Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH GERONTIK

TENTANG EVALUASI KEPERAWATAN LANSIA


(Dosen Pengampu: Teguh Wahyudi, MN)

DISUSUN OLEH:
NAMA : DELLA AYU SASMITA
NIM : P1337420417038
TINGKAT : 3B

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


DIII KEPERAWATAN BLORA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tepat waktu Makalah Gerontik tentang Evaluasi
Keperawatan Lansia.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Terima kasih.

Blora, 27 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...............................................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................
C. Tujuan penulisan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Apa pengertian evaluasi...............................................................................................
B. Bagaimana fungsi evaluasi..........................................................................................
C. Bagaimana kriteria evaluasi keperawatan lansia..........................................................
D. Bagaimana tehnik evaluasi keperawatan lansia..........................................................
E. Bagaimana komponenevaluasi keperawatan lansia.....................................................
F. Apajenis evaluasi keperawatan lansia.........................................................................
G. Bagaimana tahap evaluasi keperawatan lansia...........................................................
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.........................................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesejahteraan sosial bagi lanjut usia sudah diatur oleh pemerintah dalam
Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 tahun 2004 tentang Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia. Dalam PP tersebut dijelaskan bahwa
kesejahteraan sosial bagi lanjut usia meliputi tata kehidupan dan penghidupan
sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan,
dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga Negara
untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan
sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan
Pancasila.
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara
obyektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakn sebelumnya.Evaluasi
merupakan suatu proses untuk menjelaskan secara sistematis untuk mencapai
obyektif, efisien, dan efektif, serta untuk mengetahui dampak dari suatu kegiatan
dan juga membantu pengambilan keputusan untuk perbaikan satu atau beberapa
aspek program perencanaan yang akan datang. Evaluasi merupakan pengawasan
manajerial untuk mendapat hasil yang sesungguhnya dibandingkan dengan hasil
yang diharapkan.oleh karena itu evaluasi sangat di butuhkan setelah kita
melakukan pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan pelaksanaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian evaluasi ?
2. Bagaimana fungsi evaluasi ?
3. Bagaimana kriteria evaluasi keperawatan lansia ?
4. Bagaimana tehnik evaluasi keperawatan lansia?
5. Bagaimana komponenevaluasi keperawatan lansia?
6. Apajenis evaluasi keperawatan lansia?
7. Bagaimana tahap evaluasi keperawatan lansia ?
A. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahuipengertian evaluasi
2. Untuk mengetahuifungsi evaluasi
3. Untuk mengetahuikriteria evaluasi keperawatan lansia
4. Untuk mengetahui tehnik evaluasi keperawatan lansia
5. Untuk mengetahuikomponen evaluasi keperawatan lansia
6. Untuk mengetahuijenis evaluasi keperawatan lansia
7. Untuk mengetahui tahap evaluasi keperawatan lansia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi
Menurut Wilkinson (2007), secara umum evaluasi diartikan sebagai proses
yang disengaja dan sistematik dimana penilaian dibuat mengenai kualitas, nilai
atau kelayakan dari sesuai dengan membandingkan pada kriteria yang
diidentifikasi atau standar sebelumnya. Dalam proses keperawatan, evaluasi
adalah suatu aktivitas yang direncanakan, terus menerus, aktifitas yang disengaja
dimana klien, keluarga dan perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya
menentukan Wilkinson (2007):
1. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai
2. Kefektifan dari rencana asuhan keperawatan
Evaluasi dimulai dengan pengkajian dasar dan dilanjutkan selama setiap
kontak perawat dengan pasien.Frekuensi evaluasi tergantung dari frekuensi
kontak yang ditentukan oleh status klien atau kondisi yang dievaluasi.
Contohnya adalah pada saat pasien baru datang dari ruang bedah maka perawat
akan mengevaluasi setiap 15 menit. Hari berikutnya mungkin evaluasi akan
dilakukan setiap 4 jam dan seterusnya.
Menurut Wilkinson (2007) juga, evaluasi yang efektif tergantung pada
langkah yang sebelumnya dilakukan.Kegiatan evaluasi tumpang tindih dengan
kegiatan pengkajian. Tindakan untuk mengumpulkan data adalah sama tetapi
yang membedakan adalah kapan dikumpulkan dan bagaimana dilakukan. Pada
tahap pengkajian, perawat menggunakan data untuk membuat diagnosa
keperawatan sedangkan pada tahap evaluasi, data digunakan untuk mengkaji
efek dari asuhan keperawatan terhadap diagnosa keperawatan.
Meskipun evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan, evaluasi
bukan berarti akhir dari proses karena informasi digunakan untuk memulai
siklus yang baru. Setelah mengimplementasikan asuhan keperawatan,
perawatmembandingkan respon pasien terhadap outcome yang telah
direncanakan dan menggunakan informasi ini untuk me-review asuhan
keperawatan.
B. Fungsi Evaluasi
1. Menentukan perkembangan kesehatan klien.
2. Menilai efektifitas, efesiensi dan produktifitas.
3. Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki mutu.
5. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab.
C. Kriteria Evaluasi Keperawatan Lansia
1. Efektifitas: yang mengidentifikasi apakah pencapaian tujuan yang
diinginkan telah optimal.
2. Efisiensi: menyangkut apakah manfaat yang diinginkan benar-benar
berguna atau bernilai dari program publik sebagai fasilitas yang dapat
memadai secara efektif.
3. Responsivitas: yang menyangkut mengkaji apakah hasil kebijakan
memuaskan kebutuhan/keinginan, preferensi, atau nilai kelompok tertentu
terhadap pemanfaatan suatu sumber daya.
D. Tehnik Evaluasi Keperawatan Lansia
1. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang
berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut
dengan anamnesa.Wawancara berlangsung untu menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu
komunikasi yang direncanakan.
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan
antara perawat dengan klien.Selain itu wawancara juga bertujuan untuk
membantu klien memperoleh informasi danberpartisipasi dalam identifikasi
masalah dan tujuan keperawatan, serta membantu perawat untuk
menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap pengajian.Semua interaksi
perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi.
Komunikasi keperawatan adalah suatu proses yang kompleks dan
memerlukan kemampuan skill komunikasi dan interaksi. Komunikasi
keperawatan biasanya digunaan untuk memperoleh riwayat
keperawatan.Istilah komunikasi terapeutik adalah suatu teknik yang
berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk bertuar pikiran dan
perasaan.Teknik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non
verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.Teknik verbal meliputi
pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respon
klien. Teknik non verbal meliputi : mendengarkan secara aktif, diam,
sentuhan dan konta mata. Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal
yang penting dalam pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu hal
yang sulit dipelajari.
Tahapan wawancara / komunikasi :
a. Persiapan.
Sebelum melaukan komunikasi dengan klien, perawat harus
melakukan persiapan dengan membaca status klien. Perawat
diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk kepada klien,
karena akan mengganggu dalam membina hubungan saling
percaya dengan klien. Jika klien belum bersedia untuk
berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa atau memberi
kesempatan kepada klien kapan mereka sanggup. Pengaturan
posisi duduk dan teknik yang akan digunakan dalam wawancara
harus disusun sedemikian rupa guna memperlancar wawancara.
b. Pembukaan atau perkenalan
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah
dengan memperkenalkan diri : nama, status, tujuan wawancara,
waktuyang diperlukan dan faktor-faktor yang menjadi pokok
pembicaraan. Perawat perlu memberikan informasi kepada klien
mengenai data yang terkumpul dan akan disimpan dimana,
bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang boleh
mengetahuinya.
c. Isi / tahap kerja
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan
arah pembicaraan pada masalah khusus yang ingin diketahui.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1) Fokus wawancara adalah klien
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian. Jelaskan bila
perlu.
3) Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
4) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
5) Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada
waktunya
6) Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada
klien untuk mengungkapkan perasaannya
7) Sentuhan teraputik, bila diperlukan dan memungkinan.
d. Terminasi
Perawat mempersiapkan untu penutupan wawancara.Untuk itu
klien harus mengetahui kapan wawancara dan tujuan dari
wawancara pada awal perkenalan, sehingga diharapkan pada
akhir wawancara perawat dan klien mampu menilai keberhasilan
dan dapat mengambil kesimpulan bersama.Jika diperlukan,
perawat perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan
berikutnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
wawancara dengan klien adalah :
1) Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya
2) Memberikan kesempatan kepada klien untuk
menyampaikan keluhan-keluhannya / pendapatnya secara
bebas
3) Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa
aman dan nyaman bagi klien
4) Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian
5) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
6) Tidak bersifat menggurui
7) Memperhatikan pesan yang disampaikan
8) Mengurangi hambatan-hambatan
9) Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai,
cara duduk)
10) Menghindari adanya interupsi
11) Mendengarkan penuh dengan perasaan
12) Memberikan kesempatan istirahat kepada klien.
2. Pengamatan/observasi
Pengamatan adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indra
lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari observasi
adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui
kepekaan alat panca indra. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan observasi adalah :
a. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara
terinci kepada klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus
dilakukan), karena terkadang hal ini dapat meningkatkan kecemasan
klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi tidak
murni).
Misalnya : “Pak, saya akan menghitung nafas bapak dalam satu
menit”. Kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak valid,
karena kemungkinan klien akan berusaha untuk mengatur nafasnya.
b. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien
c. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca
dan dimengerti oleh perawat yang lain.
3. Studi Dokumentasi
E. Komponen Evaluasi Keperawatan Lansia
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 komponen (Pinnell dan Meneses,
1986, hlm. 229-230) :
1. Menentukan kriteria, standar praktik, dan pertanyaan evaluatif.
a. Kriteria
Kriteria digunakan sebagai pedoman observasi untuk pengumpuln data
dan sebagai penentuan kesahihan data yang terkumpul.Semua kriteria
yang digunakan pada tahap evaluasi ditulis sebagai kriteria
hasil.Kriteria hasil menandakan hsil akhir asuhan
keperawatan.Sedangkan standar keperawatan digunakan sebagai dasar
untuk evaluasi praktik keperawatan secara luas.Kriteria hasil
didefinisikan sebagai sandar untuk menjelaskan respons atau hasil dari
rencana asuhan keperawatan. Hasil tersebut akan menjelaskan
bagaimana keadaan klien setelah dilakukan observasi. Kriteria hasil
dinyatakan dalam istilah prilaku (behaviour) sebagaiman disebutkan
dalam bab terdahulu, supaya dapat diobservasi atau diukur dan
kemudian dijelaskan dalam istilah yang mudah dipahami. Idealnya,
setiap hasil dapat dimengerti oleh setiap orang yang terlibat dalam
evaluasi.
b. Standar Praktik
Standar asuhan keperawatan dapat digunakan untuk mengevaluasi
praktik keperawatan secara luas.Standar tersebut menyatakan hal yang
harus dilaksanakan dan dapat digunakan sebagai suatu model untuk
kualitas pelayanan.Standar harus berdasarkan hasil penelitian, konsep
teori, dan dapat diterima oleh praktik klinik keperawatan saat
ini.Standar harus secara cermat disusun dan diuji untuk menentukan
kesesuaian dalam penggunaannya.Contoh pemakaian standar dapat
dilihat pada Standar praktik Keperawatan yang disusun oleh ANA.
c. Pertanyaan Evaluatif
Untuk menentukan suatu kriteria dan standar, perlu digunakan
pertanyaan evaluative (evaluative questions) sebagai dasarmengevaluasi
kualitas asuhan keperawatan dan respons klien terhadap intervensi.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi :
1) Pengkajian : apakah dapat dilakukan pengkajian pada klien?
2) Diagnosis : apakah diagnosis disusun bersama dengan klien?
3) Perencanan : apakah tujuan telah diidentifikasi dalam
perencanaan?
4) Implementas : apakah klien mengetahui tentang intervensi yang
akan diberikan?
5) Evaluasi : apakah modifikasi asuhan keperawatan diperlukan?
2. Mengumpukan data mengenai status kesehatan klien yang baru terjadi. Pada
tahap ini kita perlu mempertimbangkan beberapa pertanyaan. Siapa yang
bertanggung jawab dalam pengumpulan data? Kapan data tersebut
diperoleh? Dan sarana apa yang akan digunakan untuk memperoleh data?
Perawat professional yang pertama kali mengkaji data klien dan menyusun
perencanaan adalah orang yang bertanggung jawab dalam mengevaluasi
respon klien terhadap intervensi yang diberikan. Perawat lain yang
membantu memberikan intervensi kepada klien harus berpartisipasi dalam
proses evaluasi. Validitas informasi meningkat jika lebih dari satu orang
yang ikut melakukan evaluasi.
3. Menganalisis dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
Perawat memerlukn ketrampilan dalam berfikir kritis, kemampuan
menyelesaikan masalah, dan kemampuan mengambil keputusan klinik.
Kemampuan ini diperlukan untuk menentukan kesesuaian dan pentingnya
suatu data dengan cara membandingkan data evaluasi dengan kriteria serta
standar dan menyesuaikan asuhan keperawatan yang diberikan dengan
kriteria dan standar yang sudah ada. Pada tahap ini perawat dituntut untuk
dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin dapat memengaruhi
efektifitas asuhan keperawatan.
4. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan. Pertama kali yang perlu
dilaksanakan oleh perawat pada tahap ini adalah menyimpulkan efektivitas
semua intervensi yang telah dilaksanakan. Kemudian menentkan
kesimpulan pada setiap diagnosis yang telah dilakukan intervensi. Yang
perlu diingat disini adalah tidak mungkin membuat suatu perencanaan 100%
berhasil oleh karena itu memerlukan suatu perbaikan dan perubhan-
perubahan, sebaliknya tidak mungkin perencanaan yang telah disusun 100%
gagal. Untuk itu diperlukan kejelian dalam menyusun perencanaan,
intervensi yang tepat, dan menilai respon klien setelah diintervensi
seobjektif mungkin.
5. Melaksanakan intervensi yang sesuai berdasarkan kesimpulan. Pada tahap
ini perawat melakukan intervensi berdasarkan hasil kesimpulan yang sudah
diperbaiki dari perencanaan ulang, tujuan, kriteria hasil, dan rencana asuhan
keperawatan. Meskipun pengajian dilaksanakan secara rutin dan
berkesinambungan, aspek-aspek khusus perlu dikaji ulang dan penambahan
data untuk akurasi suatu asuhan keperawatan.
F. Jenis Evaluasi Keperawatan Lansia
1. Evaluasi formatif (proses)
Fokus pada evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan hasil kualitas peayanan asuhan keperawatan. Evaluasi
proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas intervensi tersebut.
Evaluasi proses harus terus menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah
ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi proses terdiri
atas analisis rencana asuhan keperawatan, pertemuan kelompok, wawancara,
observasi klien, dan menggunakan form evaluasi. Ditulis pada catatan
perawatan. Contoh: membantu pasien duduk semifowler, pasien dapat
duduk selama 30 menit tanpa pusing.
2. Evaluasi Sumatif (hasil)
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan
sesuai waktu pada tujuan.Ditulis pada catatan perkembangan. Focus
evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada
akhir asuhan keperawatan secara paripurna.
G. Tahap Evaluasi Keperawatan Lansia
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk
melihat keberhasilannya.Bila tidak atau belum berhasil, perlu disusun rencana
baru yang sesuai.Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat
dilaksanakan dalam satu kali kunjungan ke keluarga.Untuk itu dapat
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan
keluarga.Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara
operasional.Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir. Penilaian adalah
tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.Evaluasi selalu berkaitan dengan
tujuan.Apabila dalam penilaian ternyata tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari
penyebabnya.
1. Dimensi dalam penilaian :
a. Keberhasilan dari tindakan keperawatan yang diakitkan dengan
pencapaian tujuan
b. Ketepatgunaan yang dikaitkan dengan biaya apakah dalam bentuk
uang, waktu, tanaga dan bahan/peralatan yang diperlukan
c. Kecocokan, dikaitkan dengan kesanggupan tindakan yang dilakukan
untuk memecahkan masalah dengan baik sesuai dengan pertimbangan
professional
d. Kecukupan, menyinggung kelengkapan dari tindakan apakah semua
tindakan dilaksanakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Kriteria dan standar
Kriteria adalah gambaran tentang faktor-faktor tidak tetap yang dapat
memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai.Standar menunjukkan tingkat
pelaksanaan yang diinginkan untuk membandingkan pelaksanaan yang
sebenarnya. Standar akan memberitahukan apakah tingkat pelaksanaan atau
keadaan menunjukkan keberhasilan atau tercapainya tujuan.
3. Pengukuran Hasil Penilaian
Hasil asuhan keperawatan dapat diukur dari 3 dimensi :
a. Keadaan fisik, misalnya peningkatan berat badan anak pada anak
dengan BB BGM
b. Psikologis dan sikap, misalnya berkembangnya sikap positif keluarga
terhadap anggota keluarga yang sakit setelah sebelumnya sempat
ditelantarkan
c. Pengetahuan dan perubahan perilaku, keluarga melaksanakan
petunjuk-petunjuk yang berkaitan dengan perawatan lansia dengan
keterbatasan aktivitas.
4. Alasan Pentingnya Penilaian :
a. Menghentikan tindakan/kegiatan yang tidak berguna
b. Untuk menambah ketepatgunaan tindakan keperawatan
c. Sebagai bukti hasil dari tindakan perawatan
d. Untuk pengembangan dan penyempurnaan praktik keperawatan.
5. Metoda Penilaian
a. Observasi langsung : mengamati secara langsung perubahan yang
terjadi dalam keluarga.
b. Wawancara keluarga, yang berkaitan dengan perubahan sikap, apakah
telah menjalankan anjuran yang diberikan perawat
c. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan
yang dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
d. Latihan simulasi, berguna dalam menentukan perkembangan
kesanggupan melaksanakan asuhan keperawatan.
H. Tahap Penilaian Evaluasi Keperawatan Lansia
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam
melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mungukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
klien. TUJUAN
Tujuan umum :
1. Menjamin asuhan keperawatan secara optimal
2. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Tujuan khusus :
1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan
2. Menyatakan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan
4. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan
5. Dapat menentukan penyebab apabila tujuan asuhan keperawatan belum
tercapai
MANFAAT :
1. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien
2. Untuk menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas asuhan keperawatan
yang diberikan
3. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru dalam
proses keperawatan
5. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
keperawatan
KRITERIA :
1. Kriteria Proses (evaluasi proses) : menilai jalannya pelaksanaan proses
keperawatan sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan klien. Evaluasi
proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
2. Kriteria keberhasilan (evaluasi hasil/sumatif) : menilai hasil asuhan
eperawatan yang diperlihatkan dengan perubahan tingkah laku klien.
Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara
paripurna.
TEKNIK PENILAIAN :
1. Wawancara
2. Pengamatan
3. Studi dokumentasi
LANGKAH-LANGKAH EVALUASI :
1. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi
2. Mengumpulkan data baru tentang klien
3. Menafsirkan data baru
4. Membandingkan data baru dengan standar yang berlaku
5. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
6. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan
MENGUKUR PENCAPAIAN TUJUAN :
1. Kognitif : meliputi pengetahuan klien terhadap penyakitnya, mengontrol
gejala, pengobatan, diet, aktifitas, persediaan alat, resiko komplikasi,
gejala yang harus dilaporkan, pencegahan, pengukuran dan lainnya.
2. Affektif : meliputi tukar-menukar perasaan, cemas yang berurang,
kemauan berkomunikasi, dsb.
3. Psikomotor : observasi secara langsung apa yang telah dilakukan oleh lien
4. Perubahan fungsi tubuh dan gejala
HASIL EVALUASI :
1. Tujuan tercapai : jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan
2. Tujuan tercapai sebagian : jika klien menunjukkan perubahan sebagian
dari standar dan kriteria yang telah ditetapan
3. Tujuan tidak tercapai : jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERTANYAKAN DALAM EVALUASI
1. Kecukupan informasi
2. Relevansi faktor-faktor yang berkaitan
3. Prioritas masalah yang disuse
4. Kesesuaian rencana dengan masalah
5. Pertimbangan fator-faktor yang unik
6. Perhatian terhadap rencana medis untuk terapi
7. Logika hasil yang diharapkan
8. Penjelasan dari tindakan keperawatan yang dilakukan
9. Keberhasilan rencana yang telah disusun
10. Kualitas penyusunan rencana
11. Timbulnya masalah baru.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesejahteraan sosial bagi lanjut usia sudah diatur oleh pemerintah dalam
Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 tahun 2004 tentang Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, yang mana dalam PP tersebut dijelaskan
bahwa kesejahteraan sosial bagi lanjut usia meliputi tata kehidupan dan
penghidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa
keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi
setiap warga Negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan- kebutuhan
jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia
sesuai dengan Pancasila.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini,diharapkan ada kritik dan saran yang dapat
membangun sehinggakami dapat menyempurnakan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA

Kholid,Ahmad. (2010). KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


KELUARGA. http://masmamad.blogspot.com. Diakses bulan september2019
Setriadi.(2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Yogyakarta : Graha Ilmu
Yenichrist. (2008). Pelaksanaan & Evaluasi Keperawatan Keluarga.www.google.com.
Diakses bulan september 2019
Yenichrist. (2008). Evaluasi Keperawatan. www.google.com. Diakses bulan september
2019.

Anda mungkin juga menyukai