Anda di halaman 1dari 25

Dosen : Aminullah, S. Kep.

, Ns

BERFIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN DAN

APLIKASI NYATA CRITICAL THINKING

DALAM KEPERAWATAN DENGAN SETTING INSTITUSI


PENDIDIKAN

KELOMPOK II

NURUL MEIDITA : 21906002

ANGRAENI HERDIANTY :

IRNAYANTI :

RATIH MONIKA TITIRLOLOBI :

UTAMI KAMAYANTI SAPUTRI :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

PRODI KEPERAWATAN

MAKASSAR TAHUN 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, kelompok 2 diberikan kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Berfikir Kritis Dalam Keperawatan
Dan Aplikasi Nyata Critical Thinking Dalam Keperawatan Dengan Setting
Institusi Pendidikan”. Meskipun dalam pembuatannya banyak hambatan yang
kami alami, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, Aminullah,
S. Kep., Ns. selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan II (KDK II)
kelas A keperawatan yang telah memberikan arahan serta motivasi dalam proses
pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan kepada kedua orang tua yang
senantiasa mengucap doa, keluarga yang telah memberikan kontribusi ide yang
baik, dan teman-teman yang telah memberikan dukungannya kepada kami dalam
menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.

Kayuadi, April 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menjalankan tugasnya, perawat tentu akan dihadapkan pada
suatu kondisi dimana perawat akan memutuskan tentang kondisi kesehatan
klien atau pasien yang ia tangani. kondisi kesehatan pasien yaitu terdiri
dari pasien yang sehat dan pasien yang sakit. pemikiran kritis akan sangat
dibutuhkan karena menentukan skala kondisi kesehatan pasien tentu
bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Mengambil keputusan secara tergesa-gesa ataupun tidak tepat akan
mempengaruhi kualitas serta kuantitas pelayanan kesehatan pasien.
Apabila sang perawat tidak berhati-hati, terdapat kemungkinan pasien
akan menerima perawatan yang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Untuk membantu perawat dalam mendata dan memutuskan kondisi
kesehatan pasien, perawat dibantu dengan sebuah catatan yang disebut
diagnosa. diagnose berisi tentang kondisi pasien secara spesifik. Diagnosa
dapat dijadikan sebagai acuan bagi pelayanan yang akan diberikan kepada
pasien agar lebih cepat dan tepat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa kompetensi berfikir kritis?
2. Apa model-model berfikir kritis?
3. Bagaimana berfikir kritis dalam perumusan diagnose keperawatan?
C. Tujuan
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata
kuliah Konsep Dasar Keperawatan II, serta menambah wawasan
tentang konsep berfikir kritis dalam praktik keperawatan dan
penggunaan diagnosa keperawatan, agar mahasiswa mengerti serta
memahami tentang bagaimana cara mengambil keputusan klinis
dengan didasari pemikiran kritis dalam proses dan praktik keperawatan
serta sebagai salah satu sarana penunjang pembelajaran, khususnya
kepada mahasiswa keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Berfikir Kritis dan Pengambilan Keputusan Dalam


Keperawatan

1. Pengambilan Keputusan Klinis dalam Praktik Keperawatan


Pengambilan keputusan klinis akan memperlihatkan
perbedaan perawat dengan staf teknis, yaitu perawat akan cepat
bertindak ketika kondisi pasien menurun mendeteksi masalahnya
dan berinisiatif untuk memperbaikinya. Benner (1984)
berpendapat bahwa pengambilan keputusan yang terdiri atas
pemikiran kritis dan penuh pertimbangan, serta penetapan dari
ilmu serta pikiran kritis.
Klien tentu akan memiliki keluhan yang berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh kesehatan fisik, gaya hidup, budaya, hubungan
kekerabatan, lingkungan tempat tinggal, hingga pengalaman klien
itu sendiri. Oleh karena itu, perawat tidak bisa langsung
mengetahui apa yang klien butuhkan, melainkan klien tersebut
harus menyampaikan keluhan yang ia punya dan perawat harus
banyak bertanya dan memiliki rasa ingin tahu untuk melihat suatu
hal dengan perspektif yang berbeda.
Pemikiran kritis adalah pusat praktik keperawatan
professional karena hal tersebut membuat seorang perawat terus
memperbaiki cara pendekatan kepada klien dan menerapkan
pengetahuan-pengetahuan baru dari sebelumnya.
2. Kompetensi Berfikir Kritis
Berfikir mencakup beberapa hal yaitu membuat pendapat,
membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan
(Gordon, 1995 dalam Potter dan Perry, 2005). Ketika perawat
mengarahkan berfikir kea rah pemahaman dan menemukan jalan
keluar dari masalah kesehatan klien, prosesnya menjadi bertujuan
dan berorientasi pada tujuan. Dalam kaitannya dengan
keperawatan, berfikir kritis adalah refleksi, pemikiran yang
masuk akan tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan
difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan
(Kataoka dan Saylor, 1994 dalam Potter dan Perry, 2005).
Kompetensi berfikir kritis adalah proses kogritif yang
digunakan perawat untuk membuat penilaian keperawatan.
Kompetensi merupakan suatu kemampuan individual yang
dibutuhkan untuk mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan yang
dilandasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja keras sesuai
untuk kerja yang dipersyaratkan.
Ada 3 tipe kompetensi yaitu berfikir utama, berfikir kritis
spesifik dalam situasi klinis, dan berfikir kritis spesifik dalam
keperawatan. Kompetensi berfikir kritis umum mencakup metode
ilmiah, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan.
Pemecahan masalah mencakup mendapatkan informasi ketika
terdapat kesenjangan antara apa yang sedang terjadi dan apa yang
seharusnya terjadi. Dalam pembuatan keputusan, individu
memilih tindakan untuk memenuhi tujuan. Untuk membuat
keputusan, seseorang harus mengkaji semua pilihan, menimbang
setiap pilihan tersebut terhadap serangkaian kriteria, dan
kemudian membuat pilihan akhir (Potter dan Perry, 2006).
Ketika dihadapkan pada suatu keputusan, penting sekali
untuk mengidentifikasi mengapa keputusan diperlukan. Kriteria
untuk pembuatan keputusan harus ditegakkan sehingga pilhan
yang tepat dapat dibuat. Kritea harus mencakup hal berikut :
 Apa yang akan dicapai?
 Apa yang akan dicapai selanjutnya?
 Apa yang harus dihindari?
Sejalan dengan perawat mempertimbangkan kriteria, terjadi
tingkat pengurusan prioritas. Perawat membuat prioritas dengan
mengaitkan pada situasi spesifik klien. Agar perawat mampu
mengatasi berbagai masalah kelompok klien yang ada, pembuatan
keputusan berkelanjutan sangat penting. Selain itu, manajemen
waktu merupakan bagian dari pembuatan keputusan dan
memastikan bahwa waktu perawat cukup tangap terhadap
kebutuhan klien.
Kompetensi berfikir kritis spesifik dalam situasi klinis,
mencakup perkembangan diagnostik, kesimpulan klinis, dan
pembuatan keputusan klinis. Berfikir kritis spesifik dalam
keperawatan mencakup pendekatan sistematis yang digunakan
untuk secara kritis mengkaji dan menelti kondisi klien,
mengidentifikasi respon klien terhadap masalah kesehatan.,
melakukan tindakan yang sesuai, dan mengevaluasi apakah
tindakan yang dilakukan telah efektif. Format untuk proses
keperawatan adalah unik untuk disiplin keperawatan dan
memberikan bahasa dan proses yang umum bagi perawat untuk
“memikirkan semua” masalah klien (Kataoka-Yahiro dan Saylor,
1994). Proses keperawatan adalah suatu pendekatan sistematik,
komprehensif untuk asuhan keperawatan.
3. Model-model Berfikir Kritis
Perawat yang professional tentunya memiliki pemikiran yang
kritis dalam melakukan suatu tindakan keperawatan. Perawat
sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan yaitu memberi
asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
akan selalu dituntut untuk berfikir secara kritis dalam berbagai
situasi. Berfikir kritis adalah proses yang didapat melalui
pengalaman, rasa ingin tahu dan belajar terus menerus. berfikir
kritis merupakan tanda atau standar untuk perawat professional
yang kompeten.
Kemampuan untuk berfikir kritis akan meningkatkan praktik
klinik dan mengurangi kesalahan penilaian klinis adalah visi dari
praktik keperawatan (Di Vito-Thomas, 2005). Menurut para ahli
(Potter dan Perry, 2005), berfikir kritis adalah suatu proses
dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterfesikan
atau mengevaluasi imformasi untuk membuat sebuah penilaian
atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu
rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip,
pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Dalam berfikir
secara kritis terdapat 5 komponen model yaitu :
1. Pengetahuan dasar.
2. Pengalaman.
3. Kompetensi berfikir kritis.
4. Perilaku.
5. Standar.
Model-model pemikiran kritis akan menjelaskan bagaimana
menerapkan elemen pemikiran kritis untuk mengkaji klien,
merencanakan tindakan yang akan diambil evaluasi hasil yang
didapat. Menerapkan tiap elemen dalam berfikir tentang seorang
klien dapat meningkatkan rasa percaya diri dan menjadi
profesional yang efektif.
Komponen pertama dari model pemikiran kritis adalah
pengetahuan dasar spesifik perawat. Sebagai seorang perawat,
pengetahuan dasar meliputi informasi dan teori dari ilmu dasar,
rasa kemanusiaan, ilmu perilaku dan keperawatan. Perawat yang
menggunakan pengetahuan dasar dengan disiplin ilmu kesehatan
pasti akan memikirkan masalah klien secara holistik. Sebagai
contohnya, pengetahuan luas yang di,iliki oleh seorang perawat
akan memperhatikan segi fisik, psikologi, sosial, moral, etika, dan
budaya dalam perawatan terhadap seorang klien. Kedalaman dan
luasnya pengetahuan akan mempengaruhi kemampuan untuk
berfikir kritis dalam menangani masalah keperawatan.
Komponen kedua dari model pemikiran kritis adalah
pengalaman. Keperawatan merupakan sebuah disiplin ilmu yang
menerapkan praktik. Pengalaman praktik belajar klinik diperlukan
untuk memenuhi keterampilan membuat keputusan klinik (Roche,
2002). Dengan adanya pengalaman klinik seorang perawat akan
belajar mulai mengobservasi, secara aktif dengan pengalaman
yang telah didapat. Pengalaman akan membuat seorang perawat
mengerti situasi klinis, dapat mengenai pola kesehatan klien dan
memicu timbulnya pemikiran yang inovatif.
Komponen ketiga dari model berfikir kritis adalah
kompetensi proses keperawatan. Dengan menerapkan komponen
ini, seorang perawat akan menerapkan pada rasa, kesan, data
berupa fakta yang ditemukan.
Komponen keempat adalah perilaku. Perilaku
menggambarkan bagaimana pendekatan seorang pemikir kritis
dalam menyelesaikan sebuah masalah. Perilaku dalam berfikir
kritis meliputirasa percaya diri, mandiri, adil, tanggung jawab,
mau mengambil resiko, disiplin, kreatif, memiliki rasa ingin tahu,
integritas dan memiliki sikap ramah. Jika diaplikasikan oleh
seorang perawat yang memiliki sifat pemikiran kritis dalam
praktok keperawatan yaitu perilaku rasa ingin tahu yang meliputi
kemampuan untuk mengenali adanya masalah dan mencari data
untuk mendukung kebenaran dari apa yang Anda pikirkan
(Watson dan Gletser, 1980).
Komponen kelima dalam berfikir secara kritis adalah
memiliki standar professional (Kataoka Yahiro dan saylor, 1994).
Seorang perawat yang memiliki standar intelektual seperti jelas,
tepat, spesifik, akurat, relevan, beralasan, konsisten, logis, dalam,
luas, lengkap, signifikan, tercukupi dan adil. Dalam standar
intelektual gunakanlah pemikiran yang kritis terhadap masalah
seorang klien seperti ketepatan, akurasi dan konsistensi untuk
memastikan bahwa keputusan klinis kita benar. Sedangkan
standar professional untuk pemikiran secara kritis merujuk pada
kriteria etik untuk penilaian keperawatan, kriteria berdasarkan
bukti untuk evaluasi dan kriteria untuk bertanggung jawab sacara
professional (Paul, 1993).

4. Proses Keperawatan Sebagai Kerangka Kerja Praktik


Keperawatan
Proses keperawatan merupakan metode perencanaan dan
pemberian asuhan keperawatan yang rasional dan sistematis
secara individual untuk individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi status
kesehatan klien, masalah kesehatan yang aktual dan menyusun
rencana serta intervensi keperawatan untuk menyelesaikan
masalah.
Proses keperawatan memiliki karakteristik yang
memungkinkan respon terhadap perubahan kesehatan klien.
Karakteristik ini meliputi sifat proses keperawatan yang siklis dan
dinamis, berfokus pada penyelesaian masalah, berpusat pada
klien, dapat diterapkan secara universal, dan penggunaan
pemikiran yang kritis (Kozier dkk, 2010).
Ada 5 fase dalam proses keperawatan diantaranya
pengkajian, analisis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Pengkajian berupa pengumpulan, pengaturan, validasi dan
dokumentasi data yang sistematis dan berkesinambungan.
Pengkajian keperawatan harus mencakup kebutuhan klien,
masalah kesehatan, pengalaman terkait, dan praktik keperawatan.
Tahap kedua yaitu diagnosis. Diagnosis adalah proses
analisis dan sintesis data. Pada analisis data dilakukan
perbandingan antara data dan standar, mengelompokkan data dan
mengidentifikasi kesenjangan dan ketidakkonsistenan data.
Kemudian merumuskan pernyataan diagnosis keperawatan dan
mendokumentasikannya dalam rencana asuhan keperawatan.
Perencanaan ini melibatkan perawat, klien, individu pendukung,
dan pemberi asuhan lain.
Implementasi merupakan fase dimana perawat melaksanakan
intervensi keperawatan yang direncanakan. Agar berhasil dalam
mengimplementasikan asuhan keperawatan, seorang perawat
harus memiliki keterampilan kognitif, interpersonal, dan teknis.
Pada proses implementasi ini biasanya mengkaji kembali klien,
melakukan supervise terhadap asuhan yang didelegasikan dan
mendokumentasikan tindakan keperawatan.
Evaluasi adalah fase terakhir dalam proses keperawatan yang
mengukur tingkat pencapaian tujuan atau hasil. Fase ini juga
melakukan identifikasi terhadap faktor yang mempengaruhi
pencapaian baik positif maupun negatif. Evaluasi ini berjalan
kontinu. Aktivitasnya meliputi membandingkan antara data dan
hasil, menarik kesimpulan tentang suatu masalah, keputusan
untuk melanjutkan, memodifikasi atau mengakhiri rencana
asuhan keperawatan.
Oleh Karena iti, fase-fase dalam prose keperawatan saling
terkait antara satu dengan yang lainnya. Keberhasilan evaluasi
bergantung pada fase-fase sebelumnya. Hasil akhir yang
diharapkan harus dinyatakan secara konkret. Manfaat dari proses
keperawatan ini adalah agar perawat membantu klien dalam
memperoleh persetujuan mengenai hasil tetapi untuk
mendapatkan kesehatan yang lebih baik.

B. Perumusan Diagnosis Keperawatan

1. Definsi Diagnosa Keperawatan

Seorang tenaga kesehatan ketika menjalani kewajiban serta


tugasnya, yaitu menyembyhkan orang lain, tentu akan membutuhkan
data mengenai hal-hal yang dibutuhkan klien atau pasien yang
ditangani tenaga kesehatan tersebut. Data-data tersebut disebut
diagnosis. Proses diagnosis adalah hasil analisis data dan identifikasi
seorang tenaga kesehatan berdasarkan respon pasien atau klien
terhadap masalah pelayanan (Potter dan Perry, 2009).

Terdapat dua jenis diagnosis kesehatan, yaitu diagnosis medis


dan diagnosis keperawatan. Diagnosis medis adalah identifikasi
kondisi penyakit berdasarkan evaluasi tertentu dari tanda fisik,
gejala, riwayat medis klien, hasil pemeriksaan, dan prosedur
diagnostik. Dokter diizinkan untuk mengobati penyakit yang diderita
oleh pasien yang dapat digambarakan melalui pernyataan diagnosis
medis pasien tersebut.

Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon


individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang
actual dan potensial, atau proses kehidupan (NANDA Internasional,
2007). Diagnosis ini berbeda dari diagnosis medis karena pekerjaan
perawat mencakup askep bio-psiko-sosio-spiritual dalam menangani
pasien. Sebagai contoh, ketika terdapat pasien yang mengalami
batuk, sedangkan seorang perawat akan mengkaji penyakit yang
diderita oleh pasien secara lebih mendalam, seperti kapan mulai
batuk, terus-menerus atau pada waktu-waktu tertentu saja, berdahak
atau tidak, dan sebagainya.

Komplikasi fisiologis aktual atau potensial yang dipantau


perawat untuk mendeteksi onset (gejala) perubahan status dari
seorang pasien atau klien disebut masalah kolaborasi (Capernito-
Moyet, 2005). Ketika masalah kokaborasi muncul, perawat beserta
kesehatan lain akan bekerja sama menangani pasien atau klien
tersebut. Peran perawat dalam hal itu adalah menangani masalah
kolaborasi seperti pendarahan, infeksi, serta ritme jantung untuk
meminimalisasi komplikasi dengan tindakan-tindakan yang
ditentukan oleh dokter dan perawat itu sendiri.

2. Berfikir Kritis dalam Perumusan Diagnosis Keperawatan

Pertimbangan diagnosis adalah proses penggunaan data


pengkajian tentang klien yang Anda kumpulkan untuk menjelaskan
secara legal keputusan klinis yang dalam kasus ini adalah diagnosis
keperawatan. Proses diagnosis berawal dari proses pengkajian dan
termasuk definisi serta memilih dengan cepat diagnosis diagnosis
yang berhubungan. Menurut NANDA-1 telah mengidentifikasi
empat tipe diagnosis keperawatan yaitu diagnosis aktual, diagnosis
resiko, diagnosis kesejahteraan, dan diagnosis keperawatan promosi
kesehatan.

Diagnosis keperawatan aktual menggambarkan respon manusia


terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang terdapat
dalam individu, keluarga dan komunitas. Pemilihan diagnosis
aktualmenunjukkan bahwa data pemerikasaan yang ada sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan
resiko menggambarkan respon manusia terhadap kesehatan atau
proses kehidupan yang mungkin menyebabkan individu, keluarga
dan komunitas menjadi rentan (NANDA Internasional, 2007).

Sedangkan diagnosis keperawatan promosi kesehatan adalah


penilaian klinis terhadap motovasi individu, keluarga atau komunitas
serta keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan aktualisasi
perilaku kesehatan seperti nutrisi dan olahraga. Terakhir adalah
diagnosis keperawatan sejahtera menggambarkan respon manusia
terhadap tingkat kesejahteraan dalam individu, keluarga yang
memiliki kesiapan untuk peningkatan (NANDA Internasiona, 2007).

Sebagai perawat, perlu menerapkan metode berfikir kritis pda


diagnosis keperawatan yang akurat agar tidak terjadi kesalahan
dalam proses diagnosis pengumpulan data, pengelompokan,
interpretasi dan pernyataan diagnosis. Fungsi berfikir secara kritis
bagi seorang perawat adalah dapat membedakan sejumlah
penggunaan dan isu dalam keperawatan.

 Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan


 Menganalisis argument dan isu-isu dalam kesimpulan dan
tindakan yang dilakukan
 Melaporka data dan petunjuk yang akurat dalam keperawatan
 Membuat data keperawatan yang akurat
 Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam
keperawatan
 Dalam membuat keputusan atau pemecahan masalah tidak
dilakukan dengan terburu-buru dengan menetapkan pemikiran
yang kritis
 Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan.

Jadi, seorang perawat harus menetapkan pemikiran secara kritis


dalam melakukan praktik keperawatan agar lebih fokus pada
pemecahan masalah dan membuat keputusan daripada mengambil
tindakan yang terlalu cepat atau terburu-buru. Dengan pemikiran
yang kritis dapat menginterpretasikan data pengajian klien untuk
menentukan diagnosis keperawatan dan memberikan petunjuk untuk
pelayanan kesehatan.

3. Pernyataan Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan keputusan klinik tentang


respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah aktual
atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya,
perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2000;
Gordon, 1976 & NANDA). Secara umum diagnosa keperawatan
yang lazim dipergunakan oleh perawat di Indonesia adalah diagnosa
keperawatan aktual dan diagnosa keperawatan resiko atau resiko
tinggi yang dalam perumusannya menggunakan tiga komponen
utama dengan merujuk pada hasil analisa data yang meliputi :
problem (masalah), etiologi (penyebab), dan sign/symptom
(tanda/gejala).

 Problem (masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana


tindakan keperawatan dapat diberikan. Masalah adalah
kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
seharusnya tidak terjadi.
Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah
kesehatan klien secara jelas dan singkat. Diagnosis keperawatan
disusun dengan menggunakan standar yang telah disepakati
(NANDA, Doengoes, Carpenito, Gordon, dll), supaya :
o Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti
secara umum
o Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan
o Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah
keperawatan dengan masalah medis
o Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefenisikan
diagnosis dari data pengkajian dan intervensi keperawatan,
sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
 Etiologi (penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab
keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap
terapi keperawatan. Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkingan,
interaksi antara perilaku dan lingkungan.
Unsur-unsur dalan idebtifikasi etiologi :
1. Patofisologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut
atau kronis yang dapat menyebabkan/mendukung masalah.
2. Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan,
isolasi sosial, dll).
3. Maturasional :
o Adolesent : ketergantungan dengan kelompok
o Young adult : menikah, hamil, menjadi orang tua
o Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas.
 Sing & symptom (tanda & gejala), adalah ciri, tanda atau
gejala, yang merupakan informasi ynag diperlukan untuk
merumuskan diagnosis keperawatan;
Dalam perumusannya sebuah diagnosa keperawatan dapat
menggunakan 3 komponen (PES) atau 2 komponen (PE) yang
sangat tergantung kepada tipe dari diagnosa keperawatan itu
sendiri. Secara singkat rumusan diagnosa keperawatan dapat
disajikan dalam rumus sebagai berikut :
1. Diagnosa keperawatan aktual :
Contoh : nyeri kepala akut (problem) berhungan dengan
peningkatan tekanan dari iritasi vaskuler serebral (etiologi)
ditandai oleh, mengeluh nyeri kepala, sulit beristirahat, skala
nyeri 8, wajah tampak menahan nyeri, klien gelisah, keadaan
umum lemah, adanya luka robek akibat trauma pada kepala
bagian atas, nadi 90 X/m (sign/simptom).
2. Diagnosa keperawatan risiko/risiko tinggi :
Contoh : risiko infeksi (problem) berhubungan dengan adanya
luka trauma jaringan (etiologi)
Pada diagnose risiko, tanda atau gejala sering tidak dijumpai
hal ini disebabkan karena masalah belum terjadi, tetapi
mempunyai resiko untuk terjadi apabila tidak mendapatkan
intervensi atau pencegahan dini yang dilakukan oleh perawat.

4. Sumber-sumber Kesalahan dalam Perumusan Diagnosis

Dalam sebuah proses keperawatan sangat diperlukan diagnosis


keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas,
singkat, dan pasti tentang masalah pasien serta pengembangan yang
dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan. Dalam
proses diagnosa juga tidak terlepas dari kesalahan. Proses diagnosa
perawat mengandalkan empat bidang yaitu pengkajian dasar data,
menganalisis dan menginterpretasikan data, pengelompokan data,
dan identifikasi masalah klien. Masing-masing dari keempat bidang
tersebut adalah sumber potensial kesalahan diagnosa.

Kesalahan dalam pengumpulan data terjadi selama proses


pengkajian. Hal ini bisa berupa data yang dikumpulkan tidak
lengkap, dikurangi atau salah interpretasi. Untuk menghindari
kesalahan dalam pengumpulan data sebaiknya sebelum pengkajian,
perawat secara kritis menelaah tingkat kenyamanannya dan
kompetensinya dengan keterampilan wawancara dan pemeriksaan
fisik. Selain itu perawat juga harus menentukan keakutan data yang
dikumpulkan, untuk meminimalkan resiko ketidakakuratan dapat
meminta bantuan teman kerja yang lebih berpengalaman dalam
menjelaskan penyebab kesalahan.

Kesalahan dalam interpretasi dan analisis data, interpretasi yaitu


petunjuk yang tidak akurat, penggunaan petunjuk yang tidak nyata
atau invalid. Kesalahan ini dapat dihindari jika perawat
mempertimbangkan dengan teliti data hasil identifikasi
permasalahan klien dan menentukan juga mengatur pola
pemeriksaan yang relevan untuk mengetahui, selain itu dalam
menginterpretasi juga sangat penting untuk mempertimbangkan latar
belakan budaya.

Kesalahan dalam pengelompokan data terjadi saat data


dikelompokkan terlalu cepat, tidak benar, atau tidak dikelompokkan
sama sekali. Kesalahan ini juga terjadi karena penutupan
pengelompokan yang terlalu cepat yang terjadi saat membuat
diagnosis keperawatan sebelum mengelompokkan semua data, dan
yang terakhir yaitu kesalahan dalam pernyataan diagnosis.
Kesalahan ini terjadi karena pemilihan label diagnosis yang salah,
kejadian yang dimana adanya diagnosis lain lebih disukai, kondisi
masalah kolaborasi, kegagalan untuk memvalidasi diagnosis
keperawatan dengan klien dan kegagalan mencari bantuan. Untuk
mengurangi kesalahan ini, pernyataan diagnosis harus menggunakan
bahasa yang sesuai, ringkas, dan tepat yang mencakup penggunaan
terminology yang tepat yang mencerminkan respon klien terhadap
penyakit atau kondisi.

Kesalahan dalam memilih diagnosis keperawatan bisa terjadi


karena mengabaikan petunjuk, membuat diagnose dari atau dasar
yang tidak memadai, memberikan stereotip. Sedangkan kesalahan
umum dalam membuat dan menulis pernyataan diagnose pasien bisa
berupa pernyataan diagnose medis bukan diagnose keperawatan,
menghubungkan masalah dengan situasi yang tidak dapat dirubah,
mengacaukan etiologi atau penyebab masalah, menggunakan
prosedur selain dari respon manusia, kurang spesifik pernyataan
diagnosa, membuat asumsi, dan menulis pernyataan yang tidak
bijaksana secara hokum.

Dengan menggunakan keterampilan penentuan diagnosa, tinjau,


dan analisis data dasar untuk mengidentifikasi petunjuk yang berupa
tanda atau gejala yang menunjukkan adanya masalah yang dapat
digambarkan dengan label diagnose keperawatannya disertai faktor
pendukungnya. Dan banyak sumber yang bisa menyebabkan
terjadinya kesalahan dalam diagnosa keperawatan, karena itu dalam
mebuat diagnosa sangat dibutuhkan ketelitian dan kecermatan.

5. Kelebihan dan Keterbatasan Diagnosis Keperawatan

Dalam perannya sebagai hasil identifiasi masalah kesehatan


serta kebutuhan pasien, diagnosis keperawatan juga memiliki
kelebihan dan keterbatasan tertentu. Kelebihan diagnosis
keperawatan, antara lain :

1. Bagian dari Rencana Klien tentang Perawatan yang Ingin


Didapatkan

Diagnosis keperawatan merupakan bagian dari rencana


klien tentang perawatan yang ingin didapatkan oleh pasien
tersebut karena diagnosa keperawatan adalah hasil identifikasi
kesehatan pasien yang dinyatakan langsung ke pasien tersebut
yang kemudian akan direncanakan dan diputuskan perawatan-
perawatan apa saja yang akan pasien dapatkan.

2. Merupakan Fokus untuk Perbaikan Kualitas


Dengan begitu, kualitas pelayanan pasien oleh perawat juga
akan membaik seiring dengan terpenuhinya kebutuhan pasien
(Gordon, 1994).

3. Memberikan Kontribusi untuk Status Profesional dari Disiplin

Diagnosis keperawatan memberikan kontribusi untuk status


profesional dari disiplin, kondisi perkembangan kesehatan
pasien akan lebih terpantau dan penanganan yang dilakukan
juga dapat lebih tepat dengan adanya diagnosis keperawatan.

4. Menyediakan Sarana atau Memfasilitasi Komunikasi yang Efektif

Diagnosis keperawatan memfasilitasi komunikasi yang


efektif karena data yang didapatkan oleh perawat dapat
dijadikan bahan acuan tenaga kesehatan lain tanpa perlu
bertanya secara berulang-ulang tentu dapat mengakibatkan
waktu istirahat pasien terganggu, karena itu tindakan tersebut
sebaiknya dikurangi.

5. Memberikan Metode untuk Menyintesis dan Mnegkomnikasikan


Perawat Lain tentang Pengamatan dan Penilaian Kebutuhan
Kesehatan Seorang Pasien

Diagnosis keperawatan juga memberikan metode untuk


menyintesis dan mengkomunikasikan perawat tentang
pengamatan dan penilaian kebutuhan kesehatan seorang pasien.
Hal ini dapat mempengaruhi pendanaan pelayanan kesehatan
preventif dan komprehensif perawatan. Diagnosis keperawatan
dapat mengurangi pelayanan-pelayanan kesehatan yang tidak
dibutuhkan pasien dalam pengobatan penyait pasien (Gordon,
1994).
Keterbatasan diagnosis keperawatan terdiri dari beberapa
hal, yaitu :

1. Membatasi Penggunaan Keperawatan Hanya pada Perawat


Profesional

Diagnosis keperawatan hanya dapat digunakan oleh perawat


profesional saja, sedangkan tenaga kesehatan lain atau bahkan
pasien sendiri tidak mengerti isi serta fungsi dari diagnosis
keperawatan. Hal ini karena istilah atau bahasa yang digunakan
di dalam diagnosis kadang bertele-tele dan mengandung istilah
yang hanya berlaku dibeberapa media (selingkung), seperti
jargon, berorientasi medis, dan membingungkan. Banyak
perawat yang tidak tahu cara menggunakan diagnosis
keperawatan sendiri, terutama perawat pemula. Beberapa
perawat juga merasa tidak memiliki diagnosis menjadi tidak
spesifik.

2. Perawat Tidak Bisa Mneggunakan Kata-kata yang Biasa


Digunakan

Perawat tidak bisa menggunakan kata-kata yang biasa


digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam menulis
diagnosis, perawat harus mengginakan istilah-istilah medis yang
kurang spesifik dalam menjelaskan masalah pasien agar dapat
ditangani secara lebih lanjut dengan khusu oleh perawat lain.
Kata-kata yang dimaksud contohnya penyakit susah tidur dan
istilah yang digunakan adalah insomnia, dan sebagainya.

3. Perencanaan Perawatan Membuang Waktu

Perencanaan keperawatan dalam diagnosis keperawatan


dianggap membuang waktu karena perawat praktik sering
memberitahu para perawat pelajar bahwa rencana perawatan
yang mereka tulis tidak berguna di dalam keperawatan klinis.
Hal ini disebabkan mayoritas perencanaan perawatan adalah
penanganan standar untuk masalah atau situasi tententu,
sedangkan penanganan-penanganan tersebut telah diketahui oleh
perawat berpengalaman.

4. Tidak Semua Perawat Menggunakan Diagnosis

Di dalam praktik keperawatan, tidak semua jenis perawat


menggunakan diagnosis. Beberapa perawat dalam bidang
tertentu tidak menggunakan diagnosis seperti perawat praktisi,
perawat ahli bius, dan bidan. Perawat-perawat tersebut hanya
berfokus pada obat-obatan, sehingga peran perawat yang
sesungguhnya menjadi tidak jelas karena penggunaan diagnosis
keperawatan tidak dilakukan.

5. Diagnosis Keperawatan tidak Peka Terhadap Budaya

Menurut Leininger (1990), NANDA (North American


Nursing Diagnosis Association) membuat sistematika diagnosis
hanya berdasarkan buadaya Anglosfer-Amerika (Amerika
Serikat dan Kanada) yang bukan merupakan budaya yang
relevan. Diagnosis keperawatan seharusnya menggunakan
diagnosis yang bersangkutan dengan budaya negeri atau daerah
itu sendiri.

6. Dokumentasi Diagnosis Keperawatan

Dokumentasi diagnosis keperawatan merupakan langkah untuk


membuat rencana keperawatan secara tertulis dan menyusun daftar
diagnosis keperawatan secara kronologis. Diagnosis keperawatan
didokumentasikan dalam catatan kesehatan elektronik. Catatan
elektronik digunakan klien di erbagai lingkungan. Dokumentasi
diagnosis keperawatan penting bagi pasien dan petugas kesehatan
lainnya dalam memberikan perawatan.

Dalam catatan elektronik, perawat dapat melihat resiko


berkelanjutan pada pasien dan masalah yang telah diidentifikasi serta
memutuskan diagnosis keperawatan baru berdasarkan pada temuan
pengkajian pasien. Mendokumentasikan diagnosis keperawatan
dalam catatan keperawatan elektronik akan membantu klien saat
pulang guna memberikan informasi perawatan klien ke perawat
homecare, perawatan jangka panjang atau unit rehabilitasi.

Selain itu, domukentasi dalam catatan kesehatan elektronik


dapat menyampaikan diagnosis keperawatan klien mengenai daftar
masalah melalui layanan pencarian HIE (Health Information
Exchange). Contoh system dokumentasi lain yaitu PIE, pencatatn
fokus, pencatatan berdasarkan penyimpangan, dokumentasi
terkomputerisasi, dan manajemen kasus. Komputer membuat
dokumentasi relative muda (Herdman, 2012).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengambilan keputisan klinis sebagai keputusan yang terdisi atas


pemikiran kritis dan penuh pertimbangan, serta penetapan dari ilmu
serta pikiran kritis. Klien memiliki keluhan yang berbeda-beda, karena
itu, perawat tidak bisa langsung mengetahui apa yang klien butuhkan,
melainkan perawat harus aktif bertanya kepada pasien.

B. Saran

Diharapkan pada pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang


membangun bagi penulis. Kritik dan saran diharapkan untuk
disampaikan oleh pembaca apabila ada kekurangan di dalam makalah
demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B. J & Ladwig, G. B. (2014). Nursing Diagnosis Handbook : An


Evidence-Based Guide to Planning Care. (Ed. ke-10). ST Louis, MI :
Mosby Elsevier.

Carpernito-Moyet, L. J. (2010). Buku Saku Diagnosa Kepwrawatan. (Terj.


Monica Ester). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Doenges, M. E. (1995). Penerapan Proses Keperawatan Dan Diagnosa


Keperawatan. (Terj. Made Kariasa). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Potter, P. A & Perry, A. G. (1997). Buku A Ujar Fundamental Keperawatan :


Konsep, Proses dan Praktis. (Renata Komalasari, et al, Penerjemah). Ed.
ke-4. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai