Anda di halaman 1dari 7

PENTINGNYA BERPIKIR KRITIS DAN PERCAYA DIRI BAGI

PERAWAT DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

Enjelina SP Hutasoit 181101031

enjelinasp@gmail.com

Abstrak

Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen penting dari akuntabilitas


profesional dan asuhan keperawatan. Perawat adalah unsur yang paling penting dibanding tim
medis lainnya dalam rumah sakit karena perawat adalah orang pertama yang menjalin kontak
dengan pasien. Berpikir kritis bagi seorang perawat menjadi sesuatu yang urgent dan penting
karena berpikir kritis itu memiliki banyak manfaat, terutama dalam kulaitas pengambilan
keputusan. Ketika kualitas berpikir kritis perawat tinggi akan mempengaruhi kualitas hasil akhir
dari tindakan yang dilakukan pada proses asuhan keperawatan. Berpikir kritis tidak terlepas dari
rasa percaya diri untuk menanggung resiko dari keputusan yang diambil. Tujuan: untuk
mengetahui hubungan dan pengaruh berpikir kritis dalam proses asuhan keperawatan. Metode:
jenis metode penelitian adalah pengamatan dan literasi.

Kata Kunci: Berpikir Kritis, Percaya Diri, Perawat, Asuhan Keperawatan

LATAR BELAKANG

Perawat adalah tenaga kesehatan yang jumlahnya sangat banyak ditemukan di


rumah sakit berkisar 55-65%, perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di
rumah sakit. Perawat merupakan profesi yang selalu bersama dengan pasien terus
menerus selama 24 jam setiap harinya, sehingga perawat mengetahui setiap perubahan
kondisi kesehatan pasien. Pelayanan perawat mempengaruhi mutu pelayanan rumah
sakit sehingga segala upaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah
sakit dan disertai peningkatan kualitas dan profesionalisme perawat (Sudosono, 2017).

Asuhan keperawatan yang berkualitas merupakan hal yang paling utama dalam
menjaga kepercayaan pasien. Asuhan keperawatan yang berkualitas itu tentunya
diwujudkan dengan adanya sikap berpikir kritis yang dimiliki oleh perawat. Asuhan
keperawatan pada dasarnya diawali dengan pendekatan pengambilan keputusan yang
dapat ditingkatkan dengan berpikir ktitis (Ignatavicius, 2001).

Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan kemampuan berpikir perawat dalam


memastikan ketepatan dan kebenaran secara logika dan rasional berbagai alasan
sebelum dan sesudah pengambilan keputusan dalam asuhan keperawatan, keamanan dan

1
standar pemenuhan pelayanan keperawatan akan dijamin oleh tindakan berpikir kritis
perawat. Berpikir kritis adalah proses berpikir dengan tujuan dan keputusan akhir yang
masuk akal terhadap tindakan apa yang harus kita lakukan. Tindakan berpikir kritis
dilakukan untuk mengetahui jawaban secara logika, informasi yang ada, dan kebenaran/
fakta, berfikir kritis tidak hanya menemukan jawaban sementara menurut Wright Place
Consulting.

Kemampuan berpikir kritis yang dimiliki perawat didukung oleh rasa percaya diri
yang tinggi. Ketika kita sudah berpikir kritis maka kita sudah membuat keputusan
melalui berbagai pertimbangan. Keputusan itu adalah hasil yang terbaik . keputusan
tersebut harus kita kerjakan dalam situasi dan kondisi apapun (Simamora, 2019).

Berpikir kritis akan menunjukkan sikap kita berpandangan konseptual, kreatif,


fleksibel, rasa ingin tahu tinggi, berpikir terbuka, tekun dan refleks Berpikir kritis
menjadi suatu ide keperawatan yang sangat penting karena semakin kompleks
keputusan yang diambil dalam pelayanan keperawatan untuk mengatasi resiko yang
merugikan bagi pasien jika terjadi kesalahan dalam mengambil keputusan oleh perawat
(Maryam, Setiawati, & Ekasari, 2007).

TUJUAN

Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh berpikir kritis perawat dalam tahapan
asuhan keperawatan dan cara pengaplikasian berpikir kritis dalam asuhan keperawatan.

METODE

jenis metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah metode observasi dan literasi.
Metode observasi adalah mengamati lingkungan sekitar mengenai kemampuan berpikir
kritis perawat. Metode literasi adalah kegiatan membaca baik dari artikel, buku, dan
karangan ilmiah lainnya tentang proses berpikir kritis.

HASIL

Presentasi berpikir kritis baik memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan
asuhan keperawatan. Ketika perawat mampu berpikir kritis dengan baik maka peluang
akan semakin luas memberikan asuhan keperawatan sedangkan jika perawat memiliki

2
tingkat kemampua berpikir kritis yang kurang/rendah maka akan mempersempit ruang
dalam pemberian asuhan keperawatan.

Menurut pengamatan dan literasi yang dilakukan maka didapatkan hasil menurut
data oleh Sudasono (2017) bahwa kemampuan berpikir kritis dalam asuhan
keperawatan yang memiliki nilai rata-rata rendah adalah pada tahap implementasi dan
nilai rata- rata tertinggi adalah pada tahap perencanaan.

Menurut pengamatan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki perawat itu masih
sangat minimum, hal ini disebabkan oleh adanya anggapan bahwa layanan kesehatan itu
bukan sepenuhnya tugas perawat, perawat sering mengangkap bahwa yang berhak
dalam mengambil keputusan itu hanya dokter saja, dan rasa kepemimpinan dokter
dirumah sakit itu masih menjadi tradisi.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpikir kritis adalah proses berpikir yang
menghasilkan suatu ide, gagasan, konsep, asprasi, dan buah pikiran secara logika
(masuk akal) dan reflektif yang difokuskan untuk pengambilan keputusan serta
memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan. Berpikir kritis akan mudah dicapai jika
kita mengerti karakteristik berpikir yang kita miliki sebagai motivasi. Adapun
karakteristik berpikir kritis, yaitu konseptualisasi, rasional dan memiliki alasan yang
tepat, reflektif, kemandirian berpikir, keyakinan, watak, standar dan indikator, sudut
pandang, serta kreatif (Fisher, 2008). Berpikir kritis yang baik itu cenderung lebih
berkualitas daripada berpikir kritis kurang baik dalam asuhan keperawatan. Standar
profesional perawat mengacu pada proses asuhan keperawatan yang terdiri dari lima
tahap, yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Nursalam,
2008).

Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan

Penerapan berpikir kritis dalam proses asuhan keperawatan itu sebagai berikut:

a. Tahap pengkajian

3
Tahap pengkajian adalah tahap pengumpulan data dan informasi, pencatatan data
tentang status pasien, pengorganisasian, pemeriksaan awal dan mengkomunikasikan
data tentang pasien (Potter & Perry, 2009) . Berpikir kritis dalam tahap pengkalian
menetukan kelengkapan dan ketepatan data dan informasi yang disampaikan oleh
pasien melalui pertanyaan kritis dari perawat. Berpikir kritis dalam pengkajian akan
menjamin keakuratan dan kelengkapan data dan status pasien.

a. Tahap diagnososis
Tahap kedua dalam proses keperawatan adalah tahap diagnosis dan merupakan
jawaban dari masalah pasien baik resiko dan aktualisasi dari hasil pengkajian yang
sudah dianalisis. Analisis dalam setiap kegiatan tahap diagnosis keperawatan harus
didasari berpikir kritis untuk menentukan keaktualan diagnosa keperawatan tentang
masalah pasien. Analisis kritis dalam tahap diagnosis keperawatan adalah analisis
data, identifikasi masalah klien, mempreoritasan diagnosis keperawatan, dan
mendokumentasikan diagnosis keperawatan.
b. Tahap perencanaan
Tahap ketiga proses keperawatan adalah tahap perencanaan merupakan strategi
keperawatan untuk mencegah terjadinya masalah, merencanakan tindakan yang
akan dilakukan dalam menyelesaikan masalah pasien (Kozier, 2012). Berpikir kritis
dalam tahap perencanaan brarti menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan
hasil yang diharapkan. Perencanaan asuhan keperawatan berisi tentang hal- hal
yang akan dilaksanakan untuk menolong pasien sebagai respon terhadap penyakit
(Deswani, 2009).
c. Tahap Implementasi
Tahap keempat dalam proses keperawatan adalah tahap implementasi merupakan
tindakan nyata berupa pelaksaan dari setiap rencana yang telah disusun dalam
tahap perencanaan. Pelaksaanan rencana tersebut akan melibatkan pasien itu
sendiri, keluarga dan tim medis lain. pada saat inplementasi ini tindakan berpikir
kritis perlu ditingkatkan karena melibatkan banyak pihak dalam pelaksanannya
sehingga tidak akan terjadi bentrokan dalam melaksanakan kewajiban dan hak
masing-masing dalam menyelesaikan masalah pasien tersebut (Maryam, Setiawati,
& Ekasari, 2007).
d. Tahap evaluasi

4
Berpikir kritis pada tahap evaluasi adalah mengkaji keberhasilan, efektivitas
atau kelancaran tindakan yang telah dlakukan dalam pemenuhan asuhan
keperawatan kepada pasien. Pada tahap evaluasi juga dilakukan penilaian terhadap
berhasil atau tidaknya layanan kesehatan yang dilakukan, penilaian tentang respon
pasien atas asuhan yang diberikan kepadanya. Mengingat kembali adalah metode
berpikir kritis yang tepat untuk mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah
diberikan (Deswani, 2009).
Aplikasi Berpikir Kritis Dalam Keperawatan.
Berpikir kritis sangat membantu perawat dalam mengidentifikasi dan menentukan
solusi dalam situasi perawatan pasien. Sikap berpikir kritis perawat sangat ditekankan
dalam segala situasi, tempat dan pekerjaan. Salah satu keterampilan yang dituntut dari
perawat adalah berpikir kritis (Craven & Hirnle, 2009).
Facione (2015) menyatakan bahwa berpikir kritis terdiri dari 6 subtema
pengaplikasian diantaranya:
a. Interpretasi
Merupakan proses menyatakan dan memahami makna luas dari pengalaman,
situasi, penilaian, peristiwa, data prosedur, persetujuan, aturan dan penjelasan.
b. Analisis
Analisis adalah proses mengidentifikasi hubungan antara pernyataan, konsep
pertanyaan , penilaian, hasil presentasi, pengalaman, peninjauan alasan dan
informasi.
c. Penjelasan
Penjelasan adalah proses mencari dan memperoleh unsur yang dibutuhkan
untuk mengambil kesimpulan dan membuat dugaan sementara untuk
mempertimbangkan informasi melalui pengembangan data, informasi,
pengalaman, deskripsi dan konsep agar tidak terjadi pemahaman yang salah
(Facione, 2015).
d. Kesimpulan
Kesimpulan adalah sesuatu kemampuan untuk menyimpulkan, merangkum dan
mempresentasikan secara keseluruhan hasil penilaian seseorang dengan cara
meyakinkan. Pengalaman dan pengetahuan harus digunakan untuk memilih
strategi yang akan dilakukan kepada pasien (Potter &Perry. 2013)

5
e. Evaluasi
Evaluasi adalah proses mengkaji ulang hasil penilaian, situasi, keyakinan, opini
seseorang dengan kekuatan logis dari hubungan aktual antara dua pernyataan,
deskripsi dan bentuk representasi lainnya untuk menilai keberhasilan dari
proses keperawatan (Facione, 2015).
f. Regulasi diri
Pengontrolan diri adalah kesadaran diri untuk memantau aktiitas kognitif dan
motorik melalui pandangan dan penilaian diri sendiri (Facione, 2015).

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan dan kualitas berpikir kritis


perawat mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien. Ketika
kemampuan berpikir kritis perawat berkualitas tinggi maka semakin memperluas
peluang untuk bertindak memberi asuhan keperawatan sedangkan jika kemampuan
berpikir kritis perawat rendah maka peluang untuk bertindakpun akan terbatas.

DAFTAR PUSTAKA

Deniati, K., Anugrahwati, R., & Suminarti, T. (2018). Pengaruh Berpikir Kritis terhadap
Kemampuan Perawat Pelaksana dalam Melakukan Asuhan Keperawatan di
Rumah Sakit Hermina Bekasi Tahun 2016. Kesehatan Holistik , 12 (1), 21-25.
Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika.
Facione, P. (2015). Critical Thinking : What It Is and Why It Counts. Insight
Assessment , 7 (ISBN 13: 78-1-891557-07-1), 1-28.V
Fathi, A., & Simamora, R. H. (2019, March). Investigating nurses' coping strategies in
their workplace as an indicator of quality of nurses' life in Indonesia : a
preliminary study. in IOP Conference Series : Earth and Enviromental Science
(Vol. 248, No. 1, p. 012031). IOP Publishing.
Fisher. (2008). Berfikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Ingram, M. (2008). Critical Thinking In Nursing: Experience vs. Education. A
Disertasion. Arizona: University of Phoenix.
Kozier, B. (2012). Fundamentals of Nursing: Concept, Process and Practices. 9th Ed. .
New Jersey: Inc.
Maizar, A. (2017). Gambaran Berpikir Kritis dalam Problem Based Learning (PBL)
Mahasiswa Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi FKIK
UIN Syarif Hidayatullah . Jakarta: Tidak dipublikasikan.
Maryam, S., Setiawati, S., & Ekasari, M. F. (2007). Buku Ajar Berpikir Kritis dalam
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

6
Patmawati, T. A. (2018). Efektifitas Metode Pembelajaran Klinik terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis dan Percaya Diri Mahasiswa Keperawatan: A LIterature Review.
Keperawatan Muhammadiyah , 3 (2), 88-94.
Potter, P. (2009). Fundamental Of Nursing. 7th Ed. St. Louis, Missouri: Mosby
Elsevier.
Rubenfend, M., & Scheffer, B. (2007). Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Simamora, R. H. (2019). Menjadi Perawat Yang: CIH'HUY. Surakarta: Kekata .
Sudosono, B. (2017). Gambaran Kemampuan Berpiir Kritis Perawat Primer dalam
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Islam Surakarta. Ilmu
Keperawatan Indonesia , 10 (1), 79-106.

Anda mungkin juga menyukai