Anda di halaman 1dari 13

Mengevaluasi Tindakan Keperawatan

Program Studi : Program Sarjana Terapan dan Program Profesi


Ners
Mata Kuliah : Metodologi Keperawatan
Kelas : 1 RKI
Dosen Pembimbing : Dr. Pramita Iriana, S.Kp, M.Biomed
Penanggung Jawab : Syafdewiyani, S.Kp., M.Kep

Nama Anggota Kelompok:

1. Angela Augustina Putri Sulistyo ( P3.73.20.2.22.086 )


2. Audrey Zhalfa Krismardianto ( P3.73.20.2.22.089 )
3. Evi Inayah ( P3.73.20.2.22.094 )
4. Jessica Astuti Pereira ( P3.73.20.2.22.098 )
5. Rini Puspitasari ( P3.73.20.2.22.111 )
6. Vannia Angeline ( P3.73.20.2.22.117 )

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN DAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat membuat makalah yang berjudul “ Mengevaluasi
Tindakan Keperawatan ” dengan tepat waktu.

Dalam proses penyusunan tugas ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Pramita Iriana, S.Kp, M.Biomed sebagai
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan dan arahan kepada kami
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran semua pihak untuk makalah ini. Mudah-
mudahan bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada kami mendapatkan balasan dari
Tuhan. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca
lain pada umumnya.

Bekasi, 04 Maret 2023

Tim Penyusun
Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..........2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….............3
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….............3
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………............3
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………..........3
BAB II ISI…………………………………………………………………………….............4
2.1 Mengevaluasi Tindakan Keperawatan……………………………………………….........4
2.1.1 Pengertian Evaluasi Keperawatan ………………………………………...................5
2.1.2 Tujuan Evaluasi Keperawatan………………………………………………..............5
2.1.3 Klasifikasi Evaluasi Keperawatan …………………………………….......................6
2.1.4 Komponen Evaluasi Keperawatan ……………………………...............................7-8
2.1.5 Proses Evaluasi dan Menentukan Keputusan Dalam Evaluasi Keperawatan….....9-11
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………............12
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….........12
3.2 Saran ………………………………………………………………………………..........12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….........13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu Keperawatan didasarkan pada suatu teori yang sangat luas. Proses
keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal
ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan problem-solving yang memerlukan ilmu, teknik, dan
keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien/ keluarga.
Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sekuensial dan berhubungan. Antara lain
yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tahap tersebut
berintegrasi dalam mendefinisikan 2 suatu tindakan perawatan. Salah satunya adalah
implementasi atau pelaksanaan.
Proses keperawatan menyediakan struktur bagian praktis dengan
penggunaan
pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan oleh perawat untuk mengekspresikan
kebutuhan perawatan ( human caring ). Keperawatan digunakan secara terus-menerus
ketika merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan dengan mempertimbangkan pasien
sebagai figur sentral dalam merencanakan asuhan dengan mengobservasi respon
pasien terhadap setiap tindakan sebagai penatalaksanaan dalam suatu asuhan
keperawatan.
Pada saat implementasi perawat harus melaksanakan hasil dari rencana
keperawatan yang dilihat dari diagnosa keperawatan. Di mana perawat membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan.
Sehingga, dengan proses keperawatan, rasa tanggung jawab dan tanggung gugat
bagi perawat itu dapat dimiliki dan dapat digunakan dalam tindakan-tindakan yang merugikan
atau menghindari tindakan yang legal. Semua tatanan perawatan kesehatan secara hukum perlu
mencatat observasi keperawatan, perawatan yang diberikan, dan respons.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengevaluasi tindakan keperawatan?

1.3 Tujuan
1.Menguraikan pengertian evaluasi keperawatan
2. Menguraikan jenis evaluasi keperawatan
3. Menguraikan klasifikasi evaluasi keperawatan
4. Menguraikan komponen evaluasi keperawatan
5. Menetapan keputusan dalam evaluasi keperawatan

4
BAB II
ISI
2.1 Mengevaluasi Tindakan Keperawatan

2.1.1 Pengertian Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi dapat
dilakukan pada setiap tahap dari proses keperawatan. Evaluasi mengacu kepada penilaian,
tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses
keperawatan dapat berhasil atau gagal (Alfaro-LeFevre, 1994).
Pada tahap evaluasi, perawat dapat menemukan reaksi klien terhadap
intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apakah sasaran dari rencana
keperawatan telah dapat diterima. Perencanaan merupakan dasar yang mendukung proses
evaluasi. Selain itu juga dapat menetapkan kembali informasi baru yang ditunjukkan oleh klien
untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan, atau intervensi keperawatan.
Namun, Anda harus tetap ingat bahwa menentukan target dari hasil yang ingin dicapai adalah
keputusan bersama antara perawat dan klien (Yura dan Walsh, 1988).
Evaluasi berfokus pada klien, baik itu individu ataupun kelompok. Proses
evaluasi memerlukan beberapa keterampilan, antara lain; kemampuan menetapkan rencana
asuhan keperawatan pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respons klien yang
normal terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan tentang konsep keperawatan.
Evaluasi penting dilakukan untuk menilai status kesehatan klien setelah
tindakan keperawatan. Selain itu juga untuk menilai pencapaian tujuan, baik tujuan jangka
panjang maupun pendek, dan mendapatkan informasi yang tepat dan jelas untuk meneruskan,
memodifikasi, atau menghentikan asuhan keperawatan yang diberikan.
Evaluasi hanya bisa dilakukan apabila tujuan dapat diukur. Pada beberapa kasus, tujuan tidak
dapat dicapai karena kondisi klien. Oleh karena itu, perawat bersama-sama dengan klien
kembali menyusun tujuan yang diharapkan dapat diukur. Meskipun faktor-faktor ini
diidentifikasi pada tahap pengkajian, tetapi faktor ini harus dinilai lagi pada tahap evaluasi
terutama saat persiapan/perencanaan klien pulang.

2.1.2 Tujuan Evaluasi Keperawatan

Tujuan evaluasi keperawatan adalah untuk mengukur keberhasilan dari rencana


dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang
telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur
hasil dari proses keperawatan. Penilaian keberhasilan adalah tahap yang menentukan apakah
tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan, apabila dalam penilaian ternyata
tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari penyebabnya. Hal tersebut dapat terjadi karena
beberapa faktor seperti tujuan tidak realistis, tindakan keperawatan yang tidak tepat dan
terdapat faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi. Alasan pentingnya penilaian yaitu
menghentikan tindakan atau kegiatan yang tidak berguna, untuk menambah ketepatgunaan

5
tindakan keperawatan, sebagai bukti hasil dari tindakan perawatan dan untuk pengembangan
dan penyempurnaan praktik keperawatan.

2.1.3 Klasifikasi Evaluasi Keperawatan

Jenis- jenis Evaluasi dalam asuhan keperawatan antara lain :


1. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah
perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas
intervensi tersebut. Evaluasi proses harus terus menerus dilaksanakan hingga tujuan
yang telah ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi proses terdiri
atas analisis rencana asuhan keperawatan, pertemuan kelompok, wawancara, observasi
klien, dan menggunakan form evaluasi. Ditulis pada catatan perawatan. Contoh:
membantu pasien duduk semi fowler, pasien dapat duduk selama 30 menit tanpa
pusing.
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera
setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifitasan
terhadap tindakan. Evaluasi formatif terus menerus dilaksanakan sampai tujuan yang
telah ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi formatif terdiri
dari analisa rencana tindakan keperawatan, open-chart audit, pertemuan kelompok,
interview dan observasi dengan klien, dan menggunakan form evaluasi. Sistem
penulisan pada tahap evaluasi ini bisa menggunakan sistem "SOAP" atau model
dokumentasi lainnya.
Pada tahap pengkajian, perawat mengevaluasi tentang kelengkapan dan akurasi data
dan membandingkan data tersebut dengan observasi sebelumnya mengenai klien.
Secara bersama-sama klien dan perawat memvalidasi terhadap diagnosa keperawatan.
Lingkup evaluasi pada tahap pengkajian meliputi penetuan prioritas terhadap diagnosa
keperawatan yang telah diidentifikasi dan mengevaluasi tujuan dan intervensi
keperawatan terhadap kemungkinan yang tidak bermanfaat. Sedangkan evaluasi pada
implementasi mencakup mengkaji respon dari tindakan yang diberikan.

2. Evaluasi Sumatif (hasil)


Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai
waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan. Fokus evaluasi hasil (sumatif)
adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir asuhan
keperawatan.Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara
paripurna. Hasil dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah :
• Tujuan tercapai atau masalah teratasi: jika klien menunjukkan perubahan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
• Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian: jika klien
menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah
ditetapkan.

6
• Tujuan tidak tercapai atau masalah tidak teratasi: jika klien tidak menunjukkan
perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
Fokus evalusi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir
tindakan perawatan klien. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan
keperawatan secara paripurna. Sumatif evaluasi adalah obyektif, fleksibel, dan efisien.
Adapun metode pelaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari closed-chart audit, interview
akhir pelayanan, pertemuan akhir pelayanan, dan pertanyaan kepada klien dan
keluarga. Meskipun informasi pada tahap ini tidak secara langsung berpengaruh
terhadap klien yang dievaluasi, sumatif evaluasi bisa menjadi suatu metode memonitor
kualitas dan efisiensi tindakan yang telah diberikan.

Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP atau SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
• S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan.
• O (Objective) : adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
• A (Analisis) : adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan
tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi
sebagian, atau tidak teratasi.
• P (Planning) : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan
hasil analisa.

Contoh:
S : pasien mengeluh rasa nyeri sekitar luka ketika dipalpasi
O :pada balutan luka terlihat warna jambu dan tidak berbau
A : luka memperlihatkan tanda awal dari penyembuhan
P : teruskan perawatan luka.

Pada prinsipnya SOAP digunakan untuk pengkajian awal pasien. Sedangkan SOAPIER,
SOAP-nya sama dengan di atas dan IER yaitu:

Subjective: Pernyataan atau keluhan dari pasien


Objective : Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga.
Analisys: Kesimpulan dari objektif dan subjektif
Planning yaitu Rencana tindakan yang akan dilakuakan berdasarkan analisis
Implementation adalah Bagaimana dilakukan
Evaluation: Respon pasen terhadap tindakan keperawatan
Revised: Apakah rencana keperawatan akan dirubah

Contoh:

7
S : Pasien mengeluh nyeri sekitar luka ketika dipalpasi
O : Pada balutan luka terlihat ada nanah dan berbau
A : Terjadi infeksi pada luka
P : Teruskan perawatan luka
I : Basahi luka dengan NaCl 0,9% sesuai instruksi
E : Luka masih bernanah
R : Ganti balutan menjadi 2 kali/hari

2.2.4 Komponen Evaluasi Keperawatan

Komponen evaluasi adalah bagian dari keseluruhan dari tahap evaluasi. Menurut (Pinnell dan
Meneses, 1986), komponen evaluasi terdiri dari lima, yaitu :

(1) Menentukan kriteria, standar praktik, dan pertanyaan evaluatif.

Kriteria digunakan untuk mengumpulkan data yang berasal dan penentu atas benarnya
data yang telah terkumpul, dimana semuanya ditulis sebagai kriteria hasil atau hasil
akhir dari asuhan keperawatan. Standar praktik digunakan untuk evaluasi praktik
keperawatan berdasarkan penelitian, konsep teori, dan dapat diterima praktik
keperawatan saat ini yang dilakukan secara cermat, telah teruji, dan luas. Pertanyaan
evaluatif digunakan untuk menilai kualitas asuhan keperawatan dan menilai respon
klien terhadap intervensi.

(2) Mengumpulkan data mengenai status kesehatan klien yang baru terjadi.

Pada tahap ini harus mempertimbangkan beberapa pertanyaan. Pada tahap ini, yang
bertanggungjawab dalam menilai respon klien adalah perawat yang profesional yang
pertama kali melakukan asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian hingga menyusun
perencanaan. Namun, perawat lain juga dapat membantu pada proses evaluasi.

(3) Menganalisis dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.

Pada tahap ini, seorang perawat harus memiliki keterampilan dan kemampuan, baik
dalam berpikir kritis maupun dalam mengambil keputusan serta menyelesaikan segala
permasalahan yang terjadi. Hal ini bertujuan untuk dapat membandingkan data
evaluasi dengan kriteria serta standar dan menyesuaikannya dengan yang telah ada.
Pada tahap ini perawat dituntut untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang
mungkin dapat mempengaruhi efektivitas asuhan keperawatan.

(4) Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.

Pada tahap ini, seorang perawat harus membuat kesimpulan yang efektif dari semua
intervensi yang telah dilakukan. Pada tahap ini, seorang perawat juga harus teliti
dalam menyusun perencanaan, intervensi harus tepat dan sesuai, dan harus dapat
mengevaluasi respon klien setelah di intervensi. Yang perlu diingat disini adalah tidak

8
mungkin membuat suatu perencanaan 100% berhasil oleh karena itu memerlukan
suatu perbaikan dan perubahan-perubahan sebaliknya tidak mungkin perencanaan
yang sudah disusun 100% gagal. Untuk itu diperlukan kejelian dalam menyusun
perencanaan, intervensi yang tepat, dan menilai respon klien setelah diintervensi
seobjektif mungkin.

(5) Melaksanakan intervensi yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

Pada tahap ini, seorang perawat mengkaji ulang aspek-aspek khusus dan
menambahkan data yang bertujuan untuk akurasi asuhan keperawatan. Seorang
perawat harus melakukan intervensi berdasarkan hasil kesimpulan yang telah
diperbaiki dari perencanaan ulang.

2.2.5 Proses Evaluasi

A. Mengukur Pencapaian Tujuan Klien


1. MENGUKUR PENCAPAIAN TUJUAN KLIEN
Perawat menggunakan ketrampilan pengkajian untuk mendapatkan data yang akan
digunakan dalam evaluasi. Faktor yang dievaluasi mengenai status kesehatan klien,
yang terdiri dari beberapa komponen, meliputi: KAPP (Kognitif, Affektif, Psikomotor,
Perubahan fungsi dan tanda dan gejala yang spesifik).

1) Kognitif (Pengetahuan)
Tujuan mengidentifikasi pengetahuan yang spesifik yang diperlukan setelah
klien diajarkan tentang teknik-teknik tertentu. Lingkup evalusi pada kognitif
meliputi pengetahuan klien terhadap penyakitnya, mengontrol gejala-gejala-
nya, pengobatan, diet, aktifitas, persediaan alat-alat, resiko komplikasi, gejala
us dilaporkan, pencegahan, pengukuran, dan lain-lain. Evaluasi kognitif dapat
diperoleh melalui interview atau tes tertulis.
a. Interview
Cara yang terbaik untuk mengevaluasi pengetahuan klien adalah melalui
interview. Perawat menggunakan beberapa strategi untuk mengetahui
tingkat pengetahuan klien. Strategi tersebut mencakup:
• Recall Knowledge: menanyakan kepada klien untuk mengingat
beberapa fakta. Misalnya, "Marilah kita ulangi. Mengapa anda
disarankan untuk makan makanan yang mengandung potasium
sewaktu anda minum obat diuretik?"
• Komprehensif. Menanyakan kepada klien untuk menyatakan
informasi yang spesifik dengan kata-kata anda sendiri. Misalnya,
"Bagaimana anda tahu bahwa glukosa darah anda rendah?"
• Applikasi fakta: Mengajak klien pada situasi hipotesa dan
tanyakan tindakan yang tepat terhadap apa yang ditanyakan.
Misalnya," Jika anda sendirian, tiba-tiba bayi anda tidak
bernapas. Apa yang akan anda lakukan?

9
b. Kertas dan pensil
Perawat biasanya menggunakan kertas dan pensil untuk mengevaluasi
pengetahuan klien terhadap hal-hal yang telah diajarkan.
2) Affektif (status emosional)
Affektif klien cenderung ke penilaian yang subyektif dan sangat sukar
dievaluasi. Hasil penilaian emosi ditulis dalam bentuk perilaku yang akan
memberikan suatu indikasi terhadap status emosi klien. Hasil tersebut meliputi
menukar perasaan tentang sesuatu", cemas yang berkurang, ada kemauan
berkomunikasi dan seterusnya".
a. Observasi secara langsung. Perawat mengobservasi ekspresi wajah,
postur tubuh, dan nada suara serta isi pesan secara verbal pada waktu
melakukan wawancara.
b. Feedback dari staf kesehatan yang lain. Perawat dapat
mengkofirmasikan dengan tenaga kesehatan lainnya untuk memvalidasi
hasil observasi tentang keadaan klien. Ada banyak keuntungan dalam
tukar menukar informasi tersebut:komunikasi secara informal, rapat
tentang keadaan klien, dan laporan pergantian jam dinas.
3) Psikomotor
Psikomotor biasanya lebih mudah untuk dievaluasi dibandingkan yang lain-
nya jika perilaku yang dapat diobservasi sudah diidentifikasikan pada tujuan
(kriteria hasil). Hal ini biasanya bisa dilakukan melalui observasi secara lang-
sung. Dengan melihat apa yang telah dilakukan klien sesuai dengan yang diha-
rapkan adalah suatu cara yang terbaik untuk mengevaluasi psikomotor klien.
Contoh : setelah akhir pelajaran tentang cara injeksi insulin, maka klien dapat
melakukan injeksi insulin dengan cara yang benar. Untuk mengevaluasi hasil
tersebut, maka perawat memberikan spuit dan insulin dan mengobservasi apa-
kah klien: (1) Memegang alat dan bahan tersebut dengan cara yang benar dan
jarumnya tidak terkontaminasi; (2) Memilih tempat penyuntikan dan menyiap-
kan lokasinya; (3) Memasukan jarum pada sudut 90 derajat; (4) Menginjeksi
insulin dengan benar; dan (5) Mencabut jarum serta melakukan masase pada
tempat bekas tusukan.
4) Perubahan fungsi tubuh dan gejala
Evaluasi pada komponen perubahan fungsi tubuh mencakup beberapa aspek
status kesehatan klien yang bisa diobservasi. Untuk mengevaluasi perubahan
fungsi tubuh maka perawat memfokuskan pada bagaimana fungsi kesehatan
klien berubah setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Evaluasi pada gejala yang spesifik digunakan untuk menentukan penurunan
atau peningkatan gejala yang mempengaruhi status kesehatan klien. Evaluasi
tersebut bisa dilakukan dengan cara observasi secara langsung, interview dan
pemeriksaan fisik. Contoh (observasi secara langsung)" tidak ada tanda gejala
adanya wheezing dalam waktu 48 jam. Untuk mengevaluasi hasilnya maka
perawat mendengarkan suara napas pada bagian anterior atau posterior dada".

10
B. Penentuan Keputusan

Setelah data terkumpul tentang status keadaan klien, maka perawat


membandingkan data dengan outcomes. Tahap berikutnya adalah membuat keputusam
tentang pencapaian klien terhadap outcomes. Ada 3 kemungkinan keputusan pada tahap
ini:

• Klien telah mencapai hasil yang telah ditentukan dalam tujuan. Kondisi ini
dicapai apabila semua data yang telah ditentukan dalam kriteria hasil sudah
terpenuhi.
• Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan. Kondisi ini dicapai
apabila sebagian saja dari kriteria hasil yang ditentukan terpenuhi.
• Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan. Kondisi ini ditentukan
apabila hanya sebagian kecil atau tidak ada sama sekali dari kriteria hasil yang
dapat dipenuhi. Dapat juga terjadi kondisi klien semakin buruk sehingga timbul
masalah yang baru.
➢ Mengkaji ulang masalah atau respon bahwa secara akurat telah
diidentifikasi.
➢ Membuat outcomes yang baru. Mungkin outcomes pertama tidak
realistic dalam hal: "sarana", perawat, dan waktu. Kemungkinan yang
lain adalah klien tidak menghendaki terhadap tujuan yang disusun oleh
perawat.
➢ Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal ketepatan mencapai
tujuan sebelumnya.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi dapat dilakukan
pada setiap tahap dari proses keperawatan. Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan
perbaikan. Tahapan evaluasi dititik beratkan pada tujuan dari evaluasi itu sendiri yaitu
menjamin asuhan keperawatan secara optimal dan meningkatkan asuhan keperawatan, evaluasi
hanya menunjukkan masalah mana yang telah dipecahkan dan mana yang perlu dikaji ulang,
direncanakan kembali, dilasanakan dan dievaluasi kembali, jadi proses keperawatan
merupakan siklus yang dinamis berkelanjutan.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, kami berharap semua perawat dapat menerapkan konsep
evaluasi keperawatan dengan sebaik-baiknya dalam melakukan proses keperawatan, sehingga
proses keperawatan yang dilakukan oleh perawat tersebut memperoleh keberhasilan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Nasrul.(1995). Pengantar Proses Keperawatan. Buku Kedokteran EGC.

Rahayu, CD, & Mulyani, S. (2020). Pengambilan keputusan klinis keperawatan. Jurnal ilmiah
kesehatan , 10 (1), 1-11.

Purwanto, E. (2011). Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta : Salemba Medika

Nurhaliza, S. (2019). Komponen Evaluasi Dalam Proses Keperawatan.

Pakpahan, G. A. (2019). PENTINGNYA MENGETAHUI EVALUASI DALAM ASUHAN


KEPERAWATAN.

Septy, K.https://www.academia.edu/34700067/Makalah_Evaluasi_Keperawatan diakses pada


tanggal 4 Maret 2023

Safitri, R, S. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN SEBAGAI WUJUD DARI


PERENCANAAN KEPERAWATAN GUNA MENINGKATKAN STATUS KESEHATAN
KLIEN. diakses pada tanggal 6 Maret 2023

Sitanggang, R. (2020) "TUJUAN EVALUASI DALAM KEPERAWATAN." .Diakses


pada Maret 07, 2023, dari:
https://osf.io/pfx9n/download/?format=pdf#:~:text=Evaluasi%20keperawatan%20mungukur
%20keberhasilan%20dari,kemampuan%20klien%20dalam%20mecapai%20tujuan.

Adinda, D. (2020) "KOMPONEN DAN JENIS-JENIS EVALUASI DALAM ASUHAN


KEPERAWATAN." Di petik Maret 07, 2023, dari:
https://www.scribd.com/document/456215020/KOMPONEN-DAN-JENIS-JENIS-
EVALUASI-DALAM-ASUHAN-KEPERAWATAN

Nursalam. (2001). Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep & Praktik. Jakarta: Salemba
Medika.

13

Anda mungkin juga menyukai