe.
DX 2 : Gangguan pertukaran gas
Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentangnormal dan tak ada gejala distress
pernafasan.
DX 3: Resiko Infeksi
Perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
DX 4 : Intoleransi aktivitas
Peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnoe, kelemahan
berlebihan dan tanda vital dalam rentang normal
DX 5 : Nyeri Akut
Rasa nyeri hilang atau tidak dirasakan lagi
DX 6: Resiko kekurangan volume cairan
Mempertahankan masukan cairan secara adekuat
DX 7 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Menunjukkan peningkatan nafsu makan, mempertahankan/meningkatkan berat badan.
DX 8: Hipertermi
Termoregulasi pada pasien stabil dan dalam batas normal
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi
akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli.
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti :
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur: candida albicans
5. Aspirasi: lambung
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff Hood. (1995), Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press, Surabaya.
Boedihartono. 2009. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta
Doenges, ME. 2005. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Herdman, T. Heather. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2012-2013. Prima Medika
Marilynn E. Doenges Mary france Moorhouse. Alice C. Geissler. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut.
Pustaka Obor Populer : Jakarta
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media Action
Publishing
Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medica.
Smeltzer & Bare. 2006. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. Jakarta: EGC
MAKALAH
AKAL dan WAHYU
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islan & Ipteks
Dosen Pengampu : Bapak Azhar Alam
Di susun oleh:
IFKA NURUL ATIFAH J200140001
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Puju syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Azhar Alam selaku Dosen pengampu mata kuliah Islam
dan Ipteks yang telah memberikan tugas ini kepada kami .Kami berharap makalah yang kami susun dapat
bermanfaat untuk menambah wawasan dan ilmu tentang penyakit anemia dan Asuhan Keperawatan
dari anemia. Kami menyadari bahwa makalah kami masih banyak kekurangan maka kami mengharap kritik
dan saran dari pembaca .
Wassalamu’alaikum wr. wb
Surakarta, oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian akal ......................................................................................................................4
B. Pengertian wahyu...................................................................................................................8
C. Istilah akal dan wahyu dalam al-Qur’an................................................................................10
D. Batasan akal dan wahyu.........................................................................................................11
E. Kesesuaian akal dan wahyu....................................................................................................12
C. Perbedaan pendapat tentang Akal dan Wahyu oleh beberapa Aliran.....................................14
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam ajaran agama yang diwahyukan ada dua jalan untuk memperoleh pengetahuan, pertama
jalan wahyu dalam arti komunikasi dari Tuhan kepada manusia, dan kedua jalan akal, yang dianugerahkan
Tuhan kepada manusia, dengan memakai kesan-kesan yang diperoaleh panca indera sebagai bahan
pemikiran untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan. Pengetahuan yang di bawa wahyu diyakini bersifat
absolut dan mutlak benar, sedang pengetahuan yang diperoleh melalui akal bersifat relatif, mungkin benar
dan mungkin salah.
Di dalam al-Qur’an, Islam dinyatakan sebagai satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah. Wahyu
Allah sebagi sumber pokok ajaran islan yang turunnya berakhir setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan makhluk yang paling sempurna adalah manusia yang dianugrahi akal dengan memakai kesan-
kesan yang diperoleh panca indera sebagai bahan pemikiran untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan.
Pengetahuan yang dibawa wahyu diyakini bersifat absolut dan mutlak benar, sedangkan pengetahuan yang
diperoleh melalui akal bersifat relatif, mungkin benar dan mungkin salah.
Oleh karena itu, timbullah permasalahan-permasalahan dari adanya dua sumber pengetahuan yang
berlainan sifat ini. Pengetahuan mana yang lebih dapat dipercaya, pengetahuan melalui akal atau wahyu.
Untuk memecahkan masalah tersebut, dalam makalah ini saya akan mencoba menguraikannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akal
Teologi sebagai ilmu yang membahas soal ketuhanan dan kewajiban manusia terhadap Tuhan,
memakai akal dan wahyu dalam memperoleh pengetahuan tentang kedua soal tersebut. Akal sebagai daya
berfikir yang ada dalam diri manusia, berusaha keras untuk sampai kepada Tuhan, dan wahyu sebagai
pengkabaran dari alam metafisika turun kepada manusia dengan keterangan-keterangan tentang Tuhan dan
kewajiban-kewajiban manusia terhadap Tuhan.
Akal berasal dari bahasa arab ‘aqala-ya’qilui’ yang secara lughawi memiliki banyak makna,
sehingga kata al-‘aql sering disebut sebagai lafzh musytarak yakni kata yang memiliki banyak makna.
Dalam kamus bahasa arab al-Munjid fi al-Lughah wa al A’lam, di jelaskan bahwa ‘aqala memiliki makna al-
adraka (mencapai, mengetahui), fahima (memahami), tadabbara wa tafakkaraan (merenung dan berfikir).
Kata al-‘aqlu sebagai mashdar (akar kata) juga memiliki arti nurrun ruhanniyun bihi tudriku al-nafsu
ma la tudrikuhu bi al-hawas, yaitu cahaya ruhani yang tidak dapat dicapai oleh indera. Al –‘aql juga
diartikan dengan al-qalb, hati nurani atau hati sanubari. Sedangkan kata al-‘aqil (bentuk pelaku, isim fi’il)
sering digunakan untuk menyebutkan manusia, karena manusialah yang berakal. Makhluk selain manusia
disebut dengan ghair al-‘aqil (makhluk tak berakal). Namun kata aqil juga diperuntukkan bagi manusia
dewasa (baligh), yakni orang yang telah mampu memahami apa yang menjadi kewajibannya, mampu
membedakan yang haqq dan batil. Maka kata al-‘aqil juga dianggap sepadan atau sinonim dengan al-fahim
(orang yang faham), al-hakim (orang yang bijaksana, ahlul hikmah) dan al-‘alim (orang yang berilmu, orang
yang mengetahui).
Dalam pemahaman prof.Izutzu, kata ‘aql di zama jahiliyyah dipakai dalam arti kecerdasan praktis
(practical intelligence) yang dalam istilah psikologi modern disebut kecakapan memecahkan masalah
(problem-solving capacity ). Orang berakal menurut pendapatnya adalah orang yang mempunyai kecakapan
untuk menyelesaikan masalah . Bagaimanapun kata ‘aqala mengandung arti mengerti, memahami dan
berfikir. Tapi ini timbul pertanyaan apakah pengertian, memahami dan pemikiran dilakukan melalui akal
yang berpusat dikepala? Dalam al-Qur’an sebagai dijelaskan dalam surat al-Hajj ayat 46 yang dikatakan
bahwa pengertian, pemahaman dan pemikiran dilakukan melalui kalbu yang berpusat di dada. Sebagaimana
ayat berikut:
)24:ب َأ ْقفَالُهَا (محمد
ٍ َْأفَالَ يَتَ َدبَّرُونَ ْالقُرْ آنَ َأ ْم َعلَى قُلُو
Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?
(Muhammad: 24 )
Memang banyak sekali pendapat-pendapat yang menguraikan tentang pengertian akal. Tapi dalam
pandangan islam, akal tidaklah otak, tetapi daya pikir yang terdapat dalam jiwa manusia, daya yang sebagai
digambarkan dalam al-Qur’an memperoleh pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya. Akal
dalam penegrtian inilah yang dikontraskan dalam islam dengan wahyu yang membawa pengetahuan dari
luar diri manusia, yaitu dari Tuhan.
Tentang Akal. Menurut Al-Farabi akal atau daya berpikir ini mempunyai tiga tingkat, yaitu: (a)
al-‘aql al-hayulani (akal materil/akal potensial/material intellect); (b) al-‘aql bi al-fi’l (akal aktuil/actual
intelect) dan (c) al-‘aql al-mustafad (aquered intelect). Akal pada tingkat terakhir inilah yang menerima
pancaran yang dikirimkan dari Tuhan melalui akal-akal tersebut. Akal potensial menangkap bentuk-bentuk
dari benda-benda yang di tangkap dengan panca indra, akal aktuil menangkap arti-arti dan konsep-konsep,
dan akal mustafad mempunyai kesanggupan untuk mengadakan komunikasi dengan, atau menangkap
inspirasi dari akal yang ada di atas dan di luar diri manusia, yaitu Akal Kesepuluh atau al-Aql al-fa’al (active
intellect), yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk segala yang ada semenjak azal. Hubungan akal manusia
dengan akal aktif sama dengan hubungan mata dengan matahari. Mata melihat karena menerima cahaya dari
matahari. Akal manusia dapat menangkap arti-arti dan bentuk-bentuk karena mendapat cahaya.
Akal adalah daya pikir yang diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala (untuk manusia) kemudian diberi
muatan tertentu berupa kesiapan dan kemampuan yang dapat melahirkan sejumlah aktivitas pemikiran yang
berguna bagi kehidupan manusia. Allah SWT berfirman:
َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِي آ َد َم َو َح َم ْلنَاهُ ْم فِي ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di
lautan….....................................................................” [Al-Israa’: 70]
Syari’at Islam memberikan nilai dan urgensi yang amat tinggi terhadap akal manusia.
Hal itu dapat dilihat pada beberapa point berikut:
Pertama : Allah hanya menyampaikan kalam-Nya kepada orang yang berakal, karena hanya dapat
memahami agama dan syari’at-Nya. Rosulullah SAW bersabda:
ِ َو ِذ ْك َر ٰى ُأِلولِي اَأْل ْلبَا
ب
Artinya“..Dan merupakan peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal.” [Shaad: 43]
Kedua. Akal merupakan syarat yang harus ada dalam diri manusia untuk dapat menerima taklif (beban
hukum) dari Allah Azza wa Jalla. Hukum-hukum syari’at tidak berlaku bagi mereka yang tidak menerima
taklif. Di antara yang tidak menerima taklif itu adalah orang gila karena kehilangan akalnya. Rosullullah
SWT bersabda:
َو َع ِن ْال َمجْ نُوْ ِن َحتَّى يَ ْعقِ َل،صبِ ِّي َحتَّى يَحْ تَلِ َم
َّ َو َع ِن ال،َ ع َِن النَّاِئ ِم َحتَّى يَ ْستَ ْيقِظ: ُرفِ َع ْالقَلَ ُم ع َْن ثَالَثَ ٍة.
Artinya “Pena (catatan pahala dan dosa) diangkat (dibebaskan) dari tiga golongan: orang yang tidur
sampai bangun, anak kecil sampai bermimpi (baligh), orang gila sampai ia kembali sadar (berakal).”
Ketiga: Allah Azza wa Jalla mencela orang yang tidak menggunakan akalnya. Misalnya celaan Allah
terhadap ahli Neraka yang tidak menggunakan akalnya. Allah SWT berfirman:
ِ َوقَالُوا لَوْ ُكنَّا نَ ْس َم ُع َأوْ نَ ْعقِ ُل َما ُكنَّا فِي َأصْ َحا
ِ ب ال َّس ِع
ير
Artinya“Dan mereka berkata: ‘Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya
tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni Neraka yang menyala-nyala.” [Al-Mulk: 10]
Keempat: Penyebutan begitu banyak proses dan anjuran berfikir dalam al-Qur’an seperti tadabbur, tafakkur,
ta-aqqul dan lainnya. Maka kalimat seperti “la’allakum tatafakkaruun” (mudah-mudahan kamu berfikir)
atau ‘afalaa ta’qilumn” (apakah kamu tidak berakal), atau “afalaa yatadabbaruuna Al-Qur’an” (apakah
mereka tidak mentadabburi / merenungi isi kandungan Al-Qur’an) dan lainnya.
Kelima : Islam mencela taqlid yang membatasi dan melumpuhkan fungsi dan kerja akal. Allah SWT
berfirman :
َي••••ل لَهُ ُم اتَّبِعُ••••وا َم••••ا َأ ْن••••زَ َل هَّللا ُ قَ••••الُوا بَ••••لْ نَتَّبِ•••• ُع َم••••ا َأ ْلفَ ْينَ••••ا َعلَيْ•••• ِه آبَا َءنَ••••ا ۗ َأ َولَ••••وْ َك••••انَ آبَ••••اُؤ هُ ْم اَل يَ ْعقِلُ••••ونَ َش•••• ْيًئا َواَل يَ ْهتَ•••• ُدون
َ َِوِإ َذا ق
Artinya: “Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah, mereka
menjawab: ‘Tidak! Tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek
moyang kami. (Apakah mereka akan mengikutinya juga) walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk................................?”( AL-Baqarah : 170 )
Keenam : Islam memuji orang-orang yang menggunakan akalnya dalam memahami dan mengikuti
kebenaran. Allah SWT berfirman :
Ketujuh : pembatasan wilayah kerja akal dan pikiran manusia. Allah SWT berfirman:
وح ۖ قُ ِل الرُّ و ُح ِم ْن َأ ْم ِر َربِّي َو َما ُأوتِيتُ ْم ِمنَ ْال ِع ْل ِم ِإاَّل قَلِياًل َ ََويَ ْسَألُون
ِ ُّك َع ِن الر
Artinya:“Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “Ruh itu adalah urusan Rabb-ku. Dan
tiadalah kalian diberi ilmu melainkan sedikit.” [Al-Israa': 85]
Akal mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1. Tolak ukur akan kebenaran dan kebatilan.
2. Alat untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar.
3. Alat penemu solusi ketika permasalahan datang.
B. Pengertian Wahyu
Wahyu secara leksikal berarti isyarah cepat yang bisa dari jenis perkataan, kode-kode percakapan,
suara yang “tunggal” dan tak berangkap, isyarah dan semisalnya.
Makna dan penggunaannya yang bervariasi dalam alqur’an telah mengajak kita untuk memperhatikan
beberapa point berikut:
1. Wahyu tidak hanya berkaitan khusus kepada manusia melainkan berkaitan pula pada eksistensi-eksistensi
non-organik, tumbuhan, binatang dan sebagainya ( wahyu yang diturunka kepada eksistensi-eksistensi
semacam ini tidak lain adalah hidayah dan bimbingan yang bersifat esensial dan instingtif, atau dengan kata
lain hidayah takwiniyah, Tuhan yang akan mengantarkan ke arah kesempurnaan eksistensi mereka), akan
tetapi derajat wahyun yang tertinggi hanya khusus untuk para nabi dan wali-wali Tuhan, dan yang di
maksud wahyu jenis ini adalah penyampaian makna-makna ke dalam kalbu Rosulullah saw dan
“bercakapnya” Tuhan kepadanya.
2. Wahyu digunakan pula dalam maknanya yang bebeda, seperti dengan makna isyarah, was-was, inspirasi
dalam pemahaman yang diperoleh secara intintif atau melalui mimpi, dimana derajat tertinggi terletak
kepada berbicaranya Tuhan kepada para Nabi dan Rosul.
Cara-cara turunnya wahyu kepada Nabipun memiliki tiga bentuk ( meskipun sesuai dengan apa
yang dikatakan oleh Allamah Thabathabai ketiga bentuk ini akan kembali kepada satu bentuk yang tidak
lain adalah penerimaan wahyu secara langsung dari Tuhan) yaitu:
1. Percakapan Tuhan kepada perantara (secara langsung)
2. Pembicaraan di balik tabir atau penghalang
3. Dengan mengirim utusan, melalui malaikat penyampai wahyu.
Sedangkan secara etimologi “wahyu” berarti isyarat, bisikan buruk, ilham, perintah. Sedangkan
menurut termonologi berarti nama bagi sesuatu yang disampaikan secara cepat dari Allah kepada Nabi-
Nabi-Nya.
Dalam pengertian lain, wahyu berasal dari kata arab الوحي dan al-wahy adalah kata asli Arab dan
bukan pinjaman dari bahasa asing., yang berarti suara, api, dan kecepatan. Di samping itu juga mengandung
arti bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Selanjutnya mengandung arti pemberitahuan secara sembunyi-
sembunyi dan dengan cepat. Tentang penjelasan cara terjadinya komunikasi antara Tuhan dan Nabi-Nabi,
diberikan oleh al-Qur’an sendiri.
Dalam islam wahyu atau sabda Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW terkumpul
semuanya dalam al-Qur’an. Salah satu ayat menjelaskan
51:ُوح َي بِِإ ْذنِ ِه َما يَ َشا ُء ِإنَّهُ َعلِ ٌّي َح ِكي ٌم (الشورى
ِ ب َأوْ يُرْ ِس َل َرسُوالً فَي
ٍ َو َما َكانَ لِبَ َش ٍر َأ ْن يُ َكلِّ َمهُ هللاُ ِإالَّ َوحْ يًا َأوْ ِم ْن َو َرا ِء ِح َجا
Artinya: Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali
denga perantaraa wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu
diwahyukan kepadanya denagn seizin-Nya apa yang Allah kehendaki. Sesungguhnya Allah Maha tinggi
lagi Maha Bijaksana.” (Q.S al-Syura : 51)
Jadi ada tiga cara:
1.Melalui jantung hati seseorang dalam bentuk ilham
2. Dari belakang tabir sebagai yang terjadi dengan Nabi Musa
3. Melalui utusan yang dikirimkan dalam bentuk malaikat.
Fungsi wahyu Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Yang dimaksud memberi
informasi disini yaitu wahyu memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima kasih kepada Tuhan,
menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang buruk, serta menjelaskan perincian upah dan
hukuman yang akan di terima manusia di akhirat. Sebenarnya wahyu secara tidak langsung adalah senjata
yang diberikan Allah kepada Nabi-Nya untuk melindungi diri dan pengikutnya dari ancaman orang-orang
yang tak menyukai keberadaanya. Dan sebagai bukti bahwa beliau adalah utusan sang pencipta yaitu Allah
SWT.
Kata-kata kunci yang berhubungan atau bahkan semakna dengan akal lainnya, yaitu:
a. Faqiqa-yafqahu atau tafaqqa-yatafaqqahu artinya memahami, mengerti, dan mendalami sesuatu.
b.Tadabbara-yatadahabru artiya merenung, meneliti, memperhatikan dan mengambil suatu pelajaran atas suatu
masalah atau peristiwa.
c. Tazakkara-yatazakkaru artinya mengambil pelajaran, menangkap pesan dan risalah, memperhatikan secara
mendalam.
d.Alima ya’lamu artinya mengetahui, mengerti, memahami, berilmu pengetahuan yang terdapat kurang lebih
300 ayat.
d.Nazhara-yanzhuru artinya melihat memperhatikan, memneliti terdapat kurang lebih 100 ayat.
Menurut Mulla Sandra, jika ditinjau hubungan antara muatan wahyu dan proporsi akal, maka
hubungan antara akal dan wahyu bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Muatan wahyu sesuai dengan akal
2. Muatan wahyu lebih tinggi dari akal
3. Muatan wahyu kontradiksi dengan akal
Menurut keyakinan Mulla Sandra, wahyu hakiki dan pesan hakiki Tuhan tidak kontradiksi dengan
proposisi akal (bagian tiga). Dalam tinjaun tersebut, beliau berkata “ maka kami bawakan dalil kuat yang
berkaitan dengan topik ini, sehingga diketahui bhahwa syari’at dan akal memiliki kesesuaian sebagaimana
dalam hikmah-hikmah lainnya, dan mustahil syari’at Tuhan yang benar dan hukum-hukum-Nya berbenturan
dan bertentangan dengan makrifat –makrifat akal. Dan argumentasi rasional, dan binasa bagi filsafat yang
teori-teorinya tak sesuai dengan kitab suci.
Dari perkataan Mulla Sandra di atas , dapat disimpulkan bahwa dia berusaha dengan pandangan-
pandangan argumentatif, membela gagasan kesesuaian akal dan wahyu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Akal adalah daya pikir yang diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala (untuk manusia) kemudian
diberi muatan tertentu berupa kesiapan dan kemampuan yang dapat melahirkan sejumlah aktivitas pemikiran
yang berguna bagi kehidupan manusia. Sedangkan wahyu adalah nama bagi sesuatu yang disampaikan
secara cepat dari Allah kepada Nabi-Nabi-Nya.
Adapun cara penyampaiannya ada tiga : pertama, Melalui jantung hati seseorang dalam bentuk ilham.
Kedua, Dari belakang tabir sebagai yang terjadi dengan Nabi Musa. Ketiga, Melalui utusan yang dikirimkan
dalam bentuk malaikat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdi Wijaya. (2010). Hukum Islam: Wahyu dan Akal. Al Risalah, 10(1), 139–148.
Allamah Thabathabai, Muhammad Husain. Tafsir Al-Mizan, jil 12, hal 423
Iysa, A., Islamic, M., & Philosophy, C. B. (2007). Akal dan wahyu dalam pandangan ibn rushd dan ibn
taymiyyah.
Ibnu Sina, Rasail fi al-hikmah wa al-tabi’iyah, hal 23-24.
Nasution, Harun, Akal dan Wahyu dalam Islam, UI Pres, Jakarta, cetakan kedua, 1986. Teologi Islam (Aliran-
Aliran Sejarah Analisa Perbandingan), UI Pres, Jakarta, cetakan V, 1986.
Mulia Sandra, Asfar, jilid 9, hal 303
Mulia Sandra, Asfar, jilid 5, hal 205
Syukur, Amin, Prof. Dr. H.M MA. Pengantar Studi Islam. Semarang : CV. Bina Sejati
Sobron, Sudarno. 2014. Studi Islam 3. Surakarta: LPIK
LP DHF
A. PENGERTIAN
Dengue Haemorhagic fever ( DHF ) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
B. ETIOLOGI
Virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty.
C. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh tubuh, pasien pasien akan mengalami keluhan dan gejala
karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran
kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh
darah di bawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF adalah
meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonink serta
aktivasi sistem kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam
rongga serosa, yaitu dalam rongga pertonium, pleura, dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi
akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan
kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan
dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebakan proses imunologis dengan disebabkan
diantaranyaoleh kerusakan hati yang fungsinya memang terbukti terganggu oleh aktivasi sistem koagulasi.
D. KLASIFIKASI
1. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniker positif,
trombositopenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain.
3. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah.
4. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat diukur. Yang disertai dengan
Dengue Shock Sindrom.
E. TANDA DAN GEJALA
1. Demam tinggi 5-7 hari.
2. Perdarahan, terutama perdarahan bawah kulit : ptekic, ekhimosis, hematoma.
3. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
4. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
5. Nyeri otot, tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan hati, limpa dan kelenjar getah bening.
8. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary reffil
time lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
1. Fisiologis
a. Intake Nutrisi
1) Kemampuan mendapat dan mengolah makanan
2) Pengetahuan
3) Gangguan menelan
4) Perasaan tidak nyaman setelah makan
5) Anoreksia
6) Nausea dan vomitus
7) Intake kalori dan lemak yang berlebih
2. Kemampuan mencerna nutrient
a. Obstruksi saluran cerna
b. Malabsorbsi nutrient
c. DM
3. Kebutuhan metabolisme
a. Pertumbuhan
b. Stres
c. Kondisi yang mningkatkan BMR
d. Kanker
4. Gaya hidup dan kebiasaan
a. Kebiasaan makan yang baik perlu diterapkan pada usia toddler
b. Kebiasaan makan pada lansia menghindari makanan yang pantang di makan
5. Kebudayaan dan kepercayaan
Kebudayaan orang asia lebih memilih padi sebagai makanan pokok
6. Sumber ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan makanan bergizi
membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.
7. Tinggal sendiri
Seseorang yang hidup sendirian sering tidak memperdulikan tugas memasak untuk menyediakan
makanannya.
8. Kelemahan fisik
Contohnya atritis atau cidera cerebrovascular( CVA) yang menyebabkan kesulitan untuk berbelanja dan
masak. Mereka tidak mampu merencanakan dan menyediakan makanan sendiri.
9. Kehilangan
Terutama pada pria lansia yang tidak pernah memasak untuk mereka sendiri. Mereka biasanya tidak
memahami nilai suatu makanan yang gizinya seimbang.
10. Depresi
Menyebabkan kehilangan nafsu makan. Mereka tidak mau bersusah payah, berbelanja, memasak atau
memakan makanannya
11. Pendapatan yang rendah
Ketidakmampuan untuk membeli makanan yang cermat untuk meningkatkan pengonsumsian makanan
yang bergizi.
12. Penyakit saluran pernafasan
Termasuk sakit gigi dan ulkus.
13. Obat
Pada lansia yang mendapatkan lebih banyak obat dibandingkan kelompok usia lain yang lebih muda, ini
berakibat buruk baginutrisi lansia. Pengobatan akan mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin jauh.
14. Jenis kelamin
Metabolisme basal pada laki-laki lebih besar dibandingkan wanita. Pada laki-laki dibutuhkan BMR 1,0
kkal/kg/BB/jam, dan pada wanita 0,9 kkal/kg/BB/jam.
15. Tinggi badan
Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan tubuh, semakin luas permukaan tubuh,
maka semakin besar pengeluaran panas. Sehinnga kebutuhan metabolisme basal tubuh juga menjadi besar.
C. PATOFISIOLOGI
1. Produksi saliva menurunmempengaruhi perubahan kompleks karbohidrat menjadi disakarida.
2. Fungsi ludah menurunsukar menelan
3. Fungsi kelenjar pencernaan perut terasa tidak enak atau kembung
4. Dengan proses menua terjadi gangguan mobilitas otot polos, esofagus dari proses perubahan-perubahan
pada prose penuaan pada lansia menyebabkan intake makanan pada lansia berkurang yang nantinya akan
mempengaruhi status gizi pada lansia.
Phatway Nutrisi
Kekosongan lambung
Refleksi muntah
Kurang nutrisi
Kondisi Fisiologis yang mempengaruhi status nutisi termasuk tingakat aktivitas, keadaan penyakit, daya
beli, dan menyiapkan makanan serta prosedur dan pengobatan yang dilakukan bergantung pada tingkat
aktivitas maka nutrisi kilokalori diperlukan untuk meningkatkan, sehingga tingkat aktivitas akan meningkat
atau menurun. Sementara status penyakit dan prosedur atau pengobatan yang dilakukan mempunyai dampak
pada asupan makanan, pencernaan, absorbsi, metabolisme, dan ekskresi.
Beberapa kondisi fisiologis dapat menyebabkan menurunya zat makanan tertentu dan suatu saat akan
meningkat. Penyakit ginjal akan menurunkan kebutuhan protein oleh karena protein diekskresi oleh ginjal.
Penyakit penyakit fisik biasanya meningkatkan kebutuhann zat makananan biasanya terjadi pada penyakit
penyakit saluran cerna.
Gangguan fisik dapat terjadi disepanjang saluran pencernaan yang menyebabkan menurunya asupan
nutrisi. Gangguan absorbsi,gangguan transportasi atau penggunaan yang tidak sepantasnya. Luka pada mulut
dapat menyebabkan menurunya asupan nutrisi akibat gnyeri saat makan, diare dapat menurunkan absobsi
nutrisi. Karena di dorong lebih cepat terhadap kandungan penyakit pada kandungan empedu tidak berfungsi
secara wajar, empedu yang berfungsi untuk mencerna lemak menjadi tidak efektif.
Klasifikasi gangguan nutrisi
1. Kwarsior adalah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein atau desinfektan protein yang
disertai defisiensi nutrient lainnya yang biasa di jumpai pada bayi yang masa di sapih dan anak prasekolah
(balita).
2. Maramus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk paling sering ditemui balita penyebabnya
antara lain karena masuknya makanan yang sangat kurang infeksi. Pembawaan lahir, prematunitas, penyakit
pada masa neonatus serta kesehatan lingkungan.
3. Obesitas adalah kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan
dampak merugikanbagi kesehatan dan meningkatkan masalah kesehatan.
4. Underweight adalah masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau
dapat di katakan sebagai masalah asupan gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan perhitungan Persentase Body Fat ( % BF)
Jenis Kelompok Low Resiko Hight Very
kelamin umur moderate hight
Laki-laki 20-29 <0,83 0,83-0,88 0,89- >0,94
0,94
30-39 <0,84 0,84-0,91 0,92- >0,96
0,96
40-49 <0,88 0,88-0,95 0,96- >1,00
1,00
Wanita 30-39 <0,72 0,72-0,78 0,79- >0,84
0,84
40-49 <0,73 0,73-0,79 0,80- >0,87
0,87
IMT = BB/ ( TB x TB )2
Keterangan :
- IMT : Indeks Massa Tubu
- BB : Berat Badan (kg)
- TB : Tinggi Badan (m)
F. TERAPI MEDIS
1. Terapi Farmakologi dengan injeksi vitamin
2. Terapi Non-farmakologi dengan memberikan pendekatan serta edukasi untuk nafas dalam dan memenuhi
nutrisi, cairan dengan minum sedikit-sedikit tapi sering.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient atau intake nutrisi yang tidak adekuat.
NOC :
a. Nutritional status : food dan fluid intake
b. Nutritional status : nutrient intake
c. Kriteria hasil :
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :
a. Nutrition managemen
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
3) Yakinkan diet yang di makan mengandung serat untuk mencegah konstipasi serta melancarkan pencernaan
4) Berikan makanan yang terpilih atau sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi
5) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
6) Kaji informasi tentang kesehatan dan kebutuhan nutrisi
7) Berikan pendidikan tentang cara diet, kebutuhan kalori dan tindakan keperawatan yang berhubungan
dengan nutrisi jika pasien menggunakan NGT
b. Nutrition Monitoring
1) Berat badan pasien dalam batas normal
2) Monitor mual dan muntah
3) Monitor kadar
- albumin
- total pasie
- hemoglobin
- kadar Hz
4) Monitor makanan kesukaan
5) Monitor menekan kesukaan
6) Monitor pertumbuhan dan perkembangan
7) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
2. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengankelebihan intake atau gaya hidup
atau konsumsi terlalu tinggi kalori.
Tujuan :
a. Peningkatan aktivitas dengan penurunan berat badan
b. Teridentifikasi kebutuhan nutrisi dan berat badan yang tekontrol
c. Terjadi penurunan berat badan
d. Menahan diri untuk tidak makan terlalu banyak dalam waktu tertentu
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
a. Kriteria hasil : nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi
b. Intervensi :
1) Kaji pola nutrisi
Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan.
2) Kaji makan yang disukai dan tidak disukai pasien
Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian makanan yang tidak
disukai.
3) Anjurkan tilah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut.
Rasional :
4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.
5) Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengetahui adanya kenaikan atau penurunan berat badan.
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrient, anoreksia,
ditandai dengan lidah kotor, mual, muntah.
a. Kriteria hasil : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan porsi makanan yang telah
disediakan, adanya keseimbangan intake dan output.
b. Intervensi :
1) Lakukan pendekatan pasien dengan keluarga pasien
Rasional : pasien dan keluarga koperatif dalam tindakan keperawatan.
2) Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang manfaat cairan dan nutrisi bagi tubuh.
Rasional : penelasan tersebut bisa membuat pasien mengerti dan memahami sehingga kebutuhan nutrisi
dapat terpenuhi.
3) Pemberian nutrisi yang sesuai dengan keadaan pasien
Rasional : pemberian bubur halus sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan.
4) Observasi intake dan output cairan dan nutrisi pasien
Rasional : untuk mengetahui perkembangan keseimbangan cairan dan nutrisi dalam tubuh.
5) Memberikan makanan sedikit demi sedikit tapi sering
Rasional : untuk menghindari mual dan muntah pada pasien.
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.
a. Kriteria hasil : pengetahuan keluarga meningkat
b. Intervensi :
1) Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.
2) Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien.
Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit.
3) Beri kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti.
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga setelah di beri penjelasan tentang
penyakitnya.
4) Beri reinforcement positif jika pasien menjawab dengan tepat.
Rasional : memeberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan penyakitnya.
I. EVALUASI
Evaluasi terhadap masalah nutrisi dilakukan dengan menilai masalah keperawatan yang muncul.
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui
sejauh mana tujuan keperawatan dapat di capai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan
yang dilakukan.
Langkah – langkah evaluasi
1. Daftar tujua pasien
2. Melakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu
3. Bandingkan antara tujuan pasien dengan kemampuan pasien
4. Diskusikan kepada pasien apakah tujuan tercapai atau tidak, jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji
ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluar terbaik, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu
dilakukan perubahan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahem, Nancy R. Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9 Diagnosa Nanda,
Interverensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran.
Docterman dan Bullechek. 2004. Nursing Interverention Classification (NIC). Edition 4 United States Of America:
Masby Elsever Acadamic Press.
NANDA International. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkasan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.
Uliyah, Musfifatul. 2006. Keterampilan Dasa Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.