Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang


sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam
semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir Penelitian dan berbagai
pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan . Kember
(1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang
berpikir kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak
mengajarkan atau melakukan penilaian ketrampilan berpikir pada siswa.
Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan sebagai problem solving,
meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian dari
kemampuan berpikir kritis. Kemampuan dalam berpikir kritis
memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja, dan
membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya
dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat
dibutuhkan dalam pemecahan masalah / pencarian solusi, dan
pengelolaan proyek. Pengembangan kemampuan berpikir kritis
merupakan integrasi beberapa bagian pengembangan kemampuan,
seperti pengamatan (observasi), analisis, penalaran,sehingga dapat
mengatasi masalah-masalah/proyek komplek dan dengan hasil yang
memuaskan. Berpikir kritis dalam praktek keperawatan merupakan
proses pengambilan keputusan yang membutuhkan keterampilan
kognitif untuk menganalisis standar-standar, mendiskriminasi, mencari
informasi, memberi alasan yang logis, memprediksi dan mentransfer
ilmu (Lewis et al, 2007). Bahkan Alfaro-LeFevre (2004)
telahmengembangkan indikator untuk mengidentifikasi keterampilan dan
perilaku pemikirkritis yang terdiri dari tiga aspek yaitu pengetahuan,
perilaku afektif dan perilaku emosional. Ketiga aspek ini harus dimiliki
oleh seorang perawat. Berpikir kritis semakin dipandang perlu, setiap
detik kita dituntut untuk berpikir kritis. Kita dituntut untuk tidak menerima
sesuatu hanya dengan meng “iya” kan sesuatu, kita harus mencari
sebab dan bukti-bukti yang mendukung dari data-data yang kita terima
setiap waktu. Dulu sebagian orang jarang berpikir secara kritis dalam
mengambil sebuah keputusan dan menyelesaikan masalah. Namun
sekarang kita dituntut untuk berfikir secara krtis, terutama seorang
perawat. Seorang perawat harus bisa berpikir kritis untuk mengambil
sebuah keputusan atau tindakan dalam menangani pasien. Berpikir kritis
dengan cepat agar kita dapat mengambil keputusan dengan cepat dan
tepat serta melukukan tindakan yang cepat dan tepat pula. Tapi masih
ada perawat yang belum berpikir secara kritis, sehingga masih ada
tindakan yang tertunda dalam menangani pasien. Oleh karena itu,
perawat harus bisa secara cepat dan tepat dalam mengambil keputusan.

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah yang dimaksud berfikir kritis itu?
3. Bagaimana indikator dari berfikir kritis?
4. Model penerapan berpikir kritis?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari berfikir kritis
2. Mengetahui ciri-ciri dari berfikir kritis
3. Mengetahui indikator dari berfikir kritis
4. Mengetahui proses dari berfikir kritis
5. Mengetahui cara atau tips berpikir kritis
BAB II
PEMBAHASAN

Berpikir kritis merupakan suatu proses yang berjalan secara


berkesinambungan mencangkup interaksi dari suatu rangkaian pikiran
dan persepsi,sedangkan berpikir kritis merupakan konsep dasar yang
terdiri dari konsep yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis
itu sendiri berbagai sudutpandang, sebagai seorang perawat yang
merupakan bagian dari pemberi layanan kesehatan,yaitu memberi
layanan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan akan selalu dituntut untuk berpikir kritis dalam berbagai
situasi.Penerapan berpikir kritis dalam proses keperawatan dengan
kasus yang nyataakan memberikan gambaran kepada perawat tentang
pemberian asuhan keperawatan yang komprensif dan bermutu.
(BudionodanSumirah,2015,p.90). Berpikir kritis dalam keperawatan
merupakan komponen penting dari akuntabilitas profesional dalam
memberikan asuhan keperawatan berkualitas.perawat diharapkan dapat
berpikir kritis untuk memproses data yang kompleks dan membuat
keputusan yang cerdas mengenai perencanaan dan pengelolaan
mengingat pentingnya hal tersebut dalam pembuatan
keputusan,problem solving dan clinical judgment,sedangkan
kepercayaan diri mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan
individu, dari kemampuan individu untuk berpikir optimis dan bertahan
melalui kesulitan, serta pengembangan rasa percaya diri adalah
komponen yang sangat penting dalam pengambilan keputusan
keperawatan.(Carlos and all,2014 dalam jurnal Triayunda 2018)Berpikir
kritis penting dilakukan oleh perawat sebelum mengambil keputusan
dalam asuhan keperawatan.Asuhan keperawatan merupakan satu
metode ilmiah dalam penyelesaian masalah klien.Kemampuan perawat
mengidentifikasi masalah klien dan memilih solusi intervensi yang tepat
tidak lepas dari kemampuan perawat berpikir kritis, yaitu kemampuan
perawat menggali alasan berdasarkan evidence base dari setiapproblem
dan solusi yang teridentifikasi.Kemampuan berpikir kritis dapat
digunakan ketika menyelesaikan masalahkeperawatan (Zori & Morrison,
2009dalam jurnal bambang sudono, 2017). Perawat melakukan
pengambilan keputusan dalam setiap tindakan,merencanakan dan
memberikan asuhan.Efektifitas dan ketepatan pengambilan keputusan
membutuhkan kemahiran dalam mengumpulkan data dan keterampilan
berpikir kritis.Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen
yang sangat penting dari akuntabilitas profesional dan salah satu
penentu kualitas asuhan keperawatan.Perawat yang memiliki
kemampuan berpikir kritis akan menunjukkan sikappercaya diri,
berpandangan konseptual,kreatif, fleksibel, rasa ingin tahu,berpikiran
terbuka, tekun dan reflektif(Ingram, 2008 dalam, jurnal
bambangsudono,2017).Strategi dalam peningkatan berpikir kritis dalam
keperawatan ini dapat dilakukan dengan cara mengikuti pelatihan dalam
masalah-masalah klinis sebagai kompetensi , melalui pembelajaran, dan
pengalaman,melaui hal tersebut perawat diharapkan dapat lebih ketat
untuk berpikir kritis dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang akan
diberikan kepada pasien dengan banyak mempertimbangkan baik
buruknya.Dalam penerapan pembelajaran berpikir kritis dalam
keperawatan dapat digunakantiga model, yaitu feeling model,
visionmodel, dan examine model.(Deswani,2009).
1. Feeling Model
Model ini menekankan pada rasa, kesan,dan data atau fakta yang
ditemukan,Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan
dalam melakukan pengamatan,kepekaan dalam melakukan
aktivitas keperawatan, dan perhatian/kewaspadaan.Misalnya
terhadap aktivitas dalam pemeriksaan tanda tanda vital, perawat
merasakan gejala,petunjuk, serta perhatian kepada pernyataan
dan perasaan pasien.Vision Model Model ini digunakan untuk
membangkitkan pola pikir,mengorganisasi dan menerjemahkan
perasaan untuk merumuskan hipotesisi,analisis, dugaan, dan ide
tentang permasalahan perawatan kesehatan klien.Berpikir kritis ini
digunakan untuk mencari prinsip prinsip pengertian dan peran
sebagai pedoman yang tepat untuk mrespons ekspresi, baik
perasaan perawat maupun perasaan pasien.Examine Model
Model ini digunakan untuk merefleksiide, pengertian, dan visi.
Perawat mengujiide dengan bantuan kriteria yang relavan.Model
ini digunakan untuk mencari peranyang tepat umtuk
analisis,mencari,menguji,melihat konfirmasi,kolaborasi,
menjelaskan, dan menentukan suatu yang berkaitan
denganide.Factor yang bisa menurunkankemampuan berpikir kritis
seseorang adalah terjebak dalam rutinitas, dan juga cara tersering
yang membuat terjebak dalam rutinitas adalah membiasakan kita
menggunakan model kebiasaan berlebihan (Rubenfeld & Scheffer,
2007).Faktor-faktor lainnya yang dapat juga mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam berpikir kritis adalah kondisi fisik
seseorang, keyakinan diri/ motivasi,merasa kecemasan,
kebiasaan atau rutinitas yang dikerjakan, perkembangan
intelektual, konsistensi atau ketetapan,perasaan atau emosi, dan
pengalaman yang biasa rutin dilakukan sewaktubekerja
(Rubenfeld & Scheffer, 2007).Berbagai faktor tersebut dapat
berkontribusi memberikan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis perawat disaat melaksanakan asuhan keperawatan
dan juga dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis perawat
menurun disaat menghadapi pasien. Namun ini juga tergantung
dari metode yang digunakan dalam mengukur kemampuan
berpikir kritis perawat disaat melaksanakan asuhan keperawatan.
(Yanti& Mulyandi,2019)Kesimpulan Berpikir kritis dalam
keperawatan adalah proses berpikir dalam keperawatan dengan
terperinci dengan benar benar mempertimbngkan baik buruknya
dalam memberikan layanan kesehatan,yaitu memberi layanan
asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.
Perawat yang selalu berpikir kritis atau kreatif akan selalu melihat
dan memecahkan masalah dengan sudut pandang yang berbeda
dan mempertimbangkan dengan mendalam setiap masalah yang
akan diambil demi kebaikan pasien,diri sendiri dan Kemampuan
berpikir kritis sangat diperlukan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan. Peningkatan kemampuan berpikir kritis akan
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.Tujuan berpikir kritis
adalah untuk menganalisis penggunaan bahasa, perumusan
masalah,penjelasan, dan ketegasan asumsi,kuatnya bukti bukti,
menilai kesimpulan,membedakan antar yang baik dan buruknya
argument, serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil
yangdiyakini benar, serta tindakan yang dilakukan dalam
keperawatan
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan Orang yang bekerja didunia kesehatan dituntut untuk


sigap,siap, cepat dan tangkas dalam menangani permasalahan yang
ada disekitarnya. Contohnya perawat yang dituntut mempunyai sifat
berpikir kritis karena berpikir kritis merupakan referensi yang mudah
digunakan yang berfokus pada realitas sehari-hari dalam mempelajari,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi berpikir kritis dalam
keperawatan. Karena sebagai perawat hubungannya manusia dengan
manusia, pasien itu sendiri yang karakter, sifat juga wataknya berbeda.
Dan setiap kejadian dilapangan masalahnya berbeda beda sehingga
berpikir kritis wajib digunakan oleh setiap perawat. Sebaiknya, berpikir
kritis itu wajib diamalkan dimulai dari sekarang. Melalui pelatihan yang
konsisten dan serius diharapkan agar diterapkan sebaik mungkin.
Karena sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Dan berpikir kritis adalah suatu tindakan yang wajib dilakukan oleh
tenaga kesehatan khususnya perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Aprisunadi. 2011. Hubungan Antara Berpikir Kritis Perawat Dengan


Kualitas AsuhanKeperawatan Di Unit Perawatan Ortopedi Rumah
Sakit Umum Pusat FatmawatiJakarta [Tesis]. Depok (ID) :
Universitas IndonesiaBandiyah, Siti. (2017). Keterampilan Dasar
dalam Keperawatan (KDDK). Yogyakarta:Nuha MedikaDeniati. K.,
Anugrahwati, R & Sumiarti, T. (2018). Pengaruh Berpikir Kritis
TerhadapKemampuan Perawat Pelaksana dalam Melakukan
Asuhan Keperawatan diRumah Sakit Hermina Bekasi Tahun 2016.
Jurnal Holistik Kesehatan, 12 (1):21-22Deswani. (2009). Proses
Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta : Salemba MedikaFathi,
A., & Simamora, R. H. (2019, March). Investigating nurses’ coping
strategies intheir workplace as an indicator of quality of nurses’ life
in Indonesia: apreliminary study. In IOP Conference Series: Earth
and Environmental Science(Vol. 248, No. 1, p. 012031). IOP
Publishing.Fischer, Alec. (2007). Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar.
Jakarta : Penerbit Erlangga Hutahean, S. (2010). Konsep dan
Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: CV.Trans Info
MediaPatmawati, T.A, Saleh, A, & Syahrul, S. (2018). Efektifitas
Metode PembelajaranKlinik Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis &
Kepercayaan Diri MahasiswaKeperawatan. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah. 3(2) : 89-92Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005).
Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses dan Praktek
(edisi 4). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGCPotter, P.A., &
Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7.
Jakarta :Salemba MedikaPutri, A.A. (2016). Strategi Budaya
Karakter Caring of Nursing. Bogor : IN MEDIARusmegawati.
(2011). Pengaruh Supervisi Reflektif Interaktif Terhadap
KeterampilanBerfikir Kritis Perawat Dalam Melakukan Asuhan
Keperawatan di Irna RS. Dr.H.M Ansari Saleh Bnjarmasin. Tesis
FIK UI. Tidak Dipublikasikan
Simamora, R.H. (2019). Menjadi Perawat yang: CIH’HUY.
Surakarta: KekataPublisherSudono. B., Dhani S., & Rif A.H. (2017).
Gambaran Kemampuan Berpikir kritisPerawat Primer Dalam
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit IslamSurakarta.
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia, 10Sumijatun. (2009). Konsep
Dasar dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Klinis . Jakart
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
PENDAHULUANBerpikir kritis dalam pendidikan keperawatan mer-
upakan komponen penting dari akuntabilitas profe-sional dan asuhan
keperawatan berkualitas. Maha-siswa keperawatan diharapkan dapat
berpikir kritis untuk memproses data yang kompleks dan membuat
keputusan yang cerdas mengenai perencanaan dan pengelolaan mengingat
pentingnya hal tersebut dalam pembuatan keputusan, problem solving dan
clinical judgment, sedangkan kepercayaan diri mempengaruhi hampir
setiap aspek kehidupan individu, dari kemam-puan individu untuk berpikir
optimis dan bertahan melalui kesulitan, serta pengembangan rasa percaya
diri adalah komponen utama pengambilan keputusan yang benar dalam
konteks klinis. (Carlos et al., 2014; Ludenberg & Kim, 2016; Shin, Jung,
Shin, & Kim, 2006)Walaupun berpikir kritis dan kepercayaan diri merupa-
kan hal yang penting, namun tidak semua mahasiswa mampu melakukan
hal tersebut, hal tersebut disebab-kan oleh beberapa faktor seperti pada
penelitian Shea & Bidjerano (2009) menyatakan bahwa faktor pent-ing
dalam pengembangan pemikiran kritis tergan-tung pada tingkat
kenyamanan mahasiswa dan agar instruktur dapat mengembangkan hal
tersebut maka instruktur harus membantu mahasiswa mendapatkan
kenyamanan dan kepercayaan diri dalam melakukan kegiatan untuk
mengembangkan keterampilan. Oleh karena itu, lingkungan belajar dapat
mempengaruhi pengembangan kemampuan berpikir kritis dan ha-rus
dieksplorasi lebih lanjut. Pada penelitian Purvis (2009) yang
mewawancarai dan mengidentifikasi ma-hasiswa keperawatan didapatkan
bahwa metode ujian atau metode penilaian mempengaruhi pengembangan
keterampilan berpikir kritis mereka. Selain itu, pada penelitian Kumm,
Godfrey, Richards, Hulen, & Ray (2016) didapatkan hasil bahwa maha-
siswa mengalami kelemahan di beberapa aspek salah satunya dalam
berpikir kritis. Sehingga, penelitian tersebut menyarankan untuk
mengetahui lebih jauh tentang metode pembelajaran yang tepat untuk
mem-persiapkan mahasiswa. Selain itu, pada penelitian Syahreni &
Waluyanti (2007) didapatkan hasil bah-wa pengalaman belajar sangat
penting dalam proses pembelajaran di FIKUI, dengan pengalaman belajar
mahasiswa akan memperoleh keterampilan berpikir kritis,
prosedur,berinteraksi dengan klien, dan teman sejawat serta dengan tim
kesehatan lain dalam pem-berian asuhan keperawatan. Namun, untuk
mewu-judkan hal tersebut penelitian ini menyarankan bagi instruktur
klinik untuk mengembangkan proses pem-belajaran klinik. Berdasarkan
hal tersebut, sebagian besar yang memili-ki peran besar adalah
pembimbing dan metode pem-belajaran yang digunakan. Sehingga
pembimbing ha-rus memberikan inovasi dalam proses pembelajaran.
Pemilihan strategi atau metode pembelajaran sangat mempengaruhi hasil
pembelajaran.Beberapa model pembelajaran klinik telah digunakan untuk
mendidik mahasiswa keperawatan seperti mod-el eksperensial, model
konferensi praklinik (preconfer-ence), konferensi pascaklinik
(postconference), umpan balik (peer review), isu (issue) dan multidisiplin,
bed site teaching, observasi lapangan, fieldrip, demonstra-si dan ronde
keperawatan. (Delunas & Rooda, 2009; Murray, Crain, Meyer,
Mcdonough, & Schweiss, 2010; Niederhauser, Schoessler, Gubrud-Howe,
Mag-nussen, & Codier, 2012; Nursalam & Efendi, 2008).Namun masih
sedikit artikel yang memuat tentang metode pembelajaran klinik dan
pengaruhnya terha-dap kemampuan berpikir kritis dan kepercayaan diri
mahasiswa sementara pembimbing perlu memperkaya pengetahuannya
terkait metode pembelajaran tepat yang akan mereka gunakan pada
mahasiswa khiusus-nya di lingkungan klinik. Untuk itu, artikel ini akan
membahas metode pembelajaran klinik apa saja yang berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis dan kepercayaan diri mahasiswa
keperawatan. METODELiterature review ini menganalisis artikel yang
relevan dan berfokus pada metode pembelajaran klinik yang
mempengaruhi kemampuan berpikir kritis dan keper-cayaan diri
mahasiswa keperawatan. Adapun artikel yang digunakan pada literature
review ini adalah ar-tikel yang didapatkan dengan menggunakan 3 data-
base Pubmed, Google Scholar dan Science Direct dengan memasukkan
kata kunci “Nursing Student”, “clinical learning strategy” “clinical
learning method”, “critical thinking” dan “self confidence”. Artikel yang
digunakan adalah 12 artikel yang diterbitkan enam tahun tera-khir.
HASILBerdasarkan hasil pencarian literatur didapatkan metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan ke-mampuan berpikir kritis dan
kepercayaan diri maha-siswa keperawatan sebagai berikut :
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (2) 2018 90Simulasi Penelitian L et al (2013)
menunjukkan bahwa simula-si high-fidelity dan low-fidelitykeduanya
terkait dengan peningkatan skor pemikiran kritis pada mahasiswa
keperawatan, dalam peneltitian ini mahasiswa dibagi dalam dua kelompok
yaitu kelompok mahasiswa yang menerima simulasi high-fidelity setiap
and low-fidel-ity yang menerima dan mengidentifikasi kasus setiap
minggu dan hasilnya didapatkan bahwa kedua kelom-pok menunjukkan
peningkatan kemampuan berpikir kritis dibandingkan sebelumnya. Selain
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, metode simulasi juga dapat
meningkatkan keper-cayaan diri pada mahasiswa seperti pada penelitian
Mc Cabe, Gilmartin, & Goldsamt (2016) yang men-yatakan bahwa terjadi
peningkatan signifikan secara keseluruhan pada kepercayaan diri
mahasiswa sehing-ga hal tersebut dapat menjadi dukungan untuk model
pembelajaran klinis yang menggunakan metode sim-ulasi untuk
menggantikan metode tradisional. Begitu pula dengan penelitian Kimhi et
al (2016), Penelitian ini mengatur pada hari simulasi pertama, 4 hingga 5
mahasiswa di bawah bimbingan instruktur klinis mempraktikkan
keterampilan dasar seperti pemberian obat, pemasangan kateter urin dan
tabung nasogastr-ik, dan praktik komunikasi. Pada hari ke-2 dan 3, ma-
hasiswa menggunakan manekin. Mengikuti skenario tertulis yang
diceritakan oleh instruktur, mahasiswa menilai pasien, diagnosis
keperawatan yang ditetap-kan, melakukan intervensi, dan mengevaluasi
hasil intervensi mereka untuk pasien dengan diare atau ek-saserbasi gagal
jantung. Beberapa mahasiswa ditugas-kan untuk bermain peran sebagai
anggota keluarga, memungkinkan mahasiswa untuk berlatih mengajar
pasien dan keluarga. Instruktur memberikan umpan balik dan melakukan
sesi tanya jawab pada akhir sesi. Rotasi klinis yang terjadi pada unit
perwatan bedah dewasa berada di bawah pendampingan instruktur klinis.
Mahasiswa melakukan semua perawatan yang diperlukan pada pasien
kecuali untuk pemberian obat. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa
metode simulasi pada program keperawatan tahun pertama meningkatkan
kepercayaan diri mahasiswa dalam melakukan proses keperawatan.
Meskipun pen-galaman klinis memiliki efek yang lebih kuat, simulasi juga
menjadi metode tambahan yang efektif dalam meningkatkan kepercayaan
diri, yang dapat dimiliki baik sebelum atau setelah memperoleh
pengalaman klinis.Metode RondeMenurut penelitian Sherrill (2012)
bahwa metode ronde keperawatan adalah cara yang sederhana, mu-dah,
dan menyenangkan untuk melibatkan setiap ma-hasiswa dan
mengembangkan keterampilan penalaran kritis dalam mempraktikkan
pelayanan keperawatan terbaik. Ini juga memberikan kesempatan
melakukan pembimbingan yang bagus untuk pihak institusi yang
memungkinkan pengembangan keterampilan menga-jar mereka. Pada
penelitian Mann (2012) juga didapa-tkan bahwa kemampuan berpikir
kritis mahasiswa meningkat setelah terpapar dengan metode ronde
keperawatan. Dalam penelitian ini, mahasiswa dibagi ke dalam kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Mahasiswa diminta untuk menyelesaikan
dilema pe-layanan kesehatan dengan kasus masing-masing. Di awal sesi
mahasiswa diberikan informasi terkait pasien meliputi status kesehatan
pasien yang termasuk data penilaian fisik, perintah penyedia layanan
keseha-tan, hasil laboratorium, hasil x-ray, dan obat-obatan. Kelompok
intervensi mendapatkan metode pembela-jaran ronde keperawatan untuk
mendiskusikan dan memecahkan masalah terkait kasus yang mereka dapa-
tkan sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan metode
pembelajaran tambahan dalam memecahkan kasus. Kemampuan berpikir
kritis mahasiswa diukur dengan Critical Thinking Assesment sebelum dan
ses-udah intevensi dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa skor
kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada kelompok intervensi lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, meskipun secara statisitik
tidak menunjukaan perbedaan yang signifikan antara skor kemampuan
berpikir kritis sebelum dan sesudah di masing-masing kelompok. Namun,
skor untuk sesi kedua menunjukkan peningkatan yang lebih besar dalam
keterampilan berpikir kritis untuk kelompok intervensi.Konferensi
KlinisKonferensi klinis telah digunakan dalam lingkungan klinis sebagai
strategi pengajaran untuk melibatkan para mahasiswa; meningkatkan dan
memperkuat pembelajaran; mengembangkan pemikiran kritis dan
pemecahan masalah, meningkatkan penalaran dan pe-nilaian klinis; dan
memfasilitasi pengintegrasian teori ke dalam praktik (Hsu, 2007).Pada
penelitian Scronce (2013) juga menunjukkan bahwa konferensi klinis yang
inovatif dan efektif dapat menjadi cara utama untuk meningkatkan
pemikiran
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (2) 2018 91kritis mahasiswa keperawatan,
pemecahan masalah, penalaran dan penilaian klinis, dan mengintegrasikan
teori ke dalam praktik. Dalam merencanakan dan mengimplementasikan
konferensi klinis, instruktur harus memastikan mereka memberikan
lingkungan yang dapat dipercaya dan aman yang mendorong ma-hasiswa
untuk menganalisis, mensintesis, dan men-gevaluasi pengalaman klinis
mereka melalui strategi pengajaran yang berfokus pada semua domain
pem-belajaran. Pada penelitian Adegbola (2011) juga meneliti ten-tang
konferensi klinis yang menggunakan teknologi teleconference sebagai
alternatif untuk post confer-ence, ditemukan bahwa hal tersebut dapat
memfasil-itasi selama proses konferensi pada sesi tanya jawab dan
mahasiswa dapat merefleksikan pengalaman mereka dengan nyaman, tidak
membutuhkan wak-tu untuk menunggu, mengurangi hambatan seperti
kelelahan setelah melaksanakan kegiatan di lingkun-gan klinis dan ruang
pertemuan yang tidak tersedia serta dengan adanya teleconference pada
post confer-ence dapat menyediakan lingkungan yang santai yang
mendorong pemikiran kritis dan keaktifan dari maha-siswa yang dapat
meningkatkan kepercayaan diri mer-eka, terutama mahasiswa yang
pemalu dan mungkin tidak akan berpartisipasi dalam konferensi klinis
tatap muka .Demonstrasi ModelDemonstrasi model dengan skenario
simulasi dapat digunakan untuk mengembangkan penilaian klinis dan
kepercayaan diri selama proses debriefing. Peneli-tian ini menguji
hubungan antara komponen Kerang-ka Simulasi Pendidikan Keperawatan:
komponen karakteristik desain ‘’ debriefing ‘’ dan komponen out-come
pembelajaran seperti kepercayaan diri, kepuasan pelajar, dan berpikir
kritis, yang dibutuhkan untuk penilaian klinis. Hasil penelitian Weaver
(2015) ini didapatkan bahwa Demonstrasi model dengan ske-nario
simulasi dapat digunakan untuk mengembang-kan penilaian klinis dengan
keterampilan berpikir kritis dan kepercayaan diri selama proses
“debriefing”.Peta KonsepMenurut penelitian Moattari Soleimani, &
Mehbo-di (2014) Peta konsep klinis adalah strategi yang ber-harga untuk
peningkatan pemikiran kritis mahasiswa keperawatan. Hasil penelitian
menunjukkan perbe-daan yang signifikan antara pemikiran kritis kedua
kelompok mengenai identifikasi, pembenaran, dan kualitas tanggapan, dan
skor berpikir kritis secara kes-eluruhan, serta keterampilan berpikir
kognitif. Pada penelitian EL-Hay, Mezayen, & Ahmed (2018) didapatkan
persepsi mahasiswa tentang penerapan peta konsep dalam lingkungan
klinis, hasil peneli-tian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa
setuju bahwa: peta konsep membantu dalam mema-hami konsep
keperawatan, membantu meningkatkan pemikiran kritis, menggunakan
peta konsep berguna untuk meningkatkan kinerja dalam lingkungan klin-
is, peta konsep membantu menggunakan pengeta-huan dalam perawatan
pasien, peta konsep memban-tu dalam representasi kasus, peta konsep
membantu memecahkan masalah, peta konsep mengurangi be-ban kerja,
peta konsep memberi kesempatan untuk mengekspresikan pendapat, nilai
ditingkatkan ketika bekerja dengan peta konsep, menjadi ramah dengan
anggota kelompok setelah menggunakannya. Selain itu, menggunakan
konsep pemetaan berguna untuk mengurangi kecemasan dalam
longkungan klinis, peta konsep adalah metode pengajaran yang efektif
yang mebmbuat mahasiswa menikmati ketika menggu-nakan peta konsep
dalam lingkungan klinis. Selain itu, penelitian lainnya yakni studi Kasus
den-gan peta konsep sebagai strategi pengajaran berba-sis rumah sakit
dapat meningkatkan pengembangan keterampilan berpikir kritis dan
mendorong disposisi afektif. Dalam Peneltiain ini, studi Kasus dengan peta
konsep, dibandingkan dengan studi kasus saja, meng-hasilkan perbaikan
yang lebih besar dalam semua keterampilan berpikir kritis, terutama
analisis dan deduksi, serta disposisi afektif keseluruhan dan ber-pikiran
terbuka terhadap keterampilan berpikir kritis. (Huang, Chen, Yeh, &
Chung, 2012)PEMBAHASANMenurut Gaberson & Oermann, (2010)
pemikiran kritis memungkinkan perawat membuat penilaian yang
beralasan dan terinformasi dalam setting prak-tik dan memutuskan apa
yang harus dilakukan dalam situasi tertentu. Begitupun dengan
kepercayaan diri merupakan komponen utama pengambilan keputu-san
yang benar dalam konteks klinis dan untuk proses penilaian terkait.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan diri untuk bereaksi
terhadap situ-asi darurat meningkat saat faktor seperti latihan be-rulang
dan latihan simulasi hadir (Carlos et al.,2014).Dalam pendidikan
keperawatan keyakinan/Confi-
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (2) 2018 92dence merupakan variabel penting.
Mahasiswa den-gan tingkat kepercayaan diri yang lebih tinggi memi-liki
kemungkinan lebih besar untuk mengembangkan intervensi yang berhasil,
karena mereka mampu men-guji dan menggunakan kompetensinya dengan
lebih mudah. Meskipun memiliki pengetahuan dan keter-ampilan yang
tepat, perawat umumnya enggan un-tuk memulai intervensi tertentu,
kecuali jika mereka merasa yakin untuk melakukannya.Para pembimbing
klinik tentunya menghadapi banyak tantangan dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan kepercayaan diri mahasiswa keperawatan
khususnya di lingkungan klinik, oleh karena itu ke-berhasilan dalam
mengajar membutuhkan strategi kreatif dan inovatif. Berdasarkan hasil
literature review didapatkan metode pembelajaran yang mempengaruhi
kemampuan ber-pikir kritis dan kepercayaan mahasiswa keperawatan yaitu
simulasi, konferensi klinis, ronde keperawatan, demonstrasi model, dan
peta konsepPeta konsep adalah salah satu contoh yang diusulkan untuk
peningkatan pemikiran kritis, dengan metode ini mahasiswa dapat
menggambarkan mapping kont-en yang mereka pelajari, oleh karena itu
mahasiswa dapat menggunakan keterampilan kognitif mereka dari analisis,
evaluasi, dan penalaran. Selain itu, mere-ka akan dapat merangkum konten
dan mengingatnya dengan baik (Wheeler & Collins, 2003). Ronde
keperawatan mirip dengan studi kasus, mem-berikan kesempatan untuk
mengeksplorasi masalah pasien dan beragam tindakan, menganalisis
perawatan dan mengusulkan intervensi baru, dan mendapatkan wawasan
tentang situasi klinis yang berbeda (Gaber-son & Oermann, 2010), selain
itu di dalam ronde keperawatan juga menggunakan problem based learn-
ing untuk mengetahui dan mendiskusikan terkait ka-sus pasien. Sementara
itu, untuk metode konferensi klinis, metode teresebut dapat menjadi
metode yang inova-tif dan efektif untuk meningkatkan pemikiran kritis
mahasiswa keperawatan, pemecahan masalah, pe-nalaran dan penilaian
klinis, serta mengintegrasikan teori ke dalam praktik. Selain itu, komponen
penting dari pelaksanaan konferensi klinis adalah memastikan instruktur
klinis terus mengevaluasi strategi yang di-gunakan untuk memenuhi
kebutuhan dalam pengala-man klinis mahasiswa (Scronce, 2013). Billings
& Halstead (2016) mencatat bahwa agar kon-ferensi klinis menjadi sukses
dan menjembatani kes-enjangan antara teori dan praktek, konferensi klinis
perlu direncanakan dan mempertimbangkan kuriku-lum, mahasiswa,
tujuan, topik dan proses serta strategi dan metode evaluasi.Beberapa
metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembimbingan klinik
telah dibahas pada liter-ature review ini, dapat disimpulkan bahwa
pembimb-ing klinik harus selalu berusaha untuk menggunakan metode
pengajaran yang berfokus pada mahasiswa, namun untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dan kepercayaan mahasiswa keperawatan
dalam lingkungan klinik memang bukanlah hal yang mu-dah, diperlukan
pula kerjasama antara pembimbing institusi dan pembimbing klinik seperti
pada peneli-tian Distler (2007) dinyatakan bahwa implementasi strategi
yang berpusat pada mahasiswa memang mem-butuhkan banyak upaya
termasuk kontribusi institusi tidak hanya tempat praktik.
KESIMPULANMetode pembelajaran yang dapat berpengaruh terha-dap
kemampuan berpikir kritis dan kepercayaan diri mahasiswa keperawatan
diantaranya adalah konfer-ensi klinis, simulasi, demonstrasi model, peta
konsepdan ronde keperawatan, oleh karena itu pembimbing klinik harus
mengetahui dengan baik metode pem-belajaran yang akan digunakan, agar
dapat memilih metode pembelajaran yang tepat dalam pembimbin-gan
khususnya di lingkungan klinik.

DAFTAR PUSTAKAAdegbola, M. (2011). Taking Learning To The


Learn-er : Using Audio Teleconferencing For Post-Clin-ical Conferences.
Creative Nursing, 17(3), 120–125.Billings, D. M., & Halstead, J. A.
(2016). Teaching In Nursing : A guide for Faculty (5th ed.). Missouri:
Elsevier.Carlos, J., Martins, A., Carlos, R., Baptista, N., Rita, V.,
Coutinho, D., ... Mendes, C. (2014). Self-confidence for emergency
intervention : ad-aptation and cultural validation of the Self-confi-dence
Scale in nursing students, 22(4), 554–561. https://doi.org/10.1590/0104-
1169.3128.2451Delunas, L., & Rooda, L. (2009). A new model for the
clinical instruction of undergraduate nursing students. Nursing Education
Perspective, 30(6), 377–370.Distler, J. W. (2007). Critical thinking and
clinical competence : Results of the implementation of student-centered
teaching strategies in an ad-vanced practice nurse curriculum. Nurse
Education in Practice, 7, 53–59.
https://doi.org/10.1016/j.nepr.2006.08.003EL-Hay, S. A. A., Mezayen, S.
E. El, & Ahmed, R. E. (2018). Effect of concept mapping on prob-lem
solving skills , competence in clinical setting and knowledge among
undergraduate nursing students. Journal of Nursing Education and Prac-
tice, 8(8), 34–46. https://doi.org/10.5430/jnep.v8n8p34Gaberson, K. B., &
Oermann, M. H. (2010). Clinical Teaching Stategies in Nursing (3rd ed.).
New York: Springer Publishing Company.Hsu, L. (2007). Conducting
clinical post-conference in clinical teaching : a qualitative study. Journal of
Cilinical Nursing, 1525–1533. https://doi.org/10.1111/j.1365-
2702.2006.01751.xHuang, Y., Chen, H., Yeh, M., & Chung, Y. (2012).
Case studies combined with or without concept maps improve critical
thinking in hospital-based nurses : A randomized-controlled trial. Interna-
tional Journal of Nursing Studies, 49(6), 747–754.
https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2012.01.008Kimhi, E., Reisthein, J. L.,
Cohen, M., Friger, M., Hurvitz, N., & Avraham, R. (2016). Im-pact of
Simulation and Clinical Experience on Self-efficacy in Nursing Students.
Nurse Ed-ucator, 41(1), 4–7.
https://doi.org/10.1097/NNE.0000000000000194Kumm, S., Godfrey, N.,
Richards, V., Hulen, J., & Ray, K. (2016). Nurse Education Today Senior
student nurse pro fi ciency : A comparative study of two clinical
immersion models, 44, 146–150.L, G., MS, G., K, C., CA, G., K, K., &
Neal-T, D. (2013). Effect of Simulation on the Development of Critical
Thinking in Associate Degree Nurs-ing Students. Nurse Education
Perspectives, 34(3), 159–162.Ludenberg, C. A., & Kim, Y. K. (2016). A
Structural Model of the Relationship Between Student–Fac-ulty
Interaction and Cognitive Skills Develop-ment Among College Students.
American Educa-tional Research Association, 57(3), 288–309.Mann, J. W.
(2012). Promoting Curriculum Choic-es : Critical Thinking and Clinical
Judgment Skill Development In Baccalaureate Nursing Students. Kansas
Nurse, 87(1).Mc Cabe, D. E., Gilmartin, M. J., & Goldsamt, L. A. (2016).
Student Self-confidence with Clinical Nursing Competencies in A High-
dose Simula-tion Clinical Teaching Model. Journal of Nursing Education
and Practice, 6(8), 52–58. https://doi.org/10.5430/jnep.v6n8p52Moattari,
M., Soleimani, S., & Mehbodi, F. (2014). Clinical concept mapping : Does
it improve disci-pline-based critical thinking of nursing students ? Iranian
Journal of Nursing and Midwifery Research, 19(1), 70–76.Murray, T. A.,
Crain, C., Meyer, G. A., Mcdonough, M. E., & Schweiss, D. M. (2010).
Building bridges: An innovative academic-service partner-ship. Nursing
Outlook, 58(5), 252–260.
https://doi.org/10.1016/j.outlook.2010.07.004Niederhauser, V.,
Schoessler, M., Gubrud-Howe, P. M., Magnussen, L., & Codier, E. (2012).
Cre-ating Innovative Models of Clinical Nursing Ed-ucation. Journal of
Nursing Education, 51(11), 603–608.Nursalam, & Efendi, F. (2008).
Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.Purvis, C. A.
(2009). Factors That Influence The De-velopment of Critical Thinking
Skills In Associate Degree Nursing Students. Proquest
Dissertations.Scronce, C. N. (2013). Clinical conferences in nursing
education. Duke University School of Nursing.Shea, P., & Bidjerano, T.
(2009). Community of In-quiry as a theoretical framework to foster “epis-
temic engagement” and “cognitive presence” in online education.
Computers & Education., 52, 543–553.Sherrill, K. J. (2012). Using
nursing grand rounds to enforce Quality and Safety Education for Nurs-es
competencies. Teaching and Learning in Nurs-ing, 7(3), 118–120.
https://doi.org/10.1016/j.teln.2011.11.007Shin, K., Jung, D., Shin, S., &
Kim, M. (2006). Critical thinking dispositions and skills of senior nursing
students in associate, baccalaureate, and RN-to-BSN programs. Nursing
Education, 45, 233–237.Syahreni, E., & Waluyanti, F. T. (2007).
Pengalaman Mahasiswa S1 Keperawatan Program Reguler Da-lam
Pembelajaran Klinik. Jurnal Keperawatan In-donesia, 11(2), 47–
53.Weaver, A. (2015). The Effect of a Model Demon-stration During
Debriefing on Students ’ Clini-al Judgment , Self- confidence , and
Satisfaction During a Simulated Learning Experience. Clini-cal Simulation
in Nursing, 11(1), 20–26.
https://doi.org/10.1016/j.ecns.2014.10.009Wheeler, L., & Collins, S.
(2003). The influence of concept mapping on critical thinking in bacca-
laureate nursing students. Journal of Professional Nursing, 19, 339–346

Anda mungkin juga menyukai