Anda di halaman 1dari 7

PENTINGNYA BERPIKIR KRITIS OLEH PERAWAT PADA TAHAP

PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG TEPAT


Raisya Mahdiyah Syaifullah

raisyamhdyh@gmail.com

Latar Belakang

Perawat merupakan unsur vital dalam sebuah Rumah Sakit karena perawat merupakan
penjalin kontak pertama dan terlama dengan pasien khususnya pasien rawat inap, dengan
tugas utama perawat adalah memberikan asuhan keperawatan dari pengkajian, penegakan
diagnose keperawatan, intervensi, implementasi sampai dengan evaluasi (Potter & Perry,
2009). Perawat juga sebagai seorang praktisi yang berpendidikan diharapkan mempunyai
kemampuan intelektual untuk menggunakan pemikiran rasional dan refektif saat perawat
mempertimbangkan pengamatan dan informasi tentang kondisi masing-masing pasien.
Sepanjang komponen dari proses keperawatan, perawat menggunakan sikap dan kemampuan
berfikir kritis untuk menentukan relevansi, makna dan iterrelasi data pasien serta untuk
memilih dan menetapkan asuhan keperawatan yang sesuai (Cristensen & Kenney, 2009).

Berfikir kritis penting dilakukan sebelum mengambil keputusan dalam asuhan keperawatan
karena merupakan salah satu metode ilmiah dalam menyelesaikan masalah klien.
Kemampuan perawat mengidentifikasi masalah klien dan memilih solusi intervensi yang
tepat tidak lepas dari kemampuan perawat berfikir kritis untuk mengali berbagai alasan
berdasarkan evidence base dari setiap problem dan solusi yang teridentifikasi (Potter& Perry,
2010). Untuk berfikir cerdas perawat harus mengembangkan cara berfikir kritis dalam
menghadapi setiap masalah dan pengalaman baru yang menyangkut pasien dengan memiliki
karakteristik percaya diri, berfikir mendalam, keadilan, tanggung jawab dan akuntabilitas,
mengambil resiko, disiplin, kegigihan, kreatif, rasa ingin tahu, integritas dan randah hati,
dimana karakteristik tersebut dapat dilihat dari sikap dalam memberikan asuhan keperawatan
dari keterlibatan, kedewasaan untuk mengontrol emosi dan inovasi (Deswani, 2009). Berfikir
kritis menjadi bagian yang tak terpisahkan dari asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat. Berfikir kritis penting dilakukan sebelum mengambil keputusan dalam asuhan
keperawatan karena berfikir kritis dalam keperawatan merupakan keterampilan berfikir
perawat untuk menguji berbagai alasan secara rasional sebelum mengambil keputusan dalam
asuhan keperawatan (Ignatavicius, & Workman, 2006).
Metode

Metode penulisan yang digunakan adalah Literature Riview, yaitu dengan cara menganalisis,
mengeksplorasi serta mengkaji bebas jurnal atau karya tulis ilmiah yang relevan dan
berfokus pada tema yaitu “Pentingnya Berpikir Kritis oleh Perawat Pada Tahap Pengambilan
Keputusan yang Tepat”. Adapun sumber yang digunakan dalam literature ini menggunakan
sumber dari buku teks, jurnal dengan memasukan kata kunci pengambilan keputusan dan
berpikir kritis. Adapun jurnal yang digunakan merupakan jurnal yang diterbitkan pada 10
tahun terakhir. Metode dari penulisan ini digunakan untuk menjelaskan Pentingnya Berpikir
Kritis oleh Perawat Pada Tahap Pengambilan Keputusan yang Tepat. Pengolahan data ini
dilakukan dengan membanding jurnal yang ada dan mengkaji kembali jurnal yang
berhubungan dengan berpikir kritis dalam pengambilan keputusan oleh perawat.

Hasil

Berdasarkan pencarian literature didapatkan apa itu berpikir kritis, bagaimana berpikir kritis
dalam pengambilan keputusan di dalam keperawatan, bagaimana pengambilan keputusan
yang tepat dan tahapan pengambilan keputusan. Perawat harus mempunyai kemampuan yang
baik untuk pasien maupun dirinya didalam menghadapi masalah yang menyangkut etika.
Seseorang harus berpikir secara rasional, bukan emosional dalam membuat keputusan etis.
Perawat melakukan pengambilan keputusan dalam setiap tindakan, sementara itu perawat
juga merencanakan dan memberikan asuhan. Efektifitas dan ketepatan pengambilan
keputusan membutuhkan kemahiran dalam mengumpulkan data dan keterampilan berpikir
kritis Berfikir kritis adalah salah satu kegiatan yang memerlukan ide ide serta gagasan yang
cepat dalam melakukan penilaian dan analisa rasional serta merumuskan kesimpulan dan
membuat keputusan (Potter, Griffin,1997).

Berpikir kritis dalam pendidikan keperawatan merupakan komponen penting dari


akuntabilitas profesional dan asuhan keperawatan berkualitas. Perawatan diharapkan dapat
berpikir kritis untuk memproses data yang kompleks dan membuat keputusan yang cerdas
mengenai perencanaan dan pengelolaan mengingat pentingnya hal tersebut dalam pembuatan
keputusan, problem solving dan clinical judgment, sedangkan kepercayaan diri
mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan individu, dari kemampuan individu untuk
berpikir optimis dan bertahan melalui kesulitan, serta pengembangan rasa percaya diri adalah
komponen utama pengambilan keputusan yang benar dalam konteks klinis. (Carlos et al.,
2014; Ludenberg & Kim, 2016; Shin, Jung, Shin, & Kim, 2006)
Pengambilan keputusan yang tepat menggunakan suatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakekat suatu masalah dengan pengumpulan fakta-fakta dan data. Dalam menentukan
alternatif yang matang untuk mengambil suatu tindakan yang tepat didasarkan pada kriteria
tertentu atas dua atau lebih alternatif yang sesuai (George R. Terry, 2019). Pengambilan
keputusan dalam penyelesaian masalah membutuhkan kemampuan yang mendasar bagi
praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan (Dolan, 2017). Pengambilan
keputusan tidak hanya berpengaruh pada proses pengelolaan asuhan keperawatan, tetapi
penting untuk meningkatkan kemampuan merencanakan perubahan. Perawat pada semua
tingkatan posisi klinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil
keputusan yang efektif, baik sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin (Dolan, 2017;
Nursalam, 2014).

Pembahasan

Berpikir kritis penting dilakukan oleh perawat sebelum mengambil keputusan dalam asuhan
keperawatan.Asuhan keperawatan merupakan satu metode ilmiah dalam penyelesaian
masalah klien. Kemampuan perawat mengidentifikasi masalah klien dan memilih solusi
intervensi yang tepat tidak lepas dari kemampuan perawat berpikir kritis, yaitu kemampuan
perawat menggali alasan berdasarkan evidence base dari setiap problem dan solusi yang
teridentifikasi. Kemampuan berpikir kritis dan disposisinya dapat digunakan ketika
menyelesaikan masalah keperawatan (Zori & Morrison, 2009). Perawat melakukan
pengambilan keputusan dalam setiap tindakan, sementara itu perawat juga merencanakan dan
memberikan asuhan.Efektifitas dan ketepatan pengambilan keputusan membutuhkan
kemahiran dalam mengumpulkan data dan keterampilan berpikir kritis.Berpikir kritis dalam
keperawatan merupakan komponen yang sangat penting dari akuntabilitas profesional dan
salah satu penentu kualitas asuhan keperawatan. Perawat yang memiliki kemampuan berpikir
kritis akan menunjukkan sikap percaya diri, berpandangan konseptual, kreatif, fleksibel, rasa
ingin tahu, berpikiran terbuka, tekun dan reflektif (Ingram, 2008). Ignatavicus & Workman
(2006) mendukung pendapat ini dengan mengungkapkan bahwa berpikir kritis merupakan
kompetensi yang perlu dimiliki oleh perawat agar mampu memberikan asuhan keperawatan
yang berkualitas karena berpikir kritis sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan dan
penilaian klinis yang tepat.

Kemampuan membuat keputusan masalah etis menjadi salah satu persyaratan bagi perawat
untuk menjalankan praktik keperawatan professional. Pengambilan keputusan merupakan
suatu pendekatan sistematis untuk menyelesaikan suatu masalah. Pemecahan masalah secara
rasional untuk mengatasi segala sesuatu yang dapat menibulkan perasaan tidak nyaman, tidak
menyenangkan baik bagi diri sendiri maupun orang lain secara langsung maupun tidak
langsung. Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemikiran dalam rangkaian
penyelsaian / pemecahan suatu masalah untuk memperoleh hasil. Kreatifitas adalah
merupakan kemampuan seseorang bergantung pada data/ informasi yang tersedia,
menemukan kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dengan kuantitas,ketepat gunaan
dan keragaman jawaban. Setiap permasalahan perlu penyelesaian dengan berfikir kritis yang
menciptakan ide atau kreatifitas. Oleh karena itu setiap pengambilan keputusan dalam
pemecahan masalah adalah keputusan yang tepat untuk menyelesaiakan setiap masalah yang
timbul (Robbert, 2001). Berfikir kritis pada proses keperawatan Tahapan proses keperawatan
meliputi : Pengkajian, Penentuan diagnose, Perencanaan, Pelaksanaan dan evaluasi.

Pengambilan keputusan yang tepat menggunakan suatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakekat suatu masalah dengan pengumpulan fakta-fakta dan data. Dalam menentukan
alternatif yang matang untuk mengambil suatu tindakan yang tepat didasarkan pada kriteria
tertentu atas dua atau lebih alternatif yang sesuai (George R. Terry, 2019). Pengambilan
keputusan dalam penyelesaian masalah membutuhkan kemampuan yang mendasar bagi
praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan (Dolan, 2017). Pengambilan
keputusan tidak hanya berpengaruh pada proses pengelolaan asuhan keperawatan, tetapi
penting untuk meningkatkan kemampuan merencanakan perubahan. Perawat pada semua
tingkatan posisi klinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil
keputusan yang efektif, baik sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin (Dolan, 2017;
Nursalam, 2014).

Tahapan dalam proses pengambilan keputusan

1. Mengidentifikasi keputusan. Langkah pertama dalam membuat keputusan yang tepat


adalah mengenali permasalahan serta memutuskan untuk mengatasi hal itu, dan juga
menentukan alasan tentang mengapa keputusan ini akan membuat perubahan bagi
konsumen atau karyawan.
2. Mengumpulkan informasi. Selanjutnya, saatnya untuk mengumpulkan informasi
sehingga dapat membuat keputusan berdasarkan data dan fakta. Tahap ini membutuhkan
penilaian untuk memnentukan informasi apa yang relevan dengan keputusan yang ada
dan bagaimana cara mendapatkannya. Supaya efektif, sebelumnya definisikan apa yang
perlu diketahui yag berpengaruh dengan keputusan, dan tentukan siapa saja yang perlu
dilibatkan.
3. Mengidentifikasi alternatif. Dengan memahami permasalahan, mengidentifikasi
kemungkinan dan mensimuulasikannya akan lahir opsi-opsi keputusan. Opsi tersebut
yang diperyimbangkan utuk diambil salah satunya sebagai keputusan.
4. Menimbang bukti. Menurut pakar manajemen Phil Higson dan Anthony Sturgess,
dalam langkah ini diperlukan "mengevaluasi kelayakan, penerimaan dan keinginan"
untuk mengetahui alternatif manakah yang terbaik. Pengambil keputusan baik itu
manajer/eksekutif atau pelaku usaha harus mampu mempertimbangkan pro dan kontra
kemudian memilih opsi yang memiliki peluang keberhasilan tertinggi. Mencari opini
kedua yang dipercaya mampu memberikan perspektif baru terhadap permasalahan juga
mungkin akan sangat membantu.
5. Memilih diantara alternatif pilihan. Ketika tiba waktunya untuk membuat suatu
keputusan, pastikan bahwa adanya resiko yang menempel pada keputusan yang dipilih.
Atau, alternatif lainya, dengan memilih kombinasi dari beberapa alternatif setelah
sepenuhnya memahami informasi serta potensi resikonya.
6. Bertindak. Selanjutnya, setelah keputusan diambil harus segera dibuat rencana
implementasi. Hal ini melibatkan kegiatan mengidentifikasi sumberdaya yang
diperlukan serta mendapatkan dukungan dari karyawan dan para pemangku
kepentingan. Mengumpulkan orang lain yang setuju dengan keputusan yang diambil
adalah komponen kunci untuk melaksanakan rencana kita secara efektif. 
7. Meninjau kembali. Langkah penting namun paling sering diabaikan dalam proses
pengambilan keputusan adalah mengevaluasi keputusan . Apabila keputusan yang
diambil tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan,segeralah tinjau kembali dan
telusuri secara runtut apa yang menyimpang atau tidak sesuai.

Berpikir kritis dalam pendidikan keperawatan merupakan komponen penting dari


akuntabilitas profesional dan asuhan keperawatan berkualitas. Perawatan diharapkan dapat
berpikir kritis untuk memproses data yang kompleks dan membuat keputusan yang cerdas
mengenai perencanaan dan pengelolaan mengingat pentingnya hal tersebut dalam pembuatan
keputusan, problem solving dan clinical judgment, sedangkan kepercayaan diri
mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan individu, dari kemampuan individu untuk
berpikir optimis dan bertahan melalui kesulitan, serta pengembangan rasa percaya diri adalah
komponen utama pengambilan keputusan yang benar dalam konteks klinis. (Carlos et al.,
2014; Ludenberg & Kim, 2016; Shin, Jung, Shin, & Kim, 2006)

Adapun faktor yang mempengaruhi berfikir kritis antara lain:

1. Keyakinan diri/ motivasi,merupakan upaya untuk menimbulkan ransangan, dorongan, atau


pun pembangkit tenaga seseorang agar mau berbuat atau melaksanakan sesuatu /
memperlihkan prilaku tertentu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.

2. Kecemasan,Dapat mengganggu kesehatan sehingga dapat membatasi seseorang dalam


berfikir.

3. Perkembangan intelektual,setiap orang berbeda sesuai dengan usia dan tingkat


perkembangannya. Semakain cerdas seseorang akan semakin kritis (Ma’rifin, 2000).

Penutup

Kesimpulan yang dapat diambil yaitu berfikir kritis penting dilakukan sebelum mengambil
keputusan dalam asuhan keperawatan karena merupakan salah satu metode ilmiah dalam
menyelesaikan masalah klien. Untuk berfikir cerdas perawat harus mengembangkan cara
berfikir kritis dalam menghadapi setiap masalah dan pengalaman baru yang menyangkut
pasien dengan memiliki karakteristik percaya diri, berfikir mendalam, keadilan, tanggung
jawab dan akuntabilitas, mengambil resiko, disiplin, kegigihan, kreatif, rasa ingin tahu,
integritas dan randah hati, dimana karakteristik tersebut dapat dilihat dari sikap dalam
memberikan asuhan keperawatan dari keterlibatan, kedewasaan untuk mengontrol emosi dan
inovasi.

Daftar Pustaka

Bambang S, dkk. (2017). Gambaran Kemampuan Berpikir Kritis Perawat Primer dalam
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Islam Surakarta. Jurnal Ilmu
Keperawatan Indoensia, 10(1)

Ifa H, Noor F. (2018). Pengalaman Keluarga dalam Pengambilan Keputusan pada Pasien
Kritis di Ruang ICU RSUD ULIN Banjarmasin. Dunia Keperawatan, 6(1) ,11-18

Indriatie. (2013). Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan. Jurnal Keperawatan, 6(2)
Imran P, Luky D. (2020). Pengaruh Empowerment Terhadap Pengambilan Keputusan
Perawat: Kajian Literature Review. Journal of Holistic Nursing Science, 7(2)

Khairina, Ilfa. (2018). Faktor yang berhubungan dengan Pengambilan Keputusan Perawat
dalam Ketepatan Triase di Kota Padang. Indonesian Journal for Health Sciences, 2(1), 1-6

Kiki D, dkk. (2018). Pengaruh Berfikir Kritis Terhadap Kemampuan Perawat Pelaksana
dalam Melakukan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Hermina Bekasi. The Journal of
Holistic Healthcare, 12(1), 21-25

Krisprimada, N.H., Kusumaningrum, T., dan Nastiti, A.A. (2019). Analisis faktor Niat
Pengambilan Keputusan dalam Menentukan Jarak Kehamilan pada Ibu Primipara di
Puskesmas Mulyorejo Surabaya. Jurnal Keperawatan Pemikiran Ilmiah, 5(3),23-31

Mariana, Dina. (2019). Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Rawat Inap dengan
Proses Pengambilan Keputusan Pasien untuk Memilih Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah Multi
Science Kesehatan. 10(2)

Simamora, R. H. (2019). Menjadi perawat yang: CIH’HUY. Surakarta: Kekata Publisher.

Simamora, R. H. (2005). Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana Terhadap Penerapan


Fungsi Pengorganisasian Yang Dilakukan Oleh Kepala Ruangan Dengan Kinerjanya
Diruang Rawat Inap RSUD Koja Jakarta Utara (Doctoral dissertation, Tesis FIK UI, Tidak
dipublikasikan).

Try Ayu, dkk. (2018). Efektifitas Metode Pembelajaran Klinik Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis dan Kepercayaan Diri Mahasiswa Keperawatan. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 3(2)

Verayanti A, dkk. (2019). Peran Pengambil Keputusan dalam Keterlambatan Rujukan


Maternal. Jurnal Kesehatan Primer, 4(1), 1-12

Anda mungkin juga menyukai