Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN

Dosen Pengampu : Yendrizal, S.Kp.M.Biomed

DISUSUN OLEH :
VIVIA JOVANCHA
NIM. 2120242086

SI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Alloh SWT,karena atas berkat dan rahmat-
Nya, saya dapat menyelesiakan makalah ini. Penulisan makalah ini dilakukan
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan. Saya
menyadari bahwa,tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan tugas ini.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini membawa manfaat bagi
perkembangan ilmu.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................1


DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I .................................................................................................................................2
PENDAHULUAN .............................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................................3
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................3
BAB II ...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN ................................................................................................................4
A. Sejarah Teori Keperawatan ....................................................................................4
B. Falsafah Keperawatan ............................................................................................5
C. Falsafah Keperawatan Sebagai Ilmu Serta Aspek Ontologi, Epistemologi dan
Aksiologi ................................................................................................................9
D. Contoh Penerapan Falsafah Keperawatan Sebagai Ilmu Serta Aspek Ontologi,
Epistemologi dan Axiologi ...................................................................................12
BAB III ............................................................................................................................15
PENUTUP .......................................................................................................................15
A. Kesimpulan ..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu mendengar ilmu namun banyak


orang yang belum memahami dengan sesungguhnya bagaimana filsafat ilmu
tersebut. Banyak orang yang beranggapan bahwa filsafat adalah merenung, namun
jika ditelaah apakah semua orang yang merenung berarti berfilsafat. Padahal
berfilsafat merupakan kegiatan berfikir secara lebih luas, mendalam dan objektif.
Arti kata falsafah adalah anggapan, gagasan, pendidikan, dan sikap batin yang
paling dasar yang dimiliki oleh orang atau masyarakat (KBBI). Jadi, falsafah
keperawatan adalah dasar pemikiran yang harus dimiliki perawat sebagai
kerangka dalam berfikir. Praktek keperawatan ditentukan dalam standar organisasi
profesi dan sistem pengaturan serta pengendaliannya melalui perundang-undangan
keperawatan (Nursing Act), dimanapun perawat bekerja (PPNI, 2000).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Teori Keperawatan?
2. Apa yang dimaksud dengan Falsafah Keperawatan?
3. Bagaimana Falsafah Keperawatan Sebagai Ilmu Serta Aspek
Ontologi, Epistemologi dan Axiologi?
4. Contoh Penerapan Falsafah Keperawatan Sebagai Ilmu Serta
Aspek Ontologi, Epistemologi dan Axiologi

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Teori Keperawatan

Sejarah keperawatan professional dimulai oleh Florence Nightingale.


Nightingale membayangkan para perawat sebagai sosok wanita yang
berpendidikan pada saat itu ketika para wanita umumnya tidak berpendidikan dan
juga tidak berkerja dipelayanan publik. Visi Nightingale dan pendirian Sekolah
Keperawatan di St. Thomas Hospital London telah menandai kelahiran
keperawatan modern. Perjuangan awal Nightingale dalam praktik dan pendidikan
keperawatan menjadi ispirasi untuk berdirinya sekolah – sekolah keperawatan dan
rumah sakit di Amerika Serikat pada awal abad kedua puluh (Kalisch & Kalisch,
2003 ; Nightingale, 1859/1969).

Hal itu terjadi selama pertengahan 1800-an ketika Nightingale menyatakan bahwa
fokus keperawatan yang unik dan pengetahuan keperawatan berbeda dari
pengetahuan medis. Dia dia menjelaskan bahwa fungsi yang tepat bagi seorang
perawat adalaah menepatkan pasien dalam kondisi terbaik baik alam untuk
bertindak terhadap pasien. Dia juga menyatakan hal – hal sebagai berikut : bahwa
perawat terhadap orang sakit didasarkan pada pengetahuan tentang orang
lingkungan – dasar pengetahuan yang berbeda dari pada yang digunakan oleh
para dokter di dalam praktik mereka (Nightingale, 1859/1969).

Tahun 1980-an merupakan periode perkembangan utama dalam teori


keperawatan yang ditandai sebagai transisi dari periode pra-peradigma menuju
periode paradigm (Fawcett, 1984 ; Hardy, 1978 ; Kuhn, 1970). Paradigm –
paradigm keperawatan yang berlaku (model - model) memberikan pandangan
untuk praktik, administrasi, pendidikan, penelitian, dan pengembangan teori
keperawatan lebih lanjut. Pada tahun 1980-an, Fawcett mengusulkan empat
konsep keperawatan global sebagai metaparadigma eperawatan yang memberikan

4
gambaran tentang struktur organisasi untuk kerangka kerja keperawatan yang
berlaku dan memperkenalkan cara mengtur karya teoritis induvidu dalam sebuah
struktur pengetahuan yang bermakna (Fawcett, 1978, 1984, 1993 ; Fitzpatrick &
whall, 1983).

Pengamatan – pengamatan tentang perkembangan teori keperawatan ini


telah membawa deskripsi Kuhn (1970) tentang ilmu pengetahuan noemal untuk
hidup. Filsafat ilmunya menjelaskan pemahaman kita tentang evolusi teori
keperawatan melalui ilmu pengetahuan paradigm. Secara historis hal ini penting
untuk memahami bahwa apa yang kita lihat bersama penting untuk mamahami
bahwa apa yang kita lihat bersama saat ini sebagai model dan teori keperawatan
adalah karya induvidu di berbagai daerah dannegara yang menerbitkan ide dan
konseptulalisasi keperawatan mereka. Karya ini kemudian dipandang secara
kolektif dalam struktur sistematis pengetahuan menurut analisis dan evaluasi
(Fawcett, 1984, 1993, 2005).

B. Falsafah Keperawatan

Setiap manusia memerlukan falsafah keperawatan dalam dirinya. Karena


dengan falsafah seseorang dapat mengartikan nilai, kepercayaan dan pendapat
mereka tentang dunia, dan menginformasikan ide-ide yang dimilikinya. Falsafah
hadir dalam diri seseorang berdasarkan pada pengalaman hidup yang dialaminya
dari cara mereka mengevaluasi suatu pengamatan dan percobaan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Falsafah dalam keperawatan sendiri
merupakan keyakinan perawat terhadap nilai-nilai yang dimilikinya yang dapat
meningkatkan kemampuan perawat dalam mengaplikasikan teori keperawatan dan
memberikan ruang bagi perawat untuk lebih memahami tentang keperawatan
terutama yang berkaitan dengan praktik keperawatan. Falsafah keperawatan juga
berhubungan erat dengan hubungan yang holistik yang menyeluruh yang berpusat
pada klien sebagai sasaran dan yang diberikan juga tidak hanya berpusat pada
individu yang sakit melainkan individu yang sehat juga (Asmadi 2008)

5
Falsafah adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai
sebab-sebab, azas-azas, hukum, dan sebagainya dari pada segala yang ada dalam
alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu atau suatu
nilai dasar keperawatan suatu kepercayaan yang dimiliki oleh perawat yang
melekat. keperawatan juga menggunakan nilai falsafah untuk menguji
kompatibilitas antara kepercayaan dan nilai-nilai pribadi, profesional, organisasi
dan sosial

Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk


mencapai suatu tujuan dan dipakai sebagai pandan hidup. Falsafah menjadi ciri
utama pada suatu komunitas, baik komunitas berskala besar maupun berskala
kecil, salah satunya adalah profesi keperawatan. Berdasarkan pengertian falsafah
tersebut, dapat dikatakan bahwa falsafah keperawatan adalah keyakinan perawat
terhadap nilai-nilai keperawatan yang menjadi pedoman dalam memberikan
asuhan keperawatan, baik kepada individu, keluarga, kelompok, maupun
masyarakat. Keyakinan terhadap nilai keperawatan harus menjadi pegangan setiap
perawat

Falsafah juga Merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan


esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan.
Hakekat manusia yang dimaksud di sini adalah manusia sebagai makhluk
biologis, psikologis, sosial dan spiritual, sedangkan esensi dasar falsafah
keperawatan yang meliputi: pertama, memandang bahwa pasien sebagai manusia
yang utuh (holistik) yang harus dipenuhi segala kebutuhannya baik kebutuhan
biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang diberikan secara komprehensif dan
tidak bisa dilakukan secara sepihak atau sebagian dari kebutuhannya; kedua,
bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan harus secara langsung dengan
memperhatikan aspek kemanusiaan; ketiga, setiap orang berhak mendapatkan
perawatan tanpa memandang perbedaan suku, kepercayaan, status, sosial, agama
dan ekonomi; keempat, pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian
integral dari sistem pelayanan kesehatan mengingat perawat bekerja dalam

6
lingkup tim kesehatan bukan sendiri-sendiri; kelima, pasien adalah mitra yang
selalu aktif dalam pelayanan kesehatan, bukan seorang penerima jasa yang pasif.

Falsafah keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang


dilakukan. Keperawatan menganut pandangan holistik terhadap manusia yaitu
kebutuhan manusia bio-psiko-sosial- spiritual

Falsafah keperawatan itu harus sudah tertanam dalam diri setiap perawat dan
menjadi pedoman baginya untuk berperilaku, baik di tempat kerja maupun di
lingkungan pergaulan sosial lainnya, falsafah keperawatan bukan suatu hal yang
harus dihafal, melainkan sebuah ―baju‖ yang melekat pada diri perawat. Dengan
kata lain, falsafah keperawatan merupakan ―roh‖ yang mendiami pribadi setiap
perawat. Artinya, falsafah keperawatan menjadi landasan bagi perawat dalam
menjalankan profesinya. Beberapa keyakinan yang harus dimiliki perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut.

Bruce et al. 2014 mendefinisikan falsafah keperawatan menggunakan


kerangka konseptual yang berfokus pada isi, metode dan pandang hidup.

Falsafah sebagai bagian Falsafah sebagai metode Falsafah sebagai


dari keperawatan pandang hidup
Kerangka Falsafah digunakan untuk Perawat menggunakan Falsafah
falsafah mengidentifikasi falsafah untuk mengkaji mentransformasi
fenomena utama dalam keberagaman dan kan manusia
suatu keilmuan pengalaman menjadi lebih
bijaksana
Contoh Perawat mengkaji tentang Sebagai metode falsafah Berperan dalam
keperawatan, pasien keperawatan berguna untuk mengembangkan
lingkungan, sehat sakit menggali kemungkinan, teori, praktik
perkembangan analisis, kritik, tantangan keperawatan, dan
keperawatan, dan membuat asumsi, nilai profesional
mengidentifikasi dan dan kepercayaan. perorangan.
memvalidasi pengetahuan

7
tentang keperawatan etika
keperawatan, fenomena
keperawatan dan praktik
keperawatan

a. Falsafah sebagai bagian dari keperawatan


Falsafah merupakan bagian dari keperawatan yang berhubungan dengan
adanya fenomena dalam suatu profesi dan keilmuan yang terkait dengan
manusia. Sehat sakit dan lingkungan. Praktik keperawatan merupakan central
dari pemikiran filosofis yaitu mengenai apa itu perawat, apa itu keperawatan
dan apa yang dimaksud dengan keperawatan yang benar. Falsafah digunakan
untuk membuat keputusan yang tepat dalam praktik keperawatan. Falsafah
sebagai perawat pendidik, dan mahasiswa keperawatan.

b. Falsafah sebagai metode keperawatan


Falsafah sebagai metode keperawatan membantu perawat dalam melakukan
analisis, kritik, menghadapi tantangan, dan mengatasi kejadian situasional
terkait dengan patient safety, dan etika keperawatan. Falsafah keperawatan
dapat membantu perawat dalam mengembangkan kapasitas dirinya sebagai
perawat yang menjunjung tinggi moral. Falsafah juga dapat membantu
perawat untuk mengeksplorasi pertanyaan yang berkaitan dengan bidang non
keilmuan yang mungkin penting bagi kemajuan keilmuan keperawatan itu
sendiri. Contohnya dengan menggunakan penyelidikan filosofis perawat dapat
mengajukan pertanyaan seperti apa saja prinsip-prinsip praktik keperawatan?
Apa saja batasan keperawatan? Bagaimana cara mengembangkan hubungan
perawat-klien? Dengan memikirkan pertanyaan tersebut perawat dapat terlatih
untuk berpikir kritis dan logika dalam mendefinisikan ilmu keperawatan.

c. Falsafah sebagai pandangan hidup


Perawat mewujudkan falsafah keperawatan sebagai pandangan hidup dalam
setiap tindakan praktik keperawatan yang dilakukannya meliputi pengetahuan,

8
etika dan lainnya. Dengan menjadikan falsafah keperawatan sebagai
pandangan hidup perawat dapat mengembangkan teori, praktik keperawatan
dan meningkatkan profesionalitas (Bruce et al. 2004)

C. Falsafah Keperawatan Sebagai Ilmu Serta Aspek Ontologi,


Epistemologi dan Aksiologi

Pengembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari pemahaman tentang


filsafat ilmu. Filsafat ilmu merupakan telaat kefilsafatan yang ingin menjawab
pertanyaan mengenai hakekat ilmu yang ditinjau dari tiga aspek yaitu aspek
ontologi (apa yang ingin diketahui), epistemologi (bagaimana memperoloh
pengetahuan), dan aksiologi (untuk apa pengetahuan itu). Filsafat ilmu dijadikan
sebagai landasan dalam perkembangan ilmu pengetahuan sehingga tidak
menyimpang dari kaidah discipline ilmu pengetahuan.
Pemahaman tentang sudut pandang filsafat ilmu harus diaplikasikan dalam
keperawatan sebagai landasan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan praktik
keperawatan. Berikut aplikasi tiga sudut pandang filsafat ilmu dalam ilmu
keperawatan.
1. Ontologi dalam Ilmu Keperawatan
Ontologi dapat diartikan sebagai suatu studi yang membahas sesuatu yang
ada. Ontologi menjawab pertanyaan tentang apa yang ingin diketahui atau objek
yang menjadi pusat studi dari suatu discipline ilmu. Ontologi dalam ilmu
keperawatan merupakan objek yang menjadi pusat telaah ilmu keperawatan.
Untuk memahami aspek ontologi ilmu keperawatan perlu dipahami tentang
postulat, asumsi, dan prinsip yang diyakini dalam keperawatan. Postulat yang
diajukan dalam keperawatan adalah bahwa manusia yang tidak dapat berfungsi
secara sempurna dalam kaitan dengan kondisi kesehatan dan proses penyembuhan
mempunyai seperangkat kebutuhan. Asumsi yang diajukan bahwa manusia tidak
dapat berfungsi secara sempurna dalam kaitan dengan kondisi kesehatan dan
proses penyembuhan adalah makhluk biopsikososial dan spiritual. Berdasarkan
postulat dan asumsi ini dikembangkan prinsip yaitu bantuan yang efektif bagi

9
individu yang tidak dapat berfungsi secara sempurna dalam kaitan dengan kondisi
kesehatan dan proses penyembuhan adalah bantuan dengan pendekatan
biopsikososial dan spiritual secara holistik dan optimal.
Berdasarkan pemahaman tentang postulat, asumsi dan prinsif tersebut, maka
bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi keperawatan adalah
penyimpangan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (biopsikososial
dan spiritual). Keperawatan juga mempelajari manusia sebagai makhluk
biopsikososial dan spiritual, respon yang dapat ditimbulkan ketika tidak dapat
berfungsi secara sempurna serta bantuan dengan pendekatan biopsikososial dan
spiritual yang holistik untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Pengembangan ilmu dalam struktur ilmu keperawatan harus berlandaskan
aspek ontologi di atas. Hal inilah yang membedakan discipline ilmu keperawatan
dengan discipline ilmu lainnya. Meskipun objek material yang menjadi sasaran
penyelidikan sama, namun dalam perkembangan struktur ilmu pengetahuan
selanjutnya akan berbeda, karena sudut pandang ontologi yang berbeda. Misalnya
ilmu kedokteran memfokuskan pada gangguan fungsi organ tubuh dan upaya
penyembuhan penyakit, sedangkan ilmu keperawatan secara ontologi
memfokuskan pada pemahaman manusia sebagai makhluk biopsikososial dan
spiritual yang memerlukan bantuan ketika tidak dapat berfungsi secara sempurna.
Bantuan diberikan dengan pendekatan yang holistik (pelayanan keperawatan)
untuk pemenuhan kebutuhan dasar.
Dengan demikian manfaat ontologi bagi ilmu keperawatan adalah :
a. Memberikan arah dalam pengembangan struktur ilmu keperawatan
sehingga dapat membedakan discipline ilmu keperawatan dengan
discipline ilmu lainnya. Teori-teori keperawatan dikembangkan
berdasarkan sudut pandang ontologi keperawatan.
b. Memberikan panduan dalam menyusun ilmu keperawatan yang integral,
komprehensif dan koheren. Ilmu keperawatan dalam hal ini mengkaji
masalah-masalah spesifik dalam keperawatan yang akhirnya dapat
diperoleh gambaran komprehensif dan koheren tentang objek telaahnya.

10
2. Epistemologi dalam Ilmu Keperawatan
Epistemologi merupakan sudut pandang tentang bagaimana metode atau
prosedur yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan. Epistemologi menjadi
dasar pijakan dalam memberikan legetimasi suatu ilmu pengetahuan untuk diakui
sebagai discipline ilmu dan menentukan keabsahan discipline ilmu tertentu.
Berdasarkan hal ini maka epistemologi berperan penting dalam memberikan
kerangka acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Landasan epistemologi
ilmu menyangkut cara berpikir keilmuan berkenaan dengan kriteria tertentu agar
sampai pada kebenaran ilmiah. Dalam hal ini epistemologi ilmu membahas
tentang suatu proses berpikir ilmiah. Aspek metodologi yang penting dalam
pengembangan pengetahuan adalah metodologi keilmuan.
Aplikasi epistemologi dalam ilmu keperawatan tergambar dari
pengembangan struktur ilmu keperawatan mulai dari falsafah keperawatan,
paradigma, model konseptual keperawatan, teori keperawatan dan teori middle
range keperawatan. Saat ini pengembangan ilmu keperawatan dilaksanakan
dengan metode ilmiah melalui berbagai penelitian keperawatan.

3. Aksiologi dalam Ilmu Keperawatan


Landasan aksiologi dalam pengembangan ilmu pengetahuan merupakan
sudut pandang tentang tujuan dan nilai suatu pengetahuan. Landasan ini dijadikan
strategi untuk mengantisipasi perkembangan kehidupan manusia yang negatif
sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi tetap berjalan pada jalur kemanusiaan.
Aksiologi dalam ilmu keperawatan memberikan batasan pengembangan
ilmu keperawatan sehingga tetap berjalan dalam kodrat manusia dan
meningkatkan kemaslahatan umat manusia. Pemahaman tentang aksiologi dalam
keperawatan bertujuan :
a. Memberikan arah dalam proses keilmuan dan perkembangan teori
keperawatan sehingga berbagai penelitian keperawatan dapat dilakukan
secara etis, tidak mengubah kodrat dan tidak merendahkan martabat
manusia.

11
b. Memberikan arah dalam praktik keperawatan sehingga dapat
memberikan pelayanan dengan nilai yang luhur dan dapat meningkatkan
derajat kesehatan manusia.

D. Contoh Penerapan Falsafah Keperawatan Sebagai Ilmu Serta Aspek


Ontologi, Epistemologi dan Axiologi

a. Aspek Ontologi
Pengembangan ilmu dalam struktur ilmu keperawatan harus berlandaskan
aspek ontologi. Hal inilah yang membedakan discipline ilmu keperawatan dengan
discipline ilmu lainnya. Meskipun objek material yang menjadi sasaran
penyelidikan sama, namun dalam perkembangan struktur ilmu pengetahuan
selanjutnya akan berbeda, karena sudut pandang ontologi yang berbeda. Misalnya
ilmu kedokteran memfokuskan pada gangguan fungsi organ tubuh dan upaya
penyembuhan penyakit, sedangkan ilmu keperawatan secara ontologi
memfokuskan pada pemahaman manusia sebagai makhluk biopsikososial dan
spiritual yang memerlukan bantuan ketika tidak dapat berfungsi secara sempurna.
Bantuan diberikan dengan pendekatan yang holistik (pelayanan keperawatan)
untuk pemenuhan kebutuhan dasar.
Dengan demikian manfaat ontologi bagi ilmu keperawatan adalah :
 Memberikan arah dalam pengembangan struktur ilmu keperawatan
sehingga dapat membedakan discipline ilmu keperawatan dengan
discipline ilmu lainnya. Teori-teori keperawatan dikembangkan
berdasarkan sudut pandang ontologi keperawatan.
 Memberikan panduan dalam menyusun ilmu keperawatan yang integral,
komprehensif dan koheren. Ilmu keperawatan dalam hal ini mengkaji
masalah-masalah spesifik dalam keperawatan yang akhirnya dapat
diperoleh gambaran komprehensif dan koheren tentang objek telaahnya.

12
b. Aspek Epistemologi
Landasan Epistemologi ilmu adalah menggunakan metode ilmiah dimana
ontology yang dipilih adalah medical surgical dengan topic HIV Aids. Secara
global, infeksi HIV baru telah turun sebesar 38% sejak 2001, namun ada 2,1 juta
orang yang baru terinfeksi pada 2013, dan diperkirakan 22 juta orang yang tidak
mengakses pengobatan yang menyelamatkan nyawa. Selanjutnya, disana adalah
beberapa negara dimana epidemi HIV berkembang (seperti di Eropa Timur dan
Asia Tengah) dimana Jumlah orang yang hidup dengan HIV hampir tiga kali lipat
(1,4 juta orang yang hidup dengan HIV di tahun 2009).
Reasoning epistemologu keperawatan yang dipilih adalah HIV Aids
merupakan sebuah penyakit yang dimana tidak dapat disembuhkan karena sangat
mempengaruhi system imunitas penderitanya. Pasien dengan gangguan tersebut
memerlukan kepekaan terhadap perubahan yang terjadi. Proses adaptasi
diterapkan dengan merespon setiap perubahan yang terjadi pada pasien. Pasien
dengan AIDS misalnya, ketika terjadi penurunan daya tahan tubuh maka harus
segera mendapat perawatan supaya tidak terjadi penurunan kesehatan yang
berlanjut.

c. Aspek Aksiologi
Landasan aksiologi dalam pengembangan ilmu pengetahuan merupakan
sudut pandang tentang tujuan dan nilai suatu pengetahuan. Landasan ini dijadikan
strategi untuk mengantisipasi perkembangan kehidupan manusia yang negatif
sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi tetap berjalan pada jalur kemanusiaan.
Aksiologi dalam ilmu keperawatan memberikan batasan pengembangan
ilmu keperawatan sehingga tetap berjalan dalam kodrat manusia dan
meningkatkan kemaslahatan umat manusia. Pemahaman tentang aksiologi dalam
keperawatan bertujuan :
 Memberikan arah dalam proses keilmuan dan perkembangan teori
keperawatan sehingga berbagai penelitian keperawatan dapat dilakukan
secara etis, tidak mengubah kodrat dan tidak merendahkan martabat
manusia.

13
 Memberikan arah dalam praktik keperawatan sehingga dapat memberikan
pelayanan dengan nilai yang luhur dan dapat meningkatkan derajat
kesehatan manusia.
aksiologis diatas dapat dijelaskan bahwa ilmu keperawatan digunakan
sebagai ilmu, pedoman, dan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien dengan berbagai tingkatan dari individu, keluarga, kelompok bahkan
sampai masyarakat luas guna meningkatkan derajat kesehatan pasien tersebut.
Modifikasi penerapan teori adaptasi pada pasien HIV Aids diatas
memberikan gambaran bahwa pemenuhan efektor (Kebutuhan Fisiologis) dapat
mempengaruhi respon adaptif ataupun respon in efektif pasien. Dengan pemberian
pemenuhan kebutuhan fisiologis yang terdiri atas oksigen, nutrisi, eliminasi,
aktifitas dan istirahat, dan protesksi diharapkan dapat memberikan efek output
yang maksimal yaitu respon adaptif sehingga merubah kondisi seseorang atau
sekelompok orang dari kondisi sakit menjadi sembuh dan yang sudah sehat dapat
mempertahankan atau mengoptimalkan derajat kesehatannya.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan sebagai profesi, memiliki batang tubuh ilmu pengetahuan sendiri
yang penting untuk praktik keperawatan. Untuk itu, perawat perlu
mengidentifikasi, mengembangkan, dan memahami konsep dan teori yang sejalan
dengan keperawatan.
Setiap jenis pengetahuan selalu mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai
apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan
tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan; ontologi ilmu terkait
dengan epistemologi ilmu, epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan
seterusnya. Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu, maka hal ini harus
dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu. Secara detail, tidak mungkin
bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi. Apalagi
bahasan yang didasarkan model berpikir sistemik, justru ketiganya harus
senantiasa dikaitkan.
Keterkaitan antara ontologi, epistemologi, dan aksiologi—seperti juga
lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem--
membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang
lain, sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam
mekanisme pemikiran.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amsal, Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


Bakker, Anton.1992. Ontologi Metafisika Umum. Yogyakarta: Pustaka Kanisius
Bakhtiar , Amsal. 2006. Filsafat Ilmu. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Dharma, KK. Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan Melaksanakan dan
Menerapkan Hasil Penelitian.
D.W. Hamlyn. History of Epistemology. in Pauld Edwards, editor in chief, The
Encyclopedia of Philosophy, vol. 3 (New York and London, Macmillan
Publishing Co., 1972) hal. 8-38.
Nursalam.2008.Konsep & Metode Keperawatan (ed. 2). Jakarta: Salemba medika.

Nur Hidayah.Jurnal Kesehatan.Volume 7 No. 2/2014

Risjord, M. 2010. Nursing Knowledge: Science, Practice, and Philosophy. United


Kingdom: Wiley-Blackweel.
Surasumantri, Jujun, S. 1999. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.
The Liang Gie. 2004. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty.

16

Anda mungkin juga menyukai