Anda di halaman 1dari 15

MENERAPKAN CARA BERPIKIR KRITIS DAN PENGAMBILAN

KEPUTUSAN

A. Berpikir kritis
Sebelum kita mengetahui apa itu pengertian berpikir kritis
ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai pengertian
berpikir. Tri Rusmi dalam Perilaku Manusia (1996), mengatakan
berpikir adalah suatu proses sensasi, persepsi, dan memori/
ingatan, berpikir mengunakan lambang (visual atau gambar), serta
adanya suatu penarikan kesimpulan yang disertai proses
pemecahan masalah. Berpikir adalah menggunakan pikiran dan
mencakup membuat pendapat, membuat keputusan, menarik
kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995 ). Jadi yang
merupakan pengertian berpikir merupakan suatu proses yang
berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu
rangkaian pikiran dan persepsi.
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau
individu dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi
informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan
berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan dan
pengalaman (Pery & Potter,2005). Menurut Bandman dan
Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional
terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran,
masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992),
bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan
pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan
menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-pandapat
tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya
perspektif/ pandangan baru. Berpikir kritis adalah suatu proses
berpikir sistematik yang penting bagi seorang profesional. Berpikir
kritis akan membantu profesional dalam memenuhi kebutuhan

1
klien. Berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah-
sasaran yang membantu individu membuat penilaian berdasarkan
data bukan perkiraan (Alfaro-LeFevre 1995).
Berpikir kritis berdasarkan pada metode penyelidikan ilmiah,
yang juga menjadi akar dalam proses keperawatan. Berpikir kritis
dan proses keperawatan adalah krusial untuk keperawatan
profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik
untuk pemecahan masalah. Berpikir kritis adalah proses
perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional
dan cermat. Menjadi pemikir kritis adalah sebuah denominator
umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran
yang disiplin dan mandiri. Pengetahuan didapat, dikaji dan diatur
melalui berpikir. Keterampilan kognitif yang digunakan dalam
berpikir kualitas-tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi-diri,
berpikir ulang, oposisi, tantangan, dan dukungan (Paul, 1993).
Berpikir kritis mentransformasikan cara individu memandang dirinya
sendiri, memahami dunia. dan membuat keputusan (Chafee 1994).

1) Model Berpikir Kritis


Model T.H.I.N.K dikemukakan oleh Rubenfeld & Scheffer
(2006). Model T.H.I.N.K menjelaskan berpikir kritis merupakan
perpaduan dari beberapa aktivitas berpikir yang terkait dengan
konteks situasi ketika proses berpikir tersebut terjadi. Berpikir kritis
merupakan proses kompleks yang jauh dari berpikir lurus.
Walaupun berpikir kritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian
untuk dipelajari, komponen-komponennya harus “dilekatkan
kembali” agar penggunaannya optimal.
a. Ingatan Total (T)
 Mengingat kembali fakta-fakta atau mengingat kembali
dimana serta bagaimana menemukannya bila diperlukan.
 Fakta dapat berasal dari buku, hasil pengkajian, lingkungan.

2
 Kemampuan mengakses pengetahuan: disimpan dalam
ingatan estela dipelajari.
 Tiap orang memiliki fakta dalam ingatannya.
 Total recall tergantung kemampuan memory.
b. Kebiasaan (H)
 Berpikir secara berulang-ulang sehingga jadi kebiasaan/things
I do without thinking.
c. Penyelidikan (I)
 Mengkaji issue dengan mendalam dan mananyakan yang
tampak tidak jelas.
 Menggali dan menanyakan segala sesuatu yang berkaitan
dengan fakta sesuai dengan asumsinya.
 Cara utama untuk membuat kesimpulan
 Berpikir induktif.
d. Ide dan kreativitas (N)
 Kebalikan dari habits
 Segala sesuatu yang sudah dipelajari, digabung, dikaitkan dan
diterapkan pada situasi yang unik
e. Mengetahui bagaimana anda berpikir (K)
 Dimulai dengan menggunakan refleksi diri
 Digunakan untuk menyesuaikan pemikiran secara
terusmenerus ke konteks kebutuhan pasien dan area
pelayanan kesehatan yang selalu berubah
 Mempertimbangkan segala sesuatu dalam pikiran kita dan
berusaha keras untuk meningkatkan bagaimana kita berpikir
dan apa yang kita lakukan dengan berfokus pada apa yang
kita pikirkan, rasakan, dan lakukan dalam situasi tertentu
tersebut.

Model ini dirancang untuk peniaian keperawatan ditingkat


pelayanan, pengelolaan dan pendidikan. Ketika seorang perawat

3
berada di pelayanan, model ini mengemukakan lima komponen
berpikir kritis yang mengarahkan perawat untuk membuat rencana
tindakan agar asuahan keperawatan aman dan efektif.

1. Dasar Pengetahuan Khusus


Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori
dari ilmu pengetahuan alam, humaniora, dan keperawatan yang
diperlukan untuk memikirkan masalah keperawatan.
2. Pengalaman
Pengalaman klinis memberikan suatu sarana laboratorium
untuk menguji pengetahuan keperawatan. Benner (1984)
menuliskan bahwa perawat yang ahli memahami konteks dari
situasi klinis, mengenali isyarat, dan menginterpretasikannya
sebagai relevan atau tidak relevan. Tingkat kompetensi ini
datang dari pengalaman. Pelajaran terbaik yang harus
dipelajari oleh peserta didik keperawatan yang baru adalah
mengambil manfaat semua yang dialami klien. Menggunakan
salah satunya sebagai batu loncatan untuk membangun dan
mendapatkan pengetahuan baru, membuat perbandingan dan
kontras, dan merangsang pikiran inovatif.
3. Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang
digunakan perawat untuk membuat penilaian keperawatan.
Tiga tipe kompetensi:
a. Berpikir kritis umum
Berpikir kritis umum mencakup metoda ilmiah, pemecahan
masalah, dan pembuatan keputusan. Pemecahan masalah
mencakup mendapatkan informasi ketika terdapat
kesenjangan antara apa yang sedang terjadi dengan apa
yang seharusnya terjadi. Kemampuan memecahkan
masalah dalam suatu situasi memungkinkan perawat
menerapkan pengetahuan tersebut pada situasi klien

4
lainnya. Dalam membuat keputusan, individu memilih
tindakan untuk memenuhi tujuan. Keputusan yang harus
dibuat secara bebas dengan dasar nilai dan keinginan
individu. Sekali keputusan telah dibuat, individu harus yakin
bahwa keputusan tersebut adalah pilihan yang terbaik.
b. Berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis
Kompetensi yang tercakup disini adalah pertimbangan
diagnostik, kesimpulan klinis, dan pembuatan keputusan
klinis. Dalam pemeriksaaan diagnostik yang dilakukan untuk
pasien, perawat berperan membuat pengkajian
berkesinambungan berdasarkan masalah medis klien
(Carnevali & Thomas, 1993). Dalam hal ini perawat tidak
membuat diagnosa medis, perawat mencari tanda dan gejala
yang diantisipasi yang merupakan hal umum untuk
mendiagnosis, membantu membuat kesimpulan klinis
tentang kemajuan perawat. Misalnya: klien yang mempunyai
riwayat infark miokard (serangan jantung) harus dipantau
munculnya kekambuhan nyeri dada dan perubahan tanda-
tanda vital. Perawat harus mampu secara kritis untuk
menganalisa situasi klinis yang terus berubah sehingga
kebutuhan mendesak klien dapat diantisipasi. Ini merupakan
peran kolaburatif penting harus diterima perawat.
c. Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan.
Proses keperawatan merupakan pendekatan sistematis yang
digunakan untuk secara kritis mengkaji dan menelaah
kondisi klien, mengidentifikasi respon klien terhadap masalah
kesehatan, melakukan tindakan yang sesuai, dan kemudian
mengevaluasi apakah tindakan yang dilakukan telah efektif.
Pembuatan keputusan klinis untuk kelompok klien :
 Identifikasi masalah dari setiap klien.

5
 Bandingkan klien dan tetapkan masalah mana yang lebih
mendesak berdasarkan kebutuhan dasar, status klien
yang tidak stabil atau terus berubah, dan kompleksitas
masalah.
 Antisipasi waktu yang akan dibutuhkan untuk mencapai
prioritas masalah.
 Putuskan bagaimana cara membandingkan aktivitas
untuk memecahkan lebih dari satu masalah pada setiap
kesempatan.
 Pertimbangan bagaimana cara melibatkan klien sebagai
pembuat keputusan dan partisipan dalam perawatan.
4. Sikap untuk Berpikir Kritis
Sikap dalam hal ini adalah nilai yang harus ditunjukkan
keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu harus menunjukkan
ketrampilan kognitif untuk berpikir secara kritis dan penting
untuk memastikan bahwa ketrampilan ini digunakan secara adil
dan bertanggung jawab. Contoh sikap untuk berpikir kritis
adalah: tanggung gugat, berpikir mandiri, mengambil resiko,
kerendahan hati, integritas, ketekunan, dan kreativitas.
a. Tanggung Gugat
Sebagai perawat profesional, perawat harus mampu
membuat keputusan dalam berespon terhadap hak,
kebutuhan, dan minat klien. Perawat harus menerima
tanggung gugat untuk apapun penilaian yang dibuatnya
atas nama klien.
b. Berpikir Mandiri
Perawat belajar mempertimbangkan ide dan konsep
dengan rentang yang luas yang dilanjutkan dengan
membuat penilaian sendiri. Penilaian disertai dengan
penerimaan masukan dari orang lain, dengan catatan: ide
atau masukan dari orang lain tersebut harus disertai

6
dengan rasional serta jawaban yang logis. Berpikir mandiri
adalah inti dari riset keperawatan.
c. Mengambil Resiko
Keputusan yang telah diambil mempunyai resiko untuk
ditelaah kembali sehingg adibutuhkan niat dan kemauan
mengambil resiko untuk mengenali keyakinan apa yang
salah dan selanjutnya melakukan tindakan didasarkan pada
keyakinan yang didukung oleh fakta dan bukti yang kuat.
d. Kerendahan Hati
Pemikir kritis menerima bahwa mereka tidak mengetahui
dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang
diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat.
Kerendahan hati perlu dipersiapkan oleh seorang perawat
untuk mengetahui ketidakmampuannya untuk mengatasi
masalah praktik keperawatan. Perawat harus memikirkan
kembali situasi, mencari pengetahuan tambahan, dan
kemudian menggunakan informasi untuk membentuk
konklusi (kesimpulan). Kerendahan hati perawat akan
mendorong keinginan untuk berhadapan dengan perawat
yang lebih berpengalaman dan untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan untuk menangapi masalah klien
dengan tepat mendukung perawat menjadi dewasa secara
profesional.
e. Integritas
Orang yang mempunyai integritas dengan cepat
berkeinginan untuk mengakui dan mengevaluasi segala
ketidakkonsistenan dalam ide dan keyakinannya.
f. Ketekunan
Pemikir kritis harus bertekad untuk menemukan
pemecahan dan jalan keluar yang efektif untuk masalah
keperawatan klien. Perawat harus belajar sebanyak

7
mungkin mengenai masalah, mencoba berbagai
pendekatan untuk keperawatan dan terus menari sumber
tanbahan sampai pendekatan yang tepat.
g. Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan berpikir orijinal, hal ini
berarti menemukan jalan keluar dari masalah yang
ditemukan dengan cara yang lain. Misal: anggota keluarga
menderita artritis sehingga sakit jika digunakan untuk
membungkuk. Mensikap hal tersebut, keluarga memakukan
balok kecil di kaki kursi, hal ini dilakukan agar pasien tidak
perlu membungkuk jika akan duduk.
5. Standar
Kemampuan perawat untuk berpikir kritis terhadap
masalah klien, sehingga penting untuk menggunakan standar
berpikir kritis untuk memastikan bahwa keputusan yang tepat
telah dibuat. Standar profesional untuk berpikir kritis mengacu
pada kriteria etik untuk penilaian keperawatan dan kriteria
untuk tanggung jawab dan tanggung gugat profesional.
Penerapan standar mengharuskan perawat menggunakan
berpikir kritis untuk kebaikan individu atau kelompok (Kataoka-
Yahiro dan Saylor, 1994) Standar untuk berpikir kritis adalah
jelas, spesifik, konsisten, mendalam, komplet, mencukupi,
tepat, akurat, masuk akal, logis, luas, signifikan, terbuka.

2) Manfaat Berpikir Kritis


Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis
dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
 Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas
keperawatan sehari-hari.
 Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam
keperawatan.

8
 Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
 Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing
indikasi, penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.
 Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan
tindakan yang dilakukan.
 Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam
keperawatan.
 Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam
keperawatan.
 Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data
keperawatan.
 Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas
keperawatan.
 Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan
dan kesimpulan yang dilakukan.
 Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam
keperawatan.
 Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas
nilai-nilai keputusan.
 Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan
asuhan keperawatan.

3) Cara atau Langkah Berpikir Kritis


Berpikir secara kritis melibatkan suatu rangkaian
terintegrasi tentang kemampuan dan sikap berpikir. Individu
harus mampu menerima informasi, menggunakan ingatan
(memori) saat ini dan masa lalu, menerpkan logika dan alasan,
meninjau data dengan cara yang teratur, dan membuat
keputusan secara jelas dan kreatif. Adapun langkah berpikir
kritis yaitu:

9
1. Menentukan tujuan berpikir kritis (Purpose of thinking)
2. Menambah (mencukupi) pengetahuan yang diperlukan
(adequacy of knowledge).
3. Mengidentifikasi masalah potensial (Potential Problem)
4. Mengidentifikasi sumber pendukung (Helpful Resource)
5. Membuat keputusan yang kritis (Critique of
judgment/Decision)

B. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil
atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa
pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif
yang tersedia. Menurut James A. F. Stoner pengambilan keputusan
adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan
sebagai cara pemecahan masalah. Menurut Sondang P. Siagian
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis
terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan
yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan
adalah proses berpikir untuk memilih tindakan terbaik guna
mencapai tujuan yang diharapkan. Keputusan harus dibuat kapan
pun terdapat pilihan eksklusif bersama atau saat terdapat pilihan
untuk melakukan tindakan atau tidak.
Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan
Adapun langkah-langkah dalam proses pengambilan
keputusan yaitu:
1. Identifikasi tujuan
Perawat dapat mengidentifikasikan mengapa keputusan perlu
diambil dan kebutuhan yang perlu ditentukan.

10
2. Tetapkan kriteria
Ketika perawat menetapkan kriteria pengambilan keputusan, tiga
pertanyaan harus terjawab: apa hasil yang diharapkan, apa yang
perlu dipertahankan, dan apa yang perlu dihindari.
3. Timbang kriteria
Dalam tahap ini, pengambilan keputusan menetapkan prioritas
atau mengurutkan aktivitas atau layanan dengan urutan
kepentingan dari yang kurang penting sampai yang penting saat
dihubungkan dengan situasi khusus. Karena menimbang sifatnya
khusus terhadap situasi, aktivitas dapat diurutkan sebagai yang
paling penting pada satu situasi dan tidak penting pada situasi
yang lain.
4. Cari alternatif
Pengambilan keputusan mengidentifikasi semua cara yang
mungkin dilakukan untuk memenuhi kriteria tersebut. Pada
situasi klinis, alternatif dapat dipilih dari kisaran intervensi
keperawatan atau strategi perawatan klien. Nyeri dapat diatasi
dengan obat oral atau injeksi, jika perlu atau sesuai jadwal, atau
tanpa intervensi farmasi sama sekali, bahkan menggunakan
modalitas penyembuhan alternatif dan pelengkap (CAM).
5. Kaji alternatif
Perawat menganalisis alternatif untuk memastikan bahwa ada
penjelasan rasional objektif terkait kriteria yang ditetapkan untuk
memilih satu strategi yang lain. Untuk nyeri yang disebabkan
oleh prosedur (seperti pengangkatan benda asing), CAM
mungkin tidak cukup kuat meredakan nyeri dan obat oral
mungkin efektif, tetapi berkerja terlalu lambat, sehingga narkotik
IV mungkin menjadi pilihan terbaik.
6. Proyeksikan
Perawat memakai pemikiran kreatif dan skeptisisme untuk
menentukan konsekuensi negatif yang mungkin terjadi sebagai

11
hasil keputusan dan menyusun rencana untuk mencegah,
meminimalkan atau mengatasi semua masalah. Apabila narkotik
IV dipilih, prosedur keamanan apa yang harus ada, misalnya,
antidot narkotik dan oksigen tambahan.
7. Implementasikan
Rencana keputusan diimplementasikan. Terapi nyeri mulai
dilakukan.
8. Evaluasi hasil
Seperti semua asuhan keperawatan, dalam melakukaan
evaluasi, perawat menentukan keefektifan rencana dan
menetapkan apakah tujuan awal telah tercapai. Bagaimana klien
mengukur tingkat nyeri setelah prosedur.

C. CONTOH DAN APLIKASI DI BIDANG KEPERAWATAN


1) Contoh dan aplikasi berpikir kritis
Proses keperawatan adalah metode perencanaan dan pemberian
asuhan keperawatan individu yang sifatnya rasional dan sistemik. Fase
proses keperawatan yaitu: pengkajian, diagnosis, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.

Contoh penggunaan berpikir kritis dalam proses


keperawatan
Fase proses keperawatan Aktivitas berpikir kritis
Pengkajian  Melakukan observasi yang
andal Membedakan data
yang relevan dengan data
yang tidak relevan.
 Membedakan data yang
penting dan tidak penting
Memvalidasi data.
 Mengatur data
Mengelompokkan data

12
sesuai dengan kerangka
berpikir.
 Mengidentifikasi asumsi
Diagnosis  Menemukan pola dan
hubungan diantara petunjuk
 Mengidentifikasi celah pada
data
 Membuat kesimpulan
Menunda penilaian ketika
kekurangan data
 Menentukan hubungan
antar disiplin Menetapkan
masalah
 Mengkaji asumsi
 Membandingkan pola
dengan standar atau
kebiasaan
 Mengidentifikasi faktor yang
menimbulkan masalah
Perencanaan  Membentuk generalisasi
yang valid
 Memindahkkan
pengetahuan dari satu
situasi ke situasi lain
 Menyusun kriteria evaluasi
 Membuat hipotesis
Melakukan hubungan antar
disiplin
 Memprioritaskkan masalah
klien
 Mengeneralisasi prinsip dari

13
ilmu pengetahuan lain
Implementasi  Menerapkan pengetahuan
untuk melakukan intervensi
 Menguji hipotesis
Evaluasi  Memutuskan apakah
hipotesis benar
 Melakukan evaluasi
berdasarkan kriteria

2) Contoh dan aplikasi pengambilan keputusan


Proses pengambilan keputusan dan proses keperawatan
mempunyai beberapa kesamaan dan perawat menggunakan
pengambilan keputusan pada semua langkah proses
keperawatan. Adapun perbandingan antara proses
keperawatan dan proses pengambilan keputusan yaitu sebagai
berikut:

Perbandingan antara proses keperawatan dan proses


pengambilan keputusan
Proses pengambilan
Proses keperawatan
keputusan
Mengkaji Mengidentifikasi tujuan
Diagnosis
Merencanakan Menetapkan kriteria
Menimbang kriteria
Mencari alternatif
Mengkaji alternatif
Memproyeksikan
Mengimplementasikan Mengimplementasikan
Mengevaluasi Mengevaluasi hasil

DAFTAR PUSTAKA

14
Rubenfeld, M Gaie, Scheffer Barbara, K. 2010. Berpikir Kritis Untuk
Perawat. Jakarta:. Buku Kedokteran EGC

Paul, Richard and Linda Elder. 2005. The Miniature Guide to Critical
Thinking ”CONCEPTS & TOOLS”. The Foundation of Critical Thinking.
California

Alfaro-LeFevre, R. 2004. Critical Thinking and Clinical Judgment: A


Practical Approach. 3rd Ed. St. Louis: Saunders.

http://gurupembaharu.com/home/berpikir-kritis/

http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-
dan-kreatif-dalampembelajaran

www.wikipedia.com

15

Anda mungkin juga menyukai