Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BERPIKIR KRITIS

DALAM SETIAP PROSES KEPERAWATAN

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

DOSEN : KRISTIN ROSELA, SST., M.Kes.

DISUSUN OLEH :

1. ADMI SAW BILLA


2. DEBY KRISTANTO
3. ESTY PUJIANINGSIH
4. FAHRIANIE
5. MERRYLINDA PERMATA
6. NOVIANA ARIE HAWINI
7. PRATIWI
8. RETNO WIDHIASIH
9. SUSIE
10. YENI KRISTINA DEWI

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

ALIH JENJANG ANGKATAN XI

STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya kepada
kita semua sehingga tugas Makalah “Berpikir Kritis Dalam Setiap Proses Keperawatan” ini
dapat kita selesaikan. Makalah ini kami buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata
kuliah Konsep Dasar Keperawatan.

Kami berharap semoga Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi Makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Kami menyadari Makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya
Makalah ini dapat dikembangkan lagi lebih lanjut. Amin.

Palangka Raya, 30 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................... i

Kata Pengantar ................................................................................................................... ii

Daftar Isi .............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 4

1.2 Tujuan ............................................................................................................................. 4

1.3 Manfaat ........................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ........................................................................................................................ 7

2.2 Berpikir Kritis Dalam Proses Keperawatan .................................................................... 10

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Berpikir adalah suatu proses yang menggunakan akal budi atau pikiran untuk
memutuskan sesuatu. Menurut Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa berpikir
memiliki sifat yang ideal dalam melakukan aktivitas atau kegiatan.

Berpikir kritis adalah suatu proses aktivitas dimana seseorang dapat memecahkan
masalah melalui ide-ide yang telah dianalisis terlebih dahulu. Menurut Tappen (1989)
mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu keterampilan dalam pengembangan
untuk memecahkan suatu masalah.

Perawat merupakan bagian dari pemberian layanan kesehatan yang memberikan


asuhan keperawatan dengan menggunakan pengetahuan dari ilmu keperawatan, sehingga
perawat harus selalu berpikir kritis dalam keadaan apapun agar pemberian layanan dapat
dilakukan dengan efisien. Asuhan keperawatan merupakan suatu kewajiban bagi seorang
perawat kepada pasien dalam menjalankan tugasnya demi kelangsungan hidup pasien.
Oleh sebab itu, sebelum melakukan pengambilan keputusan dalam asuhan keperawatan,
berpikir kritis merupakan hal sangat penting dan esensial yang perlu dilakukan oleh
seorang perawat karena berpikir kritis dalam keperawatan merupakan keterampilan untuk
menguji berbagai permasalahan yang berdasarkan pertimbangan yang logis sebelum
mengambil suatu keputusan dalam asuhan keperawatan (Ignatavicius & Workman, 2006).

Di dalam berpikir kritis, terdapat karakteristik, proses, dan juga aplikasi. Oleh karena
itu, karakteristik dari berpikir kritis meliputi karakteristik intelektual dan karakteristik
professional. Berpikir kritis memiliki lima proses dalam keperawatan yaitu berpikir kritis
pada tahap pengkajian, tahap diagnosis keperawatan, tahap perencanaan, tahap
implementasi, dan tahap evaluasi. Sehingga dari proses tersebut, dapat diketahuinya
penerapan atau pengaplikasian berpikir kritis dalam keperawatan.

4
1.2 Tujuan

Tujuan pembelajaran :

1. Mampu menerapkan berpikir kritis dalam proses keperawatan pada kasus yang
diberikan.

2. Mampu menganalisis pertanyaan kritis pada setiap kegiatan dalam tahap pengkajian.

3. Mampu menganalisis pertanyaan kritis pada setiap kegiatan dalam tahap diagnosa
keperawatan.

4. Mampu menganalisis pertanyaan kritis pada setiap kegiatan dalam tahap perencanaan.

5. Mampu menganalisis pertanyaan kritis pada setiap kegiatan dalam tahap


implementasi.

6. Mampu menganalisis pertanyaan kritis pada setiap kegiatan dalam tahap evaluasi.

Berpikir kritis dalam keperawatan bertujuan untuk menganalisis penggunaan bahasa,


perumusan masalah, penjelasan dan ketegasan asumsi, kuatnya bukti bukti, menilai
kesimpulan, membedakan antara yang baik dan buruknya argument, serta mencari
kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar, serta tindakan yang dilakukan
dalam keperawatan. (Deswani, 2009).

Kajian ini bertujuan agar asuhan keperawatan yang kita berikan cepat, tepat, tidak
membahayakan pasien dan adanya hubungan kerja sama antara pasien dan perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan, kemudian bertujuan untuk mendapatkan kejelasan yang
akurat tentang keadaan pasien dari pihak keluarga pasien sendiri dan juga sebagai standar
keperawatan di rumah sakit.

1.3 Manfaat

Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah
sebagai berikut :

1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.


5
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan
tujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang
dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.
13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.

Berpikir kritis dalam keperawatan bertujuan untuk menganalisis penggunaan bahasa,


perumusan masalah, penjelasan, dan ketegasan asumsi,kuatnya bukti bukti, menilai
kesimpulan, membedakan antara yang baik dan buruknya argument, serta mencari
kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar, serta tindakan yang dilakukan
dalam keperawatan. (Deswani, 2009).

Kajian ini bertujuan agar asuhan keperawatan yang kita berikan cepat, tepat,tidak
membahayakan pasien dan adanya hubungan kerja sama antara pasien dan perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan,kemudian bertujuan untuk mendapatkan kejelasan yang
akurat tentang keadaan pasien dari pihak keluarga pasien sendiri dan juga sebagai standar
keperawatan di rumah sakit

Seorang perawat yang bekerja lebih lama akan sangat mudah dapat berpikir kritis
dikarenakan belajar dari pengalaman pengalaman lalu yang didapatkannya sehingga
tingkat pengetahuan juga akan meningkat, tetapi Pembelajaran dan pengalaman tidak
dapat dipisahkan karna sama-sama dibutuhkan untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan perawat dalam mengenali, melaporkan, dan menanggapi masalah pasien.

6
Perawat yang selalu berpikir kritis atau kreatif akan selalu melihat dan memecahkan
masalah dengan sudut pandang yang berbeda dan mempertimbangkan dengan mendalam
setiap masalah yang akan diambil demi kebaikan pasien dan diri sendiri.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Berpikir kritis merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan


mencangkup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi, sedangkan berpikir kritis
merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep yang berhubungan dengan proses
belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang, sebagai seorang perawat yang
merupakan bagian dari pemberi layanan kesehatan, yaitu memberi layanan asuhan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan akan selalu dituntut untuk
berpikir kritis dalam berbagai situasi. Penerapan berpikir kritis dalam proses keperawatan
dengan kasus yang nyata akan memberikan gambaran kepada perawat tentang pemberian
asuhan keperawatan yang komprensif dan bermutu. (Budiono dan Sumirah,2015,p.90).

Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen penting dari akuntabilitas


profesional dalam memberikan asuhan keperawatan berkualitas.perawat diharapkan dapat
berpikir kritis untuk memproses data yang kompleks dan membuat keputusan yang cerdas
mengenai perencanaan dan pengelolaan mengingat pentingnya hal tersebut dalam
pembuatan keputusan, problem solving dan clinical judgment, sedangkan kepercayaan
diri mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan individu, dari kemampuan individu
untuk berpikir optimis dan bertahan melalui kesulitan, serta pengembangan rasa percaya
diri adalah komponen yang sangat penting dalam pengambilan keputusan keperawatan.
(Carlos and all,2014 dalam jurnal Tri ayunda 2018)

Berpikir kritis penting dilakukan oleh perawat sebelum mengambil keputusan dalam
asuhan keperawatan.Asuhan keperawatan merupakan satu metode ilmiah dalam
penyelesaian masalah klien. Kemampuan perawat mengidentifikasi masalah klien dan
memilih solusi intervensi yang tepat tidak lepas dari kemampuan perawat berpikir kritis,
7
yaitu kemampuan perawat menggali alasan berdasarkan evidence base dari setiap
problem dan solusi yang teridentifikasi. Kemampuan berpikir kritis dapat digunakan
ketika menyelesaikan masalah keperawatan (Zori & Morrison, 2009 dalam jurnal
bambang sudono, 2017).

Perawat melakukan pengambilan keputusan dalam setiap tindakan, merencanakan


dan memberikan asuhan. Efektifitas dan ketepatan pengambilan keputusan membutuhkan
kemahiran dalam mengumpulkan data dan keterampilan berpikir kritis.Berpikir kritis
dalam keperawatan merupakan komponen yang sangat penting dari akuntabilitas
profesional dan salah satu penentu kualitas asuhan keperawatan. Perawat yang memiliki
kemampuan berpikir kritis akan menunjukkan sikap percaya diri, berpandangan
konseptual, kreatif, fleksibel, rasa ingin tahu, berpikiran terbuka, tekun dan reflektif
(Ingram, 2008 dala, jurnal bambang sudono,2017).

Strategi dalam peningkatan berpikir kritis dalam keperawatan ini dapat dilakukan
dengan cara mengikuti pelatihan dalam masalah-masalah klinis sebagai kompetensi,
melalui pembelajaran, dan pengalaman,melaui hal tersebut perawat diharapkan dapat
lebih ketat untuk berpikir kritis dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang akan
diberikan kepada pasien dengan banyak mempertimbangkan baik buruknya.

Dalam penerapan pembelajaran berpikir kritis dalam keperawatn dapat digunakan


tiga model, yaitu feeling model, vision model, dan examine model. (Deswani,2009).

1. Feeling Model

Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan,
Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan,
kepekaan dalam melakukan aktivitas keperawatan, dan perhatian/kewaspadaan. Misalnya
terhadap aktivitas dalam pemeriksaan tanda tanda vital, perawat merasakan
gejala,petunjuk, serta perhatiam kepada pernyataan dan perasaan pasien.

2. Vision Model

Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikirp, mengorganisasi dan


menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesisi, analisis, dugaan, dan ide tentang
permasalahan perawatan kesehatan klien. Berpikir kritis ini digunakan untuk mencari
8
prinsip prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk mrespons
ekspresi, baik perasaan perawat maupun perasaan pasien.

3. Examine Model

Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi. Perawat menguji ide
dengan bantuan kriteria yang relavan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang
tepat umtuk analisis, mencari,menguji, melihat konfirmasi,kolaborasi, menjelaskan, dan
menentukan suatu yang berkaitan dengan ide.

Factor yang bisa menurunkan kemampuan berpikir kritis seseorang adalah terjebak
dalam rutinitas, dan juga cara tersering yang membuat terjebak dalam rutinitas adalah
membiasakan kita menggunakan model kebiasaan berlebihan (Rubenfeld & Scheffer,
2007).

Faktor-faktor lainnya yang dapat juga mempengaruhi kemampuan seseorang dalam


berpikir kritis adalah kondisi fisik seseorang, keyakinan diri/ motivasi, merasa
kecemasan, kebiasaan atau rutinitas yang dikerjakan, perkembangan intelektual,
konsistensi atau ketetapan, perasaan atau emosi, dan pengalaman yang biasa rutin
dilakukan sewaktu bekerja (Rubenfeld & Scheffer, 2007).

Berbagai faktor tersebut dapat berkontribusi memberikan pengaruhnya terhadap


kemampuan berpikir kritis perawat disaat melaksanakan asuhan keperawatan dan juga
dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis perawat menurun disaat menghadapi
pasien. Namun ini juga tergantung dari metode yang digunakan dalam mengukur
kemampuan berpikir kritis perawat disaat melaksanakan asuhan keperawatan.(Yanti &
Mulyandi,2019)

Ada empat bentuk alasan berpikir kritis yaitu : deduktif, induktif, aktivitas informal,
aktivitas tiap hari, dan praktek. Untuk menjelaskan lebih mendalam tentang defenisi
tersebut, alasan berpikir kritis adalah untuk menganalisis penggunaan bahasa, perumusan
masalah, penjelasan dan ketegasan asumsi, kuatnya bukti-bukti, menilai kesimpulan,
membedakan antara baik dan buruknya argumen serta mencari kebenaran fakta dan nilai
dari hasil yang diyakini benar serta tindakan yang dilakukan.

9
2.2 Berpikir Kritis Dalam Proses Keperawatan Pengkajian

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah Langkah awal dan paling mendasar dalam proses keperawatan
secara keseluruhan (Departemen Kesehatan, 1993). Pengkajian adalah proses
pengumpulan, pengorganisasian, validasi dan pencatatan data tentang status klien.
Data yang ada didapat dari berbagai sumber dan merupakan dasar pengambilan
keputusan untuk tahapan selanjutnya (Kozier, 1995). Pengkajian adalah proses
sistematik dalam mengumpulkan, memeriksa, mengkomunikasikan data tentang
klien (Perry and Potter, 1997). Tujuan dari pengkajian adalah mengumpulkan data
tentang respon klien terhadap Kesehatan atau penyakitnya. Pengkajian yang baik
dan benar memberi peluang bagi perawat untuk menerapkan pengetahuan dan
pengalaman dalam melakukan observasi dan pemeriksaan untuk mengumpulkan
data tentang klien.

Analisis pertanyaan kritis perawat dalam setiap kegiatan pada tahap pengkajian,
antara lain :

1. Pengumpulan data
2. Pengelompokan data
3. Pemvalidasian data
4. Pendokumentasian data

2.2.2 Berpikir Kritis Pada Tahap Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah tahap kedua dalam proses keperawatan dan


merupakan suatu pernyataan dari masalah klien, baik aturan maupun resiko
berdasarkan data pengkajian yang sudah dianalisis. Analisis pertanyaan kritis
perawat dalam setiap kegiatan pada tahap diagnosis keperawatan, antara lain :

1. Analis data
2. Identifikasi masalah klien
3. Membuat pernyataan diagnosis keperawatan
10
4. Memprioritaskan diagnosa keperawatan
5. Mendokumentasikan diagnose keperawatan
2.2.3 Berpikir Kritis Pada Tahap Perencanaan

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan secara kritis dalam menyusun rencana


keperawatan adalah :

1. Tindakan apa yang akan dilakukan


2. Mengapa tindakan itu dilakukan
3. Kapan tindakan itu dilakukan
4. Siapa yang akan melakukan
5. Bagaimana cara Tindakan itu dilakukan

2.2.4 Berpikir Kritis Pada Tahap Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan


tujuan kebutuhan klien terpenuhi secara optimal. Analisis pertanyaan kritis dalam
setiap kegiatan pada tahap implementasi adalah :

1. Apakah anda mengkaji ulang kondisi klien untuk menentukan apakah tindakan
masih sesuai dengan kondisi pasien.
2. Apakah sudah dipikirkan perlu tidaknya asistan yang membantu tindakan.
3. Apakah tindakan dilakukan dengan sikap kasih saying, hati-hati dan dengan
percaya diri.
4. Apakah tindakan sudah didokumentasikan dengan benar.

2.2.5 Berpikir Kritis Pada Tahap Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pada tahap ini dibutuhkan
kemanpuan berpikir kritis guna mengevaluasi efektifitas tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah klien dan perlu tidaknya modifikasi tindakan keperawatan.

11
BAB III

KESIMPULAN

Berpikir kritis dalam keperawatan adalah proses berpikir dalam keperawatan dengan
terperinci dengan benar benar mempertimbngkan baik buruknya dalam memberikan layanan
kesehatan,yaitu memberi layanan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan.

Perawat yang selalu berpikir kritis atau kreatif akan selalu melihat dan memecahkan
masalah dengan sudut pandang yang berbeda dan mempertimbangkan dengan mendalam
setiap masalah yang akan diambil demi kebaikan pasien,diri sendiri dan Kemampuan berpikir
kritis sangat diperlukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Peningkatan kemampuan
berpikir kritis akan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

Tujuan berpikir kritis adalah untuk menganalisis penggunaan bahasa, perumusan


masalah, penjelasan, dan ketegasan asumsi,kuatnya bukti bukti, menilai kesimpulan,
membedakan antar yang baik dan buruknya argument, serta mencari kebenaran fakta dan nilai
dari hasil yang diyakini benar, serta tindakan yang dilakukan dalam keperawatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aldova, E, Hauser, O. And Postupa, R.1953.

Alec fisher. (2017) Berpikir kritis sebuah pengantar.jakarta: Erlangga.

Bambang sudono. (2017). Gambaran kemampuan berpikir kritis perawat primer dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah sakit islam Surakarta. Jurnal ilmu
keperawatan Indonesia,10(1),81- 93.

Budiono & Budi. (2015). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: Bumi medika.

Deswani. ( 2009). Proses keperawatan dan berpikir kritis. Jakarta: Salemba medika

Feng and all. (2010). Critical thinking competence and disposition of clinical nurse in a
medical center. Journal of Nursing Rearch, 18(2), 77- 8.

Ilfa, and all .(2018). Faktor faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan perawat
dalam ketepatantriase di kota Padang, jurnal for health sciences,2(1),1-2.

13

Anda mungkin juga menyukai