Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR HUMERUS

A. DEFINISI

Humerus (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas
superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan scapula dan pada
bagian distal bersendi pada siku dengan dua tulang ulna dan radius ( wardini, 2017).
Fraktur humerus adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epipisial baik bersifat total maupun parsial pada tulang hunerus (wardini,
2017).
Fraktur humerus adalah terputusnya hubungan tulang humerus yang di sebabkan
oleh benturan / trauma dan disertai kerusakan jaringan lunak ( muttaqin dala
mumpuni, 2020).
B. ETOLOGI
Kebanyakan fraktur dapat saja terjadi karena kegagalan tulang humerus menahan
tekanan terutama tekanan membengkok, memutar, dan tarikan. Trauma dapat bersifat:
1. Langsung Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi
fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya  bersifat kominutif dan
jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
2. Tidak langsung Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke daerah
yang lebih jauh dari daerah fraktur. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat  berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan
Tekanan pada tulang dapat berupa :
a. Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat oblik atau spiral
b. Tekanan membengkok yang meny ebabkan fraktur transversal
c. Tekanan sepanjang akses tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi,
dislokasi, atau fraktur dislokasi
d. Kompresi vertikal yang dapat menyebabkan fraktur kominutif atau memecah
e. Trauma oleh karena remuk
f. Trauma karena tarikan pada ligament atau tendon akan menarik sebagian tulang
C. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum tanda dan gejala fraktur yang terjadi biasanya seperti menurut M.
Clevo & Margareth, tahun 2012 :
Pada tulang traumatik dan cedera jaringan lunak biasanya disertai nyeri. Setelah
terjadi patah tulang terjadi spasme otot yang menambanh rasa nyeri.
1. Fraktur patologis mungkin tidak disertai nyeri
2. Bengkak dan nyeri tekan: edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi
darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur 
3. Deformitas: Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang  berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
 Rotasi pemendekan tulang
 Penekanan tulang
4. Mungkin tampak jelas posisi tulang dan ekstermitas yang tidak alami
5. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
6. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur 
7. Tenderness/keempukan
8. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
struktur di daerah yang berdekatan.
9. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
10. Pergerakan abnormal
11. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
12. Krepitas

D. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang.
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
marrow, dan  jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerus akan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang
segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi
plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. ini merupakan dasar penyembuhan
tulang.
E. PATHWAY
Fraktur pada humerus

Fraktur humerus Fraktur humerus tertutup


terbuka

Kerusakan neurovaskular,
nyeri, ketidaknyamanan,
terapi imobilisasi gps
Spasme otot
gerakan fragmen
tulang
Kerusakan Ketidakmampuan
Integritas Kulit menggerakan lengan
penurunan otot
Kurangnya
Informasi Nyeri
Akut Defisit
Perawatan Diri
Hambatan
Salah interpretasi
Mobilitas
Fisik
Ansietas

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hemoglobin,


hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila
kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa  penyembuhan Ca dan P mengikat di
dalam darah.

2. Radiologi Pada rontgen dapat dilihat gambaran fraktur (tempat fraktur, garis fraktur
(transversa, spiral atau kominutif) dan pergeseran lainnya dapat terbaca  jelas).
Radiografi humerus AP dan lateral harus dilakukan. Sendi bahu dan siku harus
terlihat dalam foto. Radiografi humerus kontralateral dapat membantu pada
perencanaan preoperative. Kemungkinan fraktur  patologis harus diingat. CT-scan,
bone-scan dan MRI jarang diindikasikan, kecuali pada kasus dengan kemungkinan
fraktur patologis. Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan
untuk mendeteksi struktur fraktur yang lebih kompleks.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi awal
1. Kerusakan arteri: pecahnya arteri karena trauma bisa di tandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cianosis bagian distal, hematoma yang lebar dan dingin pada
ekstermitas
2. Kompartement syndrom Merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut.
3. Fat embolism syndrom Yang paling sering terjadi pada fraktur tulang panjang. Terjadi
karena selsel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk kealiran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan
pernafasan, takikardi, hipertensi, tachypnea, demam
4. Infeksi: jika sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
5. Avaskuler nekrosis Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang
bisa menyebabkan nekrosis tulang
6. Shock: karena kehilangan banyak darah
Komplikasi dalam waktu lama
1. Delayed union Kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan tulang untuk menyambung karena penurunan suplai darah ke tulang.
2. Nonunion Merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan
yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Ditandai dengan  pergerakan yang
berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau  pseudoarthritis. Ini juga
disebabkan karena aliran darah yang kurang.
3. Malunion Penyembuhan tulang yang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan
dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan  pembedahan dan
reimmobilisasi yang baik.

H. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif 
Pada umumnya, pengobatan patah tulang shaft humerus dapat ditangani secara
tertutup karena toleransinya yang baik terhadap angulasi,  pemendekan serta rotasi
fragmen patah tulang. Angulasi fragmen sampai 300 masih dapat ditoleransi, ditinjau
dari segi fungsi dan kosmetik.Hanya  pada patah tulang terbuka dan non-union perlu
reposisi terbuka diikuti dengan fiksasi interna.
Dibutuhkan reduksi yang sempurna disamping imobilisasi; beban pada lengan
dengan cast  biasanya cukup untuk menarik fragmen ke garis tengah.  Hanging cast  
dipakai dari bahu hingga pergelangan tangan dengan siku fleksi 90° dan bagian
lengan bawah digantung dengan  sling  disekitar leher   pasien. Cast  (pembalut) dapat
diganti setelah 2-3 minggu dengan pembalut  pendek ( short cast ) dari bahu hingga
siku atau  functional polypropylene brace selama ± 6 minggu.
Pergelangan tangan dan jari-jari harus dilatih gerak sejak awal.Latihan
pendulum pada bahu dimulai dalam 1 minggu perawatan, tapi abduksi aktif ditunda
hingga fraktur mengalami union. Fraktur spiral mengalami union sekitar 6 minggu,
variasi lainnya sekitar 4-6 minggu.Sekali mengalami union, hanya sling (gendongan)
yang dibutuhkan hingga fraktur mengalami konsolidasi.
Pengobatan non bedah kadang tidak memuaskan pasien karena pasien harus
dirawat lama.Itulah sebabnya pada patah tulang batang humerus dilakukan operasi
dan pemasangan fiksasi interna yang kokoh. Berikut beberapa metode dan alat yang
digunakan pada terapi konservatif:
a. Hanging cast  Indikasi penggunaan meliputi pergeseran shaft tengah
fraktur humerus dengan pemendekan, terutama fraktur spiral dan oblik.
Penggunaan  pada fraktur transversa dan oblik pendek menunjukkan
kontraindikasi relatif karena berpotensial terjadinya gangguan dan komplikasi
pada saat penyembuhan. Pasien harus mengangkat tangan atau setengah
diangkat sepanjang waktu dengan posisi cast tetap untuk  efektivitas.
Seringkali diganti dengan  fuctional brace 1-2 minggu  pasca trauma. Lebih
dari 96% telah dilaporkan mengalami union.
b. Coaptation splint  Diberikan untuk efek reduksi pada fraktur tapi coaptation
splint  memiliki stabilitas yang lebih besar dan mengalami gangguan lebih
kecil daripada hanging arm cast . Lengan bawah digantung dengan collar  dan
cuff . Coaptation splint  diindikasikan pada terapi akut fraktur shaft humerus
dengan pemendekan minimal dan untuk jenis fraktur oblik pendek dan
transversa yang dapat bergeser dengan  penggunaan hanging arm cast .
Kerugian coaptation splint  meliputi iritasi aksilla, bulkiness dan
berpotensial slippage. Splint seringkali diganti dengan  fuctional brace pada 1-
2 minggu pasca trauma.
c. Thoracobranchial immobilization (velpeu dressing) Biasanya digunakan pada
pasien lebih tua dan anak-anak yang tidak dapat ditoleransi dengan metode
terapi lain dan lebih nyaman  jadi  pilihan. Teknik ini diindikasikan untuk
pergeseran fraktur yang minimal atau fraktur yang tidak bergeser yang tidak
membutuhkan reduksi. Latihan pasif pendulum bahu dapat dilakukan dalam 1-
2 minggu pasca trauma.
d. Shoulder spica cast  Teknik ini diindikasikan pada jenis fraktur yang
mengharuskan abduksi dan eksorotasi ektremitas atas. Kerugian teknik ini
meliputi kesulitan aplikasi cast , berat cast  dan bulkiness, iritasi kulit,
ketidaknyamanan dan kesusahan memposisikan ektremitas atas.
e. Functional bracing  Memberikan efek kompresi hidrostatik jaringan lunak dan
mempertahankan aligment  fraktur ketika melakukan pergerakan pada sendi
yang berdekatan.  Brace biasanya dipasang selama 1-2 minggu  pasca trauma
setelah pasien diberikan hanging arm cast  atau coaptation  splint   dan
bengkak berkurang. Kontraindikasi metode ini meliputi cedera massif jaringan
lunak, pasien yang tidak dapat dipercaya dan ketidakmampuan untuk
mempertahankan asseptabilitas reduksi. Collar  dan cuff dapat digunakan
untuk menopang lengan bawah; aplikasi sling  dapat menghasilkan angulasi
varus (kearah midline).
2. Tindakan operatif
Pasien kadang-kadang mengeluh hanging cast tidak nyaman, membosankan
dan frustasi. Mereka bisa merasakan fragmen bergerak dan hal ini kadang-kadang
cukup dianggap menyusahkan. Hal penting yang  perlu diingat bahwa tingkat
komplikasi setelah internal fiksasi pada humerus tinggi dan sebagian besar fraktur
humerus mengalami union tanpa tindakan operatif.
Meskipun demikian, ada beberapa indikasi untuk dilakukan tindakan
pembedahan, diantaranya:
 Cedera multiple berat
 Fraktur terbuka
 Fraktur segmental
 Fraktur ekstensi intra-artikuler yang bergeser
 Fraktur patologis
 Siku melayang ( floating elbow)  –   pada fraktur lengan bawah (antebrachi)
dan humerus tidak stabil bersamaan
 Palsi saraf radialis (radial nerve palsy) setelah manipulasi
 Non-union
Fiksasi dapat berhasil dengan;
1. Kompresi plate and screws
2. Interlocking intramedullary nail atau pin semifleksibel
3. External Fixation  
Plating  menjadikan reduksi dan fiksasi lebih baik dan memiliki keuntungan
tambahan bahwa tidak dapat mengganggu fungsi bahu dan siku. Biar bagaimanapun,
ini membutuhkan diseksi luas dan perlindungan pada saraf radialis.Plating umumnya
diindikasikan pada fraktur humerus dengan kanal medulla yang kecil, fraktur
proksimal dan distal shaft humerus, fraktur humerus dengan ekstensi intraartikuler,
fraktur yang memerlukan eksplorasi untuk evaluasi dan perawatan yang berhubungan
dengan lesi neurovaskuler, serta humerus non-union.  
Interlocking intramedullary nail diindikasi pada fraktur segmental dimana
penempatan plate akan memerlukan diseksi jaringan lunak, fraktur  humerus pada
tulang osteopenic, serta pada fraktur humrus patologis.  Antegrade nailing   terbentuk
dari paku pengunci yang kaku ( rigid interlocking nail ) yang dimasukkan kedalam
rotator cuff  dibawah control (petunjuk) fluoroskopi. Pada cara ini, dibutuhkan diseksi
minimal namun memiliki kerugian, yaitu menyebabkan masalah pada rotator cuff  
pada  beberapa kasus yang berarti. Jika hal ini terjadi, atau apabila nail keluar dan
fraktur belum mengalami union, penggantian nailing dan bone grafting mungkin
diperlukan; atau dapat diganti dengan external fixator .  
Retrograde nailing  dengan multiple flexible rods dapat menghindari masalah
tersebut, tapi penggunaannya lebih sulit, secara luas kurang aplikatif dan kurang aman
dalam mengontrol rotasi dari sisi yang fraktur.
 External fixation mungkin merupakan pilihan terbaik pada fraktur  terbuka dan
fraktur segmental energy tinggi. External fixation  ini juga  prosedur penyelamatan
yang paling berguna setelah intermedullary nailing gagal. Indikasi umumnya pada
fraktur humerus dengan non-union infeksi, defek atau kehilangan tulang, dengan luka
bakar, serta pada luka terbuka dengan cedera jaringan lunak yang luas.
KONSEP TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
“FRAKTUR HUMERUS”

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas klien dan isi identitasnya yang meliputi: nama,
jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, dan tanggal  pengkajian
serta siapa yang bertanggung jawab terhadap klien
2. Keluhan utama
Penderita biasanya mengeluh nyeri.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian
patah tulang apa pernah mengalami tindakan operasi apa tidak.  
b. Riwayat kesehatan sekarang Pada umumnya penderita mengeluh nyeri pada
daerah luka (pre/post op).
c. Riwayat kesehatan keluarga Didalam anggota keluara tidak / ada yang pernah
mengalami penyakit fraktur / penyakit menular.
4. Keadaan umum
Kesadaran: compos mentis, somnolen, apatis, sopor koma dan koma dan apakah klien
paham tentang penyakitnya.
5. Pengkajian Kebutuhan Dasar
a. Rasa nyaman/nyeri
Gejala : nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi  pada area
jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi), tidak ada nyeri akibat
kerusakan saraf. Spasme/kram otot (setelah imobilisasi)  
b. Nutrisi
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya
seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses
penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan
penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang
tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang
merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain
itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
c. Kebersihan Perorangan
Klien fraktur pada umumnya sulit melakukan perawatan diri.
d. Cairan
Perdarahan dapat terjadi pada klien fraktur sehingga dapat menyebabkan resiko terjadi
kekurangan cairan.
e. Aktivitas dan Latihan
Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena dimana Aktifitas dan latihan mengalami
perubahan/gangguan akibat adanya luka sehingga  perlu dibantu.
f. Eliminasi
Untuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu
perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta  bau feces pada pola eliminasi.
Sedangkan pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan
jumlah. Pada kedua  pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
g. Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,  pengkajian dilaksanakan
pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta
penggunaan obat tidur
h. Neurosensory
Biasanya klien mengeluh nyeri yang disebabkan oleh adanya kerusakan  jaringan
lunak dan hilangnya darah serta cairan seluler ke dalam  jaringan. Gejala :
Kesemutan, Deformitas, krepitasi, pemendekan, kelemahan.
i. Keamanan
Tanda dan gejala : laserasi kulit, perdarahan, perubahan warna,  pembengkakan local  
j. Seksualitas
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena
harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien.
Selain itu juga, perlu dikaji status  perkawinannya termasuk jumlah anak, lama
perkawinannya.
k. Keseimbangan dan Peningkatan Hubungan Resiko serta Interaksi Sosial
Psikologis : gelisah, sedih, terkadang merasa kurang sempurna. Sosiologis :
komunikasi lancar/tidak lancar, komunikasi verbsl/nonverbal dengan orang
terdekat/keluarga, spiritual tak/dibantu dalam beribadah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 PRE OPERASI
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencedera fisik
2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
 POST OPERRASI
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera fisik
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Imobilitas
C. INTERVENSI / RENCANA KEPERAWATAN
 Intervensi pre operasi
1. Dx:  Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
Tujuan:  klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil: 
-Keluhan nyeri menurun
-Gelisah menurun
-Tekanan darah membaik
Intervensi:
-Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensinyeri
-Identifikasi skala nyeri
-Ajarakan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
-Kolaborasi pemberianan analgetik, jika perlu
2. Dx:  Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Tujuan: nyeri berkurang, hilang, atau teratasi
Kriteria hasil: 
-Menghilangkan tanda kecemasan
-Tidak terdapat perilaku gelisah
-Frekuensi napas dan frekuensi nadi menurun
-Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas
-Konsentrasi membaik
-Pola tidur membaik
Intervensi:
- Monitor tanda-tanda ansietas
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Pahamisituasi yang membuat ansietas
- Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akandatang
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Anjurkan keluarga untuk selalu disamping dan mendukung pasien
 Intervensi post operasi
1. Dx:  Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
Tujuan:  klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil: 
-Keluhan nyeri menurun
-Gelisah menurun
-Tekanan darah membaik
Intervensi:
-Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensinyeri
-Identifikasi skala nyeri
-Ajarakan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
-Kolaborasi pemberianan analgetik, jika perlu
2. Dx: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan imobilitas
Tujuan: infeksi tidak terjadi selama perawatan.
Kriteria hasil: 
- Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
- Kecepatan berjalan meningkat
- Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
Intervensi:
- Monitor lokasi dan ketidaknyamananselamamelakukanaktivitas
- Lakukan Latihan rentang gerak pasif dan/atauaktif
- Fasilitasi duduk disisi tempat tidur
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi adalah suatu tindakan pelaksana dari rencana yang sudah di buat
untuk proses penyembuhan pasien selama pasien di rawat dirunah sakit ,setiap
tindakan yang di berikan dari rencana harus di beri tangggal, waktu, dan paraf
( mumpuni, 2020 ).

E. EVALUASI
Ealuasi adalah respon pasien terhadap terapi dan kemanjuan mengarah pencapaian
hasil yang di harapakan. Aktivitas ini berfungsi sebagai umpan balikdan bagian
control proses keperawatan, melalui mana status pernyataan diagnostic pasien secara
individual dinilai untuk diselesaikan, dilanjutkan, atau memerlukan perbaikan
( mumpuni, 2020 ).
DAFTAR PUSTAKA

PPNI ( 2016). Standar diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Ackley, B. J.,Ladwing, G. B, & Makic, M. B. F ( 2017),Nursing diagnosis handbook,
An evidence- based gulde to planning care (11 th ed ) St Louis :Elsevier
PPNI ( 2018 ). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 . Jakaarta : DPP PPNI .
PPNI (2016 ). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostic , Edisi 1 . Jakarta: DPP PPNI
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan medical bedah, edisi 8 vol.3,
EGC, Jakarta
TINJAUAN KASUS

Nama pengkaji : Kelompok 5


Tanggal pengkajian : 21 November 2022
Ruang pengkajian : Unit Bedah
Jam : 16 :00 WIB

A. BIODATA PASIEN
Nama : Tn . A
Jenis kelamin : Laki – laki
Pendidikan : A .Md
Pekerjaan : Karyawan swasta
Usia : 23 Tahun
Status pernikahan : Belum kawin
No RM : 311828
Diagnosa medis : Fraktur Humerus Dextra
Tanggal medis RS : 20 November 2022
Alamat : Bendungan RT 02 Kelurahan Cit ondong Kec cilodong
B. BIODATA PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. D
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan swata
Hubungan dengan klien : Rekan Kerja
Alamat : Bendungan RT 02 Kelurahan Cit ondong Kev cilodong
C. PENGKAJIAN PRIMER
Airways ( jalan napas )
Sumbatan : Tidak ada
( ) Benda asing
( ) Brondocopasme
( ) Darah ( ) Sputum
( ) Lendir
Suara napas
( ) Snowring ( ) Gurgling
( √ ) Vesikuler
Breathing ( pernafasan )
Sesak dengan :
( tidak ada gangguan ) Aktivitas
( tidak ada gangguan ) Tanpa Aktivitas
( tidak ada) Menggunakan obat tambahan
Frekuensi : 20 x/mnt
Irama :
( √ ) Teratur ( ) Tidak
( ) Kedalam ( ) Dangkal
Reflek batuk : pasien tidak mengalami batuk
( ) Ada ( √ ) Tidak
Batuk: pasien tidak batuk
( ) Produktif : ( ) Non Produktif
Sputum : tidak terdapat sputum
( ) Ada ( √ ) Tidak
Warna :
Konsistensi :

Bunyi Nafas :
( ) Ronchi ( ) Creakless
( ) Wheezing ( √ ) Vesikuler

BGA :
Circulation ( Sirkulasi )
Sirkulasiperifer :
Nadi : 80 x/mnt
Irama : ( √ ) Teratur ( ) Tidak
Denyut : ( ) Lemah ( √ ) Kuat ( ) Tidakkuat
TD : 110/70 mmHg
Ekstremitas :
( √ ) Hangat ( ) Dingin
Warna Kulit : Terlihat Pucat
( ) Cyanosis ( √ ) Pucat ( ) Kemerahan
Karakteristik nyeri dada : pasien tidak mengalami nyeri dada
( ) Menetap ( ) Menyebar
( ) Seperti ditusuk – tusuk
( ) Seperti ditimpa benda berat
Capillary refill :
Edema : tidak terdapat edema pada pasien
( ) Ya ( √ ) Tidak
Lokasi edema : tidak terdapat edema pada pasien
( ) Muka ( ) Tangan
( ) Tungkai ( ) Anasarka

Disability
( ) Alert/ perhatian
Pasien mendapatkan perhatian penuh dari keluarga dan orang terdekat selama sehat dan
sakit
( ) Voice respons/ respon terhadap suara
Pasien masih menjawab dengan jelas apa yang ditanyakan dan memiliki respon yang
baik
( ) Pain respons/ respon terhadap nyeri
Saat ditanya bagian yang nyeri pasien lamgsung menjawab dan menjelaskan nyeri
timbul kapan saja dan rasanya
( ) Un respons/ tidak berespons
Pasien menjawab dengan baik atas pertanyan yang di ajukan tanpa memiliki rasa emosi
sedikitpun dan menjawab dengan apa yang dia rasakan
( ) Reaksi pupil
Pasien tidak mengalami permasalahn pada pupil
Eksposure/ Environment/ Event
Dari pemeriksaan seluruh tubuh pasien tidak terdapat jejas, dan pasien tidak mengalami
hipotermi, adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan
Even atau penyebab kejadian, pasien mengatakan tidak adanya penyebab kejadian ini
timbul secara mendadak dan memberikan rasa nyerin pasa ekstermitas bawah sebelah
kiri.

D. PENGKAJIAN SEKUNDER
Keluhan utama (bila nyeri = PQRST)
P : Ketika pasien bergerak
Q : Spontan, Tertusuk
R : Nyeri di rasakan pada daerah lengan kanan dan menjalar ke bahu
S : 4 (Sedang),
T : Nyeri yang di rasakan hilang timbul
Alergi terhadap obat, makanan tertentu : Tidak ada
Medikasi pengobatan :
Last meal / Makanan terakhir : Nasi
Event of injury / Penyebab injury : Pasien mengatakan tidak mengetahui penyakitnya
Pengalaman pembedahan : Tidak ada
Riwayat peyakit sekarang : fraktur humerus
Riwayat panyakit dahulu : Tidak ada
Pemeriksaan Head to Toe
1.Kepala kesimetrisan
Wajah : Bentuk kepala normal tidak ada lesi
Rambut : Rambut pasien hitam, persebaraan merata
Sensori : Normal
 Mata
Kebersihan mata : mata tampak bersih
Fungsi penglihatan : Normal
Konjungtiva : Anemis
Pupil : Isokor
 Telingga
Fungsi pendengaran : Pasien dapat mendengar dengan baik
Bentuk : Normal, simetris antara kiri dan kanan
Kebersihan telinga : Bersih
Nyeri telingga : Tidak ada
 Mulut
Kemampuan bicara : pasien dapat mendegar dengan baik
Keadaan bibir : Normal
Warna lidah : Merah muda
Keadaan gigi : bersih
2. Leher
Deviasi/ simetris, cidera cervical : Tidak ada
Kelenjar thyroid : Tidak ada
Lelenjar limfe : Tidak ada
Trakea : Tidak ada
JVP : Tidak ada
3. Dada
a. paru paru
I : Pergerakan dada simetris anatara kanan dan kiri,
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Sonor
A : bunyi nafas regular
b. jantung
I : Iktus kordis tidak terlihat
P : Iktus kordis teraba
P : Batas jantung normal tidak terdapat pembesaran pada jantung
A : S1 dan S2 reguker
4. Abdomen
Elastis :
Kembang asites :
I : Simetris tidak terdapat luka operasi
P : Shifting dullness (-)
P : Tidak terdengar bunyi timpani
A : Tidak ada
5. Ekstermitas
Rentang gerak : pasif
Kekuatan otot : Tidak ada kekuataan otot di tangan kanan
Deformitas :Tidak ada
Kontrasktur : ada
Edema nyeri : ada
Kelainan kulit : tidak ada
6. Ekstermitas atas
- Keadaan ekstermitas atas pada bagian kanan lemah sehingga pasien kesulitan bergerak
- klien mengatakan nyeri saat banyak bergerak, klien Nampak berhati- hati saat
bergerak
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

HEMATOLOGI

Darah rutin
Hemoglobin 15.8 g/dL 13.2 – 17.3
Eritrosik 5.8 10^ 6 / uL 4.4 – 5.9
Leukosit *16.78 10^ 3 / uL 3.80 – 10.60
Trombosit 219 10^ 3 / uL 150 – 440
Hematokrit 49.0 % 40.0 – 52.0
MCV 85 fL 80 – 100
MCH 28 pg 26 – 34
MCHC 32 g / dL 32 – 36
RDW-CV 15 % 10 – 20
RDW-SD *46.1 fL 35 – 45

Hitung Jenis
Neutrofil *82.5 % 50.0 – 70.0
Limfosit *9.5 % 25.0 – 40.0
Monosit 7.5 % 2.0 – 8.0
Eosinofil *0.3 % 2.0 – 4.0
Basofil 0.2 % 0.0 – 1.0

Golongan Darah +
Rhesus
Golongan Darah Rhesus 0
positif

HEMOSTATIS

Waktu perdarahan menit 1.0 – 7.00


3.00
Masa pembekuan menit 5.00 – 15.00
8.00
KIMIA KLINIK

Glukosa Sewaktu mg / dL 80 – 120


100

IMUNOLOGI &
SEROLOGI
Negatif Negatif
B20 / SIDA Negatif
Antibodi HIV 1

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A


DENGAN FRAKTUR HUMERUS DEXTRA DI UNIT BEDAH
RSUD H.M.RABAIN KABUPATEN MUARA ENIM TAHUN 2022

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
1. MARETA TRIWIJAYANTI
2. RAINA LAINI
3. SHAFA ABLA GHAIDA
4. RINDA AAGUSTINA
5. DITA MAYANG SARI
6. TASSYA MARCELLA INDARTY

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN LAHAT
TAHUN 2022

1. ANALISA DATA
a. Pre Operasi

NO DATA/SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM


1 DS : Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri pada Fraktur humerus terbuka
lengan bagian kanan
DO:
1. Pasien tampak meringis
2. Keadaan umum : sedang
Kesadaran : Gerakan fragmen tulang
Composmentis ,GCS : 15
TD : 110 / 70 mmHg
RR : 20 x/m
HR : 80 x/m
T : 36,3° C
Skala nyeri 4(sedang ) Nyeri akut
3. Luka tertutup perban elastis
2 DS :
Pasien mengatakan cemas Fraktur pada humerus Ansietas
akan dilakukan tindakan
operasi

DO :
Humerus terbuka
1. Pasien tampak cemas
2. Keadaan umum :
sedang , kesadaran :
Composmentis ,GCS :
15 Gerakan fragmen tulang
TD : 110 / 70 mmHg
RR : 20 x/m
HR : 80 x/m
T : 36,3° C
Skala nyeri 4(sedang ) Kurangnya informasi

3. Pasien banyak
bertanya tentang
tindakan operasi pada
Ansietas
perawat
4. Pasien tampak gelisah

2. ANALISA DATA

b. Post Operasi
NO DATA / SYMTOM ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri di Fraktur humerus
bagian luka pasca operasi terbuka
DO :
1. Pasien tampak meringis
2. Keadaan umum :
sedang Gerakan fragmen
Kesadaran : tulang
Composmentis
TD : 110/70 mmHg
HR : 75x / mnt
RR : 18 x / mnt
S : 36,5 °C Nyeri akut
Skala nyeri : 4
( sedang )
3. Luka tertutup perban
elastis
2 DO : Intoleransi aktivitas
Pasien mengatakan karena Fraktur pada humerus
nyeri yang dirasakan saat
bergerak membuatnya sulit Fraktur humerus
untuk melakukan kegiatan
terbuka

DO :
1. Pasien tampak selalu
berada ditempat tidur Kerusakan neuro
2. pasien berjalan ke vaskuler, nyeri,
toilet tampak di bantu ketidaknyamanan, terapi
3. Keadaan umum : imobilisasi
sedang kesadaran :
Composmentis GCS :
15
TD : 110 / 70 Ketidakmampuan
mmHg
RR : 20 x/m menggerakan lengan
HR : 80 x/m dan penurunan
T : 36,3° C
kekuatan otot

Hambatan mobilitas
fisik

DIAGNOSA KEPERAWATAN

 PRE OPERASI
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencedera fisik
2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
 POST OPERRASI
3. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera fisik
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Imobilitas
2. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasionalitas


Keperawatan Kriteria Hasil
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. Identifikasi
1. Untuk mengetahui
berhubungan tindakan keperawatan lokasi,
loksasi,
dengan Agen 3x24 jam diharapkan karakteristik,
karakteristik,
Pencedera Fisik tingkat nyeri menurun durasi, frekuensi
durasi dan
dengan nyeri
frekuensi nyeri
Kriteria hasil : 2. Identifikasi skala
2. Untuk mengetahui
- Keluhan nyeri nyeri
skala nyeri
menurun 3. Ajarakan teknik
- Gelisah menurun nonfarmakologis 3. Untuk membantu
- Tekanan darah untuk mengurangi meredakan nyeri
membaik rasa nyeri
4. Kolaborasi
pemberian
analgetik
2 Ansietas Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-
Lingkungan yang
berhubungan tindakan keperawatan tanda ansietas
tenang akan
dengan kurang 1x24 jam diharapkan 2. Ciptakan suasana
mengurangi
terpapar informasi tingkat ansietas terapeutik untuk
rangsangan eksternal
menurun dengan menumbuhkan
yang tidak perlu
Kriteria hasil : kepercayaan
-Menghilangkan 3. Pahami situasi
tanda kecemasan yang membuat
-Tidak terdapat ansietas
perilaku gelisah 4. Diskusikan
-Frekuensi napas dan perencanaan
frekuen nadi dalam realistis tentang
batas normal peristiwa yang
-Menurunkan akan datang
stimulasi 5. Anjurkan
lingkungan ketika mengungkapkan
cemas perasaan dan
-Konsentrasi persepsi
membaik 6. Anjurkan
-Pola tidur baik keluarga untuk
selalu disamping
dan mendukung
pasien

3. Intoleransi Setalah dilakukan 1. Monitor lokasi dan


1. Untuk mengtahui
Aktivitas tindakan ketidaknyamanan
lokasi
berhubungan keperawatan 3 x 24 selama melakukan
ketidaknyaman
dengan Imobilitas jam diharapkan aktivitas
selama melakukan
toleransi aktivitas 2. Lakukan latihan
aktivitas
meningkat dengan rentang gerak pasif
2. Untuk
Kriteria hasil : dan/atau aktif
meningkatkan
1. Kemudahan 3. Fasilitasi duduk
kemampuan
dalam melakukan disisi tempat tidur
bergerak
aktivitas sehari- 4. Anjurkan melakukan
hari meningkat aktivitas secara
2. Kecepatan bertahap
berjalan
meningkat
3. Kekuatan tubuh
bagian bawah
meningkat

3. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi


Senin /21-11- 22 Nyeri Akut berhubungan 1. Mengidentifikasi lokasi,
Pre operasi dengan Agen Pencedera karakteristik, durasi, frekuensi
Fisik nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Menganjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
4. Melakukan kolaborasi
pemberian analgetik

Senin /21-11-22 Ansietas berhubungan 1. Memonitor tanda-tanda


Pre operasi dengan kurang terpapar ansietas
informasi 2. Menciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
3. Memahami situasi yang
membuat ansietas
4. Mendiskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa yang
akan datang
5. Menganjurkan
mengungkapkan perasaan dan
persepsi
6. menganjurkan keluarga untuk
selalu disamping dan
mendukung pasien
Selasa / Nyeri Akut berhubungan 1. Mengidentifikasi lokasi,
22/Nov/22
dengan Agen Pencedera karakteristik, durasi, frekuensi
Post operasi
Fisik nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Menganjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
4. Melakukan kolaborasi pemberian
analgetik

1. Memonitor lokasi dan


ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
2. Melakukan latihan rentang gerak
Intoleransi Aktivitas pasif dan/atau aktif

berhubungan dengan 3. Memfasilitasi duduk disisi tempat


Selasa /
22/Nov/22 Imobilitas tidur
4. Menganjurkan melakukan
Post operasi aktivitas secara bertahap
4.EVALUASI PRE OPERASI H - 1
Pengkajian Hari 1

Tgl /jam Diagnosa Evaluasi


keperawatan
Senin Nyeri Akut S :Pasien mengatakan nyeri pada lengan bagian
21/11/22 kanan , nyeri di rasakan hilang timbul
berhubungan
16 : 00 O:
WIB dengan Agen 1. Pasien tampak meringis
Pencedera Fisik
2. Keadaan umum : sedang
Kesadaran : Composmentis ,GCS : 15
Pre TD : 117 / 80 mmHG
operasi RR : 20 x/m
HR : 78 x/m T : 36,5° C
3.Skala nyeri 4 (sedang )
4. Luka tertutup perban elastis
A : Nyeri Akut
P : Intervensi dilanjutkan
1. identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi nyeri
2. identifikasi skala nyeri
3. Anjurkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
4. Lakukan kolaborasi pemberian analgetik

Senin Ansietas S : Pasien mengatakan bersedia akan dilakukan


21/11/22 tindakan operasi namun masih sedikit cemas akan
16: 00 berhubungan keadaanya
WIB dengan kurang
O:
terpapar informasi 1. Pasien tampak sedikit tenang
Pre 2. Keadaan umum : Sedang
operasi 3. Pasien masih bertanya tentang tindakan
operasi pada perawat

A : Ansietas belum Teratasi

P : Intervensi di lanjutkan
1. Menciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
2. menganjurkan keluarga untuk selalu
disamping dan mendukung pasien
EVALUASI PRE OPERASI H-2

Pengkajian Hari ke 2

Tgl/ Jam Diagnosa Evaluasi


Selasa Nyeri akut S : Pasien mengatakan masih nyeri di bagian
22/11/22 berhubungan tangan lengan tangan , nyeri di rasakan hilang
07: 30 dengan agen timbul
WIB pencedera fissik
O:
Pre 1. Pasien tampak meringis
operasi 2. Keadaan umum : sedang
Kesadaran : Composmentis ,GCS : 15
TD : 120/ 72mmHG
RR : 20 x/m
HR : 72 x/m
T : 36,5° C
3.Skala nyeri 4 (sedang )
4. Luka tertutup perban elastis
A : Nyeri Akut

P : Intervensi dilanjutkan
1. identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi nyeri
2. identifikasi skala nyeri
3. Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
4. Lakukan kolaborasi pemberian
analgetik

Selasa Ansietas S : Pasien mengatakan bersedia akan di lakukan


22/11/22 berhubungan Tindakan operasi
07 : 30 dengan kurang
WIB terpapar informasi O:
1. Pasien tampak tenang
Pre 2. Keadaan umum : sedang
operasi
A : Ansietas Teratasi

P : Intervensi di hentikan

EVALUASI POST OPERASI H-1


Pengkajian Hari ke3

Tgl / Jan Diagnosa Evaluasi


Rabu Nyeri akut berhubungan S : Pasien mengatakan nyeri di bagian luka
23/11/22 dengan agen pencedera pasca operasi , nyeri dirasakan berkurang
07 : 30 fisik 3. :Pasien tampak meringis
wib Keadaan umum pasien : sedang
Kesadaran : Compos mentis
Post TD : 117/70 mmHg HR : 72 x / mnt
operasi RR : 18 x / mnt S : 36,6 °C
4. Skala nyeri : 4 ( sedang)
5. Luka tertutup perban elastis
A : Nyeri akut belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
1. identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi
nyeri
2. identifikasi skala nyeri
3. Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
4. Lakukan kolaborasi pemberian
analgetik
Rabu Intoleransi Aktivitas S : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
23/11/22 berhubungan dengan saat bergerak membuatnya sulit untuk
07 : 30 Imobilitas melakukan kegiatan
Wib O :Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos mentis
TD : 117/70 mmHg HR : 72 x / mnt
Post RR : 18 x / mnt S : 36,6 °C
operasi 1. Pasien tampak selalu berada ditempat
tidur
2. pasien bejalan ke toilet tampak di bantu
A : Intoleransi aktivitas belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
1. monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
2. Melakukan latihan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
3. Memfasilitasi duduk disisi tempat
tidur
4. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap

EVALUASI POST OPERASI H-2


Pengkajian Hari 4

Tgl / Diagnosa Evaluasi


Jam
Kamis Nyeri akut S : Pasien mengatakan nyeri diluka bagian pasca
24/11/22 berhubungan dengan operasi sudah sedikit berkurang.
07 :30 agen pencedera fisik O:
Wib 1. Keadaan umum pasien : sedang
Kesadaran : Compos mentis
Post TD : 125 / 72 mmHg HR : 82 x / mnt
operasi RR: 18 x/ mnt S : 36, 5° C
2. Skala nyeri : 3 ( ringan )
3. Luka tertutup perban elastis
A : Nyeri akut belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
1. identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi nyeri
2. identifikasi skala nyeri
3. Anjurkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
4. Lakukan kolaborasi pemberian
analgetik

Kamis Intoleransi aktivitas S : Pasien mengatakan sudah bisa bergerak


24/11/22 berhubungan dengan sedikit namun masih di bantu oleh keluarga
07 : 30 imobilitas O : Keadaan umum : sedang
Wib Kesadaran : Compos mentis
TD : 125 / 72 mmHg HR : 82 x / mnt
Post RR: 18 x/ mnt S : 36, 5° C
operasi 1. Pasien tampak selalu berada ditempat
tidur
2. pasien bejalan ke toilet tampak di bantu
A : Intoleransi aktivitas belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
1. monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
2. Melakukan latihan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
3. Memfasilitasi duduk disisi tempat
tidur
4. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap

Anda mungkin juga menyukai