Anda di halaman 1dari 37

TRAUMA MEKANIK

TIM KRITIS DAN GAWAT DARURAT STIKES WIRA MEDIKA


JENIS TRAUMA

▪ Mekanik atau kinetik


▪ Panas atau suhu
▪ Kimia
▪ Listrik
▪ Radiasi
TRAUMA MEKANIK

• Paling sering terjadi


• Perpindahan energi dari lingkungan ke tubuh manusia.
• Energi : agen penyebab cidera fisik.

- Kecelakaan
- Jatuh
- Serangan benda tumpul
- Penikaman
- Luka tembak
JENIS TRAUMA MEKANIK

TRAUMA TUMPUL TRAUMA TUSUK (PENETRASI)


• Tabrakan frontal • Luka tembak
• Tabrakan Lateral / samping
• Luka tusuk
• Tabrakan dari 4 arah (quarter panel)
• Terbalik
• Terlempar
• Tabrakan frontal
• Trauma yang disengaja (serangan)
• Jatuh (Falls)
• Trauma Ledakan (Blast Injury)
HAL YANG MEMENGARUHI KEPARAHAN TRAUMA

• Perlambatan dan percepatan mekanisme cidera


• Usia
• Bagian tubuh yang mengalami cidera
• Ada/tidak alat pengaman
MEKANISME CEDERA

▪ Disebabkan oleh gerak.

▪ Trauma tumpul dan trauma tembus.


TIGA MEKANISME CEDERA DASAR

• Deselerasi cepat kedepan ( rapid forward deceleration )


• Deselerasi cepat vertical ( rapid vertical deceleration )
• Penetrasi proyektil ( projectile penetration )
KECELAKAAN KENDARAAN BERMOTOR

▪ Benturan mesin ( the machine collision)


▪ Benturan body ( the body collision )
▪ Benturan organ ( the organ collision)
TIPE BENTURAN (TABRAKAN)

▪ Tabrakan depan ( the head on collision )


▪ Tabrakan samping (lateral impact collision )
▪ Tabrakan belakang ( the rear end collision )
▪ Terguling ( the rollover collision )
CEDERA KARENA BENTURAN KACA DEPAN

Akibat Benturan yang Perlu Diperhatikan


• Benturan mesin : kerusakan bagian depan kendaraan
• Benturan bodi kendaraan: bentuk jaring laba-laba pada kaca depan ( spider web pattern ).
• Benturan organ : cedera otak, cedera jaringan lunak, ( kulit kepala, muka dan leher ),
hiperektensi/flexi tulang leher.
CIDERA BENTURAN SETIR
• Sering terjadi pada tabrakan depan dimana pengemudi tidak menggunakan seatbelt,
pengemudi juga sering mengalami benturan kepalanya dengan kaca depan (perlu
dicurigai trauma pada muka, leher, thorak dan abdomen).

Berdasarkan konsep tiga benturan maka harus diperiksa :


• Benturan mesin : besarnya kerusakan bagian depan
• Benturan bodi : kerusakan stir (bengkok)
• Benturan organ : jejas trauma pada kulit.
CIDERA DASHBOARD

• Terjadi pada penumpang tanpa seatbelt, sering menimbulkan cedera pada muka, lutut, pelvis
• Berdasarkan tiga konsep benturan maka perlu dicatat
• Benturan mesin : kerusakan mobil
• Benturan bodi : Kerusakan dashboard
• Benturan organ : trauma muka, trauma kepal, hiperekstensi/flexi tulang leher, pelvic, femur, cedera
lutut
CIDERA YANG SERING TERJADI PADA BENTURAN SAMPING

• Kepala : coup, contracoup disebabkan pergerakan kesamping


• Leher : Dapat terjadi srtain otot sampai kelumpuhan
• Lengan dan bahu sesuai dengan tempat benturan
• Thorak dan abdomen : disebabkan tekanan langsung dari pintu tempat
benturan
• Pelvis dan tungkai : dapat terjadi fraktur femur, pelvis, panggul (cedera
pelvis : fraktur dislokasi, ruptur uretra, dan buli-buli)
CIDERA YANG SERING TERJADI PADA BENTURAN SAMPING
CIDERA AKIBAT TABRAKAN DARI BELAKANG

• Peningkatan kecepatan yang tiba-tiba →


gerakan kebelakang → hiperekstensi tulang
leher → terjadi deselerasi cepat kedepan jika
kendaraan tiba-tiba menabrak atau berhenti
PEJALAN KAKI VS KENDARAAN

• Harus dibedakan tinggi badan korban, dewasa atau anak-anak

• Pada orang dewasa ketika korban terjatuh ke depan, benturan


kedua dengan badan mobil akan mengenai paha dan panggul

• Pada anak akan mengenai paha atas dan pelvis, ketika korban
terjatuh ke depan, benturan kedua mengenai abdomen dan
thoraks
PEJALAN KAKI VS KENDARAAN
BENTURAN SEPEDA MOTOR

• Pemakaian helm sangat penting karena akan mencegah cedera kepala


yang menyebabkan 75 % kematian
• Hal-hal yang harus diperhatikan adalah kerusakn sepeda motor, jarak
tergelincir, dan kerusakan objek yang tertabrak
• Harus dicurigai adanya multiple trauma
KECELAKAAN SEPEDA

• Mekanisme yang sering terjadi adalah :


- Sepeda terguling
- Penumpang/pengendara terjatuh
• Cedera yang sering terjadi adalah : fraktur klavikula, sternum dan tulang iga
DESELERASI CEPAT VERTIKAL

• Informasi yang harus didapatkan adalah :


- Jarak ketinggian
- Bagian tubuh yang membentur
- Permukaan yang terbentur
• Kelompok yang sering terkena : dewasa dan ank kurang dari 5 tahun
• Kemungkinan cedera yang terjadi adalah :
- Patah tulang kaki atau tungkai
- Cedera pelvis atau panggul
- Beban deselerasi vertikal pad alat-alat tubuh
- Fraktur colles/pergelangan tangan
DESELERASI CEPAT VERTIKAL
• Pada suatu KLL maka pada penderita yang berada dalam mobil akan mengalami beberapa
“collision” (benturan) berturut-turut :

Primary collision : terjadi pada saat mobil menabrak


Tabrakan dapat terjadi dengan cara :
✓ Frontal
✓ Samping (T-bone)
✓ Belakang
✓ Terbalik (roll-over) : pada saat primary coliision, baru mobil yang menabrak, penderita
masih dalam posisi
Secondary collision
• Penderita menabrak bagian dalam mobil (atau sabuk pengaman). Tergantung dari arah tabrakan
(frontal, dsb), perlukaan akan terjadi pada tubuh penderita yang langsung terbentur

Tertiary collision
• Organ tubuh penderita yang dalam rongga tubuh akan melaju ke arah depan (pada tabrakan
frontal) dan mungkin akan mengalami perlukaan langsung atau terlepas (robek) dari alat
pengikatnya dalam rongga tubuh tersebut
• Subsidary collision
Tergantung dari isi mobil, mungkin penumpang dibelakang terpental ke depan atau barang
dibelakang yang terpental ke depan, dan kemudian menimbulkan kerusakan lebih lanjut pada
penumpang yang di depan
PENANGANAN TRAUMA MEKANIK

ABCDE dalam Trauma


• Pengelolaan multiple trauma berat memerlukan kejelasan dalam menetapkan prioritas.
• Tujuan : segera mengenali cedera yang mengancam jiwa dengan Survey
• Primer, seperti :
– Obstruksi jalan nafas
– Cedera dada dengan kesukaran bernafas
– Perdarahan berat eksternal dan internal
– Cidera abdomen
AIRWAY

• Pengelolaan Jalan Nafas


• Prioritas pertama adalah membebaskan jalan nafas dan mempertahankannya agar tetap bebas.
• Bicara kepada pasien
• Pasien yang dapat menjawab dengan jelas adalah tanda bahwa jalan nafasnya bebas. Pasien yang
tidak sadar mungkin memerlukan jalan nafas buatan dan bantuan pernafasan. Penyebab
obstruksi pada pasien tidak sadar umumnya adalah jatuhnya pangkal lidah ke belakang. Jika ada
cedera kepala, leher atau dada maka pada waktu intubasi trachea tulang leher (cervical spine)
harus dilindungi dengan imobilisasi in-line.
• Berikan oksigen dengan sungkup muka (masker) atau kantung nafas ( selfinvlating)
Menilai jalan nafas
– Tanda obstruksi jalan nafas antara lain :
– Suara berkumur
– Suara nafas abnormal (stridor, dsb)
– Pasien gelisah karena hipoksia
– Bernafas menggunakan otot nafas tambahan / gerak dada paradox
– Sianosis
Menjaga stabilitas tulang leher
Pertimbangkan untuk memasang jalan nafas buatan
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas dengan bebas? Jika ada
obstruksi maka lakukan :
• Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)
• Suction / hisap (jika alat tersedia)
• Guedel airway / nasopharyngeal airway
• Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi netral
BREATHING

• Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas. Jika
pernafasan tidak memadai maka lakukan :
• Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks)
SIRKULASI

Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas dan
pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan :
• Hentikan perdarahan eksternal
• Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 – 16 G)
• Berikan infus cairan
DISABILITY

• Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons terhadap nyeri atau
sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur Glasgow Coma Scale
- AWAKE = A
- RESPONS BICARA (verbal) = V
- RESPONS NYERI = P
- TAK ADA RESPONS = U
EKSPOSURE

• Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang mungkin
ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang belakang, maka imobilisasi in-line harus
dikerjakan.
SURVEI SEKUNDER
• Survei Sekunder hanya dilakukan bila ABC pasien sudah stabil. Bila sewaktu survei sekunder kondisi pasien
memburuk maka kita harus kembali mengulangi PRIMARY SURVEY.
• Semua prosedur yang dilakukan harus dicatat dengan baik. Pemeriksaan dari kepala sampai ke jari kaki (head-
to-toe examination) dilakukan dengan perhatian utama :
Pemeriksaan kepala
• – Kelainan kulit kepala dan bola mata
• – Telinga bagian luar dan membrana timpani
• – Cedera jaringan lunak periorbital
Pemeriksaan leher
• – Luka tembus leher
• – Emfisema subkutan
• – Deviasi trachea
• Pemeriksaan neurologis
• – Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
• – Penilaian fungsi medula spinalis dengan aktivitas motorik
• – Penilaian rasa raba / sensasi dan refleks
• Pemeriksaan dada
• – Clavicula dan semua tulang iga
• – Suara napas dan jantung
• – Pemantauan ECG (bila tersedia)
• Pemeriksaan rongga perut (abdomen)
• – Luka tembus abdomen memerlukan eksplorasi bedah
• – Pasanglah pipa nasogastrik pada pasien trauma tumpul abdomen kecuali bila ada
• – trauma wajah
• – Periksa dubur (rectal toucher)
• – Pasang kateter kandung seni jika tidak ada darah di meatus externus
• Pelvis dan ekstremitas
• – Cari adanya fraktura (pada kecurigaan fraktur pelvis jangan melakukan tes gerakan
• – apapun karena memperberat perdarahan)
• – Cari denyut nadi-nadi perifer pada daerah trauma
• – Cari luka, memar dan cedera lain

• Pemeriksaan sinar-X (bila memungkinkan) untuk :


• – Dada dan tulang leher (semua 7 ruas tulang leher harus nampak)
• – Pelvis dan tulang panjang
• – Tulang kepala untuk melihat adanya fraktura bila trauma kepala tidak disertai deficit neurologis fokal

Anda mungkin juga menyukai