Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HUMANIORA (Critical Thinking)

Dosen :
Ibu Ellen Pesak, S. Kep, NS, M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 9


Asna Gonibala Nim.711530119009
Delila Bitjara Nim.711530119018
Fifin A. Sumelung Nim.711530119027
Ireyne Mandji Nim.711530119036

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


JURUSAN AHLI JENJANG D-IV KEBIDANAN
2020

1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpikir kritis (critical thinking) adalah proses disiplin intelektual aktif dan
kemahiran dalam mengkonsep, menerapkan, mensintesa, dan atau mengevaluasi
informasi dari hasil pengumpulan atau ditimbulkan dari pengamatan,
pengalaman, perenungan, penalaran atau komunikasi sebagai petunjuk yang
dapat dipercaya dan dalam bertindak.
Berpikir kritis berdasarkan nilai-nilai akal budi yang sesuai dengan
“subject-matter” dan mencakup kejernihan, ketelitian, ketepatan, bukti,
kesempurnaan dan kejujuran. Berpikir kritis sangat penting dalam mengevaluasi
informasi yang diterima, mengurangi resiko bertindak yang mendasari penalaran
salah.
Seseorang dapat dikatakan berpikir kritis bila mempunyai dua aspek, yaitu:
cognitif skills dan kemampuan intelektual untuk menggunakan skills tersebut
sebagai petunjuk dalam bertindak.
Berpikir kritis merupakan seni gambaran sikap seseorang dalam
menganalisis, mengevaluasi sesuatu yang ia lihat, mengklarifikasi yang di
dengar, metode pengetahuan untuk berfikir logis dan berargumen serta aplikasi
dari ilmu yang dipahami untuk membuat suatu keputusan dan memutuskan
sesuatu setelah hal tersebut ia yakini.
B. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas dari mata kuliah Humaniora
2. Menjelaskan tentang Critical Thinking (Berfikir Kritis)

2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Critical Thinking
Critical Thinking (Berpikir kritis) adalah memberdayakan
keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut
dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung
kepada sasaran merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam
rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan
berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua
keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.
Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan
kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor
pendukung untuk membuat keputusan.
Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung
kepada fokus yang akan dituju.
Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang
tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal
permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Bidan sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan, yaitu memberi
asuhan kebidanan dengan menggunakan proses kebidanan akan selalu dituntut
untuk berfikir kritis dalam berbagai situasi. Penerapan berfikir kritis dalam
proses kebidanan dengan kasus nyata yang akan memberikan gambaran kepada
bidan tentang pemberian asuhan kebidanan yang komprehensif dan bermutu.
Seseorang yang berfikir dengan cara kreatif akan melihat setiap masalah dengan
sudut yang selalu berbeda meskipun obyeknya sama, sehingga dapat dikatakan,
dengan tersedianya pengetahuan baru, seseorang profesional harus selalu
melakukan sesuatu dan mencari apa yang selalu efektif dan ilmia dan
memberikan hasil yang lebih baik untuk kesejateraan diri maupun orang lain.
Proses berfikir ini dilakukan sepenjang waktu sejalan dengan keterlibatan
kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita
jadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat simpulan

3
yang valid. Semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berfikir dan
belajar.
B. Ciri – ciri khas berfikir kreatif
1. Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan
terhadap kondisi yang ada.
2. Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan
konsekuensi yang logis.
3. Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang
kompleks Berpikir kritis merupakan cara untuk membuat pribadi yang
terarah, disiplin, terkontrol, dan korektif terhadap diri sendiri. Hal ini tentu
saja membutuhkan kemampuan komunikasi efektif dan metode penyelesaian
masalah serta komitmen untuk mengubah paradigma egosentris dan
sosiosentris kita.Saat kita mulai untuk berpikir kritis, ada beberapa hal yang
perlu kita perhatikan disini, yaitu
4. Mulailah dengan berpikir apa dan kenapa, lalu carilah arah yang tepat untuk
jawaban dari pertanyaan tersebut.
5. Tujuan pertanyaan akan apa dan kenapa
6. Informasi yang spesifik untuk menjawab pertanyaan diatas.
7. Kriteria standar yang ditetapkan untuk memenuhi jawaban atas pertanyaan.
8. Kejelasan dari solusi permasalahan/pertanyaan.
9. Konsekuensi yang mungkin terjadi dari pilihan yang kita inginkan.
10. Mengevaluasi kembali hasil pemikiran kita untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
C. Indikator berfikir kritis
Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis adalah :
1. Watak (dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap
skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap
berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian,
mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap
ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.

4
2. Kriteria (criteria)
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk
sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau
dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber
pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan
menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi,
keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias,
bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang
matang.
3. Argumen (argument)
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data.
Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian,
dan menyusun argumen.
4. Pertimbangan atau pemikiran (reasoning)
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa
premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara
beberapa pernyataan atau data.
5. Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang
akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis
akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang
berbeda.
6. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria)
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur
tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan
yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan
D. Tahapan Berpikir Kritis
1. Keterampilan Menganalisi
Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan
sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui
pengorganisasian struktur tersebut . Dalam keterampilan tersebut tujuan

5
pokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara menguraikan
atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan
terperinci. Pertanyaan analisis, menghendaki agar pembaca
mengindentifikasi langkah-langkah logis yang digunakan dalam proses
berpikir hingga sampai pada sudut kesimpulan.
2. Keterampilan Mensintesi
Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang berlawanan dengan
keteramplian menganallsis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan
menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang
baru. Pertanyaan sintesis menuntut pembaca untuk menyatupadukan semua
informasi yang diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat
menciptakan ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit di dalam
bacaannya. Pertanyaan sintesis ini memberi kesempatan untuk berpikir
bebas terkontrol
3. Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah
Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa
pengertian baru. Keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami
bacaan dengan kritis sehinga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu
menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola
sebuah konsep. Tujuan keterampilan ini bertujuan agar pembaca mampu
memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau
ruang lingkup baru.
4. Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia
berdasarkan pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat
beranjak mencapai pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang baru yang lain.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa keterampilan ini
menuntut pembaca untuk mampu menguraikan dan memahami berbagai
aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu formula baru yaitu sebuah
simpulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri, dapat menempuh dua cara,
yaitu : deduksi dan induksi. Jadi, kesimpulan merupakan sebuah proses

6
berpikir yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk
menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan yang baru.
5. Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai
Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai
sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai
menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur
dengan menggunakan standar tertentu.
E. Aktifitas dalam berfikir kritis
1. Memperhatikan detil secara menyeluruh
2. Identifikasi kecenderungan dan pola, seperti memetakan informasi,
identifikasi kesamaan dan ketidaksamaan, dll
3. Mengulangi pengamatan untuk memastikan tidak ada yang terlewatkan
4. Melihat informasi yang didapat dari berbagai sudut pandang
5. Memilih solusi-solusi yang lebih disukai secara obyektif
6. Mempertimbangkan dampak dan konsekuensi jangka panjang dari solusi
yang dipilih.
F. Komponen Dari Berpikir Kritis
Terdapat 5 komponen berpikir kritis, yaitu pengetahuan dasar, pengalaman,
kompetensi berpikir kritis (dengan penekanan pada proses keperawatan),
perilaku, dan standar.
1. Pengetahuan dasar spesifik
Komponen pertama dari model pemikiran kritis adalah pengetahuan dasar
spesifik perawat. Pengetahuan ini bervariasi bergantung pada pengalaman
pendidikan, termasuk pendidikan dasar keperawatan, kursus pendidikan
berkelanjutan, dan kuliah tambahan. Sebagai tambahan, dibutuhkan inisiatif
perawat untuk membaca literature keperawatan sehingga dapat mengikuti
perkembangan terakhir dalam ilmu keperawatan. Sebagai perawat,
pengetahuan dasar Anda meliputi informasi dan teori dari ilmu dasar, rasa
kemanusiaan,ilmu perilaku, dan keperawatan.
2. Pengalaman

7
Keperawatan merupakan sebuah disiplin ilmu yang menerapkan praktik.
Pengalaman belajar klinis diperlukan untuk memenuhi keterampilan
membuat keputusan klinis (Roche, 2002). Pada situasi klinis, anda akan
belajar mulai dari mengobservasi, merasakan, berbicara pada klien keluarga,
serta merefleksikannya secara aktif dengan pengalaman yang telah anda
dapat. Pengalaman klinis adalah laboratorium untuk menguji pengetahuan
keperawatan anda. Dengan pengalaman, anda akan mengerti situasi klinis,
mengenali pola kesehatan klien, dan menilai apakah pola tersebut
berhubungan atau tidak dengan kesehatan klien.
3. Kompetensi proses keperawatan
Kataoka-Yohiro dan Saylor (1994) menggambarkan kompetesi berpikir
sebagai proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat penilaian
terhadap perawatan klinis klien. Hal ini meliputi pemikiran kritis umum,
pemikiran kritis spesifik pada keperawatan.
4. Perilaku dalam pemikiran kritis
Komponen keempat dalam model pemikiran kritis adalah perilaku.
Terdapat 11 perilaku yang merupakan gambaran utama seorang pemikir
kritis (Paul, 1993) yaitu percaya diri, berpikir independen, keadilan,
tanggung jawab dari otoritas, mau mengambil resiko, disiplin, persisten,
kreatif, rasa ingin tahu, integritas, dan rendah hati. Perilaku tersebut
menggambarkan bagaimana pendekatan seorang pemikir kritis yang
berhasil dalam menyelesaikan sebuah masalah.
5. Standar untuk berpikir kritis
Komponen kelima dari model pemikiran kritis meliputi standar intelektual
dan standar professional (Kataoka-Yahiro)
a. Standar intelektual
Standar intelektual merupakan petunjuk atau prinsip untuk berpikir
rasional. Paul (1993) menemukan 14 standar intelektual yang
diperlukan dalam berpikir kritis yaitu jelas, tepat, spesifik, akurat,
relavan, beralasan, konsisten, logis, dalam, luas, lengkap, signifikan,
tercukupi, dan adil.

8
b. Standar professional
Standar professional untuk pemikiran kritis merujuk pada criteria etik
untuk penilaian keperawatan, criteria berdasarkan bukti untuk evaluasi
dan criteria untuk tanggung jawab professional (Paul, 1993). Penerapan
standar professional memerlukan penggunaan pemikiran kritis baik
secara individual maupun kelompok (Kataoka-Yahiro dan Saylor 1994).
Standar professional meningkatkan kualitas perawatan klien.

Ada 6 unsur indikator kemampuan berpikir kritis adalah:


a. Menginterpretasikan, yaitu mengkategorikan dan mengklasifikasi.
b. Menganalisis, menguji dan mengidentifikasi.
c. Mengevaluasi, yaitu mempertimbangkan dan menyimpulkan.
d. Menarik kesimpulan, yaitu menyaksikan data dan menjelaskan
kesimpulan.
e. Penjelasan, yaitu menuliskan hasil dan menghadirkan argumen.
f. Kemandirian, yaitu melakukan koreksi dan melakukan pengujian.

9
BAB III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berpikir kritis adalah suatu aktifitas kognitif yang berkaitab dengan
penggunaan nalar. Belajar untuk berpikir kritis berarti menggunakan
proses-proses mental, seperti memperhatikan, mengkategorikan, seleksi, dan
menilai/memutuskan.
Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam
berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu
dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir
kritis sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah / pencarian solusi, dan
pengelolaan proyek.
Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi beberapa
bagian pengembangan kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis,
penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik
pengembangan kemampuan-kemampuan ini, maka kita akan semakin dapat
mengatasi masalah-masalah/proyek komplek dan dengan hasil yang memuaskan
B. SARAN
Kami merasa pada makalah ini kami banyak kekurangan, karena kurangnya
referensidan pengetahuan pada saat pembuatan makalah ini, kami sebagai
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada pembaca agar
kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi

10
DAFTAR PUSTAKA

Troy E. Smith⁎ , Paul S. Rama, Joel R. Helms.2018.Teaching critical thinking in a


GE class: A flipped model. Brigham Young University at Hawaii, United States

Wikipedia (2009). Critical thinking. www.en.wikipedia.org/wiki/Critical_thinking

Dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD . 2010. Berpikir Kritis (Critical Thinking).
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Siti Zubaidah,2010.Berpikir Kritis: Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi yang


Dapat Dikembangkan melalui Pembelajaran Sains. Universitas Negeri
Surabaya

Esti Eva Nurdina, Annastasia Ediati, 2017. Pengalaman Bidan Membantu


Persalinan Yang Kritis: Studi Interpretative Phenomenological Analysis.
Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro; Semarang

Aldina Ayunda Insani, Ayu Nurdiyan, Yulizawati, Lusiana Elsinta B, Detty Iryani,
Fitrayeni, 2016. “Berpikir Kritis” Dasar Bidan Dalam Manajemen Asuhan
Kebidanan.Padang ;Prodi S1 Kebidanan FK-UNAND

11

Anda mungkin juga menyukai