Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan
dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani, 2009). Evaluasi keperawatan
adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif
dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Manurung, 2011).
Menurut Wilkinson (2007), secara umum evaluasi diartikan sebagai proses yang
disengaja dan sistematik dimana penilaian dibuat mengenai kualitas, nilaiatau kelayakan dari
sesuai dengan membandingkan pada kriteria yang diidentifikasi atau standar sebelumnya. Dalam
proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang direncanakan,terus menerus, aktifitas
yang disengaja dimana klien, keluarga dan perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya
menentukan Wilkinson (2007) :
Evaluasi dimulai dengan pengkajian dasar dan dilanjutkan selama setiap kontak perawat
dengan pasien. Frekuensi evaluasi tergantung dari frekuensi kontak yang ditentukan oleh status
klien atau kondisi yang dievaluasi. Contohnya adalah pada saat pasien baru datang dari ruang
bedah maka perawat akan mengevaluasi setiap 15 menit. Hari berikutnya mungkin evaluasi akan
dilakukan setiap 4 jam dan seterusnya.
Menurut Wilkinson (2007) juga, evaluasi yang efektif tergantung pada langkah yang
sebelumnya dilakukan. Kegiatan evaluasi tumpang tindih dengan kegiatan pengkajian. Tindakan
untuk mengumpulkan data adalah sama tetapi yang membedakan adalah kapan dikumpulkan dan
bagaimana dilakukan. Pada tahap pengkajian, perawat menggunakan data untuk membuat
diagnosa keperawatan sedangkan pada tahap evaluasi, data digunakan untuk mengkaji efek dari
asuhan keperawatan terhadap diagnosa keperawatan.
Meskipun evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan, evaluasi bukan berarti
akhir dari proses karena informasi digunakan untuk memulai siklus yang baru. Setelah
mengimplementasikan asuhan keperawatan, perawat membandingkan respon pasien terhadap
outcome yang telah direncanakan danmenggunakan informasi ini untuk me-review asuhan
keperawatan.
A. Fungsi Evaluasi
- Menentukan perkembangan kesehatan klien.
- Menilai efektifitas, efesiensi dan produktifitas.
- Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
- Sebagai umpan balik untuk memperbaiki mutu.
- Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab.
B. Kriteria Evaluasi
- Efektifitas: yang mengidentifikasi apakah pencapaian tujuan yang diinginkan telah
optimal.
- Efisiensi: menyangkut apakah manfaat yang diinginkan benar-benar berguna atau
bernilai dari program publik sebagai fasilitas yang dapat memadai secara efektif.
- Responsivitas: yang menyangkut mengkaji apakah hasil kebijakan memuaskan
kebutuhan/keinginan, preferensi, atau nilai kelompok tertentu terhadap pemanfaatan
suatu sumber daya.
Tahap Evaluasi
a. tujuan dari aspek kognitif . pengukuran perubahan kognitif dapat dilakukan dengan
dua cara:
a) Interview/ tanya jawab
- Menanyakan kembali segala sesuatu yang telah dijelaskan oleh perawat untuk
mengklarifikasi pemahaman klien/keluarga terhadap pengetahuan yang telah
diberikan pengukuran pengetahuan ini penting untuk menjamin bahwa apa yang telah
disampaikan benar-benar telah dipahami dengan baik dan benar. Perawat sering
menganggap bahwa ketika klien/keluarga sudah menganggukkan kepala, menandakan
i ayang sudah paham padahal belum tentu bisa jadi karena klien takut untuk bertanya
kembali atau karena alasan yang lain lien seolah-olah memahami penjelasan perawat.
Oleh karena itu, perawat harus selalu menanyakan kembali segala sesuatu yang telah
dijelaskan sebagai pemahaman dan kesalahpahaman bisa diidentifikasi secara
langsung. Pertanyaan yang diajukan pada klien atau keluarga berpedoman pada
tujuan dan kriteria evaluasi yang telah ditetapkan.
- Komprehensif
Pertanyan komprehensif adalah pertanyaan yang diajukan berdasarkan pemahaman
klien terhadap perubahan-perbahan yang terjadi pada tubuhnya. Contoh: ciri apa yang
anda rasakan?
- Aplikasi fakta
Pertanyaan berdasarkan aplikasi fakta adalah pertanyaan yang ditujukan untuk
mengidentifikasi pemahaman klien pada tingkat aplikasi. Perawat mengajukan
beberapa situasi atau kondsi yang mungkin terjadi pada klien dimana untuk
menentukan alternatif pemecahan masalahnya. Contoh: apa yang anda lakukan bila
ketika anda berjalan, kemudian ada perasaan sesak?
b) Tulis
Teknik yang kedua ini digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan kognitif
adalah dengan mengajukan pertanyaan tertulis. Pertanyaan-pertanyaan
inisudah disiapkan sebelumnya dan berdasarkan tujuan dan kriteria evaluasi
yangtelah ditetapkan. Teknik evaluasi tertulis ini jarang digunakan untuk
pendidikan kesehatan individual, umumnya digunakan untuk mengevaluasi
tindakan pendidikan kesehatan yang diberikan secara berkelompok
dengantopik yang sama sehingga dapat menghemat waktu.
b.Tujuan aspek afektif.Untuk mengukur pencapaian tujuan aspek afektif, dapatdilakukan dengan
dua cara:
- Observasi
Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung terhadap perubahan
emosional klien: apakah klien telah kooperatif, apakah mekanisme kopingtelah efektif
- Feed back dari staf kesehatan lain
Umpan balik,masukan, dan pengamatan dari staf yang lain dapat juga dipakai sebagai
salah satu informasi tentang aspek afektif klien.
c. Psikomotor
Pengukuran perubahan aspek psikomotor dapat dilakukan melalui observasi secara langsung
terhadap perubahan prilaku klien.
Merupakan komponen yang paling sering menjadi kriteria evaluasi. Dari pengamatan di rumah
sakit, pada umumnya dari daftar diagnosis keperawatan yang ada kebanyakan bersifat fisik
sehingga kriteria hasil yang ingin dicapai mengacu pada aspek perubahan fungsi tubuh.
Mengingat begitu banyaknya aspek perubahan fungsi tubuh, untuk mengukur perubahanya dapat
dilakukan dengan tiga cara, antara lain :
- Observasi
- Interview
- Pemeriksaan fisik
2. penentuan keputusan
- Klien telah mencapai hasil yang telah ditentukan dalam tujuan. Kondisi ini dicapai
apabila semua data yang telah ditentukan dalam kriteria hasilsudah terpenuhi.
- Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan. Kondisi ini dicapai apabila
sebagian saja dari kriteria hasil yang ditentukan terpenuhi.
- Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan. Kondisi ini ditentukan apabila
hanya sebagian kecil atau tidak ada sama sekali darikriteria hasil yang dapat dipenuhi.
Dapat juga terjadi kondisi klien semakin buruk sehingga timbul masalah yang baru.
Teknik Evaluasi
1.Wawancara
Wawancara adalah proses tanya-jawab yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien,
biasa juga disebut dengan anamnesa. Wawancara berlangsung untuk menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang
direncanakan.
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan masalah
keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan antara perawat dengan klien. Selain itu
wawancara juga bertujuan untuk membantu klien memperoleh informasi dan berpartisipasi
dalam identifikasi masalah dan tujuan keperawatan, serta membantu perawat untuk menentukan
investigasi lebih lanjut selama tahap pengajian.
Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi. Komunikasi keperawatan
adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan kemampuan skill komunikasi dan interaksi.
Komunikasi keperawatan biasanyadigunakan untuk memperoleh riwayat keperawatan. Istilah
komunikasi terapeutik adalah suatu teknik yang berusaha untuk mengajak klien dan keluarga
untuk bertukar pikiran dan perasaan. Teknik tersebut mencakup keterampilan secara verbal
maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi
respon klien. Teknik non verbal meliputi :mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan dan konta
mata. Mendengarkan secaraaktif merupakan suatu hal yang penting dalam pengumpulan data,
tetapi jugamerupakan sesuatu hal yang sulit dipelajari. Tahapan wawancara / komunikasi :
a. Persiapan.
Sebelum melakukan komunikasi dengan klien, perawat harus melakukan persiapan
dengan membaca status klien. Perawat diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk
kepada klien, karena akan mengganggu dalam membinahubungan saling percaya dengan
klien.Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksaatau
memberi kesempatan kepada klien kapan mereka sanggup. Pengaturan posisiduduk dan
teknik yang akan digunakan dalam wawancara harus disusunsedemikian rupa guna
memperlancar wawancara.
b. Pembukaan atau perkenalan
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah dengan memperkenalkan
diri : nama, status, tujuan wawancara, waktu yang diperlukandan faktor-faktor yang
menjadi pokok pembicaraan. Perawat perlu memberikaninformasi kepada klien mengenai
data yang terkumpul dan akan disimpan dimana, bagaimana menyimpannya dan siapa
saja yang boleh mengetahuinya.
c. Isi / tahap kerja
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan arah pembicaraan pada
masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1). Fokus wawancara adalah klien
2). Mendengarkan dengan penuh perhatian. Jelaskan bila perlu.
3). Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
4). Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
5). Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya
6). Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
7). Sentuhan teraputik, bila diperlukan dan memungkinan.
d. Terminasi
Perawat mempersiapkan untuk penutupan wawancara. Untuk itu klien harus mengetahui
kapan wawancara dan tujuan dari wawancara pada awal perkenalan,sehingga diharapkan
pada akhir wawancara perawat dan klien mampu menilai keberhasilan dan dapat
mengambil kesimpulan bersama. Jika diperlukan, perawat perlu membuat perjanjian lagi
untuk pertemuan berikutnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
wawancara dengan klien adalah :
1). Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya
2). Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan keluhan-keluhannya /
pendapatnya secara bebas
3). Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman dannyaman bagi klien
4). Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian
5). Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
6). Tidak bersifat menggurui
7). Memperhatikan pesan yang disampaikan
8). Mengurangi hambatan-hambatan
9). Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai, cara duduk)
10). Menghindari adanya interupsi
11). Mendengarkan penuh dengan perasaan
12). Memberikan kesempatan istirahat kepada klien klien.
2. Pengamatan/observasi
Pengamatan adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data
tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan dengan
menggunakan penglihatan dan alat indra lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan
pendengaran. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang
dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi adalah :
a. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terinci kepada
klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karenaterkadang hal
ini dapat meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh
menjadi tidak murni). Misalnya : “Pak, saya akan menghitung nafas bapak dalam satu
menit”. Kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak valid, karena
kemungkinan klien akan berusaha untuk mengatur nafasnya.
b. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien
c. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan dimengerti
oleh perawat yang lain.
Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 komponen (Pinnell danMeneses, 1986, hlm. 229-
230) :
Penilaian keberhasilan
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu
berkaitan dengan tujuan, apabila dalam penilaian ternyata tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari
penyebabnya. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor :
Metode Evaluasi
1. Observasi langsung adalah mengamati secara langsung perubahan yangterjadi dalam keluarga
2. Wawancara keluarga, yang berkaitan dengan perubahan sikap, apakah telah menjalankan
anjuran yang diberikan perawat
3. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat dan tindakan
yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
1. Evaluasi formatif (proses) adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
peayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan
keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas intervensi tersebut.
Evaluasi proses harus terus menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah ditentukan tercapai.
Metode pengumpulan data dalam evaluasi proses terdiri atas analisis rencana asuhan
keperawatan, pertemuan kelompok, wawancara, observasi klien, dan menggunakan form
evaluasi. Ditulis pada catatan perawatan. Contoh: membantu pasien duduk semifowler, pasien
dapat duduk selama 30 menit tanpapusing.
2. Evaluasi Sumatif (hasil) Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan. Focus evaluasi hasil
(sumatif) adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir asuhan
keperawatan.Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna.
Hasil dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah : Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika
klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Tujuan tercapai
sebagian/masalah teratasi sebagian: jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan
kriteria yang telah ditetapkan. Dan Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi: jika klien tidak
menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan.
O (Objective) : adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
A (Analisis) : adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.
P (Planning) : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/PRAKTIKA-DOKUMEN-
KEPERAWATAN-DAFIS.pdf
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/KOMPONEN%20DAN%20JENIS-JENIS%20EVALUASI%20DALAM
%20ASUHAN%20KEPERAWATAN.pdf
http://repository.unimus.ac.id/2026/6/BAB%20II.pdf
https://www.academia.edu/34700067/Makalah_Evaluasi_Keperawatan