Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat membuat makalah yang berjudul “ Mengevaluasi
Tindakan Keperawatan ” dengan tepat waktu.
Dalam proses penyusunan tugas ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Pramita Iriana, S.Kp, M.Biomed sebagai
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan dan arahan kepada kami
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran semua pihak untuk makalah ini. Mudah-
mudahan bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada kami mendapatkan balasan dari
Tuhan. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca
lain pada umumnya.
Tim Penyusun
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..........2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….............3
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….............3
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………............3
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………..........3
BAB II ISI…………………………………………………………………………….............4
2.1 Mengevaluasi Tindakan Keperawatan……………………………………………….........4
2.1.1 Pengertian Evaluasi Keperawatan ………………………………………...................5
2.1.2 Tujuan Evaluasi Keperawatan………………………………………………..............5
2.1.3 Klasifikasi Evaluasi Keperawatan …………………………………….......................6
2.1.4 Komponen Evaluasi Keperawatan ……………………………...............................7-8
2.1.5 Proses Evaluasi dan Menentukan Keputusan Dalam Evaluasi Keperawatan….....9-11
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………............12
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….........12
3.2 Saran ………………………………………………………………………………..........12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….........13
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.Menguraikan pengertian evaluasi keperawatan
2. Menguraikan jenis evaluasi keperawatan
3. Menguraikan klasifikasi evaluasi keperawatan
4. Menguraikan komponen evaluasi keperawatan
5. Menetapan keputusan dalam evaluasi keperawatan
4
BAB II
ISI
2.1 Mengevaluasi Tindakan Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi dapat
dilakukan pada setiap tahap dari proses keperawatan. Evaluasi mengacu kepada penilaian,
tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses
keperawatan dapat berhasil atau gagal (Alfaro-LeFevre, 1994).
Pada tahap evaluasi, perawat dapat menemukan reaksi klien terhadap
intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apakah sasaran dari rencana
keperawatan telah dapat diterima. Perencanaan merupakan dasar yang mendukung proses
evaluasi. Selain itu juga dapat menetapkan kembali informasi baru yang ditunjukkan oleh klien
untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan, atau intervensi keperawatan.
Namun, Anda harus tetap ingat bahwa menentukan target dari hasil yang ingin dicapai adalah
keputusan bersama antara perawat dan klien (Yura dan Walsh, 1988).
Evaluasi berfokus pada klien, baik itu individu ataupun kelompok. Proses
evaluasi memerlukan beberapa keterampilan, antara lain; kemampuan menetapkan rencana
asuhan keperawatan pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respons klien yang
normal terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan tentang konsep keperawatan.
Evaluasi penting dilakukan untuk menilai status kesehatan klien setelah
tindakan keperawatan. Selain itu juga untuk menilai pencapaian tujuan, baik tujuan jangka
panjang maupun pendek, dan mendapatkan informasi yang tepat dan jelas untuk meneruskan,
memodifikasi, atau menghentikan asuhan keperawatan yang diberikan.
Evaluasi hanya bisa dilakukan apabila tujuan dapat diukur. Pada beberapa kasus, tujuan tidak
dapat dicapai karena kondisi klien. Oleh karena itu, perawat bersama-sama dengan klien
kembali menyusun tujuan yang diharapkan dapat diukur. Meskipun faktor-faktor ini
diidentifikasi pada tahap pengkajian, tetapi faktor ini harus dinilai lagi pada tahap evaluasi
terutama saat persiapan/perencanaan klien pulang.
5
tindakan keperawatan, sebagai bukti hasil dari tindakan perawatan dan untuk pengembangan
dan penyempurnaan praktik keperawatan.
6
• Tujuan tidak tercapai atau masalah tidak teratasi: jika klien tidak menunjukkan
perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
Fokus evalusi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir
tindakan perawatan klien. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan
keperawatan secara paripurna. Sumatif evaluasi adalah obyektif, fleksibel, dan efisien.
Adapun metode pelaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari closed-chart audit, interview
akhir pelayanan, pertemuan akhir pelayanan, dan pertanyaan kepada klien dan
keluarga. Meskipun informasi pada tahap ini tidak secara langsung berpengaruh
terhadap klien yang dievaluasi, sumatif evaluasi bisa menjadi suatu metode memonitor
kualitas dan efisiensi tindakan yang telah diberikan.
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP atau SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
• S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan.
• O (Objective) : adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
• A (Analisis) : adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan
tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi
sebagian, atau tidak teratasi.
• P (Planning) : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan
hasil analisa.
Contoh:
S : pasien mengeluh rasa nyeri sekitar luka ketika dipalpasi
O :pada balutan luka terlihat warna jambu dan tidak berbau
A : luka memperlihatkan tanda awal dari penyembuhan
P : teruskan perawatan luka.
Pada prinsipnya SOAP digunakan untuk pengkajian awal pasien. Sedangkan SOAPIER,
SOAP-nya sama dengan di atas dan IER yaitu:
Contoh:
7
S : Pasien mengeluh nyeri sekitar luka ketika dipalpasi
O : Pada balutan luka terlihat ada nanah dan berbau
A : Terjadi infeksi pada luka
P : Teruskan perawatan luka
I : Basahi luka dengan NaCl 0,9% sesuai instruksi
E : Luka masih bernanah
R : Ganti balutan menjadi 2 kali/hari
Komponen evaluasi adalah bagian dari keseluruhan dari tahap evaluasi. Menurut (Pinnell dan
Meneses, 1986), komponen evaluasi terdiri dari lima, yaitu :
Kriteria digunakan untuk mengumpulkan data yang berasal dan penentu atas benarnya
data yang telah terkumpul, dimana semuanya ditulis sebagai kriteria hasil atau hasil
akhir dari asuhan keperawatan. Standar praktik digunakan untuk evaluasi praktik
keperawatan berdasarkan penelitian, konsep teori, dan dapat diterima praktik
keperawatan saat ini yang dilakukan secara cermat, telah teruji, dan luas. Pertanyaan
evaluatif digunakan untuk menilai kualitas asuhan keperawatan dan menilai respon
klien terhadap intervensi.
(2) Mengumpulkan data mengenai status kesehatan klien yang baru terjadi.
Pada tahap ini harus mempertimbangkan beberapa pertanyaan. Pada tahap ini, yang
bertanggungjawab dalam menilai respon klien adalah perawat yang profesional yang
pertama kali melakukan asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian hingga menyusun
perencanaan. Namun, perawat lain juga dapat membantu pada proses evaluasi.
Pada tahap ini, seorang perawat harus memiliki keterampilan dan kemampuan, baik
dalam berpikir kritis maupun dalam mengambil keputusan serta menyelesaikan segala
permasalahan yang terjadi. Hal ini bertujuan untuk dapat membandingkan data
evaluasi dengan kriteria serta standar dan menyesuaikannya dengan yang telah ada.
Pada tahap ini perawat dituntut untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang
mungkin dapat mempengaruhi efektivitas asuhan keperawatan.
Pada tahap ini, seorang perawat harus membuat kesimpulan yang efektif dari semua
intervensi yang telah dilakukan. Pada tahap ini, seorang perawat juga harus teliti
dalam menyusun perencanaan, intervensi harus tepat dan sesuai, dan harus dapat
mengevaluasi respon klien setelah di intervensi. Yang perlu diingat disini adalah tidak
8
mungkin membuat suatu perencanaan 100% berhasil oleh karena itu memerlukan
suatu perbaikan dan perubahan-perubahan sebaliknya tidak mungkin perencanaan
yang sudah disusun 100% gagal. Untuk itu diperlukan kejelian dalam menyusun
perencanaan, intervensi yang tepat, dan menilai respon klien setelah diintervensi
seobjektif mungkin.
Pada tahap ini, seorang perawat mengkaji ulang aspek-aspek khusus dan
menambahkan data yang bertujuan untuk akurasi asuhan keperawatan. Seorang
perawat harus melakukan intervensi berdasarkan hasil kesimpulan yang telah
diperbaiki dari perencanaan ulang.
1) Kognitif (Pengetahuan)
Tujuan mengidentifikasi pengetahuan yang spesifik yang diperlukan setelah
klien diajarkan tentang teknik-teknik tertentu. Lingkup evalusi pada kognitif
meliputi pengetahuan klien terhadap penyakitnya, mengontrol gejala-gejala-
nya, pengobatan, diet, aktifitas, persediaan alat-alat, resiko komplikasi, gejala
us dilaporkan, pencegahan, pengukuran, dan lain-lain. Evaluasi kognitif dapat
diperoleh melalui interview atau tes tertulis.
a. Interview
Cara yang terbaik untuk mengevaluasi pengetahuan klien adalah melalui
interview. Perawat menggunakan beberapa strategi untuk mengetahui
tingkat pengetahuan klien. Strategi tersebut mencakup:
• Recall Knowledge: menanyakan kepada klien untuk mengingat
beberapa fakta. Misalnya, "Marilah kita ulangi. Mengapa anda
disarankan untuk makan makanan yang mengandung potasium
sewaktu anda minum obat diuretik?"
• Komprehensif. Menanyakan kepada klien untuk menyatakan
informasi yang spesifik dengan kata-kata anda sendiri. Misalnya,
"Bagaimana anda tahu bahwa glukosa darah anda rendah?"
• Applikasi fakta: Mengajak klien pada situasi hipotesa dan
tanyakan tindakan yang tepat terhadap apa yang ditanyakan.
Misalnya," Jika anda sendirian, tiba-tiba bayi anda tidak
bernapas. Apa yang akan anda lakukan?
9
b. Kertas dan pensil
Perawat biasanya menggunakan kertas dan pensil untuk mengevaluasi
pengetahuan klien terhadap hal-hal yang telah diajarkan.
2) Affektif (status emosional)
Affektif klien cenderung ke penilaian yang subyektif dan sangat sukar
dievaluasi. Hasil penilaian emosi ditulis dalam bentuk perilaku yang akan
memberikan suatu indikasi terhadap status emosi klien. Hasil tersebut meliputi
menukar perasaan tentang sesuatu", cemas yang berkurang, ada kemauan
berkomunikasi dan seterusnya".
a. Observasi secara langsung. Perawat mengobservasi ekspresi wajah,
postur tubuh, dan nada suara serta isi pesan secara verbal pada waktu
melakukan wawancara.
b. Feedback dari staf kesehatan yang lain. Perawat dapat
mengkofirmasikan dengan tenaga kesehatan lainnya untuk memvalidasi
hasil observasi tentang keadaan klien. Ada banyak keuntungan dalam
tukar menukar informasi tersebut:komunikasi secara informal, rapat
tentang keadaan klien, dan laporan pergantian jam dinas.
3) Psikomotor
Psikomotor biasanya lebih mudah untuk dievaluasi dibandingkan yang lain-
nya jika perilaku yang dapat diobservasi sudah diidentifikasikan pada tujuan
(kriteria hasil). Hal ini biasanya bisa dilakukan melalui observasi secara lang-
sung. Dengan melihat apa yang telah dilakukan klien sesuai dengan yang diha-
rapkan adalah suatu cara yang terbaik untuk mengevaluasi psikomotor klien.
Contoh : setelah akhir pelajaran tentang cara injeksi insulin, maka klien dapat
melakukan injeksi insulin dengan cara yang benar. Untuk mengevaluasi hasil
tersebut, maka perawat memberikan spuit dan insulin dan mengobservasi apa-
kah klien: (1) Memegang alat dan bahan tersebut dengan cara yang benar dan
jarumnya tidak terkontaminasi; (2) Memilih tempat penyuntikan dan menyiap-
kan lokasinya; (3) Memasukan jarum pada sudut 90 derajat; (4) Menginjeksi
insulin dengan benar; dan (5) Mencabut jarum serta melakukan masase pada
tempat bekas tusukan.
4) Perubahan fungsi tubuh dan gejala
Evaluasi pada komponen perubahan fungsi tubuh mencakup beberapa aspek
status kesehatan klien yang bisa diobservasi. Untuk mengevaluasi perubahan
fungsi tubuh maka perawat memfokuskan pada bagaimana fungsi kesehatan
klien berubah setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Evaluasi pada gejala yang spesifik digunakan untuk menentukan penurunan
atau peningkatan gejala yang mempengaruhi status kesehatan klien. Evaluasi
tersebut bisa dilakukan dengan cara observasi secara langsung, interview dan
pemeriksaan fisik. Contoh (observasi secara langsung)" tidak ada tanda gejala
adanya wheezing dalam waktu 48 jam. Untuk mengevaluasi hasilnya maka
perawat mendengarkan suara napas pada bagian anterior atau posterior dada".
10
B. Penentuan Keputusan
• Klien telah mencapai hasil yang telah ditentukan dalam tujuan. Kondisi ini
dicapai apabila semua data yang telah ditentukan dalam kriteria hasil sudah
terpenuhi.
• Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan. Kondisi ini dicapai
apabila sebagian saja dari kriteria hasil yang ditentukan terpenuhi.
• Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan. Kondisi ini ditentukan
apabila hanya sebagian kecil atau tidak ada sama sekali dari kriteria hasil yang
dapat dipenuhi. Dapat juga terjadi kondisi klien semakin buruk sehingga timbul
masalah yang baru.
➢ Mengkaji ulang masalah atau respon bahwa secara akurat telah
diidentifikasi.
➢ Membuat outcomes yang baru. Mungkin outcomes pertama tidak
realistic dalam hal: "sarana", perawat, dan waktu. Kemungkinan yang
lain adalah klien tidak menghendaki terhadap tujuan yang disusun oleh
perawat.
➢ Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal ketepatan mencapai
tujuan sebelumnya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi dapat dilakukan
pada setiap tahap dari proses keperawatan. Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan
perbaikan. Tahapan evaluasi dititik beratkan pada tujuan dari evaluasi itu sendiri yaitu
menjamin asuhan keperawatan secara optimal dan meningkatkan asuhan keperawatan, evaluasi
hanya menunjukkan masalah mana yang telah dipecahkan dan mana yang perlu dikaji ulang,
direncanakan kembali, dilasanakan dan dievaluasi kembali, jadi proses keperawatan
merupakan siklus yang dinamis berkelanjutan.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, kami berharap semua perawat dapat menerapkan konsep
evaluasi keperawatan dengan sebaik-baiknya dalam melakukan proses keperawatan, sehingga
proses keperawatan yang dilakukan oleh perawat tersebut memperoleh keberhasilan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, CD, & Mulyani, S. (2020). Pengambilan keputusan klinis keperawatan. Jurnal ilmiah
kesehatan , 10 (1), 1-11.
Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. (2001). Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep & Praktik. Jakarta: Salemba
Medika.
13