Anda di halaman 1dari 3

2.

3 Evaluasi Pencapaian Tujuan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan
kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk
kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment).

Secara umum, evaluasi ditujukan untuk:

1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.


2. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
3. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.

Mengukur pencapaian tujuan dapat dilakukan dengan berbagai hal, yaitu secara kognitif,
afektif, psikomotor, dan perubahan fungsi tubuh dan gejala.

1. Kognitif (pengetahuan)

Secara kognitif meliputi pengetahuan klien terhadap penyakitnya, mengontrol gejala,


pengobatan, diet, aktivitas, persediaan alat, risiko komplikasi, gejala yang harus dilaporkan,
pencegahan, pengukuran, dan lainnya. Cara menggali data ini dengan interview, yaitu recall
knowledge (mengingat), komprehensif (menyatakan informasi dengan kata-kata klien
sendiri), dan aplikasi fakta (menanyakan tindakan yang akan diambil klien terkait dengan
status kesehatannya).

2. Afektif

Secara afektif meliputi tukar-menukar perasaan, cemas yang berulang, kemauan


berkomunikasi, dan sebagainya. Pengumpulan data dengan cara observasi secara langsung
dan feedback dari staff kesehatan. Penilaian secara afektif ini cenderung bersifat subjektif
dan sukar dievaluasi.
3. Psikomotor

Penilaian dilakukan melalui observasi langsung pada perilaku sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil. Contoh dari psikomotor ini adalah evaluasi cara menginjeksi insulin dengan
benar, yaitu memegang alat dan bahan dengan benar, jarum tidak terkontaminasi, memilih
tempat penyuntikan dan menyiapkan lokasi, memasukkan jarum dengan sudut 90`, dan
menginjeksi insulin dengan benar.

4. Perubahan fungsi tubuh dan gejala

Evaluasi mencakup observasi terhadap aspek status kesehatan klien, evaluasi ini
dilakukan dengan cara observasi secara langsung, interview, dan pemeriksaan fisik.

Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini
dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini
meliputi empat komponen yang dikenal dengan SOAP, yakni subjektif (data yang berasal dari
keluhan pasien), objektif (data yang bersumber dari hasil pengamatan dan pemeriksaan), analisis
data (pembandingan data dengan teori), dan perencanaan.

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan
telah selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan untuk menilai dan memonitor kualitas
asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat. Metode yang dapat digunakan pada
evaluasi jenis sumatif adalah melakukan wawancara pada akhir layanan, menanyakan respons
klien dan keluarga terkait layanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan.

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan.

1. Tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan yang sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses pencapaian tujuan jika klien
menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada
kemajuan sama sekali serta dapat timbul masalah baru pada pasien.
Dalam kegiatan asuhan keperawatan sering kali terjadi perubahan yang tidak mudah
terdeteksi, oleh karena itu evaluasi yang spesifik harus dilakakukan pada klien seperti
pengenalan ketat pada tingkah laku klien, reaksi klien terhadapat pemberi asuhan dan status fisik
klien. Pevaluasi yang akurat ini menjadi landasan revisi dari rencana asuhan yang tidak efektif
serta penghentian tindakan terapi yang sudah menunjukkan keberhasilan.

Pengkajian ulang untuk memastikan data tersebut baru dan akurat. Hal ini bisa membuat
informasi penting yang terabaikan terbuka dan menambah data evaluasi. Asuhan keperawatan
juga didasarkan pada data akurat dari diagnose keperawatan. Pada intervensi, ada dua faktor
yaitu kesesuaian intervensi yang sudah dipilih dan kebenaran dari penerapan proses
implementasi. Kesesuaian ini didasarkan kepada standar asuhan keperawatan.

DAPUS
Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Wijayanti, Rahayu, Sunaryo, dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
Penerbit Andi.

Anda mungkin juga menyukai