Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH METODOLOGI KEPERAWATAN

KONSEP TEORI PROSES KEPERAWATAN DAN KONSEP


PENGKAJIAN
Dosen Pengampu : Deden Dermawan S.Kep,Ns M.Kep

oleh :
Nama : Putri Lidiyawati
NIM : 19121109

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


POLTEKKES BHAKTI MULIA
TAHUN AJARAN 2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................. i

BAB I KONSEP TEORI

A. Sistem............................................................................................................. 2

B. Kebutuhan Manusia ...................................................................................... 3

C. Persepsi ......................................................................................................... 3

D. Informasi Dan Komunikasi .......................................................................... 4

E. Mengambil Keputusan Dan Penyelesaian Masalah ..................................... 4

BAB II KONSEP PENGKAJIAN

A. Gordon ......................................................................................................... 5

B. Virginia Handerson ...................................................................................... 8

C. Roy ............................................................................................................... 9

D. Maslow ......................................................................................................... 13

REFERENSI

i
BAB I
PENGERTIAN KONSEP TEORI PROSES KEPERAWATAN

A. Pengertian
Perawat sebagai suatu profesi merupakan bagian dari tim kesehatan yang
bertanggung jawab membantu klien, baik dalam kondisi sehat maupun sakit. Pemberian
bantuan ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan dasar klien guna tercapainya kondisi
sehat yang optimal. Untuk mencapai tujuan ini dibutuhkan suatu metode ilmiah yang
sistematis untuk memecahkan masalah klien dalam keperawatan. Metode tersebut
dinamakan proses keperawatan.
Yura Walsh (1978) proses keperawatan adalah langkah-langkah sistematis untuk
menentukan dan merencanakan penyelesain masalah klien; lalu mengimplementasikan
dan mengevaluasi apakah rencana yang dibuat cukup efektif dalam menyelesaikan
masalah yang terjadi.
Langkah – langkah sistematis tersebut dibagi Dalam empat tahap, meliputi:
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Wolf, Weitzel, dan Fuerst (1979) proses keperawatan adalah suatu serangkaian
perbuatan atau tindakan penetapan, perencanaan, dan pelaksanaan pelayanan
keperawatan untuk membantu klien dalam mencapai dan memelihara kesehatannya
optimal mungkin.
Depkes RI dan JICA (1982) proses keperawatan adalah suatu proses penilaian
masalah yang dinamis dalam usaha untuk memperbaiki atau memelihara pasien (klien)
sampai ke taraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematik untuk mengenal dan
membantu pemenuhan kebutuhan klien.
Gordon (19940) proses keperawatan adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi memecahkan masalah.
Potter danPerry (1997) proses keperawatan adalah suatu pendekatan untuk
pemecahan masalah yang membuat perawat dapat merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan. Tahapannya meliputi: pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
(termasuk identifikasi hasil yang diperkirakan), implementasi, dan evaluasi.
Tujuan proses keperawatan secara umum adalah membuat kerangka konsep
berdasarkan kebutuhan individu dari klien, keluarga, dan masyarakat (Carpenito dan
Moyet 2007). Selain itu, dengan membuat proses keperawatan seorang perawat akan
dapat menyelesaikan suatu masalah secara sistematis dan logis sehingga menghasilkan
pelayanan yang berkualitas.
1
Karakteristik proses keperawatan :
1. Tujuan, supaya suatu proses dapat tercapai, maka setiap langkah harus memiliki
suatu tujuan yang jelas dan spesifik beserta indicator-indikatornya
2. Sistematik, proses keperawatan dalam pemecahan masalah menggunakan tahapan-
tahapan sistematis yang meliputi: pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
3. Dinamis, masalah yang terjadi dapat berubah dan dinamis, sesuai dengan situasi
dan kondisi klien. Oleh karena itu, perlu penyesuain dalam usaha pemecahan
masalah yang ada
4. Interaktif, tahapan dalam proses keperawatan saling berhubungan satu sama lain
5. Fleksibel, tahapan dalam proses keperawatan dapat berubah sesuai dengan masalah
yang dihadapi saat ini
6. Teoretis, setiap penggunaan tahapan yang terdapat dalam proses keperawatan
haruslah didukung dengan landasan teoretis, sehingga hasil yang didapatkan akan
berfokus sesuai dengan masalah yang ditemukan
7. Siklis, evaluasi dari proses keperawatan akan memberikan umpan balik pada
pengkajian berikutnya, dan terus berlanjut seperti sebuah siklus sampai masalah
klien terpecahkan.
Dampak proses keperawatan :
1. Profesi, dengan pendekatan proses keperawatan, perawat dapat
mempertanggungjawabkan tugasnya sesuai dengan standar. Jadi pada akhirnya
dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan profesi keperawatan secara keselurahan
2. Perawat, proses keperawatan akan meningkatkan kepuasan dalam bekerja dan
meningkatkan kecintaan pada profesi
3. Klien, proses keperawatan dapat memfasilitasi keterlibatan klien dan keluarga
dalam perawatan di setiap tahapan prosesnya.
Teori – teori yang mendasari Proses Keperawatan
1. Teori Sistem
Teori sistem merupakan suatu kerangka kerja yang berhubungan dengan
keselurahan aspek sosial manusia, struktur, masalah-masalah organisasi serta
perubahan hubungan internal dan lingkungan di sekitarnya. Sistem tersebut terdiri
atas tujuan, proses dan isi. Tujuan adalah sesuatu yang harus dilaksankan sehingga
tujuan dapat memberikan arah pada sistem. Proses berfungsi dalam memenuhi
tujuan yang hendak dicapai. Isi terdiri tas bagian yang membentuk suatu sistem.
2. Teori Kebutuhan Manusia
2
Teori ini memandang bahwa manusia sebagai bagian integral yang
berintegrasi satu sama lain dalam motivasinya untuk memenuhi kebutuhan dasar
(fisiologis, keamanan, kasih saying, harga diri, dan aktualisasi diri). Setiap
kebutuhan merupakan suatu “tegangan internal” sebagai akibat dari perubahan
setiap komponen system. Tegangan tersebut dimanifestasikan dalam perilaku untuk
memenuhu kebutuhan atau tujuan sampai terpenuhinya tingkat kepuasan klien.
Kerangka kerja pada teori ini menggambarkan suatu bagian dimana
penerapan proses keperawatan selalu difokuskan pada kebutuhan individu yang
unik dan sebagai bagian integral dari keluarga dan masyarakat. Keseimbangan antar
kebutuhan tersebut menjadi tanggung jawab dari setiap orang. Misalnya tanggung
jawab orang tua terhadap anak adalah memenuhi kebutuhan dasar anak tersebut.
Demikian juga tanggung jawab perawat yaitu memberikan dukungan, memfasilitasi
dan mengkomunikasikan kepada klie, baik yang sehat maupun sakit, untuk
membantu memenuhi kebutuhan dasarnya. Peran tersebut dapat dilaksanakan
secara optimal melalui pendekatan proses keperawatan.
3. Teori Persepsi
Terjadinya perubahan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia sangat
dipengaruhi oleh persepsi individu. Setiap manusia selalu berubah kebutuhan dan
kepuasannya berdasarkan perubahan yang sangat unik. Akibatnya, setiap perubahan
yang terjadi pesepsinya akan selalu berbeda antara individu yang satu dengan
invidu yang lain. Perbedaan tersebut membawa konsenkuensi masalah
keperawatan. Sebagaimana diketahui persepsi sangat berhubungan dengan system
neurologis dan persepsi yang tidak selalu tergantung dari belajar dan pengalaman.
Dan mengatakan bahwa persepsi dapat dipelajari dari variable lingkungan fisiologs
proses dan interaksi serta kejadian-kejadian pada perilaku.
Terjadinya interaksi antara orang dengan lingkungannya dilaksanakan oleh
reseptor energy sensitive. Karakteristik stimulasi harus ditransformasikan dalam
suatu transmisi ke tingkat yang lebih tinggi pada system saraf pusat sebelum
interaksi dan dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan respon adaptif.
Untuk memahami arti persepsi, seseorang harus mengadakan pendekatan
melalui karakteristik individu yang mempersepsikan situasi yang mempunyai
makna bagi kita. Makna merupakan kerangka penjabaran dari persepsi, ingatan dan
tindakan. Oleh karena itu persepsi memegang peranan penting dalam kehidupan
secara umum dimana kita dapat mengumpulkan data dari ini tentang diri sendiri,
kebutuhan manusia serta lingkungan di sekitar kita. Hal ini juga sesuai dengan
3
tahapan dalam proses keperawatan dimana perawat dank lien saling mengimpulkan
data. Kemudian data tersebut akan memberikan nilai yang bermakna serta dapat
dipergunakan untuk memberikan asuhan keperawatan.
4. Teori Informasi dan Komunikasi
Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mengidentifikasi masalah klien.
Apakah klien dalam keadaam sehat atau sakit. Proses keperawatan sebagai salah
satu pendekatan utama dalam pemberian asuhan keperawatan pada dasarnya
merupakan suatu proses penganbilan keputusan dan penyelesain masalah. Setelah
penerapan proses keperawatan, perawat dituntut mempunyai pengetahuan tentang
konsep dan teori sebagai dasar dalam mengartikan data yang diperoleh sera
menjalin komunikasi yang efektif. Pengetahuan tersebut meliputi kemampuan
perawat tentang cara memperoleh data atau fakta, menyeleksi dan memproses
informasi dan memutuskan suatu asuhan keperawatan berdasarkan data yang
diperoleh. Tahapan tersebut adalah menentukan prioritas masalah mencara
alternative merupakan suatu siklus karena memerlukan suatu modifikasi pengkajian
ulang perencanaan ulang, memperbarui intervensi dan mengevaluasi ulang. Oleh
karena itu setiap langkah dalam proses keperawatan diperlukan data yang akurat.
Hal ini akan dapat tercapai jika perawat mampu menjalin komunikasi yang baik.
5. Teori Pengambilan Keputusan dan Penyelesaian
Setiap tindakan yang dilakukan secara rasinoal oleh seseorang selalu
melibatkan keputusan dan penyelesain masalah menuntut seseorang untuk dapat
menerima hal yang baru, perbedaan dan aspek-aspek yang lebih kompleks dari
lingkungan yang sudah ada. Oleh sebab itu, setiap kesenjangan adalah suatu
masalah dan masalah tersebut memerlukan jawaban serta solusi yang tepat.
Tujuan penerangan proses keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien adalah untuk menyusun suatu intervensi yang bertujuan
mengubah situasi yang lebih kondusif dalam membantu mempercepat
menyelesaikan masalah klien yang sangat kompleks. Melalui ipendekatan proses
keperawatan masalah-masalah dapat diidentifikasi secara tepat dan pengambilan
keputusannya dapat dilaksanakan dengan akurat.

4
BAB II
KONSEP PENGKAJIAN

B. Konsep Pengkajian
1. Gordon
Pola pengkajian fungsional menurut Gordon adalah bahwa pola fungsional
Gordon mempunyai aplikasi luas untuk para perawat dengan latar belakang
praktek yang beragam model pola fuungsional kesehatan terbentuk dari hubungan
antara klien dan lingkungan dan dapat digunakan untuk perseorangan, keluarga,
dan omunitas. Setiap pola merupakan suatu rangkaian perilaku yang membantu
perawat mengumpulkan, mengorganisasikan dan memilah-milah data (Potter,
1996:15).
Pola-pola fungsional kesehatan menurut Gordon adalah:
a. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan secara
umum dan saat ini, alasan kunjungan dan harapan, gambaran terhadap sakit
dan penyebabnya dan penanganan yang dilakukan
b. Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit, nasfu
makan, pola makan, diet, fluktasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan
menelan, mual/muntah, kebutuhan jumlah zat gizi, masalah/penyembuhan
kulit, makanan kesukaan.
Komponen gambaran yang biasa dimakan (pagi, siang, sore, snack)
1) Tipe dan intake cairan
2) Gambaran bagaimana nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang
memperngaruhi makan dan nafsu makan
3) Penggunaan obat diet
4) Makanan kesukaan, pantangan, alergi, penggunaan suplemen makanan
5) Gambaran BB, perubahan BB dalam 6-9 bulan
6) Perubahan pada kuliy (lesi, kering, membengkak, gatal)
7) Proses penyembuhan luka (cepat-lambat)
8) Adakah faktor resiko terkait ulcer kulit (penurunan sirkulasi, deficit
sensori, penurunan mobilitas)
c. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekspresi, kandung kemih dan kulit.
5
Komponen :
1) Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
2) Adakah masalah dalam miksi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi
3) Gambaran pola BAB, karakteristik
4) Penggunaan alat bantu
5) Bau badan, keringat berlebih, lesi dan pruitus
d. Aktivitas –Latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Komponen :
1) Gambaran level aktivitas, kegiatan sehari-hari dan olahraga
2) Aktivitas saat senggang/waktu luang
3) Apakah mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada,
palpitasi, nyeri pada tungkai
e. Istirahat
Menggambarkan pola tidur istirahat dan persepsi pada level energy
Komponen :
1) Berapa lama tidur dimalam hari
2) Jam berapa tidur bangun
3) Apakah terasa efektif
4) Adakah kebiasaan sebelum tidur
5) Apakah mengalami kesulitan dalam tidur
f. Kognitif-Persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil, penciuman,
persepsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan keputusan
Komponen :
1) Kemampuan menulis dan membaca
2) Kemampuan berbahasa
3) Kemampuan belajar
4) Kesulitan dalam mendengar
5) Penggunaan alat bantu mendengar/melihat
6) Adakah kelihan pusing bagaimaan gambarannya
7) Apakah mengalami insensitivitas terhadap dingin, panas, nyeri
8) Apakah merasa nyeri (skala nyeri dan karakteristik).
g. Persepsi Diri- Konsep Diri

6
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga
diri, gamabaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri.
Komponen :
1) Bagaimana menggambarkan diri sendiri
2) Apakah ada kejadian yang akhirnya mengubah gambaran terhadap diri
3) Apa hal yang paling menjadi pikiran
4) Apakah sering merasa marah, cemas, depresi, takut, bagaimana
gambarannya.
h. Peran-Hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya.
Komponen :
1) Bagaimana gambaran pengaturan kehidupan (hidup sendiri/bersama)
2) Apakah mempunyai orang dekat?Bagaimana kualitas hubungan?Puas?
3) Apakah ada perbedaan peran dalam keluarga, apakah ada saling keterkaitan
4) Bagaimana dalam mengambil keputusan dan penyelesaian konflik
5) Bagaimana keadaan keuangan?
6) Apakah mempunyai kegiatan sosial?
i. Seksualitas-Reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi.
Komponen :
1)Apakah kehidupan seskual aktif
2)Apakah menggunakan alat bantu/pelindung
3)Apakah mengalami kesulitan /perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks
4)Khusus wanita : TMA, menggambakan pola haid, usia
menarche/menopause riwayat kehamilan, masalah terkait dengan haid
j. Koping- Toleransi Stress
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan
sistem pendukung.
Komponen :
1) Apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa taun terakhir
2) Dalam menghadapi masalah apa yang dilakukan?efektif?
3) Apakah ada orang lain tersebut ada sampai sekarang?
k. Nilai- Kepercayaan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem, kepercayaan dan tujuan dalam
hidup.
7
Komponen :
1)Apakah anda selalu mendapatkan apa yang diinginkan
2)Apakah ada tujuan, cita-cita, rencana di masa yang akan datang
3)Apakah nilai atau kepercayaan pribadi yang ikut berpengaruh.
2. Virginia Henderson
Virginia Henderson adalah ahli teori keperawatan yang telah member
pengaruh besar pada keperawatan sebagi profesi yang mendunia. Ia membuat
model konseptualnya pada awal 1960-an, ketika profesi keperawatan mulai
mencari identitasnya sendiri. Masalah intinya adalah apakah perawat cukup
berbeda dari profesi lain dalam layanan kesehatab dalam hal kinerja. Virginia
Henderson adalah orang pertama yang mencari fungsi unik dalam keperawatan.
Pada saat ia menuli pada tahun 1960-an ia dipengaruhi oleh aspek negative dan
positif dari praktik keperawatan pada masa ity. Hal tersebut mencakup :
a. Authoritarian dan struktur hierarki di rumah sakit
b. Sering terdapat focus satu pihak yaitu pada penyembuhan gangguan fungsi
fisik semata
c. Fakta bahwa mempertahankan kontak pribadi dengan pasien merupakan hal
yang tidak mungkin dilakukan pada masa itu
d. Adanya keanekaragaman pengalaman yang ia miliki selama karier
keperawatannya di Amerika Serikat di berbagai bidang layanan kesehatan.
Konsep utama teori Virginia Henderson
a. Manusia
Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan
untuk meraih kesehatan, kebebasan, atau kematian yang damai, serta bantuan
untuk meraih kemandirian.
b. Keperawatan
Perawat mempunyai fungsi unik untuk membantu individu, baik dalam
keadaan sehat maupun sakit. Sebagai anggota tim kesehatan, perawat
mempunyai fungsi independence di dalam penanganan perawatan
berdasarkan kebutuhan dasar manusia. Untuk menjalankan fungsinya,
perawat harus memiliki pengetahuan biologis maupun sosial.
c. Kesehatan
Sehat adalah kualitas hidupnya yang menjadi dasar seseorang dapat berfungsi
bagi kemanusiaan. Memperoleh kesehatan lebih penting daripada mengobati
penyakit. Untuk mencapi kondisi sehat, diperlukan kemandirian dan salung
8
ketergantungan. Individu akan meraih atau mempertahankan kesehatan bila
mereka memiliki kekuatan, kehedndak, serta pengetahuan yang cukup.
d. Lingkungan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan aspek lingkungam :
1) Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungan mereka, namun
kondisi sakit akan menghambat kemapuan tersebut
2) Perawat harus mampu melindungi pasien dari cedera mekanis
3) Perawat harus memiliki pengetahuan tentang keamanan lingkungan
4) Dokter menggunakan hasil observasi dan penilaian perawat sebagai dasar
dalam memberikan resep
5) Perawat harus tahu tentang kebiasaan sosial dan praktik keagamaan
untuk memperikirakan adanya bahaya.
3. Roy
Model keperawatan adaptasi Roy adalah model keperawatan yang bertujuan
membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis,
konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interpendensi selama sehat sakit
(Marriner-Tormey, 1994). Teori adaptasi Callista Roy memandang klien sebagai
suatu sistem adaptasi. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana
individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara mempertahankan
perilaku secara adaptif karena menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic
yang memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptasi.
Konsep Mayor Kerangka Konseptual Model Roy:
a. Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan
membentuk satu kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control,
proses, output, dan umpan balik.
b. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,
konstektual dan residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat
berespon adaptif sendiri
c. Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung
mengaruskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi
perubahan tingkah laku
d. Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan
memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau
dirangsang oleh stimulus fokal.

9
e. Stimulus residual adalah seluruh faktor yang mungkin memberikan konstribusi
terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi
f. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik
melalui neural, cemikal, dan proses endokrin
g. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui
proses yang kompleks dari persepsi informasi, menganbil, keputusan dan
belajar
h. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu: fisiologikal, fungsi peran,
interdependensi dan konsep diri
i. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam
mencapai tujuan manusia untuk mempertahankam kehidupan, pertumbuhan
reproduksi
j. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan
bagaimana proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit,
aktivis dan istirahat, eliminas, nutris, sirkulasi, dan pengaturan terhadap suhu,
sensasi, dan proses endokrin
k. Konsep diri adalag seluruh keyakinan dan perasaan yang dianaut individu
dalam satu waktu berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain
dan tingkah laku langsung.
l. Penampilam peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan dengan
tugasnya di lingkungan sosial
m. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting dan
sebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara
memeliahar integritas fisik dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar
Asumsi Dasar Model Adaptasi Roy
a. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yabg terus-menerus
berinteraksi dengan lingkungan
b. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-
perubahan biopsikososial
c. Setiap orang mengalami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan
untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap
semua rangsangan baik positif maupun negative
d. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya,
jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan peruabahan maka ia

10
mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun
negative
e. Sehat dan sakit merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dari
kehidupan manusia
Sistem adaptasi memiliki empat adaptasi diantaranya :
a. Pertama
Fungi fisiologis, komponen sistem adaptasi ini yang adaptasi fisiologis
diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas
kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin
b. Kedua
Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal
pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain
c. Ketiga
Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan
bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social dalam
berhubungan dengan orang lain
d. Keempat
Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola
tentang kasih saying, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara
interpersonal pada tingkah individu maupun kelompok.
Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi Sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harys dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi 2 bagiab, mode fungsi fisiologis
tingkat dasar yang terdiri 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang
kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
a. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertujaran gas dan transport gas (Vairo, 1984 dalam Roy 1991)
b. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang injuri (Servonsky, 1984 dalam Roy 1191)
c. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolism dari instestinal dan ginjal
(Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
d. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan
isitirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam
11
memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho,
1984 dalam Roy, 1191)
e. Proteksi/ perlindungan : Sebagian dasar defens tubuh termasuk proses
imunitas dan struktur integument dimana hal ini penting sebagai fungsi
proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu (Sato, 1984 dalam Roy
1991)
f. The sense/perasaan : penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan. Sensasi nyeri ini
penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan (Driscoll, 1984, dalam
Roy, 1991)
g. Cairan dan elektrolit : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, eksrasel dan fungsi
sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebablan
ketidakseimbangan elektrolit ( Parly, 1984, dalam Roy 1991)
h. Fungsi syaraf/neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan
tubuh, kesadaran dan proses emosi kognituf yang baik untuk mengatur
aktivitas organ-orrgan tubuh (Roberton, 1984, dalam Roy, 1991)
i. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran hormone sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh.
Aktivitas endkorin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress
dan merupakan dari regulator koping mekanisme (Howard&Valentine
dalam Roy , 1991).
Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan
spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri
ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan
ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the
physical self dan the personal self.
a. The physical self, yaitu bagaimana seseorang berhubungan memandang
dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.
Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti
setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas

12
b. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-
etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan
atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini
Mode Fungsi Peran
Mode fungsi peran mengenal pola-pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder
dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya
dimasyarakat sesuai kedudukannya.
Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh
Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/kasih
saying, perhatian dan saling menghargai.
4. Maslow
Teori kebutuhan dasar yang dikemukakan oleh Maslow adalah teori yang
paling sering digunakan di kalangan profesi keperawatan. Pada tahun 1970
Maslow mengungkapkan bahwa terdapat lima hierarki kebutuhan dasar manusia
yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan kesealamatan dan keamanan, kebutuhan
mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, serta kebutuhan aktualisasi diri.
Dimana pemenuhan berbagai kebutuhan tersebut didorong oleh kekuatan
(motivasi) yakni motivasi kekurangan dan motivasi perkembangan. Motivasi
kekurangan bertjuan untuk mengatasi masalah ketegangan manusia karena
berbagai kekurangan yang ada. Misalnya laparakan mendorong seseorang untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya, haus untuk memenuhi kebutuhan elektrolit dan
cairan tubuh dan sebagainya. Sedangkan motivasi perkembangan adalah
didasarkan atas kapasitas setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang.
Kapasitas tersebut merupakan pembawaan setiap manusia. Kapasitas itu pula yang
dapat mendorong manusia mencapai tingkat hierarki kebutuhan yang paling tinggi
yaitu aktualisasi diri.
a. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang sangat primer dan mutlak harus
dipenuhi untuk memelihara homeostatis biologis dan kelangsungan
kehidupan bagi setiap manusia. Kebutuhan ini merupakan syarat dasar,
apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka dapat mempengaruhi kebutuhan
yang lain
b. Kebutuhan keselamatan dan keamanan
13
Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan adalah kebutuhan untuk
melindungi diri dari berbagai yang mengancam, baik terhadap fisik maupun
psikososial. Ancaman terhadap keselamatan dan keamanan seseorang dapat
dikategorikan keadaan ancaman mekanik, kimia, termal dan bakteri.
c. Kebutuhan mencintai dan dicintai
Kebutuhan cinta adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan emosi
seseorang. Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan di mana seseorang
berkeinginan untuk menjalin hubungan yang bermakna secara efektif atau
hubungan emosional dengan orang lain. Dorongan ini akan menekan
seseorang sedemikian rupa, sehingga ia akan berupaya semaksimal mungkin
untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan akan cinta kasih dan perasaan
memiliki
d. Kebutuhan harga diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang personal yang diperolrh engan
menganalisis seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan deal diri
(Stuart dan Sundeen 1998). Menurut hierarki kebutuhan manusia seseorang
dapat mencapai kebutuhan harag diri bila kebutuhan terhadap mencintai dan
dicintai lebih terpenuhi. Terpenuhinya kebutuhan harga diri seseorang
tampak dari sikap penghargaan dirinya terhadap dirinya sendiri, dimana
merujuk pada penghormatan diri dan pengakuan diri
e. Aktualisasi diri
Kebutuhan aktualiasasis diri adalah tingkatan kebutuhan yang paling tinggi
menurut Maslow dan Kalish. Oleh karena itu mencapai kebutuhan
aktualisasi diri ini banyak hambatan yang harus dilalui. Ada 2 hambatan
yaitu :
1) Hambatan internal
Hambatan internal adalah hambatan yang datang dari dalam diri
sesesorang sendiri, seperti ketidaktahuan akan potensi diri serta
perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri, sehingga
otensinya terus terpendam
2) Hambatan eksternal
Hambatan eksternal adalah hambatan yang datang dari luar diri
seseorang, seperti budaya masyarakat tidak sepenuhnya menunjang
upaya aktualiasasi diri warganya.

14
REFERENSI

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta : Salemba Medika
Haryanto. 2008. Konsep Dasar Keperawatan dengan Pemetaan Konsep. Jakarta: Salemba
Medika
Roy S. C-Ardrews H.A. The Roy Adaptation Model: The Definitive Statement, California:
Appleton& Large. 1991

15

Anda mungkin juga menyukai