Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai perawat yang profesional kita harus selalu berfikir kritis dari setiap tahap
proses keperawatan karena hal tersebut digunakan untuk keberhasilan perawatan
terutama dalam tahap evaluasi keperawatan. Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur
dan memberi nilai secara obyektif untuk pencapaian hasil – hasil yang telah direncanakan
sebelumnya. Evaluasi merupakan pengawasan managerial untuk mendapatkan hasil yang
sesungguhnya dibandingkan dengan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu evaluasi
sangat dibutuhkan setelah kita melakukan pengkajian, diagnosis, perencanaan dan
pelaksanaan.
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
(Meirisa, 2013). Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperwatan tetapi
tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan
data perlu direvisi untuk menentukan kecukupan data yang telah dikumpulkan dan
kesesuaian perilaku yang observasi. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan
dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap intervensi untuk menentukan
apakah tujuan intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif. (Nursalam, 2008)
Evaluasi merupakan pengawasan managerial untuk mendapatkan hasil yang
sesungguhnya dibandingkan dengan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu evaluasi
sangat dibutuhkan setelah kita melakukan pengkajian, diagnosis, perencanaan dan
pelaksanaan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konsep berpikir kritis?
2. Bagaimana pengertian dan fungsi evaluasi keperawatan?
3. Bagaimana berpikir kritis dalam tahap evaluasi keperawatan?
4. Bagaimana tujuan evaluasi keperawatan?
5. Bagaimana komponen evaluasi keperawatan?
6. Bagaimana analisis kasus evaluasi berdasarkan konsep berpikir kritis?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian konsep berpikir kritis
2. Untuk mengetahui pengertian dan fungsi evaluasi keperawatan
3. Untuk mengetahui berpikir kritis dalam tahap evaluasi keperawatan
4. Untuk mengetahui tujuan evaluasi keperawatan
5. Untuk mengetahui komponen evaluasi keperawatan
6. Untuk mengetahui analisis kasus evaluasi berdasarkan konsep berpikir kritis

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Konsep Berpikir Kritis
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan
mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi.berfikir kritis
ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang terstandart dan
mendahului dalam pembuatan keputusan (Mz. Kenzie)
berpikir kritis digunakan perawat untuk bebrapa alasan :
1. Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
2. Penerapan profesionalisme
3. Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam memberi asuhan
keperawatan
4. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam menuju
keberhasilan dalam berbagai aktifitas.

Berpikir kritis dalam keperawatan didalamnya dipelajari karakteristik,


sikap, dan standar berpikir kritis, analisis pertanyaan kritis, pengambilan
keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis. Berpikir kritis dalam keperawatan
merupakan komponen dasar dalam mempertanggung jawabkan profesi dan
kualitas perawatan. Pemikir kritis keperawatan menunjukan kebiasaan mereka
dalam berpikir, kepercayaan diri, kreatifitas, fleksibilitas, pemeriksaan penyebab
(anamnesa) integritas, intelektual, intuisi, pola pikir terbuka, pemeliharaan
refleksi.

B. Pengertian dan fungsi evaluasi


Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian
peoses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009).
Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,rencana tindakan, dan
pelaksanaanya yang sudah behasil di capai. Evaluasi sendiri merupakan kegiatan

3
yang disengaja dan terus menerus dilakukan dengan melibatkan pasien, perawat
dan anggota tim kesehatan lainnya. Menurut Craven dan Hirnle evaluasi
didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar
tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien yang
tampil. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam
Wardani, 2013)
S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif.
A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data
sesuai dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk
membuat keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan. (Nurhayati, 2011).
Adapun fungsi dari evaluasi keperawatan, yaitu:
 Menentukan perkembangan kesehatan klien
 Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
 Sebagai umpan balik untuk memperbaiki mutu
C. Berpikir Kritis dalam Tahapan Evaluasi
Berpikir kritis dalam tahap evaluasi adalah mengkaji efektifitas tindakan
dimana perawat harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan
dasar klien, dan memutuskan apakah tindakan keperawatan perlu diulang atau
tidak. Berpikir dan mengumpulkan informasi tentang respon klien setelah
mendapatkan beberapa tindakan keperawatan. Bekerja sama dengan klien dalam
rangka evaluasi tindakan keperawatan adalah sangat penting. Berpikir kritis dalam
tahap evaluasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan model konsep total
recall

4
D. Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mecapai
tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga
perawat dapat mengambil keputusan:
1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan
untuk mencapai tujuan)
3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan) (Lyer dalam Nursalam, 2008)
E. Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 komponen (Pinnell dan Meneses,
1986, hlm.229-230) :
1. Menentukan kriteria, standar praktik, dan pertanyaan evaluatif.
a) Kriteria
Kriteria digunakan sebagai pedoman observasi untuk
pengumpuln data dan sebagai penentuan kesahihan data yang
terkumpul. Semua kriteria yang digunakan pada tahap evaluasi
ditulis sebagai kriteria hasil. Kriteria hasil menandakan hsil akhir
asuhan keperawatan. Sedangkan standar keperawatan digunakan
sebagai dasar untuk evaluasi praktik keperawatan secara luas.
Kriteria hasil didefinisikan sebagai sandar untuk menjelaskan
respons atau hasil dari rencana asuhan keperawatan. Hasil tersebut
akan menjelaskan bagaimana keadaan klien setelah dilakukan
observasi. Kriteria hasil dinyatakan dalam istilah prilaku
(behaviour) sebagaiman disebutkan dalam bab terdahulu, supaya
dapat diobservasi atau diukur dan kemudian dijelaskan dalam
istilah yang mudah dipahami. Idealnya, setiap hasil dapat
dimengerti oleh setiap orang yang terlibat dalam evaluasi.

5
b) Standar Praktik
Standar asuhan keperawatan dapat digunakan untuk
mengevaluasi praktik keperawatan secara luas. Standar tersebut
menyatakan hal yang harus dilaksanakan dan dapat digunakan
sebagai suatu model untuk kualitas pelayanan. Standar
harus berdasarkan hasil penelitian, konsep teori, dan dapat
diterima oleh praktik klinik keperawatan saat ini. Standar harus
secara cermat disusun dan diuji untuk menentukan kesesuaian
dalam penggunaannya. Contoh pemakaian standar dapat dilihat
pada Standar praktik Keperawatan yang disusun oleh ANA.
c) Pertanyaan Evaluatif
Untuk menentukan suatu kriteria dan standar, perlu
digunakan pertanyaan evaluative (evaluative questions)
sebagai dasar mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan dan
respons klien terhadap intervensi. Pertanyaan-pertanyaan yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi :
1. Pengkajian : apakah dapat dilakukan pengkajian pada klien?
2. Diagnosis : apakah diagnosis disusun bersama dengan klien?
3. Perencanan : apakah tujuan telah diidentifikasi dalam
perencanaan?
4. Implementas : apakah klien mengetahui tentang intervensi yang
akan diberikan?
5. Evaluasi : apakah modifikasi asuhan keperawatan diperlukan?
2. Mengumpukan data mengenai status kesehatan klien yang baru terjadi.
Pada tahap ini kita perlu mempertimbangkan beberapa pertanyaan. Siapa
yang bertanggung jawab dalam pengumpulan data? Kapan data tersebut
diperoleh? Dan sarana apa yang akan digunakan untuk memperoleh data?
Perawat professional yang pertama kali mengkaji data klien dan
menyusun perencanaan adalah orang yang bertanggung jawab dalam
mengevaluasi respon klien terhadap intervensi yang diberikan. Perawat
lain yang membantu memberikan intervensi kepada klien harus

6
berpartisipasi dalam proses evaluasi. Validitas informasi meningkat jika
lebih dari satu orang yang ikut evaluasi
3. Menganalisis dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
Perawat memerlukn ketrampilan dalam berfikir kritis, kemampuan
menyelesaikan masalah, dan kemampuan mengambil keputusan klinik.
Kemampuan ini diperlukan untuk menentukan kesesuaian dan pentingnya
suatu data dengan cara membandingkan data evaluasi dengan kriteria
serta standar dan menyesuaikan asuhan keperawatan yang
diberikan dengan kriteria dan standar yang sudah ada. Pada tahap ini
perawat dituntut untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin
dapat memengaruhi efektifitas asuhan keperawatan.
4. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
Pertama kali yang perlu dilaksanakan oleh perawat pada tahap
ini adalah menyimpulkan efektivitas semua intervensi yang telah
dilaksanakan. Kemudian menentkan kesimpulan pada setiap diagnosis
yang telah dilakukan intervensi. Yang perlu diingat disini adalah tidak
mungkin membuat suatu perencanaan 100% berhasil oleh karena itu
memerlukan suatu perbaikan dan perubhan-perubahan, sebaliknya
tidak mungkin perencanaan yang telah disusun 100% gagal. Untuk itu
diperlukan kejelian dalam menyusun perencanaan, intervensi yang tepat,
dan menilai respon klien setelah diintervensi seobjektif mungkin.
5. Melaksanakan intervensi yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
Pada tahap ini perawat melakukan intervensi berdasarkan hasil kesimpulan
yang sudah diperbaiki dari perencanaan ulang, tujuan, kriteria hasil,
dan rencana asuhan keperawatan. Meskipun pengajian dilaksanakan
secara rutin dan berkesinambungan, aspek-aspek khusus perlu dikaji
ulang dan penambahan data untuk akurasi suatu asuhan keperawatan.

7
F. Analisis Kasus

No Tgl No. Catatan Perkembangan TT


CDiagnosa
1. 26 Mei 1 S : Ibu pasien mengatakan anaknya batuk dan
2017 pilek.
O : K.u lemah
TTV : RR : 35 x / menit
S : 38,1 / menit
Kebersihan hidung kurang baik (terdapat
secret)
Auskultasi bunyi nafas : Ronchi +
Wheezing +
A : Bersihkan jalan nafas tidak efektif
P : Obs, TTV
Pemberian nebulaizer.

2. 26 Mei 2. S : Ibu pasien mengatakan anaknya panas naik


2017 turun.
O : K.u lemah
TTV : RR : 35 x / menit
S : 38.1℃
N : 105 x / menit
A :Peningkatan suhu tubuh (Hipertemi)
P : Obs, TTV
Berikan kompres dingin
Kolab dengan tim medis
Inf. D5 ¼ NS 1000cc / 24 jam
Inj. Cefotamix 1/3 mg
Inf. Paracetamol 60 mg / kg BB / min.
6 jam.

3. 26 Mei 3. S : Ibu mengatakan anaknya sudah tidak


2017 kejang lagi.
O : K.u lemah
TTV : S : 38,1℃
Tidak Nampak gelisah
A : Resiko Cedera tidak terjadi
P : Mengidentifikasikan kebutuhan
Keamanan pasien.

8
No. Tgl No. Catatan Perkembangan TT
Diagnosa
1. 27 Mei 1 S : Ibu pasien mengatkan batuk pilek anaknya
2017 sudah berkurang.
O : K.u lemah
TTV: RR: 30x/menit
S : 36,8℃
N : 120x/menit
Kebersihan hidung cukup baik
Auskultasi bunyi nafas: Ronchi +
Wheezing +
A: Bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi
P: Obs. TTV
Pemberian nebulaizer.

2. 26 Mei 2 S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak


2017 panas lagi.
O : K.u lemah
TTV : RR : 30 x / menit
S : 36.8 C
N : 120 x / menit
A : Peningkatan suhu tubuh (hipertemi)
P : Obs. TTV
Kolab dengan tim medis
Inf. D51/4 NS 1000cc / 24 jam
Inj. Cefotaxim 1/3 mg

3. 26 Mei 3 S : Ibu mengatakan anaknya sudah tidak kejang


2017 lagi.
O : K.u lemah
TTV : S : 36,8 C
Tidak Nampak gelisah
A : Resiko Cedera tidak terjadi
P : Interevensi dihentikan
HE bila kejang terjadi lagi.

9
Evaluasi 1

Pada evaluasi yang pertama sudah sesuai dengan pengertian evaluasi menurut konsep
berpikir kritis, meskipun hasil yang diinginkan belum tercapai namun perawat telah
mendapatkan informasi dari ibu pasien serta data objektif dari pasien dan perawat juga
telah melakukan rencana tindakan seperti pemberian nebulaizer untuk mengatasi masalah
bersihan jalan nafas yang tidak efektif.

Evaluasi 2

Pada evaluasi kedua belum sesuai dengan konsep berfikir kritis karena pada data subjective
mengtakan bahwa pasien badannya mengalami panas naik turun tetapi analisis yang
diambil oleh perawat yaitu peningkatan suhu tubuh (hipotermy), dan data tersebut setelah
dianalisa tidak sesuai dengan apa yang Ibu pasien katakan.

Evaluasi 3

Pada evaluasi ketiga sudah sesuai dengan pengertian evaluasi menurut konsep berfikir
kritis, karena analis yang diambil oleh perawat sesuai dengan apa yang dikatakan Ibu
pasien bahwa anaknya tidak lagi mengalami kejang.

Evaluasi 4

Pada evaluasi keempat belum susuai dengan pengertian evaluasi menurut konsep berfikir
kritis, perawat melakukan kesalahan pada tahap planning karena masih saja memberi obat
nebulaizer padahal Ibu pasien sudah mengatakan bahwa batuk pilek anaknya sudah
berkurang.

Evaluasi 5

Pada evaluasi kelima belum sesuai dengan pengertian evaluasi menurut konsep berfikir
kritis, karena pada bagian planning seharusnya intervensi dihentikan.

10
Evaluasi 6

Pada evaluasi keenam sudah sesuai dengn pengertian evaluasi menurut konsep berfikir
kritis, karena perawat telah mendapatkan data subyektif dari ibu pasien dan data objektif
data objektif dari pasien. Perawat juga telah melakukan rencana tindakan dan telah
mencapai hasil yang diharapkan.

11
BAB III

PENUTUPAN

A. Simpulan
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam
mempertanggungjawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan
keperawatan. Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh,
asumsi, prinsip, argumen, kesimpulan, isu, pertanyaan, keyakinan, dan aktivitas.
Berpikir kritis dalam tahap evaluasi adalah mengkaji efektifitas tindakan dimana
perawat harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien,
dan memutuskan apakah tindakan keperawatan perlu diulang atau tidak. Berpikir dan
mengumpulkan informasi tentang respon klien setelah mendapatkan beberapa tindakan
keperawatan.
B. Saran

Setelah membaca makalah ini, diharapkan ada kritik dan saran yang dapat
membangun sehingga kami dapat menyempurnakan makalah kami.

12
DAFTAR PUSTAKA
Nurjanah, Intansari.2010.Proses Keperawatan NANDA, NOC & NIC.Jogjakarta:
MocoMedia
Achjar, Komang Ayu Henny. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga
(Bagi Mahasiswa Keperawatan & Praktisi Perawat Perkesmas). Jakarta: Sagung Seto.
Ali, Zaidin. 2009. Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Mubarak, dkk., 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas 2: Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.
Nurhayati, 2011. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas (Makalah, diakses
Mei 2016). Jakarta: Prodi DIII Keperawatan RSIJ FKK Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika

13

Anda mungkin juga menyukai