Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH METODOLOGI KEPERAWATAN

“KONSEP BERPIKIR KRITIS DALAM PROSES KEPERAWATAN”

DOSEN PENGAMPU:

Ns. YELLYANDA, M.Kep

KELOMPOK 3:

1. ZAIZATUN HIDAYATI (PO71201230025)


2. NABILA SALMA (PO71201230005)
3. NADIA DWI PUTRI (PO71201230018)
4. JELITA PERMAISURI S (PO71201230011)
5. SHERLYTA FEBRIANTI S (PO71201230031)
6. ALYA SEPTA M (PO71201230003)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKES KEMENKES JAMBI

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materi.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap agar makalah ini bisa dipraktikkan pembaca dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 23 Februari 2023

Penulis...........................

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I ................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN................................................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG ................................................................................................ 1

B. TUJUAN .................................................................................................................... 2

C. MANFAAT ................................................................................................................ 2

BAB II.................................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN .................................................................................................................. 3

A. DEFINISI BERPIKIR KRITIS DALAM PROSES KEPERAWATAN ....................... 3

B. DEFINISI TAHAP-TAHAP PROSES KEPERAWATAN .......................................... 3

C. CONTOH TINDAKAN YANG DILAKUKAN DALAM TAHAP- TAHAP PROSES


KEPERAWATAN ............................................................................................................. 5

BAB III .............................................................................................................................. 15

PENUTUP ......................................................................................................................... 15

A. KESIMPULAN .......................................................................................................... 15

B. SARAN ...................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berpikir kritis ini adalah suatu konsep dasar dari keperawatan yang digunakan
untuk mendapat informasi baik spontan maupun tidak. Berpikir kritis sangatlah
penting dalam proses keperawatan, walupun demikian tidak semua perawat dapat
berpikir kritis. Untuk dapat melakukan hal tersebut seorang perawat harus mengetahui
apa itu berpikir kritis terlebih dahulu dan model-model yang dapat digunakan untuk
berpikir kritis.
Proses keperawatan adalah suatu tindakan yang bersifat sistematis oleh
perawat bersama dengan klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan klien mulai dari pelaksanaan pengkajian, menentukan
diagnosa keperawatan, menentukan rencana tindakan, melaksanakan implementasi
serta mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan dengan berfokus pada
klien, berorientasi pada tujuan asuhan keperawatan dan setiap tahap saling terkait dan
memiliki ketergantungan (Hidayat, 2021).
Pengkajian merupakan tahapan pertama dalam proses keperawatan. Seorang
perawat menggunaan cara yang sistematis dan dinamis dalam mengumpulkan dan
menganalisis data klien dari hasil wawancara, inspeksi dan observasi langsung. Hasil
pengkajian selanjutnya disusun dalam data dasar terkait kebutuhan, masalah
kesehatan, dan respon klien terdapat masalah yang dihadapi saat ini.
Diagnosis keperawatan merupakan suatu keputusan klinis terkait respon
individu, keluarga atau masyarakat terhadap gangguan kesehatan atau proses
kehidupan atau kerentanan yang aktual atau potensial.
Pada tahap intervensi, tujuan dan hasil dirumuskan. Tahap intervensi dalam
proses keperawatan digunakan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk
memenuhi kebutuhan klien agar efektif dan efisien.
Tahap implementasi merupakan tahap pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahapan sebelumnya. Tahap
implementasi ditunjukkan pada nursing orders yaitu membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, seperti mencegah komplikasi, peningkatan kesehatan,
pencegahaan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
1
Tahap evaluasi terus menerus dilakukan untuk menentukan eektifitas dari
rencana keperawatan keperawatan yang telah disusun, menentukan keberlanjutan
rencana keperawatan, melakukan revisi rencana keperawatan atau menghentikan
rencana keperawatan. Evaluasi selalu berkaitan dengan ketercapaian tujuan, apabila
dalam evaluasi tujuan yang telah ditetapkan pada intervensi tidak tercapai,maka perlu
dianalisis penyebabnya.

B. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Definisi Berpikir Kritis Dalam Proses Keperawatan
2. Untuk Mengetahui Definisi Dari Tahap-Tahap Proses Keperawatan
3. Untuk Mengetahui Contoh Tindakan Yang Dilakukan Dalam Tahap- Tahap
Proses Keperawatan

C. MANFAAT
1. Bagi penulis
Makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan yang dimiliki khususnya mengenai Berpikir Kritis dalam Proses
Keperawatan
2. Bagi pembaca
Makalah ini dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan dan sebagai
pedoman untuk Berpikir Kritis Dalam Proses Keperawatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI BERPIKIR KRITIS DALAM PROSES KEPERAWATAN

Berpikir kritis dalam proses keperawatan adalah kemampuan untuk menganalisis


informasi secara kritis dan objektif, serta mengambil keputusan yang tepat berdasarkan bukti
dan data yang tersedia. Dalam konteks keperawatan, berpikir kritis sangat penting karena
perawat harus mampu mengevaluasi kondisi pasien dengan cermat, mengidentifikasi masalah
kesehatan yang mungkin terjadi, dan merencanakan intervensi yang tepat untuk mengatasi
masalah tersebut.
Berpikir kritis dalam keperawatan melibatkan kemampuan untuk mengumpulkan
informasi secara sistematis, menganalisis data, dan membuat keputusan berdasarkan bukti
yang tersedia. Hal ini melibatkan kemampuan untuk mengenali dan mengevaluasi informasi
yang relevan, mengidentifikasi asumsi yang mendasari informasi tersebut, dan mengevaluasi
keandalan dan validitas informasi tersebut.
Dalam praktik keperawatan, berpikir kritis juga melibatkan kemampuan untuk
berkomunikasi dengan pasien dan anggota tim perawatan lainnya, serta mengambil keputusan
yang tepat dalam situasi yang kompleks dan seringkali berubah-ubah. Dengan berpikir kritis,
perawat dapat memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang terbaik dan paling
efektif, serta meminimalkan risiko kesalahan dan komplikasi yang mungkin terjadi.

B. DEFINISI TAHAP-TAHAP PROSES KEPERAWATAN

Proses Keperawatan yang diterapkan pada saat memberikan Asuhan Keperawatan


pada pasien terdiri dari lima tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Pengkajian

Effendy (1995) mengatakan pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses


keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang
klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.

Pengkajian merupakan proses sistematik dalam mengumpulkan, memeriksa,


mengkomunikasikan data tentang klien (Potter&Perry, 2005). Berdasarkan data

3
pengkajian tersebut, perawat akan mengembangkan rencana keperawatan dan
mengimplementasikan tindakan keperawatan yang sesuai untuk mengatasi
masalah kesehatan (Rachmawati, 2022). Pengkajian yang baik dan benar
memberi peluang bagi perawat untuk menerapkan pengetahuan dan pengalaman
dalam melakukan observasi dan pemeriksaan untuk mengumpulkan data tentang
klien.

2. Tahap Diagnosa
Diagnosis keperawatan adalah tahap kedua dalam proses keparawatan dan
merupakan suatu pernyataan dari masalah klien, baik aturan maupun resiko
berdasarkan data pengkajian yang sudah dianalisis.
Diagnosis keperawatan merupakan suatu keputusan klinis terkait respon
individu, keluarga atau masyarakat terhadap gangguan kesehatan atau proses
kehidupan atau kerentanan yang aktual atau potensial.

3. Tahap Intervensi (Perencanaan)


Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (DepKes,
1993).
Perencanaan adalah tahap ketiga dari proses keperawatan ketika perawat dank
lien mengembangkan tujuan dan criteria hasil dan strategi keperawatan untuk
mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah kesehatan klien (Kozier, 1995).
Ketidakmampuan klien untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri (self care
deficit) merupakan dasar dari intervensi keperawatan, baik itu terjadi karena
meningkatnya tuntutan kemandirian ataupun menurunnya kemampuan untuk
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri.

4. Tahap Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan
denngan tujuan kebutuhan klien terpenuhi secara optimal (Depkes, 1993).
Implementasi adalah fase ketika 21 perawat menerapkan perencanaan ke dalam
tindakan (Kozier, 1995). Implementasi adalah tahap keempat dari proses
keperawatan yang terkait dengan pelaksanaan perencanaan yang telah dibuat dan

4
mengacu pada rencana keperawatan. Perawat bertanggung jawab dalam
pelaksanaan rencana keperawatan dengan melibatkan klien dan keluarga serta
anggota tim keperawatan kesehatan yang lain.

5. Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
rencan keperawatan ( Depke datas, 1993). Evaluasi adalah proses untuk menjamin
kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan dengan meninjau keefektifan
rencana perawatan (Doenges, 1995). Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan dan diarahkan untuk menentukan renpon klien terhadap intervensi
keperawatan serta sebatas mana tujuan/criteria hasil sudah tercapai. Tujuan
perawat melakukan evaluasi adalah menentukan kemampuan klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan dan menilai efektifitas rencana
keperawatan/strategi asuhan keperawatan.

C. CONTOH TINDAKAN YANG DILAKUKAN DALAM TAHAP-TAHAP PROSES


KEPERAWATAN

1. Tahap Pengkajian
Analisis pertanyaan kritis perawat dalam setiap kegiatan pada tahap pengkajian,
antara lain:
a. Pengumpulan data
1) Mengetahui tujuan/ maksud dari pengumpulan data, apa yang akan
dilakukannya, manfaat apa yang didapat dari data tersebut?
2) Alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan pengumpulan data?
3) Hal-hal apa yang harus diperhatikan saat wawancara?
4) Teknik apa yang digunakan pada saat wawancara dan fase apa yang
sedang dialami?
5) Hal-hal apa yang harus diperhatikan pada saat melakukan observasi/
pengamatan?
6) Hal-hal apa yang harus diperhatikan pada saat memeriksa fisik klien,
perawat harus tahu dulu ciri/tanda dari keadaan fisik yang normal agar
dapat mengetahui terjadinya keadaan yang tidak normal atau

5
menyimpang? Alat-alat yang digunakan untuk melakukan pemerikasaan
fisik?
7) Sudahkah saya mempelajari data yang ada sebelum memulai pengumpulan
data?
8) Kapan suatu data yang diperoleh dapat menjadi indikasi/patokan adanya
suatu masalah dan intervensi seperti yang akan dilakukan?
9) Informasi/data apa yang sesuai atau relevan dan saya butuhkan serta
bagaimana saya menginterpretasikannya?
10) Apa yang saya dapatkan dari informasi/ data ini?
11) Masalah-masalah apa yang ditunjukkan oleh informasi/data ini?
12) Apakah saya sudah mengidentifikasikan masalah yang terpenting?
13) Apakah informasi/data ini menunjukkan masalah lain yang harus saya
pertimbangkan?
14) Apakah saya sudah mengumpulkan semua informasi/data yang saya
perlukan?
15) Apakah ada yang harus saya laporkan segera?
16) Apakah saya memerlukan tambahan bantuan?
17) Apakah klien ini mempunyai factor resiko?
18) Komplikasi yang manakah yang harus saya awasi?
19) Apakah ada factor yang berhubungan dengan usia?
20) Bagaimana hubungan keluarga menghadapi situasi ini?
21) Adakah factor budaya yang mempengaruhi?
22) Apakah hasil akhir/tujuan yang diharapkan dari klien ini?
23) Apakah yang akan menjadi tindakan pertama saya dalam situasi ini?
24) Bagaimana saya dapat menyusun rencana tindakan dengan tepat?

b. Pengelompokan/ pengorganisasian data


1) Sesuaikah pengelompokan data yang ada dengan data fisiologis atau
biologis?
2) Sesuaikah pengelompokan data yang ada dengan data psikologis?
3) Sesuaikah pengelompokan data yang ada dengan data sosial?
4) Sesuaikah pengelompokan data yang ada dengan data spiritual?

6
c. Pemvalidasian data
Apakah yang dibutuhkan saat validasi data? (pada saat melakukan
pemeriksaan fisik, bukti hasil laboratorium, foto rontgen, dll.).

d. Pendokumentasian data
1) Sudahkah melakukan pendokumentasian dengan benar?
2) Apakah format pengkajiannya telah sesuai dengan kondisi klien?

2. Tahap Diagnosa
Analisis pertanyaan kritis perawat dalam setiap kegiatan pada tahap diagnosis
keperawatan, antara lain :

a. Analisis data
1) Sudahkah melakukan analisis data yang ada dari hasil pengkajian,
sehingga perawat mampu mengidentifikasi data subjektif dan data
objektif yang mendukung masalah keperawatan?
2) Apakah sudah mengetahui data normal, sehingga perawat mampu
menganalisis data yang merupakan data fokus yang mendukung masalah
keperwatan?
3) Sudahkah melakukan pengelompokan data yang ada dalam kelompok
data subjektif dan data objektif?

b. Identifikasi masalah klien


1) Sudahkah mengidentifikasi data subjektif dan data objektif sehingga
perawat mampu memutuskan masalah yang ada? Apakah merupakan
masalah actual, resiko, kemungkinan, atau wellness?
2) Benarkah pada tahap identifikasi masalah ini perawat mendokumentasikan
hanya sebatas masalah keperawatan, bukan diagnosa keperawatan?
3) Masalah keperawatan yang harus diidentifikasi sesuai dengan data
subjektif dan data objektif yang ada?

c. Membuat pernyataan diagnosis keperawatan

1) Sudahkah menganalisis masalah keperawatan yang telah

7
didokumentasikan pada tahap analisis data?
2) Sudahkah menentukan etiologi/ penyebab dari masalah keperawatan
yang ada dengan menganalisis kembali data subyektif dan data
obyektif yang sudah dikelompokkan sesuai maasalah?
3) Sudahkah menentukan diagnosis keperawatan yang terdiri dari
problem/ masalah, etiologi/penyebab, dan tanda/ data obyektif serta
gejala/data subjektif?
d. Memprioritaskan diagnosis keperawatan

1) Sudahkah menganalisis diagnosis keperawatan yang ada pada klien?

2) Sudahkah membuat prioritas diagnosis keperawatan berdasarkan


hirarki Maslow dengan urutan:
a) Keadaan yang mengancam kehidupan, yaitu suatu keadaan yang
dapat menyebabkan kematian pada klien apabila tidak dilakukan
tindakan keperawatan secara cepat dan tepat.
b) Keadaan yang mengancam kesehatan yaitu suatu keadaan yang
dapat menyebabkan kondisi mengancam kehidupan jika tidak
dilakukan tindakan keparawatan secara cepat dan tepat.
c) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan yaitu tentang
pemahaman klien/keluarga terhadap kesehatan dan tindakan
keperawatan yang dilakukan.
e. Mendokumentasikan diagnosis keperawatan

1) Sudahkah melakukan dokumentasi diagnosis keperawatan sesuai dengan


prioritas?

2) Sudahkah melakukan dokumentasi tanggal ditemukannya


diagnosis keperawatan tersebut?
3) Sudahkah melakukan pencatatan sebagai pertanggung jawaban
yang harus disertai nama jelas dan padaf?
4) Sudahkah dokumentasi ditulis dengan tepat, lengkap, dan
mudah dibaca serta dimengerti oleh tim kesehatan lain yang
terkait?

3. Tahap Intervensi (Perencanaan)

8
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun rencana keperawatan:
1) Tindakan apa yang akan dilakukan. Ini berhubungan dengan masalah yang
klien alami.

2) Manegapa tindakan itu dilakukan. Ini menjelaskan bahwa apabila


tindakan tidak dilakukan akan berdampak pada kesehatan klien.
3) Kapan tindakan itu dilakukan. Ini sesuai dengan periode waktu
yang ada dan disesuaikan dengan kemampuan klien.
4) Siapa yang akan melakukan tindakan. Hal ini berhubungan dengan
kewenangan dan tanggung jawab seorang perawat.
5) Bagaimana caranya tindakan itu dilakukan. Berapa intervensi
keparawatan dilakukan dengan menggunakan prosedur tindakan
yang sudah ada. Misalnya, prosedur memasang infuse atau
memandikan.

Analisis pertanyaan kritis perawat dalam setiap kegiatan pada tahap perencanaan,
antara lain:

a) Meletakkan prioritas

Apakah perencanaan dibuat sesuai dengan prioritas diagnosis


keperawatan yang telah ditetapkan?
b) Menentukan tujuan dan kriteria hasil

a. Apakah hasil yang diharapkan dari inetrvensi keperawatan


dirumuskan dalam istilah tujuan/criteria hasil yang harus
spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, sesuai dengan kenyataan
dan ada periode waaktu pencapaian?
b. Apakah criteria hasil sudah sesuai standar/ patokan normal?

c) Mengidentifikasi intervensi yang interdependen

a. Sudahkah intervensi keperawatan untuk membantu memenuhi


kebutuhan dasar klien didasari oleh kode etik dan standar
praktik keperawatan professional yang telah berlaku?

b. Sudahkah klien dan keluarganya disertakan dalam melakukan

9
tindakan keperawatan?

c. Apakah sudah mengidentifikasi intervensi keperawatan


spesifik yang sesuai dengan pencapaian tujuan?

d. Sudahkah intervensi tersebut didasarkan pada


penyakit/masalah yang dialami klien?

e. Apakah informasi yang dimasukkan dalan rencana


keperawatan dituliskan dengan cara yang ringkas, sistematis
sehingga memudahkan penggunaannya oleh tenaga
keperawatan lain?

f. Sudahkah melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan


lainsesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya?

g. Apakah intervensi keperawatan ini sudah diwujudkan melalui


upaya-upaya promotif, yaitu membantu klien yang kurang
mampu untuk meningkatkan kemampuannya, antara lain:
 upaya preventif, yaitu mencegah penyakit dan atau kecacatan
 upaya rehabilitatif, yaitu pemberian asuhan selama sakit
 upaya pemulihannya
 consolation of dying, yaitu pendampingan bagi klien yang
menghadapi kematian agar tenang dan bermartabat?
h. Apakah diperlukan rencana keparawatan tambahan atau
apakah rencana keperawatan harus diulang kembali?
i. Apakah perawat mengetahui bahwa rencana keperawatan dapat
berubah jika masalah klien berubah, jika priritas masalah
bergeser, jika masalah teratasi, dan jika didapatkan informasi
tambahan tentang keadaan kesehatan klien

d) Membuat rasional tindakan dan mendokumentasikan

a. Sudahkah membuat rasional setiap tindakan yang dilakukan dengan


benar?

b. Apakah pendokumentasian rencana keperawatan sudah sesuai


dengan format yang ada yang terdiri dari diagnosis

10
keperawatan, tujuan dan criteria hasil, intervensi keperawatan,
dan rasional tindakan serta paraf yang diikuti nama jelas?
c. Apakah dalam pendokumentasian kalimat yang dituliskan
dalam rencana tindakan adalah kalimat perintah (kata kerja
pasif)?

4. Tahap Implementasi
Analisis pertanyaan kritis dalam setiap kegiatan pada tahap implementasi,
antara lain:

a. Mengkaji ulang

Apakah sebelum melakukan implementasi perawat melakukan


pengkajian ulang untuk mengetahui apakah tindakan tersebut masih
dibutuhkan oleh klien atau tidak?
b. Menentukan kebutuhan akan asisten perawat

Sebelum melakukan implementasi, perawat melakukan


pengkajian apakah tindakan dapat dilaksanan oleh perawat seorang diri
atau membutuhkan asisten.
c. Melaksanakan tindakan keperawatan

1) Apakah saat mengimplementasikan asuhan keperawatan, perawat


secara berkesinambungan mengkaji respons klien terhadap pelaksanaan
tindakan yang telah dilakukan?
2) Apakah semua rencana keperawatan diimplementasikan dengan
menerapkan sikap- sikap berpikir kritis, seperti integritas, kasih saying,
percaya diri, dan keinginan untuk menerima serta memahami respons
klien?
3) Apakah saat intervensi keperawatan diimplementasikan rencana
keperawatan dimodifikaasi sesuai dengan respons klien?
d. Dokumentasikan tindakan keperawatan

1) Apakah setelah melaksanakan tindakan keparawatan, perawat


mendokumentasikannya ke dalam format catatan keperawatan dan
menandatanganinya?
2) Apakah pencacatan sudah dibuat secara ringkas, jelas, dan obyektif

11
serta memenuhi criteria bahwa pencacatan yang dibuat menunjukkan
diagnosis keperawatan dan masalah kolaboratif: pencatatan yang dibuat
menggambarkan intervensi keperawatan dan respons klien terhadap
intervensi tersebut; pencacatan yang dibuat mencakup semua data
tambahan yang relevan?
3) Apakah pendokumentasian catatan keperawatan menggunakan kalimat
aktif? Perawat harus memperhatikan respon klien, baik respon yang
diungkapkan klien (subyektif) maupun respons yang dilihat perawat
(obyektif)?
5. Tahap Evaluasi
Analisis pertanyaan kritis dalam setiap kegiatan pada tahap evaluasi, antara
lain:

a. Mengidentifikasikan kriterian hasil, sehingga perawat dapat


mengukur keberhasilan pencapaian tujuan.
Apakah criteria hasil yang dibuat dalam perencanaan sudah dapat
mengukur pencapaian tujuan bagi klien?

b. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan pencapaian kriteria hasil.

Apakah sudah mengumpulkan data perkembangan yang berkaitan


dengan pencapaian criteria hasil (data subyektif dan data obyektif)?

c. Membandingkan data klien dengan criteria hasil dan


menggambarkan kesimpulan tentang masalah klien.
1) Apakah perawat sudah melakukan perbandingan data klien dengan criteria
hasil?

2) Apakah perawat sudah menyatakan pada tujuan bahwa masalah sudah


tercapai/ teratasi?

3) Apakah perawat sudah menyatakan pada tujuan bahwa masalah sudah


sebagain tercapai/ teratasi sebagian?
4) Apakah perawat sudah menyatakan pada tujuan bahwa masalah tidak
tercapai/ tidak teratasi?

12
d. Mengulang dan memodifikasi perencanaan

1) Pada masalah yang teratasi, sebagian apakah perawat melakukan


analisis bahwa perencanaan dapat dilanjutkan atau dimodifikasi agar
masalah tersebut dapat teratasi?
2) Pada masalah yang teratasi, apakah perawat menganalisis bahwa
perencanaan dihentikan atau akan dipertahankan sesuai dengan kondisi
klien?
3) Jika kemajuan tidak tercapai sesuai denga tujuan, apakah perawat
sudah mengkaji ulang/memperbaiki rencana keperawatan?

e. Mendokumentasikan catatan perkembangan

1) Apakah perawat mendokumentasikannya ke dalam format catatan


perkembangan dan menandatanganinya?
2) Apakah format catatan perkembangan sudah terdapat: nomor diagnosis,
tanggal/waktu, subyektif, obyektif, analisis, dan perencanaan (SOAP)
serta paraf dan nama?

Secara umum, evaluasi atau penilaian yang dapat dilakukan secara keseluruhan
dari asuhan keperawatan yang telah diberikan, antara lain:
1. Apakah asuhan keperawatan tersebut efektif?

2. Apakah tujuan keperawatan dapat dicapai pada tingkat tertentu?

3. Apakah perubahan perilaku klien seperti yang diharapkan?

4. Strategi keperawatan/pemecahan masalah manakah yang efektif?

5. Apakah diagnosis keperawatan dan masalah-masalah kolaboratif akurat?

6. Apakah klien sudah mencapai hasil yang diharapkan?

7. Apakah klien mencapai hasil yang diharapkan didalam periode waktu yang
singkat?

8. Apakah masalah keperawatan sudah diatasi?

9. Apakah kebutuhan keperawatan klien sudah dipenuhi?

10. Apakah intervensi keperawatan harus dipertahankan, diubah, atau dihentikan?

13
11. Apakah ada masalah baru yang timbul ketika intervensi keperawatan belum
direncanakan atau diimplementasikan?
12. Faktor apakah yang mempengaruhi pencapaian tujuan atau kurang tercapainya
tujuan?

13. Apakah prioritas diagnosis keperawatan harus disusun kembali?

14. Apakah perubahan harus dibuat pada tujuan dan criteria hasil?

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berpikir kritis dalam proses keperawatan adalah kemampuan untuk menganalisis


informasi secara kritis dan objektif, serta mengambil keputusan yang tepat berdasarkan bukti
dan data yang tersedia. Berpikir kritis dalam keperawatan melibatkan kemampuan untuk
mengumpulkan informasi secara sistematis, menganalisis data, dan membuat keputusan
berdasarkan bukti yang tersedia.

Pelaksanaan proses keperawatan secara sistematis yang dilakukan oleh perawat


bersama pasien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan
pengkajian, diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan,
serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan dengan berfokus pada
pasien.

Dengan berpikir kritis dalam proses keperawatan, perawat dapat memastikan bahwa
pasien menerima perawatan yang terbaik dan paling efektif, serta meminimalkan risiko
kesalahan dan komplikasi yang mungkin terjadi.

B. SARAN

1. Bagi pembaca
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan pembaca
terkait dengan berpikir kritis dalam melaksanakan proses keperawatan. Khususnya yang
berminat untuk mengetahui lebih jauh tentang berpikir kritis dan proses keperawatan maka
perlu membaca sumber tulisan lain mengenai materi tersebut. Sehingga akan lebih
memahami materi berpikir kritis dalam proses keperawatan.

2. Bagi penulis makalah selanjutnya


Bagi penulis selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan tulisan dan lebih
memfokuskan terhadap materi yang akan ditulis.

15
DAFTAR PUSTAKA

Efendy, M.A. Purwandari, R. (1995). Perbedaan Tingkat Kualitas Dokumentasi Proses


Keperawatan Sebelum dan Sesudah Penerapan NANDA-1, NIC dan NOC. Jurnal
Keperawatan Soedirman. Vol. 7(2). 67-77.
Ulemadja Wedho, Maria Margaretha, Margaretha Tely, and Yoani MVB Aty. "Metodologi
Keperawatan." (2019).
Pradiptha, I. Dewa Agung Gde Fanji, (2023), Buku Ajar Proses Keperawatan Dan Berpikir
Kritis, Kota Jambi, PT. Sonpedia Publishing Indonesia.
Potter& Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik.
Edisi 4 Jakarta: EGC.
Rachmawati, K. & Herawati. (2022). Pengkajian Keperawatan Kesehatan Lahan Basah
Berfokus pada Keperawatan Komunitas. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan. 10(3):
376-391.DOI: 10.20527/dk.v10i3.199.

16

Anda mungkin juga menyukai