Anda di halaman 1dari 7

3.

3 Berpikir kritis
1.Pengertian.
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau
keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. ( Pery &
Potter,2005).Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara
rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan
dan tindakan. Menurut Strader (1992), bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang
menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan
menginterprestasikannya serta mengevaluasi pandapat-pandapat tersebut untuk mendapatkan
suatu kesimpulan tentang adanya perspektif/ pandangan baru.Berpikir kritis adalah suatu
proses berpikir sistematik yang penting bagi seorang profesional. Berpikir kritis akan
membantu profesional dalam memenuhi kebutuhan klien. Berpikir kritis adalah berpikir
dengan tujuan dan mengarah-sasaran yang membantu individu membuat penilaian
berdasarkan data bukan perkiraan (Alfaro-LeFevre 1995).Berpikir kritis berdasarkan pada
metode penyelidikan ilmiah, yang juga menjadi akar dalam proses keperawatan. Berpikir
kritis dan proses keperawatan adalah krusial untuk keperawatan profesional karena cara
berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.Berpikir kritis adalah
proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat. Menjadi
pemikir kritis adalah sebuah denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh
dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri. Pengetahuan didapat, dikaji dan diatur melalui
berpikir.

2.Unsur-unsur dan kualitas.


Menurut Ennis (1996: 364) terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang disingkat
menjadi FRISCO :

F (Focus): Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus bisa
memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu mengenai apa.

R (Reason): Mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-putusan


yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.

I (Inference): Membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian penting


dari langkah penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari pemecahan,
pertimbangan dari interpretasi akan situasi dan bukti.

S (Situation): Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan membantu
memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci, bagian-bagian
yang relevan sebagai pendukung.

C (Clarity): Menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.


O (Overview): Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang
diambil.

Untuk menilai kemampuan berpikir kritis Watson dan Glaser (1980) melakukan
pengukuran melalui tes yang mencakup lima buah indikator, yaitu mengenal asumsi,
melakukan inferensi, deduksi, interpretasi, dan mengevaluasi argumen. Joko Sulianto
(2011) mengatakan bahwa kemampuan berpikir kritis sebagai bagian dari keterampilan
berpikir perlu dimiliki oleh setiap anggota masyarakat, sebab banyak sekali persoalan-
persoalan dalam kehidupan yang harus dikerjakan dan diselesaikan.

3.Aspek prilaku dan keterampilan berikir kritis


A.Aspek prilaku
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari beberapa
perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Berpikir kritis seseorang dapat
dilihat dari beberapa aspek :

A.Relevance

Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.

B.Importance

Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.

C.Novelty

Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun
dalam sikap menerima adanya ide-ide baru orang lain.

D.Outside Material

Menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari


perkuliahan (refrence).

E.Ambiguity clarified

Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan.

F.Linking ideas

Senantiasa menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari data baru dari
informasi yang berhasil dikumpulkan.
G.Justification

Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang
diambilnya. Termasuk di dalalmnya senantiasa member penjelasan mengenai
keuntungan (kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi.

H.Critical assessment

Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi/ masukan yang dating dari dalam dirinya
maupun dari orang lain.

I.Practical utility

Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan/ kegunaanya
dalam penerapan.

J.Width of understanding

Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat muluaskan isi atau materi diskusi.

Secara garis besar, perilaku berpikir kritis diatas dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan:

1.Berpusat pada pertanyaan (focus on question)

2.Analisa argument (analysis arguments)

3.Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi (ask and answer questions of
clarification and/or challenge)

4.Evaluasi kebenaran dari sumber informasi (evaluating the credibility sources of


information)

B.Keterampilan berpikir kritis

Keterampilan berpikir kritis yaitu:

(a) suatu usaha yang melibatkan tenaga, pikiran, dan materi,

(b) berpikkir reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang
harus dipercayai atau dilakukan, dan

(c) pemberdayaan kognitif dalam mencapai tujuan.


4.Model berpikir kritis dan tingkatannya
A.Model berpikir kritis
Kataoka -Yahiro dan Saylor telah mengembangkan suatu model tentang berpikir kritis
untuk penilaian keperawatan. Model ini mendefinisikan hasil dari perpikir kritis sebagai
penilaian kebidanan yang relevan atau sesuai dengan masalah-masalah kebidanan dalam
kondisi yang bervariasi. Model ini dirancang untuk peniaian kebidanan ditingkat
pelayanan, pengelolaan dan pendidikan. Ketika seorang perawat berada di pelayanan,
model ini mengemukakan lima komponen berpikir kritis yang mengarahkan bidan untuk
membuat rencana tindakan agar asuhan kebidanan aman dan efektif.

1.Dasar Pengetahuan Khusus

Komponen pertama berpikir kritis adalah dasar pengetahuan khusus perawat dalam
keperawatan. Dasar pengetahuan ini beragam sesuai dengan program pendidikan dasar
keperawatan dari jenjang mana perawat diluluskan, pendidikan berkelanjutan tambahan,
dan setiap gelar tingkat lanjut yang didapatkan perawat.Dasar pengetahuan perawat
mencakup informasi dan teori dari ilmu pengetahuan alam, humaniora, dan keperawatan
yang diperlukan untuk memikirkan masalah keperawatan. Informasi tersebut
memberikan data yang digunakan dalam berbagai proses berpikir kritis. Penting artinya
bahwa dasar pengetahuan ini mencakup pendekatan yang menguatkan kemampuan
perawat untuk ber[ikir secara kritis tentang masalah kebidanan.

2.Pengalaman

Komponen kedua dari model berpikir kritis adalah pengalaman dalam kebidanan.
Kecuali bidan mempunyai kesempatan untuk berpraktik di dalam lingkungan klinik dan
membuat keputusan tentang perawat klien, berpikir kritis tidak akan pernah terbentuk.
Ketika bidan harus menghadapi klien, informasi tentang kesehatan dapat diketahui dari
mengamati, merasakan, berbicara dengan klien, dan merefleksikan secara aktif pada
pengalaman.Pengalaman bidan  dalam peraktik klinik akan mempercepat proses berpikir
kritis karena ia akan berhubungan dengan kliennya, melakukan wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, dan membuat keputusan untuk melakukan perawatan terhadap
masalah kesehatan.Pengalaman adalah hasil interaksi antara individu melalui alat
indranya dan stimulus yang berasal dari beberapa sumber belajar. Menurut Rowntree
pada proses belajar ada lima jenis stimulus atau rangsangan yang berasal dari sumber
belajar.

1.Interaksi manusia (verbal dan nonverbal), adalah interaksi antara manusia baik verbal
maupun nonverbal.
2.Realita (benda nyata, orang dan kejadian), adalah rangsangan yang meliputi benda-
benda nyata, peristiwa nyata, binatang nyata, dan sebagainya.

3.Pictorial representation, adalah jenis rangsangan gambar yang mewakli suatu objek
dan peristiwa

4.Written symbols, adalah lambang tertulis yang dapat disajikan dalam berbagai macam
media.

5.Recorded sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman yang membantu


mengontrol realitas mengingat bahwa suara senantiasa berlangsung atau jalan terus.

6.Kompetens

Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk
membuat penilaian keperawatan. Terdapat tiga tipe kompetensi yaitu berpikir kritis
umum yang meliputi pengetahuan tentang metode ilmiah, penyelesaian masalah, dan
pembuatan keputusan,berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis yang meliputi alasan
mengangkat diagnose dan membuat keputusan untuk perencanaan tindakan
selanjutnya, dan berpikir kritis spesifik dalam keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan (pengkajian sampai evaluasi).

3.Sikap untuk Berpikir Kritis

Paul (1993) telah meringkaskan sikap-sikap yang merupakan aspek sentral dari
pemikir kritis. Sikap ini adalah nili yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir
kritis. Individu harus menunjukkan keterampilan kognitif untuk berpikir secara kritis,
tetapi juga penting untuk memastikan bahwa keterampilan ini digunakan secara adil dan
bertanggung jawab. Berikut ini contoh sikap berpikir kritis.

4.Tanggung gugat

Ketika individu mendekati suatu situasi yang membutuhkan berpikir kritis, adalah
tugas individu tersebut untuk “mudah menjawab” apa pun keputusan yang dibuatnya.
Sebagai perawat professional, perawat harus membuat keputusan dalam berespons
terhadap hak, kebutuhan, dan minat klien. Perawat harus menerima tanggung gugat untuk
apapun penilaian yang dibuatnya atas nama pasien.

5.Berpikir mandiri

Sejalan dengan seseorang menjadi dewasa dan mendapatkan pengetahuan baru,


mereka belajar mempertimbangkan ide dan konsep dengan rentang yang luas dan
kemudian membuat penilaian mereka sendiri. Untuk berpikir secara mandiri, seorang
menantang cara tradisional dalam berpikir, dan mencari rasional serta jawaban logis
untuk masalah yang ada
6.Mengambil risiko

Dalam hal ini perawat perlu dibutuhkan niat dan kemauan mengambil risiko untuk
mengenali keyakinan apa yang salah dan untuk kemudian melakukan tindakan didasarkan
pada keyakinan yang didukung oleh fakta dan dan bukti yang kuat.

7.Kerendahan hati

Penting untuk mengetahui keterbatasan diri sendiri. Pemikir kritis menerima bahwa
mereka tidak mengetahui dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan
untuk membuat keputusan yang tepat. Keselamatan dan kesejahteraan klien mungkin
berisiko jika perawat tidak mampu mengenali ketidakmampuannya untuk mengatasi
masalah praktik.

8.Integritas

Pemikir kritis mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan keyakinan pribadinya


seteliti mereka menguji pengetahuan dan keyakinan orang lain. Integritas pribadi
membangun rasa percaya dari sejawat dan bawahan. Orang yang mempunyai integritas
dengan cepat berkeinginan untuk mengakui dan mengevaluasi segala ketidakkonsistenan
dalam ide dan keyakinannya.

9.Ketekunan

Pemikir kritis terus bertekad untuk menemukan solusi yang efektif untuk masalah
perawatan klien. Solusi yang cepat adalah hal yang tidak dapat diterima. Perawat belajar
sebanyak mungkin mengenai masalah, mencoba berbagai pendekatan untuk perawatan,
dan terus mencari sumber tambahan sampai pendekatan yang tepat ditemukan.

10.Kreativitas

Kreativitas mencakup berpikir original. Hal ini berarti menemukan solusi di luar apa
yang dilakukan secara tradisional. Sering kali klien menghadapi masalah yang
membutuhkan pendekatan unik.

11.Standar untuk Berpikir Kritis

Paul (1993) menemukan bahwa standar intelektual menjadi universal untuk berpikir
kritis. Standar professional untuk berpikir kritis mengacu pada kriteria etik untuk
penilaian keperawatan dan kriteria unuk tanggung jawab dan tanggung gugat
professional. Penerapan standar ini mengharuskan perawat menggunakan berpikir kritis
untuk kebaikan individu atau kelompok. (Kataoka-Yhiro & Saylor, 1994 ).
B. Tingkatan berpikir kritis
Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994) mengidentifikasi tiga tingkatan berpikir kritis
dalam keperawatan yaitu tingkat dasar, kompleks dan komitmen. Pada tingkat dasar
seseorang mempunyai kewenangan untuk menjawab setiap masalah dengan benar.
Pemikiran ini harus berdasarkan pada kenyataan yang terjadi dengan berpegang pada
berbagai aturan atau prinsip yang berlaku. Ini adalah langkah awal dalam kemampuan
perkembangan member alasan (kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994).Ketika perawat sebagai
orang baru yang belum berpengalaman di pelayanan, berpikir kritisnya dalam melakukan
asuhan keperawatan sangat terbatas. Oleh karena itu, ia harus mau belajar dari perawat lain
dan menerima berbagai pendapat dari orang lain. Pada tingkat kompleks, seseorang akan
lebih mengakui banyaknya perbedaan pandangan dan persepsi. Pengalaman dapat
membantu seseorang menambah kemampuannya untuk melepaskan ego atau kekuasaanya
untuk menerima pendapat orang lain kemudian menganalisis dan menguji alternative
secara mandiri dan sistematis. Untuk melihat bagaimana tindakan kebidanan mempunyai
keuntungan bagi klien, bidan dapat mulai mencoba berbagai alternative yang ada dengan
membuat rentang yang lebih luas untuk pencapaiannya. Hal ini membutuhkan lebih dari
satu pemecahan masalah untuk setiap masalah yang ditemukan. Di sini bidan belajar
berbagai pendekatan yang berbeda-beda untuk jenis penyakit yang sama.Pada tingkat
komitmen, bidan sudah memilih tindakan apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil
identifikasi dari berbagai alternative pada tingkat kompleks. Bidan dapat mengantisipasi
kebutuhan kelien untuk membuat pilihan-pilihan kritis sesudah menganalisis berbagai
manfaat dari alternative yang ada. Kematangan seorang perawat akan tampak dalam
memberikan pelayanan dengan baik, lebih inovatif dan lebih tepat guna bagi perawatan
klien.

Anda mungkin juga menyukai