PENDAHULUAN
mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk menganalisis
proses berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam
Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prinsip,
argumen, kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinan, dan aktivitas (Bandman dan Bandman,
1988)
Berpikir bukan suatu proses statis, tetapi selalu berubah secara konstan dan dinamis
dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan keperawatan membutuhkan proses berpikir,
oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk mengerti berpikir secara umum. Pemikir
alasan rasional, memprediksi, dan melakukan transformasi pengetahuan. Pemikir kritis dalam
kesatuan dari berpikir (thinking), merasakan (feeling), dan melakukan (doing). Mengingat
profesi perawat merupakan profesi yang langsung berhadapan dengan nyawa manusia, maka
Mengetahui konsep dari berpikir kritis sampai ke penerapan proses keperawatan dan interaksi
dengan pasien.
1.2.2 Tujuan Khusus
Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya mencari idea tau gagasan dengan
menggunakan berbagai ringkasan yang masuk akal. Tri Rusmi dalam Perilaku Manusia
(1996), mengatakan berpikir adalah suatu proses sensasi, persepsi, dan memori/ ingatan,
berpikir mengunakan lambang (visual atau gambar), serta adanya suatu penarikan kesimpulan
keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan . Berpikir merupakan suatu proses yang
aktif dan terkoordinasi. Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif,
pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan
pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Jadi yang merupakan pengertian
berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk
Potter,2005). Berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan,
pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992),
bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian
tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru.
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi seorang
profesional. Berpikir kritis akan membantu profesional dalam memenuhi kebutuhan klien.
Berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah-sasaran yang membantu individu
Berpikir kritis berdasarkan pada metode penyelidikan ilmiah, yang juga menjadi akar
dalam proses keperawatan. Berpikir kritis dan proses keperawatan adalah krusial untuk
keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk
pemecahan masalah.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran
rasional dan cermat. Menjadi pemikir kritis adalah sebuah denominator umum untuk
pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri. Pengetahuan
didapat, dikaji dan diatur melalui berpikir. Keterampilan kognitif yang digunakan dalam
memandang dirinya sendiri, memahami dunia. dan membuat keputusan (Chafee 1994).
Jadi yang dimaksud dengan berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang
melatih kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang
tepat-tidaknya ataupun layak-tidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan analisa
secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian
a. Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan keputusan yang
beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses terjadi perdebatan atau
argumentasi
b. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam proses mengambil
keputusan
mengemukakan pendapatnya.
d. Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan, keyajinan, sikap,
dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan
1. Konseptualisasi
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam
berpikir atau mengambil keputusan, tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan
sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain, dengan menjawab
5. Kemandirian Berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya, tidak pasif menerima pemikiran dan
keyakinan orang lain, menganalisis semua isu, memutuskan secara benar, dan dapat
dipercaya.
berdasarkan suatu pemikiran yang baru dan dihasilkan dari sintesis beberapa konsep.
Yaitu mencoba untuk berubah, dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan
menjadi benar dan lebih baik. Perubahan dilakukan dengan penuh kesabaran dan kemauan,
seperti itu.
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta
sesuatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.
2. Mengecek konsistensi.
3. Mengidentifikasi asumsi.
Berfikir meliputi proses yang tidak statis, berubah setiap saat. Berfikir kritis dalam
asuhan keperawatan. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat mencapai
sukses dalam berbagai aktifitas dan merupakan suatu penerapan profesionalisme serta
mencari jawaban dengan kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.
menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan idea, fikiran, info, fakta,
perasaan, keyakinan dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi. Secara nonverbal
terhadap suatu tuntutan/tuduhan. Badman and Badman (1988) argumentasi terkait dengan
konsep berfikir dalam keperawatan berhubungan dengan situasi perdebatan, upaya untuk
diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan.
a. Remembering : menggunakan pengalaman masa lalu untuk mendekati pikiran saat ini
b. Repeating : Semakin sering menggunakan cara berpikir kritis dalam menghadapi setiap
c. Reasoning : berpikir kritis yaitu pengambilan keputusan atas dasar pertimbangan yang akurat
perhatian untuk mengidentifikasi secara tepat terhadap fenomena yang menjadi perhatian
utama
a. Bahwa berpikir, perasaan, dan berbuat adalah semua komponen dasar keperawatan yang
b. Bahwa berpikir, berperasaan, berbuat adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam
c. Bahwa perawat dan mahasiswa keperawatan adalah dua yang berbeda, tetapi keduanya
d. Bahwa upaya mengembangkan cara berfikir adalah upaya yang disengaja yang dapat
keterampilan berfikirnya. Jarang dari mereka bertanya bagaimana berfikir, dan hanya
Berpikir kritis dalam keperawatan hampir sama bila kita berfikir melakukan kegiatan yang
a. Total Recall : mengingat fakta-fakta atau mengingatkan dimana dan mengapa kita
b. Habits : kebiasaan memungkinkan sesuatu dikerjakan tanpa mempunyai metode yang baru
kenyataan. Inguiry adalah cara berfikir yang utama yang digunakan guna mengambil
keputusan.
d. New Idea and creativity : ide yang baru dan kreatifitas adalah merupakan hal yang penting
dalam keperawatan sebab merupakan akar yang perlu dikembangkan dalam memberikan
asuhan keperawatan.
e. Knowing How you think : berpikir dapat disebut sebagai metacognition. Meta artinya
diantara atau ditengah, cognition artinya proses mengetahui. Jika perawat berada dalam suatu
proses mengetahui, maka perawat akan dapat mengetahui apa yang dipikirkan
2.8 Penerapan konsep berpikir kritis dalam keperawatan
Ada empat hal pokok dalam penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu :
Perawat menggunakan bahasa secara verbal maupun nonverbal dalam mengekspresikan idea,
pikiran, informasi, fakta, perasan, keyakinan, dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat,
profesi lain ataupun secara nonverbal pada saat melakukan pendokumentasian keperawatan.
Dalam hal ini berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif
use of language)
c. Upaya untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk berbuat suatu dalam rangka
d. Berhubungan dengan bentuk penjelasan yang rasional dimana memerlukan serangkaian alas
3. Pengambilan keputusan
Dalam praktek keperawatan sehari-hari, perawat selalu dihadapkan pada situasi dimana harus
mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini dapat terjadi dalam interaksi teman sejawat
Perawat dituntut untuk dapat mengumpulkan data dan memvalidasinya dengan hasil
observasi. Perawat harus melaksanakan observasi yang dapat dipercaya dan membedakannya
dari data yang tidak sesuai. Hal ini merupakan keterampilan dasar berfikir kritis. Lebih jauh
perawat diharapakan dapat mengelola dan mengkategorikan data yang sesuai dan diperlukan.
Untuk memiliki keterampilan ini, perawat harus memiliki kemampuan dalam mensintesa dan
menggunakan ilmu-ilmu seperti biomedik, ilmu dasar keperawatan, ilmu perilaku, dan ilmu
sosial
Tahap ini adalah tahap pengambilan keputusan yang paling kritikal. Dimana perawat dapat
rasional. Semakin perawat terlatih untuk berfikir kritis, maka ia akan semakin tajam dalam
menentukan masalah atau diagnose keperawatan klien, baik diagnose keperawatan yang
sifatnya possible, resiko, ataupun actual. Berfikir kritis memerlukan konseptualisasi dan
ketrampilan ini sangat penting dalam perumusan diagnose, karena taksonomi diagnose
c. Perencanaan keperawatan
Pada saat merumuskan rencana keperawatan, perawat menggunakan pengetahuan dan alas an
untuk mengembangkan hasil yang diharapkan untuk mengevaluasi asuhan keperawatan yang
diberikan. Hal ini merupakan keterampilan lain dalam berfikir kritis, pemecahan masalah
atau pengambilan keputusan. Untuk hal ini dibutuhkan kemampuan perawat dalam
mensintesa ilmu-ilmu yang dimiliki baik psikologi, fisiologi, dan sosiologi, untuk dapat
memilih tindakan keperawatan yang tepat berikut alasannya. Kemudian diperlukan pula
keterampilan dalam membuat hipotesa bahwa tindakan keperawatan yang dipilih akan
d. Pelaksanaan keperawatan
Pada tahap ini perawat menerapkan ilmu yang dimiliki terhadap situasi nyata yang dialami
klien. Dalam metode berfikir ilmiah, pelaksanaan tindakan keperawatan adalah keterampilan
dalam menguji hipotesa. Oleh karena itu pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan suatu
tindakan nyata yang dapat menentukan apakah perawat dapat berhasil mencapai tujuan atau
tidak.
e. Evaluasi keperawatan
Pada tahap ini perawat mengkaji sejauh mana efektifitas tindakan yang telah dilakukan
sehingga dapat mencapai tujuan, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar kien. Pada proses
evaluasi, standar dan prosedur berfikir kritis sangat memegang peranan penting karena pada
fase ini perawat harus dapat mengambil keputusan apakah semua kebutuhan dasar klien
terpenuhi, apakah diperlukan tindakan modifikasi untuk memecahkan masalah klien, atau
bahkan harus mengulang penilaian terhadap tahap perumusan diagnose keperawatan yang
1) Kondisi fisik: menurut Maslow dalam Siti Mariyam (2006:4) kondisi fisik adalah
kebutuhan fisiologi yang paling dasar bagi manusia untuk menjalani kehidupan. Ketika
kondisi fisik terganggu, sementara ia dihadapkan pada situasi yag menuntut pemikiran yang
matang untuk memecahkan suatu masalah maka kondisi seperti ini sangat mempengaruhi
pikirannya. Ia tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat karena tubuhnya tidak
2) Motivasi: Kort (1987) mengatakan motivasi merupakan hasil faktor internal dan
pembangkit tenaga seseorang agar mau berbuat sesuatu atau memperlihatkan perilaku
tertentu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menciptakan
minat adalah cara yang sangat baik untuk memberi motivasi pada diri demi mencapai tujuan.
Motivasi yang tinggi terlihat dari kemampuan atau kapasitas atau daya serap dalam belajar,
mengambil resiko, menjawab pertanyaan, menentang kondisi yang tidak mau berubah kearah
yang lebih baik, mempergunakan kesalahan sebagai kesimpulan belajar, semakin cepat
memperoleh tujuan dan kepuasan, memperlihatkan tekad diri, sikap kontruktif,
memperlihatkan hasrat dan keingintahuan, serta kesediaan untuk menyetujui hasil perilaku.
terhadap kemungkinan bahaya. Menurut Frued dalam Riasmini (2000) kecemasan timbul
secara otomatis jika individu menerima stimulus berlebih yang melampaui untuk
memotivasi individu untuk belajar dan mengadakan perubahan terutama perubahan perasaan
tidak nyaman, serta terfokus pada kelangsungan hidup; b) destruktif, menimbulkan tingkah
laku maladaptif dan disfungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik serta dapat
seseorang untuk merespon dan menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan satu hal
dengan yang lain dan dapat merespon dengan baik setiap stimulus. Perkembangan intelektual
tiap orang berbeda-beda disesuaikan dengan usia dan tingkah perkembanganya. Menurut
Piaget dalam Purwanto (1999) semakin bertambah umur anak, semakin tampak jelas