Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat

mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk menganalisis

proses berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam

mempertanggung jawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan.

Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prinsip,

argumen, kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinan, dan aktivitas (Bandman dan Bandman,

1988)

Berpikir bukan suatu proses statis, tetapi selalu berubah secara konstan dan dinamis

dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan keperawatan membutuhkan proses berpikir,

oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk mengerti berpikir secara umum. Pemikir

kritis dalam praktik keperawatan adalah seseorang yang mempunyai keterampilan

pengetahuan untuk menganalisis, menerapkan standar, mencari informasi, menggunakan

alasan rasional, memprediksi, dan melakukan transformasi pengetahuan. Pemikir kritis dalam

keperawatan menghasilkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam berpikir, yaitu: yakin,

kontekstual, perspektif, kreatif, fleksibel, integritas intelektual, intuisi, berpikir terbuka,

refleksi, inquisitiviness, dan perseverance.


Karakteristik berpikir kritis dalam keperawatan pada prinsipnya merupakan suatu

kesatuan dari berpikir (thinking), merasakan (feeling), dan melakukan (doing). Mengingat

profesi perawat merupakan profesi yang langsung berhadapan dengan nyawa manusia, maka

dalam menjalankan aktivitasnya, perawat menggunakan perpaduan antara thingking, feeling,

dan doing secara konprehensif dan bersinergi.


1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui konsep dari berpikir kritis sampai ke penerapan proses keperawatan dan interaksi

dengan pasien.
1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Untuk mengetahui Konsep berfikir kritis


1.2.2.2 Untuk mengetahui metode berpikir kritis

1.2.2.3 Untuk Mengetahui Karakteristik berpikir kritis


1.2.2.4 Proses brepikir kritis

1.2.2.5. Berpikir kritis dalam keperawatan

1.2.2.6. Model dalam berpikir kritis

1.2.2.7. Bentuk-bentuk berpikir kritis

1.2.2.8. Penerapan konsep berpikir kritis dalam keperawatan

1.2.2.9. Faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir kritis


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep berfikir kritis

Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya mencari idea tau gagasan dengan

menggunakan berbagai ringkasan yang masuk akal. Tri Rusmi dalam Perilaku Manusia

(1996), mengatakan berpikir adalah suatu proses sensasi, persepsi, dan memori/ ingatan,

berpikir mengunakan lambang (visual atau gambar), serta adanya suatu penarikan kesimpulan

yang disertai proses pemecahan masalah.

Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat

keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan . Berpikir merupakan suatu proses yang

aktif dan terkoordinasi. Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif,

pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan

pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Jadi yang merupakan pengertian

berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi

dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi.

Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk

menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau


keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. ( Pery &

Potter,2005). Berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan,

pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992),

bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian

atau fakta yang mutakhir dan menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-pandapat

tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru.

Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi seorang

profesional. Berpikir kritis akan membantu profesional dalam memenuhi kebutuhan klien.

Berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah-sasaran yang membantu individu

membuat penilaian berdasarkan data bukan perkiraan.

Berpikir kritis berdasarkan pada metode penyelidikan ilmiah, yang juga menjadi akar

dalam proses keperawatan. Berpikir kritis dan proses keperawatan adalah krusial untuk

keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk

pemecahan masalah.

Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran

rasional dan cermat. Menjadi pemikir kritis adalah sebuah denominator umum untuk

pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri. Pengetahuan

didapat, dikaji dan diatur melalui berpikir. Keterampilan kognitif yang digunakan dalam

berpikir kualitas-tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi-diri, berpikir ulang, oposisi,


tantangan, dan dukungan (Paul, 1993). Berpikir kritis mentransformasikan cara individu

memandang dirinya sendiri, memahami dunia. dan membuat keputusan (Chafee 1994).

Jadi yang dimaksud dengan berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang

melatih kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang

tepat-tidaknya ataupun layak-tidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan analisa

secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian

merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu keputusan.

2.2 Metoda berpikir kritis


Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking

a. Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan keputusan yang

beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses terjadi perdebatan atau

argumentasi

b. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam proses mengambil

keputusan

c. Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah dan masing-masing

mengemukakan pendapatnya.
d. Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan, keyajinan, sikap,

dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan

adalah dua bentuk persuasi

e. Propoganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang sengaja dipersiapkan

untuk mempengaruhi massa pendengar

f. Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi untuk

memaksakan suatu kehendak.

Kombinasi beberapa metode


2.3 Karakteristik berpikir kritis
Berikut ini adalah karakteristik dari proses berpikir kritis dan penjabarannya.

1. Konseptualisasi

Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Dan konseptualisasi

merupakan pemikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol

dan disimpan di dalam otak.

2. Rasional dan Beralasan (reasonable)

Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari

fakta atau fenomena nyata.

3. Reflektif

Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam

berpikir atau mengambil keputusan, tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan

data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta, dan kejadian.


4. Bagian dari suatu sikap
Yaitu bagian dari suatu sikap yang harus diambil. Pemikir kritis akan selalu menguji apakah

sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain, dengan menjawab

pertanyaan mengapa bisa begitu dan bagaimana seharusnya.

5. Kemandirian Berpikir

Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya, tidak pasif menerima pemikiran dan

keyakinan orang lain, menganalisis semua isu, memutuskan secara benar, dan dapat

dipercaya.

6. Berpikir Kritis Adalah Berpikir Kreatif

Maksudnya yaitu selalu menggunakan ketrampilan intelektualnya untuk mencipta

berdasarkan suatu pemikiran yang baru dan dihasilkan dari sintesis beberapa konsep.

7. Berpikir Adil dan Terbuka

Yaitu mencoba untuk berubah, dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan

menjadi benar dan lebih baik. Perubahan dilakukan dengan penuh kesabaran dan kemauan,

kemudian hasilnya disosialisasikan beserta argumentasi mengapa memilih dan memutuskan

seperti itu.

8. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Keyakinan

Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta

sesuatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.

2.4 Proses brepikir kritis

a. Mengenali Masalah ( Defining and dlarifying problem)


1. Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok.

2. Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan.

3. Memilih informasi yang relevan.

4. Merumuskan /memformulasikan masalah.

b. Menilai informasi yang relevan


1. Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar/judgment.

2. Mengecek konsistensi.

3. Mengidentifikasi asumsi.

4. Mengenali kemungkinan faktor stereotip.

5. Mengenali kemungkinan emosi, propaganda, salah penafsiran kalimat.

6. Mengenali kemungkinan perbedaan informasi orientasi nilai dan ideologi.

c. Pemecahan Masalah / Penarikan kesimpulan

1. Mengenali data-data yang diperlukan dan cukup tidaknya data.

2. Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari

keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang diambil.

2.5 Berpikir kritis dalam keperawatan

Berfikir meliputi proses yang tidak statis, berubah setiap saat. Berfikir kritis dalam

keperawatan adalah komponen dasar dalam pertanggunggugatan profesional dan kualitas

asuhan keperawatan. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat mencapai

sukses dalam berbagai aktifitas dan merupakan suatu penerapan profesionalisme serta

pengetahuan tekhnis atau keterampilan tekhnis dalam memberikan asuhan keperawatan.

Proses berpikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi, mempertanyakan maupun

menjawab, membangun pertanyaan yang merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk

mencari jawaban dengan kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.

Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu:


1. Penggunaan bahasa dalam keperawatan

Berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif. perawat

menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan idea, fikiran, info, fakta,

perasaan, keyakinan dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi. Secara nonverbal

saat melakukan pedokumentasian keperawatan.

2. Argumentasi dalam keperawatan

Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi untuk menemukan,

menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu, memberikan penjelasan, mempertahankan

terhadap suatu tuntutan/tuduhan. Badman and Badman (1988) argumentasi terkait dengan

konsep berfikir dalam keperawatan berhubungan dengan situasi perdebatan, upaya untuk

mempengaruhi individu ataupun kelompok.

3. Pengambilan keputusan dalam keperawatan

Sehari-hari perawat harus mengambil keputusan yang tepat.

4. Penerapan proses keperawatan

Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan

a. Pengkajian: mengumpulkan data, melakukan observasi dalam pengumpulan data berfikir

kritis, mengelola dan mengkatagorikan data menggunakan ilmu-ilmu lain.

b. Perumusan diagnosa keperawatan: tahap pengambilan keputusan yang paling kritis,

menentukan masalah dan dengan argumen yaitu secara rasional.


c. Perencanaan keperawatan: menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil yang

diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan.

d. Pelaksanaan keperawatan: pelaksanaan tindakan keperawatan adalkah keterampilan dalam

menguji hipotesa, tindakasn nyata yang menentukan tingkat keberhasilan.

e. Evaluasi keperawatan: mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus dapat mengambil

keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien.

2.6 Model dalam berpikir kritis

Costa, dkk (1985) mengidentifikasi model berfikir kritis : The Six Rs

a. Remembering : menggunakan pengalaman masa lalu untuk mendekati pikiran saat ini

b. Repeating : Semakin sering menggunakan cara berpikir kritis dalam menghadapi setiap

persoalan kehidupan sehingga memudahkan mengambil keputusan

c. Reasoning : berpikir kritis yaitu pengambilan keputusan atas dasar pertimbangan yang akurat

serta penentuan pilihan atas alternative yang ditetapkan

d. Reorganizing : Mengorganisasi kembali terhadap apa yang sementara menjadi focus

perhatian untuk mengidentifikasi secara tepat terhadap fenomena yang menjadi perhatian

utama

e. Relating : menghubungkan dan menemukan relasi diantara fenomena yang dipikirkan

f. Reflecting : menunda dalam pengambilan keputusan dengan tujuan menganalisa kembali

secara hati-hati akan apa yang telah dipertimbangkan


2.7 Bentuk-bentuk berpikir kritis

1. Berbagai asumsi berfikir:

a. Bahwa berpikir, perasaan, dan berbuat adalah semua komponen dasar keperawatan yang

diharapakan yang dikerjakan bersama dan sejalan

b. Bahwa berpikir, berperasaan, berbuat adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam

seluruh kehidupan praktek keperawatan

c. Bahwa perawat dan mahasiswa keperawatan adalah dua yang berbeda, tetapi keduanya

dating dengan berbagai keterampilan berfikir dalam keperawatan

d. Bahwa upaya mengembangkan cara berfikir adalah upaya yang disengaja yang dapat

dipertimbangkan dan dipelajari

e. Banyak mahasiswa keperawatan dan perawat menemukan kesulitan untuk menggambarkan

keterampilan berfikirnya. Jarang dari mereka bertanya bagaimana berfikir, dan hanya

biasanya bertanya apa yang mereka fikirkan

Berpikir kritis dalam keperawatan hampir sama bila kita berfikir melakukan kegiatan yang

sesuai dengan konteks situasi dimana berfikir terjadi.


2. 5 bentuk berfikir (T.H.I.N.K)

a. Total Recall : mengingat fakta-fakta atau mengingatkan dimana dan mengapa kita

menemukan sesuatu yang diperlukan

b. Habits : kebiasaan memungkinkan sesuatu dikerjakan tanpa mempunyai metode yang baru

yang digunakan setiap saat


c. Inguiry : menguji isu-isu secara mendalam dan pertanyaan yang segera menjadi suatu

kenyataan. Inguiry adalah cara berfikir yang utama yang digunakan guna mengambil

keputusan.

d. New Idea and creativity : ide yang baru dan kreatifitas adalah merupakan hal yang penting

dalam keperawatan sebab merupakan akar yang perlu dikembangkan dalam memberikan

asuhan keperawatan.

e. Knowing How you think : berpikir dapat disebut sebagai metacognition. Meta artinya

diantara atau ditengah, cognition artinya proses mengetahui. Jika perawat berada dalam suatu

proses mengetahui, maka perawat akan dapat mengetahui apa yang dipikirkan
2.8 Penerapan konsep berpikir kritis dalam keperawatan

Ada empat hal pokok dalam penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu :

1. Penggunaan bahasa dalam keperawatan

Perawat menggunakan bahasa secara verbal maupun nonverbal dalam mengekspresikan idea,

pikiran, informasi, fakta, perasan, keyakinan, dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat,

profesi lain ataupun secara nonverbal pada saat melakukan pendokumentasian keperawatan.

Dalam hal ini berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif

Lima macam penggunaan bahasa dalam konteks berfikir kritis :

a. Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi (informative use of language)

b. Mengekspresikan perasaan dan sikap (expressive use of language)


c. Melaksanakan perencanan keperawatan atau ide-ide dalam tindakan keperawatan (directive

use of language)

d. Mengajukan pertanyaan dalam rangka mencari informasi, mengekspresikan keraguan dan

keheranan (interrogative use of language)

e. Mengekspresikan pengandaian (conditional use of language)

2. Argumentasi dalam keperawatan

Badman (1988) mengemukakan beberapa pengertian argumentasi terkait dengan konsep

berfikir dalam keperawatan adalah sebagai berikut :

a. Berhubungan dengan situasi perdebatan atau pertengkaran (dalam bahasa sehari-hari)

b. Debat tentang suatu isu

c. Upaya untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk berbuat suatu dalam rangka

merubah perilaku sehat

d. Berhubungan dengan bentuk penjelasan yang rasional dimana memerlukan serangkaian alas

an perlunya suatu keyakinan dan pengambilan keputusan atau tindakan.

3. Pengambilan keputusan

Dalam praktek keperawatan sehari-hari, perawat selalu dihadapkan pada situasi dimana harus

mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini dapat terjadi dalam interaksi teman sejawat

profesi lain dan terutama dalam penyelesaian masalah manajemen di ruangan.

4. Penerapan dalam proses keperawatan


a. Pada tahap pengkajian

Perawat dituntut untuk dapat mengumpulkan data dan memvalidasinya dengan hasil

observasi. Perawat harus melaksanakan observasi yang dapat dipercaya dan membedakannya

dari data yang tidak sesuai. Hal ini merupakan keterampilan dasar berfikir kritis. Lebih jauh

perawat diharapakan dapat mengelola dan mengkategorikan data yang sesuai dan diperlukan.

Untuk memiliki keterampilan ini, perawat harus memiliki kemampuan dalam mensintesa dan

menggunakan ilmu-ilmu seperti biomedik, ilmu dasar keperawatan, ilmu perilaku, dan ilmu

sosial

b. Perumusan diagnose keperawatan

Tahap ini adalah tahap pengambilan keputusan yang paling kritikal. Dimana perawat dapat

menentukan masalah yang benar-benar dirasakan klien, berikut argumentasinya secara

rasional. Semakin perawat terlatih untuk berfikir kritis, maka ia akan semakin tajam dalam

menentukan masalah atau diagnose keperawatan klien, baik diagnose keperawatan yang

sifatnya possible, resiko, ataupun actual. Berfikir kritis memerlukan konseptualisasi dan

ketrampilan ini sangat penting dalam perumusan diagnose, karena taksonomi diagnose

keperawatan pada dasarnya adalah suatu konsep (NANDA, 1998).

c. Perencanaan keperawatan

Pada saat merumuskan rencana keperawatan, perawat menggunakan pengetahuan dan alas an

untuk mengembangkan hasil yang diharapkan untuk mengevaluasi asuhan keperawatan yang
diberikan. Hal ini merupakan keterampilan lain dalam berfikir kritis, pemecahan masalah

atau pengambilan keputusan. Untuk hal ini dibutuhkan kemampuan perawat dalam

mensintesa ilmu-ilmu yang dimiliki baik psikologi, fisiologi, dan sosiologi, untuk dapat

memilih tindakan keperawatan yang tepat berikut alasannya. Kemudian diperlukan pula

keterampilan dalam membuat hipotesa bahwa tindakan keperawatan yang dipilih akan

memecahkan masalah klien dan dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan.

d. Pelaksanaan keperawatan

Pada tahap ini perawat menerapkan ilmu yang dimiliki terhadap situasi nyata yang dialami

klien. Dalam metode berfikir ilmiah, pelaksanaan tindakan keperawatan adalah keterampilan

dalam menguji hipotesa. Oleh karena itu pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan suatu

tindakan nyata yang dapat menentukan apakah perawat dapat berhasil mencapai tujuan atau

tidak.

e. Evaluasi keperawatan

Pada tahap ini perawat mengkaji sejauh mana efektifitas tindakan yang telah dilakukan

sehingga dapat mencapai tujuan, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar kien. Pada proses

evaluasi, standar dan prosedur berfikir kritis sangat memegang peranan penting karena pada

fase ini perawat harus dapat mengambil keputusan apakah semua kebutuhan dasar klien

terpenuhi, apakah diperlukan tindakan modifikasi untuk memecahkan masalah klien, atau
bahkan harus mengulang penilaian terhadap tahap perumusan diagnose keperawatan yang

telah ditetapkan sebelumnya.

2.9 Faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir kritis

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berpikir kritis, diantaranya:

1) Kondisi fisik: menurut Maslow dalam Siti Mariyam (2006:4) kondisi fisik adalah

kebutuhan fisiologi yang paling dasar bagi manusia untuk menjalani kehidupan. Ketika

kondisi fisik terganggu, sementara ia dihadapkan pada situasi yag menuntut pemikiran yang

matang untuk memecahkan suatu masalah maka kondisi seperti ini sangat mempengaruhi

pikirannya. Ia tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat karena tubuhnya tidak

memungkinkan untuk bereaksi terhadap respon yanga ada.

2) Motivasi: Kort (1987) mengatakan motivasi merupakan hasil faktor internal dan

eksternal. Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun

pembangkit tenaga seseorang agar mau berbuat sesuatu atau memperlihatkan perilaku

tertentu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menciptakan

minat adalah cara yang sangat baik untuk memberi motivasi pada diri demi mencapai tujuan.

Motivasi yang tinggi terlihat dari kemampuan atau kapasitas atau daya serap dalam belajar,

mengambil resiko, menjawab pertanyaan, menentang kondisi yang tidak mau berubah kearah

yang lebih baik, mempergunakan kesalahan sebagai kesimpulan belajar, semakin cepat
memperoleh tujuan dan kepuasan, memperlihatkan tekad diri, sikap kontruktif,

memperlihatkan hasrat dan keingintahuan, serta kesediaan untuk menyetujui hasil perilaku.

3) Kecemasan: keadaan emosional yang ditandai dengan kegelisahan dan ketakutan

terhadap kemungkinan bahaya. Menurut Frued dalam Riasmini (2000) kecemasan timbul

secara otomatis jika individu menerima stimulus berlebih yang melampaui untuk

menanganinya (internal, eksternal). Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat; a) konstruktif,

memotivasi individu untuk belajar dan mengadakan perubahan terutama perubahan perasaan

tidak nyaman, serta terfokus pada kelangsungan hidup; b) destruktif, menimbulkan tingkah

laku maladaptif dan disfungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik serta dapat

membatasi seseorang dalam berpikir.

4) Perkembangan intelektual: intelektual atau kecerdasan merupakan kemampuan mental

seseorang untuk merespon dan menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan satu hal

dengan yang lain dan dapat merespon dengan baik setiap stimulus. Perkembangan intelektual

tiap orang berbeda-beda disesuaikan dengan usia dan tingkah perkembanganya. Menurut

Piaget dalam Purwanto (1999) semakin bertambah umur anak, semakin tampak jelas

kecenderungan dalam kematangan proses.

Anda mungkin juga menyukai