Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesejahteraan sosial bagi lanjut usia sudah diatur oleh pemerintah
dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 tahun 2004 tentang Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia. Dalam PP tersebut
dijelaskan bahwa kesejahteraan sosial bagi lanjut usia meliputi tata
kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi
oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang
memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya
bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak
asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.
Sebagai perawat yang professional, kita harus selalu berpikir kritis
dari setiap tahap yang ada dalam proses keperawatan karena hal tersebut
untuk keberhasilan perawatan khususnya pada tahap evaluasi. Evaluasi
adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara objektif
pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya.
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai
secara obyektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakn sebelumnya.
Evaluasi merupakan suatu proses untuk menjelaskan secara sistematis untuk
mencapai obyektif, efisien, dan efektif, serta untuk mengetahui dampak dari
suatu kegiatan dan juga membantu pengambilan keputusan untuk perbaikan
satu atau beberapa aspek program perencanaan yang akan datang. Oleh
karena itu evaluasi sangat di butuhkan setelah kita melakukan pengkajian,
diagnosis, perencanaan, dan pelaksanaan.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperwatan
tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan
kecukupan data yang telah dikumpulkan dan kesesuaian perilaku yang
observasi. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan
kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap intervensi untuk

1
menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif.
(Nursalam, 2008).
Menilik dari uraian latar belakang di atas maka penulis ingin
mengetahui lebih jauh mengenai “Evaluasi pada Asuhan Keperawatan pada
Lansia”.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan evaluasi keperawatan?
1.2.2 Apa saja fungsi dari evaluasi keperawatan?
1.2.3 Apa saja tujuan dan manfaat dari evaluasi keperawatan?
1.2.4 Apa saja kriteria dalam melakukan evaluasi keperawatan?
1.2.5 Bagaimana teknik dalam evaluasi keperawatan?
1.2.6 Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan evaluasi
keperawatan?
1.2.7 Bagaimana evaluasi asuhan keperawatan pada lansia?
1.3 Tujuan Tulisan
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi
keperawatan.
1.3.2 Untuk mengetahui fungsi dari evaluasi keperawatan.
1.3.3 Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari evaluasi keperawatan.
1.3.4 Untuk mengetahui kriteria dalam melakukan evaluasi keperawatan.
1.3.5 Untuk mengetahui teknik dalam evaluasi keperawatan.
1.3.6 Untuk mengetahui langkah-langkah dalam melakukan evaluasi
keperawatan.
1.3.7 Untuk mengetahui evaluasi asuhan keperawatan pada lansia.
1.4 Manfaat Tulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis makalah ini dapat menambah wawasan atau
pengetahuan pembaca mengenai evaluasi asuhan keperawatan pada
lansia.
1.4.2 Manfaat Praktis

2
Makalah ini dapat menjadi pedoman bagi pembaca yang sedang
melaksanakan praktik keperawatan terlebih tentang evaluasi
keperawatan pada lansia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Evaluasi Keperawatan


Menurut Craven dan Hirnle (2000), evaluasi keperawatan
didefinisikan sebagai keputusan dari efektivitas asuhan keperawatan antara
dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respons
perilaku klien yang tampil. Sementara itu, menurut Potter and Perry (2005),
evaluasi keperawatan adalah kategori perilaku keperawatan dalam
menetukan pembuatan dan pencatatan hasil tindakan keperawatan yang
telah dicapai.
Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang
direncanakan, terus menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien,
keluarga dan perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya
menentukan Wilkinson (2007):
1. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai
2. Kefektifan dari rencana asuhan keperawatan

Evaluasi dimulai dengan pengkajian dasar dan dilanjutkan selama


setiap kontak perawat dengan pasien. Frekuensi evaluasi tergantung dari
frekuensi kontak yang ditentukan oleh status klien atau kondisi yang
dievaluasi. Contohnya adalah pada saat pasien baru datang dari ruang bedah
maka perawat akan mengevaluasi setiap 15 menit. Hari berikutnya mungkin
evaluasi akan dilakukan setiap 4 jam dan seterusnya.

Menurut Wilkinson (2007) juga, evaluasi yang efektif tergantung


pada langkah yang sebelumnya dilakukan. Kegiatan evaluasi tumpang
tindih dengan kegiatan pengkajian. Tindakan untuk mengumpulkan data
adalah sama tetapi yang membedakan adalah kapan dikumpulkan dan
bagaimana dilakukan. Pada tahap pengkajian, perawat menggunakan data
untuk membuat diagnosa keperawatan sedangkan pada tahap evaluasi, data
digunakan untuk mengkaji efek dari asuhan keperawatan terhadap diagnosa
keperawatan.

4
Meskipun evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan,
evaluasi bukan berarti akhir dari proses karena informasi digunakan untuk
memulai siklus yang baru. Setelah mengimplementasikan asuhan
keperawatan, perawat membandingkan respon pasien terhadap outcome
yang telah direncanakan dan menggunakan informasi ini untuk me-review
asuhan keperawatan.

2.2 Fungsi dari Evaluasi Keperawatan


Beberapa fungsi dari evaluasi keperawatan, yaitu:
1. Menentukan perkembangan kesehatan klien.
2. Menilai efektifitas, efesiensi dan produktifitas.
3. Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki mutu.
5. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab.
2.3 Tujuan dan Manfaat dari Evaluasi Keperawatan
Sebagaimana dikemukakan oleh Potter and Perry (2005), bahwa
secara umum tujuan evaluasi adalah untuk :
1. Menilai atau membandingkan apakah tujuan yang ingin dicapai dalam
rencana keperawatan tercapai atau tidak, setelah dilakukan tindakan
keperawatan
2. Melakukan pengkajian ulang apabila ternyata rencana keperawatan
yang telah ditetapkan belum atau sudah tercapai sehingga hasil evaluasi
dapat dipergunakan untuk perbaikan perencanaan selanjutnya.
3. Menilai keterlibatan secara aktif sasaran, tenaga pelaksana,serta tim
kesehatan lainnya.
4. Menemukan factor penghambat maupun penunjang dalam pelaksanaan
pemberian pelayanan keperawatan.

Sedangkan manfaat kegunaan evaluasi menurut Basford Lynn dan


Oliver Slevin (2006), adalah untuk menentukan perkembangan kesehatan
klien,untuk menilai efektivitas,efisiensi, dan produktivitas dari tindakan,
keperawatan yang telah diberikan, untuk menilai pelaksanaan asuhan

5
keperawatan, mendapatkan umpan balik, serta sebagai tanggung jawab dan
tanggung gugat dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
2.4 Kriteria dalam Evaluasi Keperawatan
Ada dua kriteria dalam kita melakukan evaluasi, menurut Basford
Lynn dan Oliver Slevin (2006), yaitu kriteria proses dan kriteria
keberhasilan. Pertama, kriteria proses (evaluasi proses) adalah menilai
jalannya proses keperawatan sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan
klien. Evaluasi proses harus dilaksanakan segerasetelah perencanaan
keperawatan dilaksanakan untuk membantu kefektiafan terhadap
tindakan.kedua, kriteria keberhasilan (evaluasi hasil/sumatif) adalah
menilai hasil asuhan keperawatan yang diperlihatkan dengan perubahan
tingkah laku klien. Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan
keperawatan secara paripurna.
2.5 Teknik dalam Evaluasi Keperawatan
1. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang
berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut
dengan anamnesa. Wawancara berlangsung untuk menanyakan hal-hal
yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan
suatu komunikasi yang direncanakan.
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang
masalah kesehatan dan masalah keperawatan klien, serta untuk
menjalin hubungan antara perawat dengan klien. Selain itu wawancara
juga bertujuan untuk membantu klien memperoleh informasi dan
berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan keperawatan, serta
membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama
tahap pengajian.
Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan
komunikasi. Komunikasi keperawatan adalah suatu proses yang
kompleks dan memerlukan kemampuan skill komunikasi dan interaksi.
Komunikasi keperawatan biasanya digunaan untuk memperoleh
riwayat keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik adalah suatu teknik

6
yang berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk bertuar pikiran
dan perasaan. Teknik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal
maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali
jawaban dan memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi :
mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan dan konta mata.
Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal yang penting dalam
pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu hal yang sulit
dipelajari. Tahapan wawancara / komunikasi :
a. Persiapan.
Sebelum melaukan komunikasi dengan klien, perawat harus
melakukan persiapan dengan membaca status klien. Perawat
diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk kepada klien,
karena akan mengganggu dalam membina hubungan saling
percaya dengan klien
Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat
tidak boleh memaksa atau memberi kesempatan kepada klien
kapan mereka sanggup. Pengaturan posisi duduk dan teknik yang
akan digunakan dalam wawancara harus disusun sedemikian rupa
guna memperlancar wawancara.
b. Pembukaan atau perkenalan
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara
adalah dengan memperkenalkan diri : nama, status, tujuan
wawancara, waktu yang diperlukan dan faktor-faktor yang menjadi
pokok pembicaraan. Perawat perlu memberikan informasi kepada
klien mengenai data yang terkumpul dan akan disimpan dimana,
bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang boleh
mengetahuinya.
c. Isi / tahap kerja
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat
memfokuskan arah pembicaraan pada masalah khusus yang ingin
diketahui. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

7
1) Fokus wawancara adalah klien
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian. Jelaskan bila perlu.
3) Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
4) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
5) Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya
6) Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaannya
7) Sentuhan teraputik, bila diperlukan dan memungkinan.
d. Terminasi
Perawat mempersiapkan untu penutupan wawancara. Untuk
itu klien harus mengetahui kapan wawancara dan tujuan dari
wawancara pada awal perkenalan, sehingga diharapkan pada akhir
wawancara perawat dan klien mampu menilai keberhasilan dan
dapat mengambil kesimpulan bersama. Jika diperlukan, perawat
perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan
klien adalah :
1) Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya
2) Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan
keluhan-keluhannya / pendapatnya secara bebas
3) Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa
aman dan nyaman bagi klien
4) Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian
5) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
6) Tidak bersifat menggurui
7) Memperhatikan pesan yang disampaikan
8) Mengurangi hambatan-hambatan
9) Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai, cara
duduk)
10) Menghindari adanya interupsi
11) Mendengarkan penuh dengan perasaan
12) Memberikan kesempatan istirahat kepada klien

8
2. Pengamatan/observasi
Pengamatan adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indra
lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari
observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi
klien melalui kepekaan alat panca indra.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi
adalah:
a. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara
terinci kepada klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus
dilakukan), karena terkadang hal ini dapat meningkatkan
kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh
menjadi tidak murni). Misalnya : “Pak, saya akan menghitung
nafas bapak dalam satu menit”. Kemungkinan besar data yang
diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan klien akan
berusaha untuk mengatur nafasnya.
b. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien
c. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca
dan dimengerti oleh perawat yang lain.
3. Studi Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang berasal dari catatan klien.
2.6 Langkah-Langkah dalam Evaluasi Keperawatan
1. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi
2. Mengumpulkan data baru tentang klien
3. Menafsirkan data baru
4. Membandingkan data baru dengan standar yang berlaku
5. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
6. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan
2.7 Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Lansia.
Evaluasi asuhan keperawatan pada lansia pada dasarnya tidak
berbeda dengan evaluasi asuhan keperawatan pada anak, keperawatan

9
maternitas, keperawatan komunitas, keperawatan keluarga, keperawatan
jiwa, dan keperawatan medical bedah. Untuk dapat mengevaluasi asuhan
keperawatan, maka perlu dibandingkan apakah tindakan keperawatan yang
diberikan menghasilkan perubahan pada klien sesuai tujuan yang
ditetapkan, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Atau dalam
kata lain, apakah rencana tindakanyang dirumuskanefektif dalam mencapai
tujuan atau mengatasi diagnosis keperawatan
Menurut Lismidar (1990), ada tiga alternative pencapaian tujuan
yang dapat dipergunakan untuk memutuskan atau menilai, sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai, yaitu tujuan tercapai, tujuan
tercapai sebagian, dan tujuan tidak tercapai.
1. Tujuan tercapai
Apabila pasien mampu menunjukkan perilaku pada waktu atau tanggal
yang ditentukan, sesuai dengan pernyataan tujuan.
Contoh :
Diagnosa keperawatan (Dx) : cemas berhubungan dengan perubahan
dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran,
lingkungan, status ekonomi, yang ditandai dengan ekspresi yang
mendalam dalam perubahan hidup, mudah tersinggung, dan gangguan
tidur..
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
pasien dapat :
a Memonitor intensitas cemas
b Melaporkan tidur yang adekuat
c Mengontrol respon cemas
d Merencanakan strategi koping dalam situasi stress
Intervensi :
a Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi percepatan cemas
b Dampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan
mengurangi ketakutan
c Identifikasi ketika perubahan level cemas

10
d Instruksikan pasien dalam teknik relaksasi
Implementasi :
a Membantu pasien untuk mengidentifikasi situasi percepatan cemas
b Mendampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan
mengurangi ketakutan
c Mengidentifikasi ketika perubahan level cemas
d Menginstruksikan pasien dalam teknik relaksasi
Evaluasi :
a Intensitas cemas hilang
b Tidur adekuat
c Respon cemas normal
d Koping dalam situasi stress normal

Contoh: Dalam bentuk format


Evaluasi yang menunjukkan tujuan tercapai

Pengkajian Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi


Keperawatan Tujuan Intervensi
Data Cemas Setelah a Bantu pasien a Membantu Hari: Kamis
Objektif: berhubungan dilakukan untuk pasien untuk Tanggal: 2-1-
dengan intervensi mengidentifi mengidentifika 2014
Data perubahan keperawatan kasi situasi si situasi Jam: 09.00
Subjektif: dalam status selama 2 x 24 percepatan percepatan S:
peran, status jam diharapkan cemas. cemas − Pasien
kesehatan, pasien dapat: b Dampingi b Mendampingi mengatakan
pola a Memonitor pasien untuk pasien untuk cemas hilang.
interaksi, intensitas mempromosi mempromosika − Pasien
fungsi peran, cemas. kan n kenyamanan mengatakan
lingkungan, b Melaporkan kenyamanan dan mengurangi sudah dapat
status tidur yang dan ketakutan tidur.
ekonomi, adekuat. mengurangi O:
yang ketakutan.

11
ditandai c Mengontrol c Identifikasi c Mengidentifika − Respons cemas
dengan respons ketika si ketika normal.
ekspresi cemas. perubahan perubahan level − Strategi koping
yang d Merencana level cemas. cemas. normal.
mendalam kan stategi d Instruksikan d Menginstruksik A: Tujuan
dalam koping pasien dalam an pasien dalam tercapai tanggal
perubahan dalam teknik teknik 2-1-2014
hidup mudah situasi stres. relaksasi. relaksasi. P: Hentikan
tersinggung I: Hentikan
dan
gangguan
tidur.

2. Tujuan sebagaian tercapai


Apabila pasien telah mampu menunjukkan perilaku, tetapi tidak
seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang ditentukan.
Contoh:
Diagnosa Keperawatan (Dx): Cemas berhubungan dengan perubahan
dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran,
lingkungan, status ekonomi, yang ditandai dengan ekspresi yang
mendalam dalam perubahan hidup mudah tersinggung dan gangguan tidur.
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
pasien dapat:
a Memonitor intensitas cemas.
b Melaporkan tidur yang adekuat.
c Mengontrol respons cemas.
d Merencanakan stategi koping dalam situasi stres.
Intervensi
a Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi percepatan cemas.
b Dampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan
mengurangi ketakutan.

12
c Identifikasi ketika perubahan level cemas.
d Instruksikan pasien dalam teknik relaksasi.
Implementasi:
a Membantu pasien untuk mengidentifikasi situasi percepatan cemas
b Mendampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan
mengurangi ketakutan.
c Mengidentifikasi ketika perubahan level cemas.
d Menginstruksikan pasien dalam teknik relaksasi
Evaluasi:
a Intensitas cemas berkurang.
b Tidur adekuat.
c Respons cemas belum normal.
d Koping dalam situasi stres normal.

Contoh: Dalam bentuk format


Evaluasi yang menunjukkan tujuan tercapai sebagian

Pengkajian Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi


Keperawatan Tujuan Intervensi
Data Cemas Setelah dilakukan a Bantu pasien a Membantu pasien Hari: Kamis
Objektif: berhubungan intervensi untuk untuk Tanggal: 2-1-
dengan keperawatan mengidentifikasi mengidentifikasi 2014
Data perubahan selama 2 x 24 jam situasi situasi percepatan Jam: 09.00
Subjektif: dalam status diharapkan pasien percepatan cemas S:
peran, status dapat: cemas. − Pasien
kesehatan, a Memonitor b Dampingi b Mendampingi mengatakan
pola intensitas pasien untuk pasien untuk masih
interaksi, cemas. mempromosikan mempromosikan cemas.
fungsi peran, b Melaporkan kenyamanan dan kenyamanan dan − Pasien
lingkungan, tidur yang mengurangi mengurangi mengatakan
status adekuat. ketakutan. ketakutan. sudah dapat
ekonomi, tidur.

13
yang c Mengontrol c Identifikasi O:
ditandai respons ketika c Mengidentifikasi − Respons
dengan cemas. perubahan level ketika perubahan cemas
ekspresi d Merencanakan cemas. level cemas. belum
yang stategi koping d Instruksikan normal.
mendalam dalam situasi pasien dalam d Menginstruksikan − Strategi
dalam stres. teknik relaksasi. pasien dalam koping
perubahan teknik relaksasi. belum
hidup mudah normal.
tersinggung A: Tujuan
dan belum
gangguan tercapai.
tidur. P: Teruskan
I: Teruskan
E: Tujuan
terapai
sebagian
R: -

3. Tujuan tidak tercapai


Apabila pasien tidak mampu atau sama sekali tidak menunjukkan perilaku
yang diharapkan, sesuai dengan pernyataan tujuan yang ditentukan.
Contoh:
Diagnosa Keperawatan (Dx): Cemas berhubungan dengan perubahan
dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran,
lingkungan, status ekonomi, yang ditandai dengan ekspresi yang
mendalam dalam perubahan hidup mudah tersinggung dan gangguan tidur.
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
pasien dapat:
a Memonitor intensitas cemas.
b Melaporkan tidur yang adekuat.

14
c Mengontrol respons cemas.
d Merencanakan stategi koping dalam situasi stres.
Intervensi
a Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi percepatan cemas.
b Dampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan
mengurangi ketakutan.
c Identifikasi ketika perubahan level cemas.
d Instruksikan pasien dalam teknik relaksasi.
Implementasi
a Membantu pasien untuk mengidentifikasi situasi percepatan cemas
b Mendampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan
mengurangi ketakutan.
c Mengidentifikasi ketika perubahan level cemas.
d Menginstruksikan pasien dalam teknik relaksasi
Evaluasi
a Pasien masih merasa cemas.
b Tidur belum adekuat.
c Respons cemas tidak normal.
d Koping dalam situasi stres tidak normal.
Contoh: Dalam bentuk format
Evaluasi yang menunjukkan tujuan tidak tercapai

Pengkajian Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi


Keperawatan Tujuan Intervensi
Data Cemas Setelah a Bantu pasien a Membantu pasien Hari: Kamis
Objektif: berhubungan dilakukan untuk untuk Tanggal: 2-1-
dengan intervensi mengidentifik mengidentifikasi 2014
Data perubahan keperawatan asi situasi situasi percepatan Jam: 09.00
Subjektif: dalam status selama 2 x 24 percepatan cemas S:
peran, status jam diharapkan cemas. − Pasien
kesehatan, pasien dapat: b Dampingi b Mendampingi mengatak
pola pasien untuk pasien untuk an masih

15
interaksi, a Memonitor mempromosik mempromosikan merasa
fungsi peran, intensitas an kenyamanan dan cemas.
lingkungan, cemas. kenyamanan mengurangi − Pasien
status b Melaporkan dan ketakutan. mengatak
ekonomi, tidur yang mengurangi an sulit
yang adekuat. ketakutan. tidur.
ditandai c Mengontrol c Identifikasi c Mengidentifikasi O:
dengan respons ketika ketika perubahan − Respons
ekspresi cemas. perubahan level cemas. cemas
yang d Merencana level cemas. belum
mendalam kan stategi d Instruksikan d Menginstruksikan normal.
dalam koping pasien dalam pasien dalam − Strategi
perubahan dalam teknik teknik relaksasi. koping
hidup mudah situasi stres. relaksasi. belum
tersinggung normal.
dan A: Kaji ulang
gangguan P: Lakukan
tidur. perencanaan
ulang
I:
Implementasi
sesuai
rencana
ulang.
E: Tujuan
tidak tercapai
R: Lakukan
pengkajian
dan
perencanaan
ulang

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
3.1.1 Menurut Craven dan Hirnle (2000), evaluasi keperawatan didefinisikan
sebagai keputusan dari efektivitas asuhan keperawatan antara dasar
tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respons perilaku
klien yang tampil.

17
3.1.2 Beberapa fungsi dari evaluasi keperawatan, yaitu:Menentukan
perkembangan kesehatan klien,Menilai efektifitas, efesiensi dan
produktifitas,Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan,Sebagai umpan
balik untuk memperbaiki mutu,Menunjang tanggung gugat dan
tanggung jawab.
3.1.3 Tujuan evaluasi adalah untuk menilai atau membandingkan apakah
tujuan yang ingin dicapai dalam rencana keperawatan tercapai atau
tidak, setelah dilakukan tindakan keperawatan.
3.1.4 Ada dua kriteria dalam kita melakukan evaluasi, menurut Basford Lynn
dan Oliver Slevin (2006), yaitu kriteria proses dan kriteria keberhasilan.
3.1.5 Tekhnik yang sering digunakan dalam evaluasi keperawatan lansia
adalah tekhnik wawancara, teknik observasi, dan studi dokumentasi.
3.1.6 Langkah-Langkah dalam Evaluasi Keperawatan,menentukan kriteria,
standar dan pertanyaan evaluasi, mengumpulkan data baru tentang
klien, menafsirkan data baru, membandingkan data baru dengan standar
yang berlaku,merangkum hasil dan membuat kesimpulan,
melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan
3.1.7 Menurut Lismidar (1990), ada tiga alternative pencapaian tujuan yang
dapat dipergunakan untuk memutuskan atau menilai, sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai, yaitu tujuan tercapai, tujuan
tercapai sebagian, dan tujuan tidak tercapai.

3.2 Saran
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan saran-saran kepada
berbagai pihak, yaitu:
1. Kepada staf pengajar, agar lebih banyak memberikan materi tentang
Evaluasi pada Asuhan Keperawatan pada Lansia
2. Kepada mahasiswa, diharapkan tulisan ini dapat dijadikan motivasi untuk
lebih mendalami materi tentang Evaluasi pada Asuhan Keperawatan pada
Lansia

18
DAFTAR PUSTAKA

H.Lismidar,dkk.2002.Proses Keperawatan.Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia

H.Zaidin Ali,MBA,MM.2009.Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan.Jakarta

:EGC

Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.

Jakarta: Salemba Medika.

19
Nursalam.2009.Proses dan Dokumentasi Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika

Setriadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Sunaryo.2016.Asuhan Keperawatan Gerontik.Yogyakarta:Penerbit ANDI

20

Anda mungkin juga menyukai