Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep diatas merupakan proses penilaian atau pengambilan


keputusan yang penuh pertimbangan dan dilakukan secara mandiri.
Proses perumusan alasan dan pertimbangan mengenai  fakta, keadaan,
konsep, metode dan criteria dilakukan oleh perawat professional
dengan baik. Selain itu proses merumuskan  alasan yang tertib secara
aktif dan terampil dari menyusun konsep, mengaplikasikan,
menganalisis, mengintegrasikan (sintesis), atau mengevaluasi informasi
yang dikumpulkan melalui proses pengamatan, pengalaman, refleksi,
pemberian alasan (reasoning) atau komunikasi sebagai dasar dalam
menentukan tindakan adalah tuntutan bagi seorang perawat
professional.

Berpikir kritis dapat muncul kapan pun dalam  peroses penilaian,


keputusan, atau penyelesaian masalah secara umum. Kapan pun
seseorang perawat  professional selalu berusaha untuk mengetahui apa
yang perlu dipercaya dan apa yang perlu diketahui alasannya. Proses
pengolahannya melalui usaha dan reflektif seperti membaca, menulis,
berbicara dan mendengar. Semua harus dilakukan  secara kritis.

1.2 Rumusan Masalah


1 Apa itu berfikir kritis dan bagaimana konsep berpikir kritis dalam
keperawatan?
2 Bagaimana Proses Berpikir Kritis?
3 Tipe berpikir apa saja yang membentuk berpikir kritis dalam
keperawatan?
4 Bagaimana penerapan konsep berpikir kritis pada tahap
pengkajian dalam asuhan keperawatan?

1.3 Tujuan
1. Apa itu berfikir kritis dan bagaimana konsep berpikir kritis dalam
keperawatan?
2. Bagaimana Proses Berpikir Kritis?
3. Tipe berpikir apa saja yang membentuk berpikir kritis dalam
keperawatan?
4. Bagaimana penerapan konsep berpikir kritis pada tahap
pengkajian dalam asuhan keperawatan?

 Menjelaskan model berpikir kritis tahap dalam keperawatan.


 Menjelaskan pemikiran yang dibutuhkan untuk menjadi seorang
perawat yang hebat.
 Mendemonstrasikan kemampuan untuk menentukan petunjuk
dan membuat petunjuk tersebut menjadi masuk akal pada tahap
pengkajian dalam proses asuhan keperawatan.
BAB II

ISI

2.1 Konsep Berpikir Kritis Dalam Keperawatan

Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan sebuah komponen


esensial dalam tanggung gugat professional dan asuhan keperawatan
yang bermutu. Para pemikir kritis dalam keperawatan memperlihatkan
kebiasaan berpikir seperti percaya diri, perspektif kontekstual, intuisi,
berpikir terbuka, tekun, dan refleksi. Mereka melatih keterampilan
kognitif dalam menganalisis, menerapkan standar, membedakan,
mencari informasi, memberi alasan logis, memperkirakan, dan
mengubah pengetahuan.

Singkat kata dari konsep berpikir kritis dalam keperawatan adalah


”proses mengatasi permasalahan keperawatan dengan proses usaha
yang sangat teliti supaya kesimpulannya akurat”.

2.2 Proses Berpikir Kritis

Proses berpikir kritis  bermula dari ilmu  pengetahuan. Semua


dimulai dengan mengetahui serta meningkatkan pemahaman mengenai
topik yang sedang dipikirkan. Contoh, jika kita berpikir mengenai
bagaimana cara memperbaiki mesin, kita pasti memerlukan
pengetahuan  mengenai cara kerja mesin dan sumber permasalahan
sehingga terjadi kerusakan dengan data fakta yang ditemukan.
Pada proses ini terjadi usaha  meningkatkan pemahaman. Yang
terjadi dalam proses ini adalah  seseorang mengerti tentang apa yang
dipikirkannya. Jika tidak memahami apa yang kita pikirkan, maka kita
sesungguhnya tidak dapat memikirkannya secara efektif.

Langkah berpikir kritis adalah menerapkan pikiran ke dalam tindakan


atau  aplikasi. Jika kita  tidak dapat mengaplikasikan pemikiran dan
pengetahuan pada kehidupan nyata, menerapkannya untuk hal yang
bermanfaat bagi kehidupan,  maka sesungguhnya kita belum
mengetahui dengan benar mengenai  pentingnya memikirkan suatu.
Karena prinsip ini maka kemampuan berpikir yang ideal adalah
dikuatkan dengan kemampuan memanfatkan atau merealisasikan
pikirkan ke dalam bentuk tindakan.

Jika langkah pemikiran seperti ini dapat dilalui, maka keterampilan


lanjutan yang perlu ditingkatkan adalah menganalisis   topik pemikiran.
Menganalisis berarti membagi atau memecah  informasi ke dalam
kategori dan sub kategori. Memilih dan memilah berbagai hal yang
masuk ke dalam bagian yang lebih penting sehingga dapat
mengelompokan berdasarkan ciri yang sejenis, misalnya bagian penting
dan kurang penting, bagian yang kuat atau yang lemah, atau
mengelompokan dengan pendekatan yang  lainnya.

Langkah terakhir berpikir kritis adalah berkir sintesis. Ini adalah


langkah dalam mengorganisir, menyusun konsep, menggubah
(menyusun), dan menciptakan hal baru yang anda kembangkan dari
yang sudah ada.
Semula banyak orang bersepkat bahwa puncaknya berpikir kritis
adalah evaluasi. Lihat kembali produk pikiran akhir yang kita hasilkan..
Jika kita menyukainya, maka tuntaskan.  Jika tidak, kembali ke langkah
awal dengan sasaran dan tujuan yang berbeda. Ingatlah, jangan
menyelesaikan sesuatu yang anda tidak  sukai karena akhirnya tidak
akan menghasilkan pemikiran atau penerapan yang anda sukai,. Jika
suka maka lanjutkan untuk menggunakannya.

Perlu kita perhatikan bahwa sejalan dengan semakin tingginya nilai


peradaban manusia, maka kemampuan berpikir level evaluasi ternyata
tidak menjadi pemuncak, kini ditegaskan puncaknya kemampuan
berpikir terletak pada kecakapan mengubah pikiran menjadi karya yang
kreatif yang berguna untuk membangun kehidupan yang lebih baik,
itulah yang disebut dengan berpikir kreatif.

Langkah – langkah sederhana ini telah  dideskripsikan dalam


beberapa tahap seperi yang dijelaskan  oleh Wolcott dan Lynch.  Jika
proses ini digunakan di sekolah , maka siswa memulai
mengembangkan kemampuan berpikir  kritis dengan mengikuti langkah-
langkah pnegembangan pada setiap tahap seperti di bahwa ini.

Langkah 1: Mengidentifikasi masalah, informasi yang relevan


dan semua dugaan tentang masalah tersebut. Ini termasuk kesadaran
akan kemungkinan adanya lebih dari satu solusi.

Langkah 2: Mengeksplorasi interpretasi dan mengidentifikasi


hubungan yang ada. Ini termasuk mengenali bias/prasangka yang ada,
menghubungkan alasan yang terkait dengan berbagai alternatif
pandangan dan mengorganisir informasi yang ada sehingga
menghasilkan data yang berarti.

Langkah 3: Menentukan prioritas alternatif yang ada dan


mengkomunikasikan kesimpulan. Ini termasuk proses menganalisis
dengan cermat dalam mengembangkan panduan yang dipakai untuk
menentukan faktor, dan mempertahankan  solusi yang terpilih.

Langkah 4: Mengintegrasikan, memonitor dan menyaring


strategi untuk penanganan ulang masalah. Ini termasuk mengetahui
pembatasan dari solusi yang terpilih dan mengembangkan sebuah
proses berkelanjutan untuk membangkitkan dan menggunakan
informasi baru.

2.3 Tipe berpikir kritis dalam keperawatan

Ada 5 model berpikir yang dikembangkan untuk mewakili berpikir


kritis dalam keperawatan. Kelima model tersebut dapat mudah diingat
dengan kata T.H.I.N.K. sebagai sarana pengingat, yaitu Total recall (T),
Habits (H), Inquiri (I), New ideas and creativity (N), dan Knowing how
you think (K).

1. Total Recall (T)

Ingatan total berarti mengingat beberapa fakta atau mengingat


tempat dan bagaimana cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan.
“Fakta” keperawatan berasal dari banyak sumber seperti isi pelajaran
yang diajarkan di kelas, informasi dalam buku, hal-hal yang dikatakan
pasien atau orang dekat pasien kepada perawat, data pasien yang
dikumpulkan melalui indra, dan lainnya. Fakta-fakta ini disimpan dalam
ingatan, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini
berguna terutama saat perawat harus melakukan tindakan cepat yang
membutuhkan keterangan pasien.

2. Habits (H)

Kebiasaan adalah pendekatan berfikir yang sering kali diulang


sehingga menjadi sifat alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-cara
yang dapat diterima dalam melakukan segala hal, yang berhasil,
menghemat waktu, atau diperlukan. Kebiasaan memungkinkan
seseorang melakukan suatu tindakan tanpa harus memikirkan sebuah
metode baru setiap kali bertindak. Dan kadang kala kebiasaan dapat
ditelusuri kembali asal pemikirannya dengan mudah. Namun, ada
kebiasaan yang asal pemikirannya tidak jelas. Ini adalah proses intuitif,
yaitu sebagai sebuah reaksi dari dalam diri. Dalam konteks ini seorang
perawat harus membiasakan dirinya untuk bertindak sesuai ilmu dan
prosedur keperawatan yang dipelajarinya sehingga menjadi sebuah
kebiasaan yang menunjukan sikap kritis yang tertanam dalam asuhan
keperawatannya.

3. Inquiry (I)

Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan


mempertanyakan isu yang mungkin segera tanpak dengan jelas. Ini
merupakan jenis berpikir yang sangat penting untuk mencapai
kesimpulan dalam asuhan keperawatan. Inti dari penyelidikan itu adalah
proses mengumpulkan data dan menganalisis informasi untuk
menegaskan atau membuat kesimpulan tambahan di luar dari
kesimpulan yang telah ada.
4. New Ideas and Cretivity (N)

Ide baru dan kreativitas merupakan model berpikir yang sangat


khusus bagi seorang perawat professional. Berpikir kreatif berada di
ujung spektrum yang berlawanan dari model kebiasaan (Habits). Model
ini sangat penting dalam keperawatan karena merupakan akar dari
asuhan yang diindividualisasi atau asuhan yang sesuai dengan
spesifikasi klien. Banyaknya hal yang dipelajari perawat yang harus
digabungkan, disesuaikan, dan dikerjakan ulang untuk menyesuaikan
dengan setiap situasi klien menuntutnya untuk menggunakan model ini.

5. Knowing How You Think

Mengetahui bagaimana anda berpikir adalah model T.H.I.N.K. yang


terakhir. Berpikir tentang pemikiran disebut “metakognisi”. “Meta” berarti
“diantara dari” dan “kognisi” berarti “proses mengetahui”. Model ini akan
membantu seorang perawat dalam berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan profesional lain dimana hal ini sangat dibutuhkan demi
keberhasilan asuhan keperawatan yang dilakukan.

2.4 Penerapan konsep dan model berpikir kritis pada tahap


pengkajian dalam asuhan keperawatan

Mengumpulkan dan menganalisis data serta menarik kesimpulan


merupakan aktivitas-aktivitas pada fase pengkajian dalam proses
asuhan keperawatan. Perawat mencari petunjuk-petunjuk mengenai isu
dan masalah kesehatan klien. Begitu petunjuk ditemukan, petunjuk
tersebut divalidasi (diperiksa keakuratannya) dan dikumpulkan sehingga
memiliki pola yang bermakna untuk di identifikasi.

Proses Asuhan Keperawatan

Pengumpulan Data
Langkah 1 Pengkajian Validasi Data
Identivikasi
Pola/Masalah
Langkah 2 Diagnosa

Langkah 3 Pencanaan

Gambar; Proses Pengkajian


Langkah 4
Pelaksanaan

Langkah 5 Evaluasi

Harus diketahui bahwa pengumpulan dan analisis data harus terjadi


secara simultan. Pengumpulan data adalah proses menemukan
petunjuk-petunjuk, dan analisis data adalah menemukan makna dari
petunjuk-petunjuk tersebut. Kedua aktivitas tersebut harus terjadi
secara serentak, dan kelima model T.H.I.N.K. serta langkah-langkah
berpikir kritis harus digunakan untuk mendapatkan kesimpulan
pengkajian yang akurat.

Pendekatan berpikir kritis klasik untuk mengumpulkan data adalah


dengan menanyakan enam pertanyaan. Whon(siapa), what (apa),
where (dimana), when (kapan), how (bagaimana), dan why (mengapa).
Misalnya, siapakah sumber data? Apakah tipe data? Di manakah data?
Kapankah data dikumpulkan? Mengapa data dikumpulkan?

a. Siapa

Pasien adalah sumber data utama dan orang yang dekat dengannya
merupakan sumber data tambahan yang meliputi anggota keluarga,
teman, rekan, tetangga, dan selanjutnya tenaga kesehatan lain juga
merupakan sumber data dan alat untuk memvalidasi data.

Model berpikir yang terutama dibutuhkan untuk siapa adalah


Kebiasaan (H) dan Penyelidikan (I). Perawat yang hebat selalu
menggabungkan kedua model itu ketika mengumpulkan data dan tidak
begitu saja menerima semua data tentang pasien melainkan selalu
memvalidasikannya terlebih dahulu kepada pasien secara langsung
demi keamanan dan kualitas keperawatan yang bermutu tinggi.

b. Apa

Tipe data apa yang tersedia untuk perawat? Ada dua cara untuk
mengklasifikasikan tipe data. Cara yang pertama adalah membedakan
antara data mentah dan data inferensi. Cara yang kedua adalah
membedakan membagi data mentah kedalam kategori subjektif dan
objektif.

Data mentah adalah data petunjuk subjektif dan juga petunjuk


objektif. Dan inferensi adalah penilaian tentang data yang merupakan
kesimpulan kecil. Adapun data objektif, juga disebut “tanda”, adalah
seluruh petunjuk yang dikumpulkan melalui panca indra perawat
termasuk juga observasi deskriptif dan hasil pengukuran. Sementara
data subjektif, disebut juga “gejala”, adalah berupa kutipan langsung
dari pasien atau orang terdekat pasien yang didapatkan melalui
interaksi dengan mereka.

Model berpikir yang terutama digunakan untuk petunjuk apa adalah


ingatan total, kebiasaan, dan penyelidikan. Salah satu kebiasaan yang
bermanfaat adalah memastikan keseimbangan antara data subjektif dan
objektif yang terkumpul. Mengumpulkan data mentah dan memvalidasi
setiap kesimpulan juga adalah kebiasaan seorang perawat professional.

c. Di mana

Di mana data dikumpulkan tergantung pada lokasi fisik dan keadaan


sekitarnya. Ketersediaan jenis data yang berbeda bergantung pada
apakah pasienberada dalam area perawatan jangka panjang atau area
perawatan akut, klinik, sekolah, tempat kerja, atau rumah.

Model berpikir yang terutama digunakan untuk petunjuk di mana


juga adalah ingatan total, kebiasaan, dan penyelidikan. Menemukan
petunjuk di lingkungan pasien membutuhkan kebiasaan tentang
kesadaran yang terus menerus terhadap “gambaran luas”, atau melihat
pasien sebagai individu unik dalam system yang lebih besar. System
yang lebih besar antara lain ruang fisik, keluarga, dan komunitas.
Sebuah pemahaman yang luas mengenai manusia dan bagaimana
mereka berinteraksi dengan lingkungannya adalah hal yang penting
untuk dapat mengenali petunjuk dan menemukan arti dari petunjuk-
petunjuk tersebut. Pemahaman ini datang dari ingatan total tentang
informasi-informasi yang telah dipelajari dalam pendidikan seperti
sosiologi, psikologi, dan ilmu keperawatan. Sementara penyelidikan
membantu perawat mempertanyakan data lingkungan dan relevansinya
terhadap kesehatan pasien.

d. Kapan

Pengumpulan data dilakukan setiap perawat bertemu dengan


pasien, dari mulai pasien masuk sampai pulang. (T) (H) (I) (N) adalah
semua model berpikir yang dibutuhkan.mengobservasi dan
mendengarkan perlu menjadi kebiasaan yang terasah dengan baik.
Namun, kebiasaan mengumpulkan data sepanjang waktu itu adalah hal
yang tidak efektif kecuali perawat menyatukan potongan-potongan data
dan menemukan maknanya dengan menggunakan penyelidikan. Ide
baru dan kreativitas digunakan ketika perawat mengambil keuntungan
dengan mengumpulkan data bukan pada waktu yang “biasa” untuk
mengumpulkan data.

e. Bagaimana

Ada pelajaran yang lengkap mengenai bagaimana mengumpulkan


data; sejak dahulu,pelajaran itu berjudul “pengkajian kesehatan”.
Seluruh model T.H.I.N.K. diperlukan untuk menentukan bagaimana cara
terbaik dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Ingatan total
adalah hal yang penting untuk mengorganisasikan pengumpulan data
dan untuk mengetahui hal apa yang ditanyakan, diobsevasi, dan di
ukur. Membentuk hubungan terapeutiksebelum mengumpulkan data
harus menjadi sebuah kebisaan. Bagaimana menggunakan instrument
pengumpulan data, seperti thermometer dan manset tekanan darah
secara tepat dan aman juga harus menjadi kebiasaan. Penyelidikan
adalah hal yang penting untuk membuat percabangan dan
mengumpulkan DETAIL karena perawat harus terus menerus bertanya
ke diri sendiri apakah data perlu dikembangkan. Ide baru dan kreativitas
dibutuhkan untuk menentukan bagaimana mendapatkan informasi
dalam situasi pasien yang tidak biasa. Penggunaan model mengetahui
bagaimana anda berpikir akan membantu perawat pemula untuk
mengembangkan rasa nyaman dalam mengumpulkan dan menganalisis
data. Cara berpikir setiap perawat mempengaruhi hal-hal seperti
bagaimana dan kapan data dicatat, bagaimana terstrukturnya proses
pengumpulkan data yang diperlukan, serta seberapa mudah mengenali
data yang relevan.

Kategori dasar teknik ini adalah interaksi, observasi, dan


pengukuran.

 Interaksi

Interaksi adalah metode untuk mengumpulkan petunjuk subjektif.


Setidaknya ada dua teknik interaksi yang spesifik yang
mendemontrasikan keterampilan berpikir yang baik, yaitu: teknik
“percabangan” dan teknik “DETAIL”.
Kata percabangan telah dapat menjelaskan teknik itu sendiri.
Respons verbal pasien menstimulasi perawat yang berpikir untuk
mengajukan pertanyaan yang, bila dijawab, dapat mengklarifikasi atau
memvalidasi potongan informasi yang pertama. Percabangan sangat
membantu untuk mengumpulkan data-data yang
berhubungan,mengorganisasikan data, menemukan pola, dan
menemukan makna data.

Keterampilan interaksi yang kedua untuk pengumpulan data adalah


D.E.T.A.I.L. yang merupakan sarana pengingat lain yang menghasilkan
lebih banyak pertanyaan tipe percabangan jika pasien telah memiliki
area persoalan yang teridentifikasi. Kategori pengumpulan data dalam
sarana ini adalah sebagai berikut:

“D”, Date of onset and course ( waktu awitan dan


perkembangannya), menyediakan data riwayat dan kronologis yang
berguna dalam menentukan sifat persoalan kesehatan yaitu akut atau
kronis. Respon pasien yang umum terhadap pertanyaan kategori ini
adalah: “nyeri terasa kemarin,” “nyeri terjadi sejak tiga hari yang lalu,”
“nyeri lebih parah ketika dirasakan,” “nyeri secara bertahap menjadi
lebih buruk,” atau “saya baik-baik saja di pagi hari, tetapi pada malam
hari nyeri ini membuat saya merasa kesakitan.”

“E”, Exact location (lokasi yang tepat), menyediakan data


anatomik. Respons pasien yang umum adalah: “seluruh bagian atas
kepala saya terasa sakit,” “hanya satu tempat yang sakit disebelah sini,”
“nyeri ini agaknya ada diseluruh tubuh saya,” atau “tepat di belakang
lutut saya.”
“T”, Terms [patienst’s] for description of quality and quantity
(istilah [yang digunakan pasien] untuk menjelaskan kualitas dan
kuantitas), menyediakan bagaimana persepsi pasien tentang bentuk
keparahan dan isu atau masalah. Respons umum pasien adalah:
‘seperti ditusuk,” “seperti nyeri tumpul,” atau “dalam skala 1 sampai 10,
dengan 10 adalah yang terburuk, maka yang saya rasakan adalah 12”.

“A”, Aggravating and alleviating factor (factor-faktor yang


memperburuk dan meringankan), membantu mengidentifikasi hal-hal
yang membuat masalah menjadi lebih buruk dan lebih baik. Respipons
umum pasien adalah: “cahaya yang terang benar-benar membuatnya
bertambah buruk,” “obat yang diresepkan oleh dokter sedikit
membantu,” atau “ruangan yang kecil dengan asap rokok adalah tempat
yang memperburuk penyakit saya.”

“I”, Intersystem connection (penyambung antar sistem),


menyediakan informasi mengenai hal lain yang terjadi pada individu
tersebut di saat yang bersamaan. Termasuk respons pasiens yang
umum adalah: “ketika saya mengalami infeksi sinus, hal-hal yang lain
menjadi berantakan juga,” atau “saya mengalami kontipasi karena
obat.”

“L”, Listening to the patient’s interpretation (mendengarkan


interpretasi pasien), selalu merupakan saran yang baik. Pasen adalah
sumber data utama, tetapi persepsi pasien mengenai penyebab
masalah dan hal yang memperburuk masalah dapat dengan mudah
dilupakan. Sering kali pasien tidak memberikan interpretasi mereka
berpikir bahwa perawat lebih tahu tentang hal itu. Namun, bila
ditanyakan secara langsung, pasien dapat memberikan pemikiran yang
berguana seperti “saya pikir bahwa saya hanya terlalu stress sehingga
tidak dapat tidur dengan nyenyak,” “sepertinya saya mengalami infeksi
sinus,” atau “anak saya akan lahir sekarang!”

 Observasi

Observasi adalah suatu metode bagaimana untuk mengumpulkan


data objektif. Semua orang melakukan observasi setiap harinya.
Beberapa orang sangat penuh perhatian; sedangkan yang lain tidak.
Perawat harus sangat penuh perhatian dan memiliki keterampilan
observasi yang baik setiap waktu. Ketika bersama pasien perawat harus
memperhatikan pasien dan lingkungan.

Hal-hal yang harus dilakukan perawat saat obsevasi sangat banyak


diantaranya perilaku nonverbal pasien, warna kulit, perilaku makan,
perilaku tidur, kondisi gigi, dan hal-hal yang membahayakan yang ada di
lingkungan.

 Pengukuran

Teknik bagaimana yang ketiga adalah pengukuran untuk


mengumpulkan data objektif. Pengukuran biasanya dianggap sebagai
teknik yang paling tepat diantara tiga teknik pengumpulan data karena
mengukur data melalui instrument khusus yang meningkatkan kelima
alat indra perawat.

f. Kenapa

Jawaban dari pertanyaan kenapa dapat ditemukan dalam alasan


pengumpulan data. Alasan pengumpulan data adalah mendapatkan
data mentah guna membuat kesimpulan yang valid. Pengumpulan dan
analisis data menjadi balok bangunan dari pemikiran yang akan
mengarah ke kesimpulan yang valid. Pikirkan mengenai hal tersebut!
Seberapa produktif dan amankah untuk menarik kesimpulan dari
sesuatu yang tidak ada? Keperawatan yang aman dan hebat menuntut
pemikiran selama pengumpulan data untuk membuat kesimpulan yang
akurat. Semua tipe berpikir T.H.I.N.K. dibutuhkan untuk menghasilkan
kesimpulan keperawatan. Kesimpulan yang akurat adalah hasil
pemikiran bermutu tinggi dari seorang yang mengetahui bagaimana ia
berpikir, memiliki ide baru dan kretivitas, berdasar pada penyelidikan
yang selalu berhubungan dengan ingatan total dan kebiasaan menjadi
seorang professional.

Demikianlah uraian mengenai konsep berpikir kritis pada tahap


pengkajian dalam proses asuhan keperawatan. Maka kita tahu bahwa
tugas perawat itu mirip sekali dengan detektif dimana keduanya sama-
sama mencari dan menganalisis petunjuk-petunjuk untuk
kepentingannya. Maka dikatakanlah bahwa perawat adalah “detektif
kesehatan.”

2.5 Contoh Studi Kasus Untuk Menstimulasi Model T.H.I.N.K

a. Studi kasus

Ken sedang melakukan rotasi klinis dirumah jompo. Pagi ini,


sebagian tanggung jawabnya adalah untuk memberi asuhan kepada
Ny. Poski, seorang pasien lansia berusia 82 tahun yang baru saja
masuk kerumah jompo.
Ny. Poksi datng ke fasilitas rumah jompo yang baik setelah
hospitalisasi singkat akibat malnutrisi. Ia adalah pensiunan guru piano
yang telah hidup mandiri sejak kematian suaminya 10 tahun yang lalu.
3 bulan lalu, setelah penderitaanya akibat “flu” setelah makan dan
kekuatannya telah menghilang. Berat badannya turun 9 kg yang
membuatnya dirawat dirumah sakit.

Ny. Poski memiliki 3 orang anak yang berkunjung secara teratur dan
mendukungnya untuk kembali kerumah setelah kekuatannya meningkat
dan asupan nutrisinya stabil. Ia adalah seorang wanita menyenangkan
yang kooperatif dan menyetujui rencana perawatan saat ini untuk
kesembuhannya. Anak lelakinya menggambarkan Ny. Poski sebagai
orang yang sangat mudah bersosialisasi; ia menikmati berbagai
aktivitas dan interaksi dengan orang lain. Namun, perawat telah
mengobservasi bahwa Ny. Poski sedikit berinteraksi dengan pasien lain
dan menghabiskan banyak waktu sendirian didalam kamarnya. Ketika
ditanyai tentang perubahan yang jelas nyata dalam pola sosialisasinya
ini, ia mengatakan bahwa ia hanya tidak ingin mengganggu orang lain
dengan meminta mereka mengulangi perkataan yang tidak dapat
didengarnya. Ny. Poski mengalami kesulitan mendengar. Ia mengakui
bahwa pendengarannya memburuk sejak ia terkena flu dan ia merasa
harus memeriksakan telinganya. Namun, ia beranggapan bahwa ia
harus menunggu sampai tiba dirumah untuk membuat perjanjian
dengan dokter spesialis telinga.

Ny. Poski sadar dan terorientasi dengan baik. Diagnosis medisnya


adalah osteoarthritis dan malnutrisi. Obat-obatannya saat ini adalah
ibuprofen 200 mg qid dan multivitamin, 1 qd ia mengenakan kacamata
untuk membaca dan tidak menggunakan gigi palsu. Tanda-tanda
vitalnya pagi ini adalah: tekanan darah=106/78 mm Hg; nadi=78
kali/menit; pernapasan= 18 kali/menit; suhu=37 derajat celcius. Ia tidak
memiliki edema atau napas pendek dan tidak memiliki riwayat merokok
atau penyalahgunaan alcohol. Berat badannya saat ini adalah 43 kg.
dengan tinggi badan 160cm, berat badan idealnya 54kg± 10%.
Sebelum flu, berat badannya adalah 51kg. walaupun berat badannya
bertambah 1,3kg sejak ia tiba dirumah jompo, selera makanannya
masih tetap buruk sampai cukup. Ia memakan 50% sampai 75%
makanan yg diberikan. Ia dapat mengendalikan defekasi dan
berkemihnya serta menyangkal memiliki masalah konstipasi. Ia sering
mengalami diare sejak ia mengalami “flu” dan tetap diare 1 minggu
sesudahnya. Kekuatan dan stamina Ny. Poski terus menerus menurun
sejak flu, tetapi kekuatan dan staminanya meningkat setelah menjalani
terapi fisik 5 kali seminggu setelah asupan makanannya meningkat.
Gaya berjalannya tidak mantap dan keseimbangannya buruk pada saat
berpindah dari kursi roda ketempat tidur. Ia mampu mandi dan
menggunakan pakaiannya sendiri dengan bantuan sedang. Kulitnya
utuh tetapi rapuh.

b. PENGKAJIAN

Proses pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan analisis data.


Analisis data meliputi pengenalan bagian-bagian data yang penting,
melihat hubungan diantara bagian-bagian data dan kelompok data,
serta menarik kesimpulan.
 Pengumpulan Data

Ken mulai memberi asuhan kepada Ny. Poski dengan


mendengarkan laporan serah terima sif di pagi hari dan membaca
catatan medis dan keperawatan Ny. Poski. Data ini disebut data pra-
pertemuan. Ia melanjutkan pengumpulan data dengan berbicara pada
(mewawancarai) Ny. Poski, mengobservasi Ny. Poski selama
wawancara, dan melakukan pemeriksaan (mis., mengukur tekanan
darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan, dan suhu tubuh).

 Analisis Data

Untuk permulaan, Ken menerima seluruh kesan pertamanya. Ny.


Poski mengingatkan Ken akan bibinya yang bernama bibi Millie. Ia
berpikir: jika ia adalah bibi Millie, saya tahu ia menginginkan asuhan
keperawatan yang baik dan saya juga menginginkannya untuk bibi
Millie. Ken memikirkan tentang apa yang melintas dalam benaknya; ia
tahu bahwa jika ia bisa benar-benar bepikir seperti pasien, ia akan
berpikir lebih jelas dan lebih efisien. Jika ia tidak begitu menyukai
pasiennya, ia akan meluangkan lebih banyak waktu untuk memastikan
bahwa ia bersikap baik karena ia takut perasaannya terhadap pasien
akan terlihat sebagai hal yang negatif. (Ken mendemonstrasikan model
MENGETAHUI BAGAIMANA ANDA BERPIKIR).

Secara keseluruhan, ia pikir, Ny. Poski telah semakin membaik dan


memiliki dukungan keluarga yang bagus. Ia orang yang menyenangkan,
tetapi ia menyimpannya sendiri. Isolasi diri, nutrisi, dan kesulitannya
untuk berpindah adalah area-area persoalan yang memerlukan lebih
banyak pemikiran. Semua pikiran itu adalah dugaan awal yang
digunakan untuk memandu pengumpulan data lebih lanjut dan
memperhalus kesimpulannya.

 Membandingkan Data Dengan Nilai Normal

Selanjutnya, Ken memikirkan informasi yang telat ia miliki. Manakah


informasi yang normal ? ia mengingat (INGATAN TOTAL) pengetahuan
yang ia peroleh dari kuliah kerjanya untuk memutuskan apa yang
standar (normal) bagi sebagian besar orang, tetapi ia juga memeriksa
apakah hal itu normal bagi Ny. Poski. Ia memutuskan bahwa data
berikut tidak normal, atau paling tidak diragukan, dan oleh karna itu
disebut sebagai “Data relevan”.

Berat badan menurun 9 kg selama terkena “flu”

TB 163 cm dengan BB 43 kg

Mengonsumsi 50%-75% porsi makanan

Cara jalan tidak mantap

Keseimbangan buruk

Menghabiskan waktu sendirian

Pendengaran memburuk

Sulit mendengar

Nafsu makan buruk sampai cukup

Kekuatan menurun
Stamina menurun

Interaksi sedikit

Tidak ingin merepotkan orang lain

tidak mampu mandi dan berpakaian sendiri

Ken harus menggunakan ingatan total mengenai penuaan saat


perkuliahan sehingga dapat diketahui beberapa resiko normal yang
menyertainya sampai Ken meninjau kembali semua datanya sebagai
model mengetahui bagaimana anda berpikir dan munculah ide di
kepalanya.ia akan termotivasi untuk menyelidiki hal lain yang harus ia
pertimbangkan. Selanjutnya dibawah ini terdapat lima klaster data yang
pertama kali dibentuk Ken.

Klaster

TB 163cm dan BB 43kg

Selera makanan buruk sampai cukup

Berat badan turun 9kg selama terkena “flu”

BB naik 1,3kg selama dirumah jompo

Mengonsumsi 50% sampai 75% porsi makan

Kekuatan dan stamina menurun

Cara jalan tidak mantap


Keseimbangan buruk

Tidak mampu berpakaian dan mandi sendiri

Sedikit berinteraksi

Menghabiskan banyak waktu sendirian

Tidak ingin merepotkan orang lain

Sulit mendengar

Pola sebelumnya yang sangat mudah bersosialisasi

Menganggap ia harus menunggu untuk membuat perjanjian dengan


dokter spesialis telinga

Sulit mendengar

Keluarga mendukung

Gaya hidup mandiri

Tertarik dengan music

Tanda-tanda vital stabil

Berkomunikasi secara efektif

Sadar secara mental dan terorientasi dengan baik

Pertambahan berat badan baru-baru ini sebanyak 1,3kg

 Kesimpulan
Selain mencatat klaster data yang mendukung kesimpulannya, ia
membuat bagan kesimpulan sebagai berikut.

1. Kekuatan (pasien):
Riwayat sosialisasi terdahulu
Partisipasi dalam terapi fisik
Asuhan makanan meningkat
Keluarga mendukunng
Tanda-tanda vital STABIL
Kulit utuh
Mampu mengontrol eliminasi
Tertarik dalam bidang seni
Keterampilan komunikasi efektif
Sadar dan terorientsi secara mental
(Ken menyadari bahwa banyak kekuatan Ny. Poski dapat
dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam diagnosis sejahtera,
tetapi ia memutuskan untuk membicarakan hal itu dengan
pembingbingnya sebelum ia membuat Diagnosis Sejahtera.

II. Persoalan kesehatan:


A. Masalah rujukan
Kehilangan pendengaran progresif (rujuk ke dokter umum)
B. Masalah interdisiplin
Kekuatan dan stamina menurun (terapi fisik)
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan selera makan skunder akibat “flu” (ahli gizi)
C. Diagmosis keperawatan (masalah dan factor terkait)
Kurang perawatan diri: mandi dan berpakaian berhubungan dengan
kelemahan umum skuder akibat penurunan nutrisi dan diare
berkepanjangan setelah “flu.”
Isolasi social berhubungan dengan bertambahnya kehilangan
pendengaran dan tidak ingin merepotkan orang lain.

Risiko cedera berhubungan dengan kelemahan umum,


keseimbangan yang buruk, dan pemindahan yang tidak stabil dari
tempat tidur ke kursi roda.

Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi,


kulit yang mudah rusak, dan nutrisi yang tidak adekuat.
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan

Berpikir Kritis (critical thinking) dalam keperawatan berhubungan


dengan pengambilan keputusan (decision making), perencanaan
stratejik (strategic planning), proses ilmiah (scientific process), dan
pemecahan masalah (problem solving). Ada lima model berfikir yang
secara kolektif, mewakili berpikir kritis dalam keperawatan yang
disingkat dengan kata THINK [Total recall (T), Habits (H), Inquiri (I),
New ideas and creativity (N), dan Knowing how you think (K)]. Semua
model tersebut dapat teraplikasikan dengan pendekatan 5W1H dalam
proses asuhan keperawatan terutama pada tahap pengumpulan dan
menganalisis data. Semua itu menggambarkan criteria perawat
professional yang hebat.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai