Anda di halaman 1dari 16

DOSEN PEMBIMBING:

Dr.Reni Chairani,M.kep,.Sp.kep.kom

DISUSUN OLEH TINGKAT I :


ELDA ALFIYANI (P17120119013)
FATIMAH WANDA (P17120119014)
FINA WIDYA SASMITA (P17120119015)
HANNA KARTIKA WIJAYANTY (P17120119017)
HAURA NIDA ZAKIYYAH (P17120119018)

JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-IV NERS
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA I
2019/2020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................4
B. TUJUAN...................................................................................................................................6
C. RUANG LINGKUP MATERI................................................................................................6
BAB II..............................................................................................................................................7
LANDASAN TEORI.......................................................................................................................7
A. Definisi Berpikir Kritis............................................................................................................7
B. Fungsi Berpikir Kritis Dalam Keperawatan.........................................................................8
C. Elemen Berpikir Kritis................................................................................................................9
C.      Model Berfikir Kritis dalam Keperawatan........................................................................11
D.     Analisa Berfikir Kritis..........................................................................................................12
BAB III..........................................................................................................................................13
PEMBAHASAN............................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Abraham Maslow (1970) telah membagi kebutuhan menjadi 5 salah satunya (self
actualization needs) kebutuhan aktualisasi diri . kebutuhan ini merupakan tingkatan
tertinggi, menjadi kebutuhan lain telah terpenuhi (R Siti Maryam, Pudjiati, Gustina, &
Een Raenah, 2013) . ini melibatkan harapan seseorang untuk mencapai potensi yang
paling penuh. (Hersey ,Blanchard, 1977). Kebutuhan aktualisasi diri diantaranya
terdiri dari kemampuan mengatasi masalah. Dalam mengatasi masalah mahasiswi
keperawatan membutuhkan berpikir kritis.

Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan


mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berfikir
kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berfikir yang berhubungan
dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga
membahas tentang komponen berfikir kritis dalam keperawatan yang didalamnya
dipelajari defenisi, elemen berfikir kritis,model berfikir kritis,analisa berfikir
kritis,berfikir logis dan kreatif,

Krakteristik berfikir kritis, pemecahan masalah dan langka-langka pemecahan


masalah, proses pengambilan keputusan, fungsi berfikir kritis,model penggunaan
atribut, proses intuisi, indikator, dan prinsip utama .Perawat sebagai bagian dari
pemberi layanan kesehatan, yaitu memberi asuhankeperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan akan selalu dituntut untuk berfikir kritisdalam berbagai situasi.
penerapan berfikir kritis dalam proses keperawatan dengan kasus nyatayang akan
memberikan gambaran kepada perawat tentang pemberian asuhan keperawatan yang
komprehensif dan bermutu.

Hasil penelitian jurnal (Rumah, Hermina, 2018) teori Perry dan Potter (2010)
yang mengatakan bahwa asuhan keperawatan merupakan kegiatan kompleks yang
menuntut keterampilan kognitif, psikomotor dan afektif untuk menilai intuitive dan
kreativitas. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat akan menghadapi
bermacam-macam situasi klinis sehingga perawat harus mampu berfikir cerdas dalam
setiap situasi yang dihadapinya untuk mampu membuat keputusan yang tepat dan
akurat terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan kepada pasien .
B. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu menerapkan berpikir kritis dalam keperawatan

2. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu menganalisis berpikir kritis dalam keperawatan

C. RUANG LINGKUP MATERI


Ketepatan menganalisis dalam aspek berpikir kritis dalam keperawatam
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Berpikir Kritis

Apa itu berikir kritis ? dalam jurnal (Manusia, n.d.) Menurut para ahli (Perry
dan Potter,2005), berpikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu
dituntut untuk mengintervensikan atau mengevaluasi informasi untuk membuat
sebuah penilain atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu
pengetahuan dan pengalaman. Menurut Bandman (1988), berpikir kritis  adalah
pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip,
pemikiran,masalah, kepercayaan, dan tindakan.

Menurut Strader  (1992), berpikir kritis adalah suatu proses pengujian yang
condong terhadap pendapat atau fakta yang mutahir dan mengintervensikan serta
mengevaluasikan pendapat-pendapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan
tentang adanya perspektif pandangan baru. Proses berpikir ini dilakukan sepanjang
waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan
pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi,
ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas
dari sebuah proses berpikir dan belajar.

Untuk lebih mengoptimalkan dalam proses berpikir kritis setidaknya paham


atau tau dari komponen berpikir kritis itu sendiri, dan komponen berpikir kritis
meliputi pengetahuan dasar, pengalaman, kompetensi, sikap dalam berpikir kritis,
standar/ krakteristik berpikir kritis. Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam
berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir
ulang, oposisi, tantangan dan dukungan. berpikir kritis adalah proses perkembangan
kompleks, yang berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis
adalah denominatur umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam
pemikiran yang disiplin dan mandiri.

Apakah Berfikir kritis perlu bagi perawat ?

Berdasarkan hasil analisis yang telah dijabarkan sebelumnya. Didapatkan bahwa


berpikir kritis mempengaruhi asuhan keperawatan. Hubungannya yaitu semakin
baiknya kemampuan perawat dalam berpikir kritis maka asuhan keperawatan yang
diberikannya tentu akan baik. Sedangkan untuk buruk nya kemampuan dalam berpikir
kritis tentu juga akan berpengaruh terhadap asuhan keperawatan yang diberikannya
karena kurang baik atau kurang maksimal dalam mengaplikasikan kemampuannya.
Ini merupakan salah satu penyebab mengapa berpikir kritis dianggap penting untuk
diasa dan ditumbuh kembangkan dalam diri seorang perawat.

Dapat juga dikatakan bahwa berfikir kritis memiliki fungsi tersendiri, salah
satunya adalah untuk pengetahuan teknik dan keterampilan dalam asuhan
keperawatan. Hal itu sama seperti yang dijabarkan dalam teori modul pembelajaran
yang dikeluarkan KEMENKES (Kementrian Kesehatan) mengenai manfaat dan
fungsi berpikir kritis bagi keperawatan yaitu penerapan profesionalisme, penting
dalam membuat keputusan, penerapan proses keperawatan, mengetahui penampilan
kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan (Indriatie, 2013).

B. Fungsi Berpikir Kritis Dalam Keperawatan

fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah sebagai


berikut:1.Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari
2.Membedakan sejumlah penggunaan dan isu- isu dalam keperawatan
3.Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan 4.Menganalisis
pengertian hubungan dari masing-masing idikasi, penyebab dan tujuan, sertatingkat
hubungan. 5.Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan
yang dilakukan. 6.Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam
keperawatan.7.Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam
keperawatan. 8.Membuat dan mengecek dasar analisis dan faliidasi data
keperawatan. 9.Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas
keperawatan 10.Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan.
11.Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan
12.Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan akktifitas nilai-nilai
keputusan.13.Mengefaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan.

Model penggunanaan atribut


Berdasarkan penelitan sebelumnya, penelitian ini mencoba mempertimbangkan
efekketidak linieran tersebut untuk perjalanan dengan range yang cukup signifikan
perbedaannyadalam penelitian model penggunaan atribut ini dilakukan untuk
mempelajari perilaku pemilihanmodel dengan menvariasikan berbagai jenis
model.dengan mempertimbangkan efek ketidaklinieran nilai atribut antara lain
melalui penggunaan presentase perubahan nilai atribut sebagainilai atribut model
dalam keperawatan.

Proses intuisi merupakan pendorong utama untuk benalar logis (masuk


akal)sekaligus pemicu aktifitas berfikir bagi siswa untuk itu perlu adanya upaya
pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat dan efektif untuk tercapainya
kemampuan berfikir yang diharapkanmampu mengoptimalkan serta memupuk sikap
positif dan pola berfikir yang membudaya dalammengatasipermasalahan real word.
Sala satu solusi yang dipandang tepat untuk mewujudkantuntutan tersebut adalah
pendekatan kontekstual berbasis intuisi sebagai suatu pendekatan yangdiawali
dengan berintiwisi informal dalam menyelesaikan masalah berkonteks yang
rancangsecara kusus.

C. Elemen Berpikir Kritis

Berdasarkan jurnal (Sarjana, Keperawatan, Keperawatan, Sumatera, & Utara, n.d.)


elemen inti Pendidikan keperawatan terdapat pada pemilihan dan penggunaan
kegiatan pembelajaran yang mendukung konsep berpikir kritis yang diperlukan dalam
aplikasi proses keperawatan serta mendukung lingkungan pembelajaran yang aktif
(Kinchin, 2014).

Mahasiswa akan mendapatkan pengalaman yang nyata secara langsung


tentang suatu konsep dalam keperawatan sehingga akan mendorong aplikasi
pemecahan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang mereka dapat
sebelumnya di lingkungan akademik (Koontz, Mallory, Burns, & Chapman, 2010).

Kegiatan pembelajaran ini merangsang konsep berpikir kritis merupakan


aspek penting dan dasar dalam pendidikan keperawatan karena proses ini
menggabungkan transformasi pengetahuan kedalam keahlian memahami,
mengaplikasikan,menganalisa,mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang
diperoleh dari seorang klien sebagai pedoman dalam memformulasikan suatu
keputusan untuk memberikan asuhan keperawatan yang bermutu (APA, 1990, Wood,
1999, Fetter, 2001 dalam Abel & Freeze, 2006, Koontz, et al., 2010).

Situasi klinik akan memberikan kompleksitas masalah yang berhubungan


dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan yang lain, sehingga konsep berpikir kritis
akan sangat diperlukan diperlukan dalam pembelajaran dalam keperawatan.
Pengambilan keputusan klinis yang tepat dan akurat merupakan salah satu kompetensi
perawat yang harus dimiliki, terlebih pada situasi dan kondisi yang kritis (Potter &
Perry, 2009).

Praktek klinik merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan


teori yang didapat dikelas untuk menunjang pemberian asuhan keperawatan dan
memberikan pengalaman pribadi dan interpersonal (Brunero & Parbury, 2010, Reid,
2010) .

C.      Model Berfikir Kritis dalam Keperawatan

Komponen berpikir kritis meliputi pengetahuan dasar yang spesifik, pengalaman, dan
kompetensi. Pengetahuan dasar spesifik, komponen pertama dari model berpikir
kritis adalah pengetahuan dasar perawat yang spesifik dalam keperawatan yang mana
pengetahuan dasar tersebut meliputi suatu teori atau informasi dari suatu ilmu
pengetahuan yang meliputi kemanusiaan, dan ilmu-ilmu keperawatan dasar.
Pengetahuan ini didapatkan mahasiswa keperawatan melalui jenjang pendidikan
yang diikuti (Kritis & Keperawatan, n.d.).

Pengalaman, kompenen kedua dari model berpikir kritis yaitu pengalaman.


Pengalaman seorang mahasiswa disaat dinas di rumah sakit dari pengalaman tersebut
mahasiswa dapat memperbaiki kedepannya agar model dari berpikir kritis lebih
diterapkan. Pengalaman ini juga merupakan hasil interaksi antara individu melalui
alat indranya dan stimulus yang berasal dari berbagai sumber belajar (Kritis &
Keperawatan, n.d.).
Kompetensi, menurut Kepmendiknas No. 045/U/2002, kompetensi adalah seperangkat
tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki mahasiswa sebagai syarat
untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang
pekerjaan tertentu. Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki seorang
perawat (Kritis & Keperawatan, n.d.)

D.     Analisa Berfikir Kritis

1.      Analisis kritis merupakan suatu cara untuk mencoba memahami kenyataan
kejadian atau peristiwa dan pernyataan yang ada dibalik makna yang jelas atau
makana langsung. Analisis kritis mempersaratkan sikap untuk berani menentang apa
yang dikatakan atau dikemukaan oleh pihak-pihak yang berkuasa
2.      Analisis kritis merupakan suatu kapesitas potensi yang dimiliki oleh semua
orang demikian analisis kritis tetap akan tumpul dan tidak berkembang apabila tidak
di asa atau dipraktekan
3.      Analisis kritis merupakan upaya peribadi atau upaya kolektif
4.      Analisis kritis menentukan kemungkinan sesuatu kesempatan yang lebih baik
ke arah langka untuk memperbaiki kenyataan atau situasi yang telah dianalisis.
5.      Peran terpenting untuk melaksanakan analisis kritis bukanlah serangkaian
langkah atau pertanyaan yang berangkat dari ketidak tahuan menuju kepencerahan.
6.      Analisis kritis juga mencoba memahami riwayat pernyataan situasi atau
masalah yang perlu dipahami. Analisis kritis mengkaji situasi atau peristiwa yang
tengah dalam proses perubahan.
ASPEK-ASPEK BERPIKIR KRITIS
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari
beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir
kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek:1. relevancerelevansi ( keterkaitan )
dari pernyataan yang dikemukan.2.ImportancePenting tidaknya isu atau pokok-pokok
pikiran yang dikemukaan.3. NoveltyKebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa
ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikapmenerima adanya ide-ide orang lain.
4. Outside materialMenggunakan pengalamanya sendiri atau bahan-bahan yang
diterimanya dari perkuliahan5.Ambiguity clarified Mencari penjelasan atau informasi
lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Berpikir Kritis pada tahap Pengkajian


Pengkajian adalah pengumpulan data dasar tentang respon klien terhadap kesehatan atau
penyakitnya, pengkajian yang baik dan benar memberikan peluang kepada perawat untuk
menerapkan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan observasi dan pemeriksaan
untuk mengumpulkan data tentang klien. (R Siti Maryam et al., 2013)
Contoh : 1. Tujuan Umum : Melakukan pengukuran tekanan darah ( secara tidak langsung )
Tujuan Khusus : a. Mengukur tekanan darah arteri brachialis dengan cara auskultasi
b. Menyebutkan nilai tekanan darah arteri brachialis menurut
metode lama dan baru
2. Alat yang dibutuhkan : a. Stetoskop
b. Tensimeterc.
c. Stopwatch
d. Termometer Aksila
e. Alkohol swab
f. Bengkok
3. Mengkaji adanya kebutuhan klien terhadap pemeriksaan tanda-tanda vital, meriview
catatan medis dokter, mengkaji kesiapan psikologis klien untuk dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital.
B. Berfikir Kritis pada Tahap Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan dari masalah klien baik aktual maupun
risiko berdasarkan data pengkajian yang sudah di analisis (R Siti Maryam et al., 2013)
Contoh : Jalannya tekanan darah ditentukan oleh 5 faktor
a. Tolakan perifer
b. Gerakan pompa jantung
c. Volume darah
d. Kekentalan darah
e. Elastisitas dinding pembuluh darah
Faktor – faktor yang mempengaruhi tekanan darah
a. Usia
b. Kegiatan
c. Stress
d. Ras
e. Obesitas
f. Jenis kelamin
g. Obat-obatan
h. Proses penyakit
Mengukur suhu aksila , suhu normal 35c – 36c
Menghitung nadi radial ( perifer ) normal 80-100
Pernafasan (RR) normal 12-20

C. Berfikir Kritis pada Tahap Perencanaan


Perencanaan adalah proses keperawatan dimana perawat dan klien mengembangkan tujuan
dan kriteria hasil dan strategi keperawatan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi
masalah kesehatan klien ( Kozier, 1995 ).
Hasil yang diharapakan dari intervensi adalah tanda-tanda vital klien dalam keadaan normal

D. Berfikir Kritis pada Tahap Implementasi


Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan
kebutuhan klien terpenuhi secara optimal ( Depkes, 1993 ). Implementasi menurut ( Kozier,
1995 ) ialah perawat menerapkan perencanaan kedalam tindakan.
Implementasi : 1.. mengukur suhu aksila
 Buka pakaian terutama didaerah aksila
 Letakan termometer dibawah aksila dan silangkan tNGn kliwn sellama 5 menit.
 Angkat termometer dan baca termometer sejajar dengan mata
 Bersihkan thermometer dengan alcohol swab
 Bantu klien merapikan pakaiannya kembali
2.. menghitung nadi radial
 Letakkan jari telunjuk dan jari tengah perawat diatas nadi radial. Tekan nadi
radial dengan tekanan yang cukup.
 Setelah didapatkan adinya mulai hitung dalam 60 detik , jika denyut nadi teratur
dapat dihitung dalam waktu 15 detik X 4 untuk mendapatkan frekuensi dalam 1
menit.
3. Menghitung pernapasan (RR)
 Pegang nadi radial klien sambal memperhatikan Gerakan dada klien (jangan
beritahu klien bahwa sedang mengukur frekuensi nafas )
 Hitung frekuensi nafas selama 1 menit. Perhatikan irama dan kedalaman
pernapasan.
4. Mengukur tekanan darah
 Tentukan ukuran manset yang tepat.
 Tentukan sisi terbaik untuk penempatan manset
 Tutup katu tensimeter
 Pasang stetoskop ditelinga perawat dengan benar
 Letakkan diafragma stetoskop diatas arteri brachialis dengan tepat dan tidak
menyentuh baju/cuff
 Palpasi arteri radial dengan tiga ujung jari
 Pompa dan naikan air raksa hingga 30 mmhg lebih tinggi dari saat nadi tidak
teraba (sistolik)
 Buka sedikit katup tensimeter ,turunkan air raksa secara erlahan dengan
kecepatan 2-3 mmhg/detik dan identifikasi bunyi Pertama terdengar kembali
 Turunkan air raksa sampai angka nol
 Kempiskan manset dan tunggu 30 detik bila akan mengulang prosedur
 Lepaskan manset dari lengan klien
 Rapikan alat dan klien
 Cuci tangan
 Beri reinforcement positif
 Dokumentasi

E. Berfikir Kritis pada Tahap Evaluasi


Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana
keperawatan ( Depkes, 1993 )

Evaluasi : mengevaluasi pemerikasaan tanda-tanda vital klien , mengevaluasi respon klien


terhadap pemeriksaan tanda-tanda vital

Kesimpulan

Perawat harus menggunakan keterampilan berpikir kritis dalam Semua keadaan klien.
Faktor-faktor unik yang dibawa klien dikaji,diidentifikasi ,dipelajari , dan dianalisa untuk melakukan
intervensi yang tepat ,semuanya ini harus diimplementasikan dalam proses keperawatan secara
berkesinambungan. Jika perawat dapat berpikir secara kritis maka dapat menjadi perawat yang
professional dalam memberikan asuhan keperawatan yang komperehensif sehingga Pelayanan yang
bermutu dapat dirasakan oleh klien maupun perawat itu sendiri.

Saran
Dalam makalah ini penulis berharap pembaca mendapatkan sedikit ilmu tentang berpikir kritis dalam
keperawatan sehingga dapat diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga menjadi
perawat yang professional. Kami selaku tim penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna . kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Indriatie. (2013). Berfikir Kritis Dalam Proses Keperawatan. VI(2), 89–93.


Kritis, M. B., & Keperawatan, P. (n.d.). PROSES BERPIKIR KRITIS : MODEL BERPIKIR
KRITIS DALAM PROSES KEPERAWATAN.
Manusia, A. K. D. (n.d.). A. kebutuhan dasar manusia.
R Siti Maryam, Pudjiati, Gustina, & Een Raenah. (2013). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia & Berpikir kritis dalam keperawatan (R Siti Maryam, ed.). Jakarta Timur: CV
Trans Info Media.
Rumah, D. I., Hermina, S., & Tahun, B. (2018). Dalam Melakukan Asuhan Keperawatan.
12(1), 21–25.
Sarjana, P., Keperawatan, I., Keperawatan, F., Sumatera, U., & Utara, S. (n.d.). Konsep
berfikir kritis dan karakteristik berfikir kritis dalam keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai