Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BERFIKIR KRITIS DALAM PROSES KEPERAWATAN

DOSEN PENGAMPU : YENDRIZAL JAFRI S.KEP,M.BIOMED

OLEH

NAMA : VIVIA JOVANCHA

NIM : 2120242086

PRODI : S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TA.2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul hubungan paradigma dan
teori keperawatan  ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak
yendrizal jafri s.kep m.biomed. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak yendrizal zafri s.kep m.biomed ,


selaku dosen mata kuliah falsafah dan teori keperawatan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Peran perawat adalah untuk membantu individu baik sakit maupun sehat. Dalam
menjalankan praktiknya perawat berkewajiban memberikan asuhan keperawatan. Untuk
menjalankan tugasnya tersebut perawat harus mampu untuk berpikir kritis dalam upaya
mencegah masalah dan menemukan jalan keluar yang terbaik untuk kebutuhan klien.

Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seorang individu untuk mengintepretasi
dan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian. Kemampuan berpikir secara kritis
adalah bagian inti dari praktik keperawatan.

Perawat harus mampu menggunakan pengetahuan keperawatan dan disiplin ilmu lain,
berpikir secara cepat dan kreatif, dan membuat keputusan yang masuk akal untuk
memastikan kesejahteraan/kesehatan klien. Perawat tidak bisa memandang sepele masalah
kesehatan yang dihadapi oleh klien.

proses kognitif yang digunakan perawat membuat penilaian keperawatan. Terdiri dari tiga
tipe kompetensi (umum, khusus dalam situasi klinis dan khusus dalam keperawatan).
Kompetensi umum mencakup metode ilmiah, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.
Kompetensi khusus dalam situasi klinis mencakup pertimbangan diagnostik, kesimpulan
klinis dan pembuatan keputusan klinis. Kompetensi khusus dalam keperawatan berhubungan
dengan proses keperawatan yang merupakan pendekatan sistematis yang digunakan untuk
secara kritis bertahap mulai pengkajian, menetapkan diagnosis, merencanakan tindakan,
melakukan tindakan, dan megevaluasi tindakan tersebut.
B.TUJUAN

Membantu setiap pembaca untuk lebih mudah memahami suatu konsep berfikir secara
kritis dalam dunia keperawatan serta dapat menerapkan nya dalam dunia pekerjaan maupun
kehidupan sehari hari.

C.RUMUSAN MASALAH

1.Apa definisi dari berfikir kritis dalam keperawatan ?

2.Apa saja konsep konsep dalam berfikir kritis ?

3.Apa saja sifat dan faktor dalam berfikir kritis di dunia keperawatan ?

4.Definisi proses keperawatan ?


BAB II

PEMBAHASAN

A.DEFINISI BERFIKIR KRITIS DALAM PROSES KEPERAWATAN

Pengertian Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan


mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi Critical berasal dari bahasa
Grika yang berarti : bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat keputusan Critical thinking
ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang terstandar dan mendahului
dalam pembuatan keputusan (Mz. Kenzie).

Berfikir kritis adalah pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh, asumsi, prinsip-
prinsip, argument, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu, pernyataan, keyakinan dan aktivitas.
Pengujian ini berdasarkan alasan ilmiah, pengambilan keputusan, dan kreativitas.Menurut
Brunner dan Suddarth (1997), berpikir kritis adalah proses kognitif atau mental yang
mencakup penilaian dan analisa rasional terhadap semua informasi dan ide yang ada serta
merumuskan kesimpulan dan keputusan.

Berpikir kritis dalam keperawatan di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar
berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam
berpikir kritis. Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita
dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih
mampu untuk membentuk asumsi, ide- ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua
proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.

 Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam


mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis keperawatan
menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas,
pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas intelektual, intuisi, pola piker terbuka,
pemeliharaan dan refleksi.Pemikir kritis keperawatan mempraktekkan keterampilan kognitif
meliputi analisa, menerapkan standar, prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi,
dan sesuai dengan ilmu pengetahuan.
B.KONSEP BERFIKIR KRITIS DEDUKSI

Dalam kehidupan sehari-hari dan setiap aktivitas, manusia terutama dunia kesehatan selalu
terlibat di dalam pengambilan suatu keputusan, baik keputusan sederhana maupun yang
kompleks. Proses dalam pengambilan keputusan selalu terkait dengan proses berpikir, namun
karena manusia itu sebagai subjek, kerap kali ia akan cenderung berpikir untuk dirinya
sendiri atau disebut sebagai egosentris. Untuk itu penting sekali mempertahankan seni
berpikir kritis, berpikir kritis berarti berpikir lurus dan jernih. Berpikir yang tidak bertujuan
untuk kepentingan diri sendiri saja akan tetapi untuk membantu orang lain. Berpikir tentang
kebenaran bukan pada keinginan. Pemikiran seperti ini seakan akan sudah mulai pudar, untuk
itu salah satu upaya yang harus dilakukan adalah dengan belajar logika induksi dan deduksi.
Memang benar dengan belajar logika tidak akan ada jaminan seseorang dapat berpikir kritis.
Namun harus diakui bahwa berpikir kritis tanpa didasari logika tidak dapat
dipertanggungjawabkan.

Berpikir kritis deduksi, induksi, dan logika pendahuluan sebagai makhluk yang
dianugerahi potensi akal oleh Tuhan, manusia tidak pernah berhenti untuk berpikir, dan akal
inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Akal dan pikiran merupakan
perlengkapan yang paling sempurna yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Dengan
akal dan pikiran, manusia dapat mengubah dan mengembangkan taraf kehidupannya dari
tradisional menjadi modern. Sifat yang tidak puas secara alamiah ada dalam diri manusia
mendorong manusia untuk selalu ingin merubah keadaan. Ketidakpuasan tersebut
menimbulkan perubahan-perubahan sehingga tercipta peradaban dunia yang maju. Oleh
sebab itu hakikat keberadaan (wujud) manusia adalah karena pemanfaatan akal tersebut

Konsep berpikir kritis merupakan elemen penting dalam pemberian asuhan keperawatan
yang berkualitas. Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan yang sangat esensial dalam
memberikan layanan kepada pasien. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan
berpikir kritis termasuk kondisi fisik, motivasi, kecemasan, kebiasaan, perkembangan
intelektual, konsistensi, perasaan, dan pengalaman. Faktor-faktor ini dapat memberikan
dukungan positif atau dapat mengurangi keterampilan berpikir kritis. Perkembangan
intelektual perawat dapat meningkatkan pemikiran kritis yang paling dominan dalam
menerapkan asuhan keperawatan.Tujuan untuk menerapkan pola berfikir kritis bagi perawat
karena tidak semua perawat/mahasiswa keperawatan menerapkan pola berfikir kritis dan
meningkatkan perilaku berfikir kritis.Metode pengaplikasian untuk mengingatkan
perawat/mahasiswa keperawatan agar dapat dan bisa menerapkan konsep berfikir kritis dan
perilaku berfikir kritis.hasil berdasarkan hasil diatas disimpulkan bahwa perawat/mahasiswa
keperwatan dapat menerapkan konsep berfikir kritis diluar kerja ataupun didalam pekerjaan.

C.SIFAT DAN FAKTOR FAKTOR PROBABILITAS DALAM INDUKSI

Berpikir induktif merupakan suatu pemikiran yang bergerak dari premis spesifik ke
konklusi umum atau generalisasi. Observasi dan pengalaman digunakan untuk mendukung
generalisasi. Premisnya tidak menjadi dasar untuk kebenaran konklusi, tetapi memberikan
sejumlah dukungan untuk konklusinya. Konklusi induktif jauh melampaui apa yang ada pada
premisnya.Setiap argumen induktif tidak dapat dikatakan sahih atau tidak sahih, tetapi lebih
baik atau kurang baik, bergantung pada berapa tinggi derajat probabilitasnya (kebolehjadian)
yang diberikan premis pada simpulannya. Semakin tinggi probabilitas simpulannya semakin
baik argumen induktif yang bersangkutan, begitu pula sebaliknya, dan simpulannya tidak
mungkin mengandung kepastian mutlak. Konklusi induktif tidak akan pernah terbukti benar
kecuali bila meneliti semua premis khususnya.

D.PROSES KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah metode keperawatan yang sistematis, berpusat pada pasien, dan
berorientasi pada tujuan yang menyediakan kerangka kerja dalam praktik keperawatan.
Proses keperawatan dirancang untuk digunakan di sepanjang rentang hidup pasien dalam
situasi apa pun untuk membantu pasien mencapai kesehatan yang lebih baik. Terdapat lima
tahap dalam proses keperawatan yang digunakan oleh perawat sampai saat ini yaitu
pengkajian yang berkelanjutan, diagnosis keperawatan, melakukan intervensi keperawatan
untuk memenuhi hasil yang diharapkan, melakukan rencana keperawatan, dan
mendokumentasikan tindakan keperawatan dan respon pasien.Tujuan dari proses
keperawatan adalah mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan klien, menentukan
prioritas, memberikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
klien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil dan tujuan
klien yang diharapkan.

5 langkah proses keperawatan,meliputi :

1.TAHAPAN PENGKAJIAN
Proses pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang dilakuakan secara
sistematis dengan mengumpulkan data individu secara komperhensif aspek biologis,
psikologis, sosisal, maupun spiritual
2.TAHAPAN DIAGNOSA
 Adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial.
3.TAHAPAN PERENCANAAN
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari klien,
dan atau/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk
membantuk klien mencapai hasil yang diharapkan.
4.TAHAP IMPLEMENTASI
Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan.
5. TAHAP EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara
membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam
rencana keperawatan.
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Kemampuan berpikir kritis seorang perawat pada indikator menginterpretasi suatu


masalah mengalami sedikit penurunan. Pada indikator menganalisis suatu permasalahan
sudah tepat, hal ini di bimbing oleh atasan atau teman sejawat serta pembimbing pribadi pada
saat proses pembelajaran. Pada indikator mengevaluasi argumen yang relevan dalam
menyelesaikan masalah sudah mengalami peningkatan. Pada indikator inferensi mengalami
peneningkatan secara perlahan.

B.SARAN

Seorang perawat harus bisa lebih dalam lagi untuk memahami serta mengaplikasikan suatu
komponen berfikir secara kritis dalam kehidupan sehari hari maupun dalam dunia pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA

Redhana, I Wayan. 2003. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran


Kooperatif Dengan Strategi Pemecahan Masalah. Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran
XXXVI. II: 11-21.
Watson, G dan Glaser, E. M. (1980). Critical Thinking Appraisal. New York: Harcourt Brace
Jovanovich, Inc. 

Anda mungkin juga menyukai