Anda di halaman 1dari 46

TUGAS MATERNITAS II

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHANAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN MASTITIS

Oleh Kelompok 4:
Temu 11 bahan kajian 3

1. Ni Kadek Ayu Januar Cahyani (193213024)


2. Ni Komang Ristikayanti (193213029)
3. Ni Luh Komang Eka Jayanti (193213032)
4. Ni Made Fedila Anindyta Putri (193213036)

A-13 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR TEORI


1. DEFINISI
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara.
Biasanya terjadi karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus. Bakteri
biasanya masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka. Pada infeksi
yang berat atau tidak diobati, dapat terbentuk abses payudara (penimbunan nanah
di dalam payudara). Mastitis adalah reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3
minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu
(Masjoer, 2001).
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalis.Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi
fatal bila tidak diberikan tindakan yang adekuat.Abses payudara, pengumpulan
nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis.
Keadaan inilah yang menyebabkan beban penyakit bertambah berat (Sally I,
Severin V.X, 2003 dalam Anonim, 2013).
Sumber lain menyebutkan bahwa mastitis adalah infeksi dan peradangan pada
payudara yang terjadi melalui luka pada puting, dapat berasal dari peredaran
darah. Tanda – tanda mastitis yang dirasakan ibu adalah rasa panas dingin disertai
kenaikan suhu, ibu merasa lesu, tidak nafsu makan, payudara membesar, nyeri
perabaan, mengkilat dan kemerahan pada payudara, dan terjadi pada 3 – 4 minggu
masa nifas. Hal ini dapat diatasi dengan membersihkan puting sebelum dan
sesudah menyusui; menyusui pada payudara yang tidak sakit; kompres dingin
sebelum menyusui; menggunakan BH untuk menyokong payudara, berikan
antibiotik dan analgetik, istirahat yang cukup dan banyak minum (USU, tanpa
tahun).
Mastitis adalah infeksi yang disebabkan karena adanya sumbatan pada duktus
hingga putting susu mengalami sumbatan. Mastitis paling sering terjadi pada
minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran.Penyebab penting dari mastitis ini
adalah pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang
buruk.Untuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan
bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada payudaranya
(Sally I, 2003 dalam Anonim, 2013). Berdasarkan beberapa pengertian di atas
maka dapat di tarik suatu kesimpulan mastitis adalah suatu infeksi atau
peradangan pada jaringan payudara yang diakibatkan karena adanya bakteri
(staphylococcus aureus) yang masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau
terluka.
2. ANATOMI FISIOLOGI
1) Anatomi Payudara
Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit dan di atas otot
dada, tepatnya pada hemithoraks kanan dan kiri, payudara manusia
berbentuk kerucut tapi seringkali berukuran tidak sama, payudara dewasa
beratnya kira-kira 200 gram, yang umumnya lebih besar dari yang kanan.
Pada waktu hamil payudara membesar mencapai 600 gram pada waktu
menyusui mencapai 800 gram.
a) Korpus Mammae
Badan payudara seutuhnya, didalamnya berisi jaringan ikat,
kelenjar lemak, saraf, pembuluh darah, kelenjar getah bening,
kelenjar payudara yang berisi sel-sel dan kelenjar ini dipengaruhi
oleh hormon.
b) Areola
Area yang gelap yang mengelilingi puting susu, warnanya ini
disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulit.
Parubahan warna pada aerola tergantung pada warna kulit dan
adanya kehamilan. Selama kehamilan warna aerola akan menjadi
lebih gelap dan menetap. Pada daerah ini didapatkan kelenjar
keringat, kelenjar lemak dari montgomery yang akan membesar
selama kehamilan, kelenjar ini akan mengeluarkan suatu bahan
yang dapat melicinkan areola selama menyusui. Pada areola
terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan
air susu.
c) Papilla Mammae atau Puting Susu
Letaknya bervariasi sesuai ukuran payudara, terdapat lubang-
lubang kecil di puting yang merupakan muara dari duktus
laktiferus (tempat penampungan ASI). Pada puting juga
didapatkan ujung-ujung saraf dan pembuluh darah.
Gambar 2.1 Bagian-Bagian Payudara

Diantara areola dan puting terdapat serat-serat otot polos yang

tersusun melingkar, sehingga apabila ada kontraksi ketika bayi

menghisap, maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebebkan

puting susu yang merupakan muara ASI bekerja, serta-serat otot polos

yang tersusun sejajar akan menarik kembali puting susu (Anik Puji

Rahayu, 2016).

2) Fisiologi
Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon yaitu:
a) Mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas
sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh
estrogen dan progesteron yang dipengaruhi ovarium dan juga
hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus.
b) Perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan
menstruasi, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari
sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal,
kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama
beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang dan
nyeri, begitu menstruasi mulai semuanya berkurang.
c) Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus
lobul, duktus alveolus berploliferasi dan hipofise anterior memicu
laktasi. Air susu di produksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus,
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu (Anik Puji
Rahayu, 2016).

3. KLASIFIKASI
Mastitis diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu: mastitis puerparalis epidemic,
mastitis aninfeksosa, mastitis subklinis dan mastitis infeksiosa. Dimana keempat
jenis tersebut muncul dalam kondisi yang berbeda-beda. Diantaranya adalah
sebagai berikut (Bertha, 2002 dalam Djamudin, 2009):

1) Mastitis Puerparalis Epidemik


Mastitis puerparalis epidemic ini biasanya timbul apabila pertama kali
bayi dan ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau verulen.
Masalah ini paling sering terjadi di rumah sakit, yaitu dari infeksi silang
atau bekesinambungan strain resisten.
2) Mastitis Aninfeksiosa
Mastitis Aninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian
atau seluruh payudara, produksi ASI melambat dan aliran terhenti.Namun
proses ini membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam
2 – 3 minggu. Untuk sementara waktu, akumulasi ASI dapat menyebabkan
respons peradangan.
3) Mastitis Subklinis
Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat
disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga produksi
ASI sangat berkurang yaitu kira-kira hanya sampai di bawah 400 ml/hari
(<400 ml/hari).
4) Mastitis Infeksiosa
Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi
oleh faktor imun dalam ASI dan oleh respon – respon inflamasi. Secara
normal, ASI segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri.
4. ETIOLOGI
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan
pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus. Bakteri ini seringkali berasal
dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau
retakan di kulit pada puting susu.Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang
menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkan.Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa
minggu pertama setelah melahirkan. Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa
peradangan pada payudara (Mastitis) di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1) Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya tejadi
mastitis.
2) Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara
bengkak.
3) Penyangga payudara yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental
engorgement sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis.
4) Ibu yang memiliki diet jelek, kurang istirahat, anemia akan mempermudah
terkena infeksi.

Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan


peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu.
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran
air susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan
payudara lebih mudah mengalami infeksi.Dua penyebab utama mastitis adalah
stasis ASI dan infeksi.Stasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang
dapat disertai atau berkembang menuju infeksi.Guther pada tahun 1958
menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi
ASI di dalam payudara, dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah
keadaan tersebut.Ia menyatakan bahwa bila terjadi infeksi, bukan primer, tetapi
diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri. Thomsen, dkk pada
tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang pentingnya stasis ASI. Mastitis
disebabkan oleh stasis ASI dalam duktus dan berlanjut karena infeksi bakteri
(Cadwell dan Maffei, 2011). Penyebab stasis ASI menurut WHO (2003b) adalah:

1) Bendungan payudara dan Sumbatan pada saluran ASI,


2) Pembatasan frekuensi atau durasi menyusui,
3) Kenyutan yang buruk pada payudara oleh bayi,
4) Sisi yang disukai dan pengisapan yang efisien,
5) Faktor mekanis lain: Tounge tie, penggunaan dot karet, pakaian yang ketat
dan posisi tidur telungkup
5. MANIFESTASI KLINIS
Manisfestasi klinis mastitis yang umum adalah area payudara yang terasa sakit
dan keras. Ibu menyusui yang mengalami mastitis mengalami nyeri, bengkak
sehingga ibu merasa tidak nyaman akibat tersumbatnya saluran ASI pada
payudara. Berdasarkan jenisnya mastitis dibedakan menjadi dua, mastitis infeksi
dan mastitis non-infeksi. Gejala yang timbul dari mastitis infeksi biasanya
ditandai adanya respon inflamasi dan rusaknya jaringan puting puting menjadi
pecah-pecah sehingga dengan mudah bakteri untuk masuk, sedangkan tanda dan
gejala mastitis non-infeksi payudara mengalami pembengkakan yang upnormal
payudara yang mengeras, terasa sakit apabila disentuh dan terasa tegang
dikarenakan kurangnya waktu menyusui untuk bayi (Walker,2009)
6. TANDA DAN GEJALA
Gejala mastitis meliputi bengkak, nyeri seluruh payudara atau nyeri local,
kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local, payudara keras dan berbenjol-
benjol, suhu badan meningkat, dan rasa sakit yang umum (Bahiyatun, 2008).
Menurut Wulandari dan Handayani (2011), gejala mastitis antara lain:
1) Ibu memperhatikan adanya “bercak panas” atau area nyeri tekan yang kuat
2) Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras didaerah nyeri tekan tersebut
3) Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu
4) Mengeluhkan sakit kepala
5) Ibu mengalami demam
6) Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara
7) Kulit tampak kemerahan dan bercahaya (tanda-tanda akhir)
8) Payudara terasa keras dan tegang.
7. PATOFISIOLOGI
Secara garis besar, mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi
karena proses infeksi ataupun noninfeksi. Namun semuanya bermuara pada proses
infeksi. Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal.
Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASI. Hal ini
membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan lancar.
Akibatnya mammae menjadi tegang. Sehingga sel epitel yang memproduksi ASI
menjadi datar dan tertekan.permeabilitas jaringan ikat meningkat, beberapa
komponen (terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk
ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun. Terjadi inflmasi
hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksi. Kondisi ini membuat lubang
duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri, terutama bakteri Staphylococcus
aureus dan Strepcococcus sp.
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi, mastitis yang terjadi
akibat proses infeksi terjadi secara langsung, yaitu saat timbul fisura/ robekan/
perlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan menjadikan port de
entry/tempat masuknya bakteri. Proses selanjutnya adalah infeksi pada jaringan
mammae
8. PATWAY

Stasis ASI Fisura pada


puting

Jaringan mamae
menjadi tegang

Lubang ductus
laktiferus
lebih terbuka

Terbukanya
port de entry
Bakteri
masuk

MASTITIS

Ketegangan Laktasi terganggu Proses infeksi bakteri


pada jaringan
mamae
Reaksi
imun
Ukuran Penekanan Menyusui
mammae reseptor tidak efektif
membesar nyeri Muncul pus

Gangguan Nyeri akut Defisit Resiko


citra pengetahuan infeksi
tubuh
Ansietas
9. PENATALAKSANAAN
Dilakukan penatalaksanaan mastitis dengan tujuan mencegah terjadinya
komplikasi lanjut. Penatalaksanaan bisa berupa medis dan non-medis, dimana
medis melibatkan obat antibiotik dan analgesik sedangkan non-medis berupa
tindakan suportif.
1) Penatalaksanaan Medis
Antibiotik diberikan jika dalam 12-24 jam tidak ada perubahan
atautidak ada perubahan, antibiotik yamg diberikan berupa penicillin resistan-
penisilinase . Jika ibu alegi terhadap penisilinase dapat diberikan
Eritromisin. Terapi yang paling umum adalah adalah Dikloksasilin.
Berikut antibiotik yang efektif terhadap infeksi Staphylococcus aureus.

Tabel 2.1 Dosis Antibiotik

Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
Sumber: (IDAI, 2011)

Pemberian antibiotik dikonsulkan oleh dokter supaya mendapat

antibiotik yang tepat dan aman untuk ibu menyusui. Selain itu, bila badan

terasa panas sebaiknya diberikan obat penurun panas. Namun jika infeksi

tidak hilang maka dilakukan kultur asi (Prasetyo, 2010).

Selanjutnya pemberian Analgesik untuk mengurangi rasa nyeri. Rasa

nyeri menjadi penghambat hormon oksitosin yang berperan dalam proses

pengeluaran ASI. Analgesik yang diberikan berupa ibuprofen dengan dosis

1,6gram per hari karena lebih efektif dalam menurunkan peradangan

dibandingkan dengan paracetamol dan asetaminofen. Sehingga direkomendasikan

pada ibu menyusui yang mengalami mastitis (Novyaningtias, 2016). Selain

analgesik, untuk mengatasi nyeri dan payudara terasa keras bisa diberikan
kompres kentang.

1) Penatalaksanaan non-medis

Penatalaksanaan non-medis dapat dilakukan berupa tindakan suportif

untuk mencegah mastitis semakin buruk. Tindakan suportif yang diberikan

yaitu guna untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan (Novyaningtias, 2016)

meliputi : Sebelum menyusui sebaiknya ASI dikeluarkan sedikit lalu oleskan

pada daerah payudara dan puting. Cara ini bertujuan untuk menjada

kelembapan puting susu (Soetjiningsih, 2013). Kemudian bayi diletakkan

menghadap payudara ibu. Posisi ibu bisa dudukatau berbaring dengan santai,

bila bu memilih posisi duduk sebaiknya menggunakan kursi yang lebih

rendah supaya kaki ibu tidak menggantung dan punggung ibu bisa bersandar.

Selanjutnya bayi dipegang pada belakang bahu dengan menggunakan satu

lengan, dengan posisi kepala bayi terletak di lengkung siku ibu (kepala bayi

tidak boleh menengadah dan bokong bayi disangga dengan telapak tangan).

Tangan bayi diletakan dibelakan badan ibu dan tangan satu didepan, perut

bayu ditempelkan pada badan ibu dengan kepala bayi menghadap payudara

(tidak hanya menengokkan kepala bayi). Payudara dipegang dengan jari

jempol diatas dan jari lainnya menopang payudara, seperti huruf C (Reinata,

2016).

Gambar 2.2 Bayi Mencari Puting Susu Ibu (Priyono, 2010)


Bayi diberi rangsangan supaya bayi ingin membuka mulut atau

disebut dengan rooting reflex yaitu menyentuhkan pipi bayi pada puting susu

atau menyuntuhkan sisi mulut bayi. Setelah bayi membuka mulut, kepala bayi

didekatkan pada payudara dan puting dimasukan pada mulut bayi. Usahakan

areola payudara masuk ke mulut bayi sehingga lidah bayi akan menekan ASI.

Posisi yang salah apabila bayi hanya menghisap bagian puting ibu saja. Hal

ini akan mengakibatkan ASI tidak keluar secara adekuat (Monika, 2015).

Selain pengosongan payudara penatalaksanaan lainya berupa

pemberian kompre hangat dengan menggunakan shower hangat atau lap yang

sudah dibasahi air hangat. Penilitian Eman Mohammed Abd Elhakam and

Somaya Ouda Abd Elmoniem dalam jurnalnya untuk mengatasi mastitis dapat

diberikan kompres kentang dengan menggunakan irisan kentang yang suda

direndam pada air kemudian menempelkan atau mengkompreskan pada

payudara (Crepinsek et al, 2012)

Mengubah posisi menyusui (posisi tidur, duduk atau posisi memegang

bola (foot ball position). Memakai baju atau bra yang longgar dapat mengurangi

penekanan berlebihan pada payudara. Bra yang ketat dapat menyebabkan

segmental enggorgement jika tidak disusui dengan adekut (Murniati, 2018).

Selanjutnya mengedukasi ibu atau memberi pengetahuan tentang dan

pencegahan dan penanganan mastitis. Sehingga ibu bisa mewaspadai sebelum

terjadi mastitis. Dengan cara tersebut biasanya mastitis akan menghilang

setelah 48 jam. Tetapi jika dengan cara-cara tersebut tidak ada perubahan,

maka akan diberikan antibiotika 5-10 hari dan analgesik(Soetjiningsih, 2013).

10. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang (tes diagnostik) dilakukan untuk menegakkan
diagnosa mastitis. Beberapa pemeriksaan penunjang dibawah ini juga dapat
berguna untuk membedakan antara mastitis noninfeksius dan mastitis infeksius,
antara lain:
1) Hitung Darah Lengkap (HDL) atau Complete Blood Caount (CBC)
Tes ini memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel
darah putih, dan trombosit (platelet). Hasil tes menyebutkan jumlah sel
darah dalam darah (mm3) atau persentasenya. Salah satu sel darah yang
menjadi acuan tubuh sedang melawan infeksi atau tidak adalah sel darah
putih (leukosit). Fungsi utamanya adalah melawan infeksi, melindungi
tubuh dengan memfagosit organisme asing, memproduksi dan
mendistribusikan antibodi. Nilai normalnya adalah 3200 – 10.000/mm3.
Peningkatan kadar leukosit dari nilai normalnya dapat mengindikasikan
tubuh sedang berusaha untuk melawan suatu infeksi, baik infeksi bakteri,
peradangan, gangguan alergi, dan infeksi virus (Kemenkes RI, 2011).
2) Uji Kultur
Bahan kultur diambil langsung dari hasil perahan ASI menggunakan
tangan yang ditampung menggunakan penampung steril. Puting
dibersihkan terlebih dahulu dan penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk menghindari kontaminasi kuman yang ada dikulit. Hasil
kultur akan memunculkan tinggi atau rendahnya jumlah bakteri atau
patogenitas bakteri (IDAI, 2013).
3) Mamografi
Mamografi merupakan pemeriksaan pada payudara dengan
menggunakan sinar-X dengan menggunakan alat yang disebut mamogram.
Ketika proses pemeriksaan dimulai maka payudara akan ditekan oleh
mamogram sehingga akan timbul rasa tidak nyaman sesaat. Mamografi
digunakan sebagai salah satu penegakkan diagnosa kanker payudara
sehingga jika teraba adanya massa/benjolan disekitar payudara maka
diperlukan tes ini agar dapat membedakan apakah kondisi tersebut
merupakan mastitis atau kanker payudara (Tim Penanggulangan dan
Pelayanan Kanker Payudara Terpadu Paripurna RS. Kanker Dharmais,
2003).
4) Ultrasonografi (USG) payudara USG payudara merupakan tes tambahan
setelah melakukan mamografi.
Pemeriksaan mamografi dan USG payudara bersifat saling melengkapi
untuk mendapatkan diagnosis yang optimal pada kelainan payudara.
Pemeriksaan USG payudara akan memberikan tambahan informasi untuk
evaluasi struktur payudara (Tim Penanggulangan dan Pelayanan Kanker
Payudara Terpadu Paripurna RS. Kanker Dharmais, 2003).
11. KOMPLIKASI
Komplikasi pada mastitis disebabkan karena meluasnya peradangan payudara
(Nurhafni, 2018). Beberapa komplikasi jika mastitis tidak segera ditangani dapat
terjadi penghentian menyusui dini, abses payudara, mastitis berulang atau kronis,
dan juga infeksi jamur (Chotimah, 2017). Penghentian menyusui dini merupakan
gejala yang dapat membuat ibu untuk memutuskan tidak menyusui. Penghentian
secara mendadak dapat menyebabkan resiko abses payudara. Selain itu ibu juga
meragukan obat yang dikonsumsi tidak aman bagi bayinya. Sehingga informasi
dari tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk hal ini (Chotimah, 2017 (Amin, I,
& W, 2014)).
Abses payudara merupakan meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.
Gejala dari abses payudara adalah ibu tampak lebih parah merasakan sakit,
payudara terlihat lebih merah dan mengkilap, benjolan terasa lunak karena berisi
nanah. Sehingga perlu dilakukan insisi payudara untuk menguarkan nanah
tersebut. Pada abses payudara perlu diberikan antibiotik dan analgesik dengan
dosis tertentu. Sementara untuk bayi harus menyusu hanya pada payudara yang
sehat, sedangkan ASI dari payudara yang sakit ketika diperas sementara tidak
disusukan.
Mastitis berulang atau kronis disebabkan karena pengobatan yang terlambat.
Dalam mastitis kronis ibu dianjurkan lebih banyak untuk beristirahat, banyak
minum air putih dan makan dengan gizi seimbang. Untuk infeksinya diberikan
antibiotik dosis rendah yaitu eritromisin 500mg sekali sehari selama masa
menyusui.
Infeksi jamur merupakan komplikasi sekunder yang disebabkan oleh jamur
Candida Albicans, keadaan infeksi jamur terasa terbakar yang menjalar sampai
saluran ASI. Sementara waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal, namun
puting tidak terlihat adanya kelainan. Pada komplikasi ini bayi mendapatkan
pengobatan berupa nistatin krim yang mengandung kortison dengan dioleskan
pada puting setelah menyusui dan bayi mendapatkan nistatin oral pada waktu
yang sama (Novyaningtias, 2016).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
1) Identitas
a) Nama: Jelas dan lengkap, jika perlu tanyakan nama panggilan
sehari-harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan
perawatan.
b) Umur: wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan di
atas 35 tahun. Umur <21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang, mental dan psikisnya juga
belum siap. Sedangkan umur >35 tahun akan rentan sekali untuk
terjadi perdarahan dalam masa nifas. Hal tersebut akan memicu
terjadinya mastitis ini.
c) Suku: berpengaruh pada adat istiadat/kebiasaan sehari-hari,
khususnya dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara.
d) Agama: untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah.
e) Pendidikan: biasanya wanita yang status pendidikannya rendah
akan banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka
tidak mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan. Selain itu aspek
pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan keperawatan
yang akan diberikan, sehingga perawat dapat memberi asuhan
keperawatan dan konseling yang sesuai dengan kondisi pasien.
f) Pekerjaan: wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita
karier) saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya
adalah termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami
mastitis. Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan
menjadi penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini. Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk
mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonomi pasien, karena
hal itu dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini.
g) Alamat : perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan

2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena
adanya faktorfaktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang
rendah, sehingga dapat dengan mudah mengalami infeksi
utamanya pada payudara (mastitis). Asupan nutrisi yang tidak
adekuat dan lebih banyak mengandung garam dan lemak juga
dapat memicu terjadinya mastitis, adanya riwayat trauma pada
payudara juga dapat menjadi penyebab terjadinya mastitis karena
adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran susu.
Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti
seperti stasis ASI karena bayi yang susah menyusu, adanya luka
lecet di area  puting susu dan penggunaan bra yang tidak
tepat/teralalu ketat juga dapat menjadi penyebab terjadinya
mastitis, dimana hal-hal tersebut kemungkinan besar adalah
merupakan hal yang sering sekali diabaikan oleh wanita. Infeksi
mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat menjadi
penyebab terjadinya mastitis.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah, suhu tubuh meningkat (>38
derajat celcius), tidak ada nafsu makan, nyeri pada daerah
mammae, bengkak dan merah pada mammae. Jika tidak
mendapatkan pengobatan yang adekuat, maka dapat timbul
berbagai komplikasi seperti abses payudara, infeksi berulang dan
infeksi jamur. Oleh sebab itu, perlu dilakukan tindakan
pencegahan yang tepat, misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara, teknik menyusui yang benar, dsb.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis.
3) Pengkajian Keperawatan
a) Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan Persepsi: masih banyak
masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang sering muncul
saat masa menyusui adalah hal yang normal, dimana tidak  perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya. Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga
terutama pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih.
b) Pola Nutrisi / Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya
mastitis. Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka
akan menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam
ASI, sehingga bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI
yang terasa asin. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
penumpukan ASI dalam payudara (Stasis ASI) yang dapat memicu
terjadinya mastitis. Wanita yang mengalami anemia juga akan
beresiko mengalami mastitis karena kurangnya zat besi dalam
tubuh, sehingga hal itu akan memudahkan tubuh mengalami
infeksi (mastitis). Pemenuhan nutrisi juga seringkali menurun
akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri dan peningkatan
suhu tubuh.
c) Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan
yang spesifik akibat terjadinya mastitis.
- Tidak ada nyeri saat berkemih  
- Konsistensi dan warna normal
- Jumlah dan frekuensi berkemih normal.
d) Pola Aktivitas dan Latihan Pola aktivitas terganggu akibat
peningkatan suhu tubuh (hipertermi : >38 derajat celcius) dan
nyeri. Sehingga biasanya pasien akan mengalami penurunan
aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul.
e) Pola Tidur dan Istirahat
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur,
mengeluh nyeri. Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul
pula.
f) Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami, anggapan yang ada
hanya nyeri biasa.Pasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang
mengetahui dapat terjadi penurunan harga diri.
g) Pola Persepsi Diri Tidak ada gangguan.
h) Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido
dan pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul
sehingga untuk  pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak
lagi menjadi prioritas.
i) Pola Peran dan Hubungan Ada gangguan, lebih banyak untuk
istirahat karena nyeri.
j) Pola Manajemen Koping-Stress Pasien terlihat tidak banyak
bicara, banyak istirahat.
k) Sistem Nilai dan Keyakinan Biasanya akan mengalami gangguan,
namun hal itu juga tergantung  pada masing-masing individu,
kadangkala ada individu yang lebih rajin ibadah dan mendekatkan
diri kepada Tuhan.namun di lain sisi juga ada individu yang
karena sakit itu, ia malah menyalahkan dan menjauh dari Tuhan.
4) Pengkajian Fisik
Keadaan Umum
a) Keadaan Umum: pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik.
b) Derajat kesadaran: pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis.
c) Derajat gizi: pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup.

Pemeriksaan Fisik Head to too

a) Tanda-tanda Vital - Tekanan darah: pada ibu dengan mastitis TD


dalam keadaan normal 120/80 mmHg - Nadi: pada ibu dengan
mastitis nadi mengalami penaikan 90- 110/menit. Dimana
normalnya 60-80/menit. - Frekuensi Pernafasan: pada ibu dengan
mastitis frekuensi pernafasan mengalami peningkatan 30x/menit.
Dimana normalnya 16- 20x/menit. - Suhu: suhu tubuh wanita
setelah partus dapat terjadi peningkatan suhu badan yaitu tidak
lebih dari 37,2 ᵒ  C dan pada ibu dengan mastitis, suhu mengalami
peningkatan sampai 39,5ᵒ C.  
b) Kulit
Tidak ada gangguan, kecuali pada area panyudara sehingga
perlu pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara.
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan. Namun biasanya ibu
dengan mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu.
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan.
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis. Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya
mastitis, karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami
infeksi.
f) Hidung  
Napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-), deviasi (-/-).
Tidak ada gangguan pada area ini.
g) Mulut
Mukosa basah (+), sianosis (-), pucat (-), kering (-). Tidak ada
gangguan pad area ini.
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-). Tidak ada
gangguan ada area ini.
i) Tenggorokan
Uvula di tengah, mukosa pharing hiperemis (-), tonsil T1 - T1.
Tidak ada gangguan pada area ini.
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau
perubahan fisik.
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi
yang sama dengan payudara yang terkena mastitis.
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat,
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit,
terdapat lesi atau luka pada puting panyudara, panyudara teraba
keras dan tegang, panyudara teraba hangat, terlihat bengkak, dan
saat di lakukan palpasi terdapat pus.
m) Toraks
Bentuk: normochest, retraksi (-), gerakan dinding dada simetris.
Tidak ada gangguan pada derah toraks.
n) Cordis:
 Inspeksi: iktus kordis tidak tampak
 Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
 Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
 Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
o) Pulmo:
 Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
 Palpasi : Fremitus raba dada kanan = kiri 3) Perkusi : Sonor
di seluruh lapang paru 4) Auskultasi : Suara dasar vesikuler
(+/+) Suara tambahan: (-/-) n)
p) Abdomen
 Inspeksi: dinding perut lebih tinggi dari dinding dada
karena post partum sehingga pembesaran fundus masih
terlihat. 2) Auskultasi: bising usus (+) normal
 Perkusi: tympani
 Palpasi: supel, hepar dan lien tidak teraba
5) Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratorium/rontgen (Wiknjosastro, 2005). Namun jika dilakukan
pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih
(SDP) meningkat karena adanya reaksi inflamasi. Selain itu pada
pemeriksaan kultur ASI ditemukan beberapa bakteri penyebab mastitis.
Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut juga digunakan untuk
menentukan antibiotik yang tepat bagi klien.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (proses
inflamasi)
2) Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan refleks
oksitosin, ketidakadekuatan refleks menghisap bayi, payudara bengkak,
riwayat operasi payudara.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan supresi respons inflamasi
4) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh (akibat
proses penyakit)
6) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3. INTERVENSI

1. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
SDKI SLKI SIKI Manajemen Nyeri
Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri 1. Untuk
agen pencedera keperawatan 1. Identifikasi lokasi, mengetahui
fisiologis (proses selama3x24jam,diharapka karakteristik, durasi lokasi,
inflamasi) n tingkat nyeri menurun, frekuensi, kualitas karakteristik,
dengan kriteria hasil: dan intesitas nyeri durasi frekuensi,
1. Keluhan nyeri 2. Observasi reaksi kualitas dan
menurun nonverbal dan intesitas nyeri.
2. Tidak bersikap ketidaknyamanan 2. Untuk
protektif (menghindari 3. Berikan teknik non mengetahui
area nyeri) farmakologi (nafas reaksi nonverbal
3. Tidak meringis dalam) dan ketidak
4. TTV dalam rentang 4. Jelaskan penyebab nyamanan pasien
normal nyeri 3. Untuk
5. Kolaborasi mengurangi
pemberian nyeri tanpa obat
analgetik 4. Untuk
(paracetamol menambah
1000mg x 1) pengetahuan
klien dan
keluarga serta
meningkatkan
partisipasi klien
dalam perawatan
untuk
mengurangi
nyeri
5. Untuk
mengurangi
nyeri klien
Menyusui tidak Setelah diberikan asuhan Edukasi Menyusui Edukasi Menyusui
efektif b/d keperawatan diharapkan 1. Identifikasi 1. ketrampilan dan
ketidakadekuata status menyusui membaik kesiapan atau kesiapan ibu
n refleks dengan kriteria hasil : keinginan untuk menyusui di
oksitosin, 1. Pelekatan bayi pada menyusui minggu pertama
ketidakadekuata payudara ibu 2. Dukung ibu setelah kelahiran
n refleks meningkat meningkatkan mempengaruhi
menghisap bayi, 2. Tetesan ASI kepercayaan diri kesuksesan ibu
payudara meningkat dalam menyusui selama menyusui
bengkak, riwayat 3. Kepercayaan diri ibu 3. Berikan konseling dalam waktu
operasi meningkat menyusui enam bulan.
payudara. 4. Jelaskan manfaat 2. Untuk
menyusui bagi ibu meningkatkan
dan bayi kemauan ibu
5. Ajarkan perawatan dalam menyusui
payudara post 3. Untuk menambah
partum (pijat pengetahuan ibu
oksitosin) tentang menyusui
4. Untuk mengetahui
manfaat menyusui
bagi ibu dan bayi
5. Membantu untuk
meningkatkan
tetesan ASI.
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi
b/d supresi asuhan keperawatan
1. monitor tanda dan 1. infeksi lokan dan
respons selama 3x24 jam,
gejala infeksi lokal sistemek
inflamasi diharapkan tingkat infeksi
dan sistemik menandakan
menurun dengan kriteria
2. batasi jumlah adanya faktor
hasil:
pengunjung resiko infeksi
a. kebersihan tangan
3. pertahankan teknik berkelanjutan
meningkat
aseptik pada pasien 2. banyaknya jumlah
b. kebersihan badan
beresiko tinggi pengunjung dapat
meningkat
4. jelaskan tanda dan mempengaruhi
c. nafsu makan
gejala infeksi proses pengobatan
meningkat
5. kolaborasi 3. teknik aseptik
d. demam menurun
pemberian sangat penting
e. kemerahan menurun
imunisasi, jika perlu pada pasien yang
f. nyeri menurun
beresiko tinggi
g. bengkak menurun
mengalami infeksi
h. vesikel menurun
4. setelah pasien
i. cairan berbau busuk
mengetahui tanda
menurun
dan gejala adanya
infeksi, sehingga
jika pasien
merasakan hal
tersebut dapat
langsung melapor
5. imunisasi penting
pada pasien
beresiko ttinggi
mengalami infeksi

Ansietas b/d Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas Reduksi Ansietas


kurang terpapar asuhan keperawatan
1. Kaji pengetahuan 1. Mengetahui sejauh
informasi selama 3x24 jam,
klien mana tingkat
diharapkan tingkat
2. Identifikasi pengetahuan klien
ansietas menurun dengan
kemampuan tentang penyakit
kriteria hasil:
mengambil 2. Mengetahui
1. verbalisasi keputusan seberapa
kebingungan menurun 3. Gunakan berpengaruhnya
2. verbalisasi khawatir pendekatan yang ansietas yang
akibat kondisi yang menenangkan dialami pasien
dihadapi menurun 4. Dengarkan dengan 3. Gunakan
3. perilaku gelisah penuh perhatian pendekatan yang
menurun 5. Latih teknik menenangkan dapat
4. perasaan keberdayaan relaksasi membuat perasaan
membaik 6. Kolaborasi klien lebih tenang
5. kontak mata membaik pemberian obat 4. Pasien merasa lebih
6. frekuensi nadi menurun antiansietas, jika nyaman ketika
(60-100 x per menit) perlu bercerita dengan
7. frekuensi nafas perawat
menurun (12-20 x per 5. Pasien bisa
menit) merasakan rileks
8. pucat menurun 6. Dapat mengurangi
rasa ansietas yang
berlebihan yang
dialami pasien
Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Promosi citra tubuh Promosi citra tubuh
tubuh b/d asuhan keperawatan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
perubahan selama 3x24 jam, perubahan citra perubahan
fungsi tubuh diharapkan citra tubuh tubuh yang pada citra
(akibat proses meningkat dengan kriteria mengakibatkan tubuh pasien
penyakit) isolasi sosial yang
hasil: 2. Monitor mengakibatka
1. Melihat bagian frekuensi n kurang
tubuh membaik pernyataan percaya diri
2. Menyentuh bagian kritik terhadap 2. Mengetahui
tubuh membaik diri sendiri kritik terhadap
3. Verbalisasi 3. Diskusikan diri pasien
perasaan negative kondisi stress 3. Supaya pasien
tentang perubahan yang tidak
tubuh menurun mempengaruhi memendam
4. Menyembunyikan citra tubuh stresnya
bagian tubuh (misalnya sendiri yang
berlebihan luka,penyakit, dapat
menurun dan mempengaruhi
5. Respon nonverbal pembedahan) citra tubuh
pada perubahan 4. Anjurkan pasien
tubuh meningkat mengungkapka 4. Mengetahui
6. Hubungan sosial n gambaran diri sejauh mana
meningkat terhadap citra pasien
tubuh mengenali
5. Latih fungsi dirinya
tubuh yang 5. Agar fungsi
dimiliki tubuh yang
6. Latih dimiliki
mengungkapka berfungsi
n kemampuan dengan baik
diri kepada 6. Menambah
orang lain percaya diri
maupun terhadap orang
kelompok lain.
Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan Edukasi kesehatan
pengetahuan b/d asuhan keperawatan 1. Identifikasi 1. Untuk
kurang terpapar selama 3x24 jam, kesiapan dan mengetahui
informasi diharapkan tingkat kemampuan kesiapan
pengetahuan membaik menerima pasien untuk
dengan kriteria hasil: informasi menerima
2. Identifikasi informasi dan
1. Kemampuan
faktor-faktor menjadi
menjelaskan
yang dapat pertimbangan
pengetahuan
meningkatkan untuk
tentang suatu topik
dan diberikannya
meningkat
menurunkan informasi
2. Kemampuan
motivasi 2. Untuk
menjelaskan
prilaku hidup mengetahui
pengalaman
bersih dan sehat motivasi
sebelumnya yang
3. Jadwalkan pasien
sesuai dengan
pendidikan berprilaku
topik meningkat
kesehatan hidup bersih
3. Prilaku sesuai
sesuai dan sehat
dengan
kesepakatan 3. Agar tidak
pengetahuan
4. Berikan terjadinya
meningkat
kesempatan miskomunikas
4. Pertanyaan tentang
untuk bertanya i dan tidak
masalah yang
5. Jelaskan faktor adanya
dihadapi menurun
risiko yang paksaan
5. Persepsi yang
dapat 4. Agar pasien
keliru terhadap
mempengaruhi bisa
masalah menurun
kesehatan mengeluarkan
6. Ajarkan strategi pendapat dan
yang dapat tidak adanya
digunakan perasaan
untuk penasaran
meningkatkan 5. Agar pasien
prilaku hidup mengetahui
bersih dan faktor risiko
sehat. apa yang bisa
mempengaruhi
kesehatannya
6. Agar pasien
bisa
meningkatkan
prilaku hidup
bersih dan
sehat.

4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan.
5. EVALUASI
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
(Rohmah & Walid, 2016). Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara
melibatkan pasien.
S: subjektif
O: objektif
A: assessment
P: planning
C. DAFTAR PUSTAKA
Anik,puji.2016.konseppayudara.surabaya:poltekes.file:///C:/Users/Windows
%20Pro/Downloads/POLTEKKESSBY-Studi-2975-4.BAB2.pdf diakses pada
26 september 2021 pukul 21:00 wita
Astutik, Reni Yuli. 2014. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika
Lowdermilk, Perry, dan Cashion. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta: EGC
Mansyur, Nurliana dan Dahlan A. Kasrida. 2014. Buku Ajar: Asuhan Kebidanan
Masa Nifas. Malang: Selaksa Media.
Tim POKJA SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim POKJA SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim POKJA SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.K
DENGAN DAGNOSA MEDIS MASTITIS
DI RUANG NIFAS
RSU WIRA MEDIKA BALI
TANGGAL 8-11 Oktober 2021
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN PENANGGUNG/ SUAMI
Nama : Ny.K Nama: Tn.K

Umur : 26 Tahun Umur: 27 Tahun

Pendidikan : SMA Pendidikan: SMA

Pekerjaan :Wiraswasta Pekerjaan: Wiraswasta

Status perkawinan : Menikah Alamat: Tonja, Denpasar

Agama : Hindu

Suku : Bali

Alamat : Tonja, Denpasar

No. CM : 19.321.30xx

Tangal MRS : 6 Oktober 2021

Tanggal Pengkajian : 8 Oktober 2021

Sumber informasi : Pasien dan keluarga pasien

B. ALASAN DIRAWAT
1. Alasan MRS
Ny.K dirujuk oleh bidan ke IGD Rumah Sakit Wira Medika Bali karena keluar
lendir darah melewati jalan lahir, HPHT 1 januari 2021, usia kehamilan 40 minggu
1 hari. Dari pengkajian IGD di dapatkan data TFU 34 cm, terdapat his tetapi jarang,
auskultasi DJJ 145x/mnt, VT terbuka 1 jari. Kemudian pasien dirawat diruang Lili
dan telah melahirkan seorang bayi laki-laki dengan BB 3.800gr, TB 50cm. Saat
dilakukan pengkajian pasien mengatakan payudara disebelah kiri terasa kram,
nyeri, bengkak, berat serta merasa panas dingin sejak 2 hari yang lalu, pasien
mengatakan cemas karena ASI yang keluar sedikit, TD: 130/90mmHg, Nadi
90x/menit, RR 20x/menit, Suhu 37,5oc.

C. RIWAYAT OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


1 Riwayat Menstruarsi :

 Menarche : umur 15Tahun Siklus : 28 hari, teratur


 Banyaknya : 80cc
 Lama : 5 hari
 Keluhan : tidak ada
 HPHT : 4 Januari 2021
2 Riwayat pernikahan

 Menikah : 1 kali Lama :1 tahun


3 Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : pasien mengatakan ini adalah
kehamilan dan persalinan pertama dan tidak ada keluhan dengan persalinan

4 Riwayat kehamilan saat ini

Status Obstetrikus :

 G1P0A0H1 UK : 40 minggu 1 hari


 TP : 07 Oktober 2021
 ANC kehamilan sekarang : Bidan
Trimester I : Pasien mengatakan melakukan pemeriksaan ANC sebanyak 1
kali dengan bidan terdekat

Trimester II : Pasien mengatakan melakukan pemeriksaan ANC sebanyak 2


kali dengan bidan terdekat dan diberi vitamin

Trimester III : Pasien mengatakan melakukan pemeriksaan ANC sebanyak 2


kali

5 Riwayat keluarga berencana


 Akseptor KB : pasien mengatakan tidak menggunakan kontrasepsi jenis
apapun
 Jenis:- Lama:-
 Masalah:-
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak

Umur
N Tah Peny Penolo Penyu Lase Infe Pedar Jenis
keha Jenis BB PJ
o un ulit ng lit rasi ksi ahan kelamin
milan

1 2021 40 Tidak spontan Tenaga Tidak - - - Laki-laki 3.800 50


mingg ada kesehat ada gr cm
u 1 an
hari

6 Riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lalu :

D. POLA FUNGSIONAL KESEHATAN


 Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan : : Pasien mengatakan kesehatan
adalah hal yang penting dan bila sakit akan berobat kedokter atau rumah sakit.
Pasien mengatakan selama masa kehamilannya selalu menjaga kesehatan dengan
mengkonsumsi vitamin sesuai anjuran, mandi 2x sehari, dan selalu membersihkan
lingkungan.
 Nutrisi :
Sebelum MRS: Pasien mengatakan makan 3xsehari dengan menu seperti nasi,
sayur dan daging habis 1 porsi, pasien mengatakan minum air 1ltr/hari dan minum
susu hamil 1x sehari (200ml)

Saat MRS: pasien mengatakan tidak nafsu makan karena khawatir akan
berpengaruh terhadap keluarnya ASI, pasien hanya makan ¼ porsi nasi yang
disediakan dirumah sakit, Pasien minum 8 gelas sehari.

 Pola eliminasi :
Sebelum MRS: Pasien mengatakan BAB 1xsehari di pagi hari, Pasien mengatakan
frekuensi BAK meningkat selama kehamilan 10x perhari, warna urin kekuningan,
bau khas urin

Setelah MRS: Pasien mengatakan belum BAB setelah melahirkan. BAK 3x sehari
 Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/ minum 

Mandi 

Toileting 

Berpakaian 

Mobilisasi ditempat tidur 

Berpindah 

Ambulasi ROM 

0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,

4: tergantung total.

 Oksigensi : Pasien mengatakan selama kehamilan tidak mengalami sesak nafas,


pola inspirasi dan ekspirasi normal tidak disertai retraksi ataupun otot bantu nafas,
tidak adanya sianosis perifer saturasi 100 %, RR: 20 x/menit
 Pola Tidur dan istrahat :
- Sebelum sakit: Pasien mengatakan tidak ada masalah pada pola tidurnya,
pasien mengatakan sering tidur malam pukul 21.30 wita dan terbangun pukul
05.30
- Setelah sakit: Pasien mengatakan kadang terbangun pada malam hari karena
nyeri pada payudara.

 Pola perseptual : pasien mengatakan sedikit cemas akan keadaanya saat ini, karena
nyeri pada payudara
 Pola persepsi diri :
- Ideal diri : Pasien mengatakan harapannya saat ini lekas membaik, segera
pulang dan menjadi ibu yang baik untuk anaknya
- Citra diri : Pasien mengatakan menerima kehamilannya dan kondisi
fisiknya selama hamil dengan senang
- Harga diri : Pasien mengatakan sedikit cemas akan keadaannya
- Peran diri : Pasien mengatakan senang menjadi seorang istri dan ibu
 Pola seksual dan reproduksi : pasien mengatakan tidak ada melakukan program KB
 Pola peran-hubungan : Pasien mengatakan sebelum ataupun saat sakit tidak
memiliki masalah dengan orang lain, pola peranan hubungan yang terjalin baik,
baik itu dengan suami, keluarga, ataupun temannya, pasien mengatakan selalu di
dampingi oleh suami dan keluarganya, pasien mengatakan selalu diberi semangat
dan dukungan oleh suami dan keluarganya.
 Pola manajemen koping stress : Pasien mengatakan jika ada masalah selalu
menceritakan masalahnya kepada suami dan keluarganya (mertua) untuk mencari
solusi. Saat sakit pasien mengatakan menceritakan setiap keluhannya kepada
perawat
 Sistem nilai dan keyakinan : Pasien beragama hindu dan biasanya sembahyang 1x
sehari serta selalu berdoa untuk kesehatan anaknya.

E. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

- GCS : E4V5M6
- Tingkat kesadaran : Composmentis
- Tanda-tanda Vital : TD 130/90mmHg N: 90x/menit RR: 20x/menit T: 37.5oC
- BB : 60kg TB : 160cm LILA : 26cm
Head to toe

Kepala Wajah

o Inspeksi : Kepala : Simetris kiri dan kanan, pertumbuhan rambut merata, tidak
ada
lesi, tidak ada odema

Mulut : Mulut bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi,
tidak ada pembengkakan pada gusi dan tidak berdarah

Mata : Konjungtiva ananemis,

Hidung : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada secret

Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen

o Palpasi : .tidak ada nyeri tekan pada kepala dan wajah


Leher

o Inspeksi : tidak ada lesi


o Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, pembuluh limfe dan pelebaran
vena jugularis

Dada
Payudara
o Inspeksi : Tampak areola payudara hitam, puting menonjol, payudara kiri
tampak membesar, tampak warna merah pada payudara kiri dan tampak luka
lecet pada putting susu.
o Palpasi : terdapat nyeri tekan pada payudara kiri.
Paru-paru

o Inspeksi : Tidak terdapat retraksi dinding dada, bentuk dada simetris


o Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
o Perkusi : Terdengar suara sonor
o Auskultasi: Tidak terdengar suara nafas tambahan.
Jantung

o Inpeksi : Tidak tampak ictus cordis


o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Abdomen :

o Linea : Linea nigra Satriae : striae albican


o TFU : 34cm
o Kontraksi : terdapat kontraksi
o Diastasi rectus abdominis : tidak ada
o Bising usus : 25x/menit
Genetalia

o Kebersihan : Bersih
o Lokhea : Rubra Karakteristik : merah
Perineum dan anus

o Perineum : Redness: tidak ada kemerahan


: Echomosis: tidak ada kebiruan

: Edema: tidak ada pembengkakan

: Dischargment: tidak ada cairan sekresi yang keluar

: Appoksimity: ada jahitan luka

o Hemoroid : Tidak ada


Ekstremitas :
Atas
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
CRT : <2detik
Bawah
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
CRT : <2detik
Tanda homan : tidak ada tanda homan
Pemeriksaan Reflek: (+) kanan dan kiri

F. DATA PENUNJANG
 Pemeriksaan Laboratorium: Pemeriksaan darah: HB : 12.3 g/dl (> 11g/dl), HT :
30% (37-43%) 

G. DIAGNOSA MEDIS
G1P0A0H1 Post Partum dengan Mastitis

H. PENGOBATAN
Tanggal/ Jenis Terapi Dosis Golongan dan Fungsi dan
Jam Kandungan Farmakologi
08 Metronodazole 500 mg/ 12 jam Antibiotik Mencegah infeksi
Oktober Ceftriaxone 1 gr/ 12jam Antibiotik Mencegah infeksi
2021 Sohobion drip 5000/ 24 jam Immunosupresan Nutrisi tubuh
Pukul Ketorolac 30 mg/ 8 jam Analgesik Mengurangi nyeri
12.30 wita Dexamethason 5 mg/ 12 jam Kortikosteroid Antiperadangan
II. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : Mastitis Nyeri Akut

-pasien mengatakan nyeri pada payudara


P: Mastitis
Ketegangan pada jaringan
Q: Kram
mamae
R: Payudara
S: 5
T: Terus menerus Penekanan reseptor nyeri

DO :

-Pasien tampak meringis kesakitan Nyeri akut

-TD : 130/90mmHg

-T: 37,5ºC

- Nadi : 90x/mnt

- RR : 20x/mnt

DS: Stasis ASI Menyusui


Tidak Efektif
-pasien mengatakan ASI keluar hanya
sedikit
Jaringan mamae menjadi
-pasien mengatakan payudaranya terasa tegang
berat

-pasien mengatakan tidak tahu cara


Lubang ductus laktiferus
menyusui dengan benar
lebih terbuka
DO:

-payudara tampak oedema


Bakteri masuk
-tampak warna merah pada payudara kiri Mastitis
dan tampak luka lecet pada putting susu.

Laktasi terganggu

Menyusui tidak efektif

DS: Mastitis Ansietas

-Pasien mengatakan merasa

cemas dan khawatir dengan Ketegangan pada jaringan


mamae
kondisinya karena

ASInya hanya keluar sedikit


-Pasien mengatakan tidak mengerti tentang Ukuran mammae
penyakitnya membesar

DO:

-Wajah pasien tampak gelisah, tegang dan Defisit pengetahuan


pucat

-Kontak mata pasien buruk


Ansietas
-TD : 130/90mmHg

- Nadi : 90x/mnt

- RR : 20x/mnt

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas :

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pasien mengatakan nyeri pada
payudara (P: Mastitis, Q: Kram, R: Payudara, S: 5, T: Terus menerus), pasien
tampak meringis kesakitan TD : 130/90mmHg, T: 37,5ºC Nadi : 90x/mnt, RR :
20x/mnt
2. Menyusui tidak efektif b.d payudara bengkak d.d pasien mengatakan ASI keluar
hanya sedikit, pasien mengatakan payudaranya terasa berat, payudara tampak
odema, tampak warna merah pada payudara kiri dan tampak luka lecet pada
putting susu.
3. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d pasien mengatakan merasa cemas dan
khawatir dengan kondisinya karena ASInya hanya keluar sedikit, Pasien
mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya, wajah pasien tampak gelisah,
tegang dan pucat, kontak mata pasien buruk TD : 130/90mmHg, Nadi : 90x/mnt,
RR : 20x/mnt

III. RENCANA KEPERAWATAN

N Tgl / Rencana Keperawatan


Diagnosa
o jam Tujuan Intervensi Rasional

1 Jumat, Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri


08 b/d agen tindakan 6. Untuk mengetahui
6. Identifikasi lokasi,
Oktober pencedera keperawatan lokasi, karakteristik,
karakteristik, durasi
2021 fisiologis selama3x24jam,di durasi frekuensi,
frekuensi, kualitas dan
pukul (proses harapkan tingkat kualitas dan intesitas
intesitas nyeri
17.00 inflamasi) nyeri menurun, nyeri.
7. Observasi reaksi
wita dengan kriteria 7. Untuk mengetahui
nonverbal dan
hasil: reaksi nonverbal dan
ketidaknyamanan
5. Keluhan ketidak nyamanan
8. Berikan teknik non
nyeri pasien
farmakologi (nafas
menurun 8. Untuk mengurangi
dalam)
6. Tidak nyeri tanpa obat
9. Jelaskan penyebab
meringis 9. Untuk menambah
nyeri
7. TTV dalam pengetahuan klien
10. Kolaborasi pemberian
rentang dan keluarga serta
analgetik
normal meningkatkan
partisipasi klien
dalam perawatan
untuk mengurangi
nyeri
10. Untuk mengurangi
nyeri klien
2 Jumat, Menyusui Setelah diberikan Edukasi Menyusui Edukasi Menyusui
08 tidak efektif asuhan
6. Identifikasi kesiapan 6. ketrampilan dan
Oktober b/d keperawatan
atau keinginan kesiapan ibu untuk
2021 payudara diharapkan status
menyusui menyusui di minggu
pukul bengkak menyusui
7. Dukung ibu pertama setelah
17.00 membaik dengan
meningkatkan kelahiran
wita kriteria hasil :
kepercayaan diri dalam mempengaruhi
4. Tetesan ASI
menyusui kesuksesan ibu
meningkat
8. Berikan konseling selama menyusui
5. Lecet pada
menyusui dalam waktu enam
putting
9. Jelaskan manfaat bulan.
menurun
menyusui bagi ibu dan 7. Untuk meningkatkan
6. Kepercayaan
bayi kemauan ibu dalam
diri ibu
10. Ajarkan perawatan menyusui
meningkat
payudara post partum 8. Untuk menambah
(pijat oksitosin) pengetahuan ibu
tentang menyusui
9. Untuk mengetahui
manfaat menyusui
bagi ibu dan bayi
10. Membantu untuk
meningkatkan tetesan
ASI.
3 Jumat, Ansietas b/d Setelah dilakukan Reduksi Ansietas Reduksi Ansietas
08 kurang tindakan asuhan
7. Kaji pengetahuan klien 7. Mengetahui sejauh
Oktober terpapar keperawatan
8. Identifikasi mana tingkat
2021 informasi selama 3x24 jam,
kemampuan pengetahuan klien
pukul diharapkan
mengambil keputusan tentang penyakit
17.00 tingkat ansietas
9. Gunakan pendekatan 8. Mengetahui seberapa
wita menurun dengan
yang menenangkan berpengaruhnya
kriteria hasil:
10.Dengarkan dengan ansietas yang dialami
9. verbalisasi
khawatir penuh perhatian pasien
akibat kondisi 11.Latih teknik relaksasi 9. Gunakan pendekatan
yang dihadapi 12.Kolaborasi pemberian yang menenangkan
menurun obat antiansietas, jika dapat membuat
10. perilaku perlu perasaan klien lebih
gelisah tenang
menurun 10. Pasien merasa
11. kontak lebih nyaman ketika
mata membaik bercerita dengan
12. frekuensi perawat
nadi menurun 11. Pasien bisa
13. frekuensi merasakan rileks
nafas menurun 12. Dapat
14. pucat mengurangi rasa
menurun ansietas yang
berlebihan yang
dialami pasien

IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Jam No. Implementasi Evaluasi Proses Paraf/
Dx Nama

Sabtu, 09 1 Mengidentifikasi DS : Dila


Oktober lokasi, karakteristik,
- Pasien mengatakan masih merasa nyeri pada
2021 durasi frekuensi,
payudara kiri
pukul kualitas dan intesitas
16.00 nyeri - P: Mastitis
wita - Q: Nyeri seperti kram
- R: Payudara kiri
- S: skala nyeri 5
- T: terus-menerus
DO :

- Pasien tampak meringis


- TD : 130/90mmHg
- T: 37,5ºC
- Nadi : 90x/mnt
- RR : 20x/mnt
Sabtu, 09 2 Mengidentifikasi DS: Eka
Oktober kesiapan atau
- Pasien mengatakan siap dan ingin menyusui
2021 keinginan menyusui
anaknya namun terhalang karena ASI yang
pukul
keluar sedikit
16.05
wita DO:

- Pasien tampak kooperatif

Sabtu, 09 3 Mengkaji pengetahuan DS: Ristika


Oktober klien - Pasien mengatakan tidak tahu bagaimana cara
2021 menyusui dengan benar
pukul DO:
16.10
- Pasien nampak cemas, Pasien nampak gelisah
wita

Sabtu, 09 1 Menjelaskan DS : Januar


Oktober penyebab nyeri
- Pasien dan keluarga pasien mengatakan
2021
sedikit mengerti tentang penyebab nyeri
pukul
DO :
17.00
wita - Pasien dan keluarga pasien tampak
kooperatif saat diberikan penjelasan tentang
penyebab nyeri yang dirasakan
- Pasien tampak sudah sedikit mengerti
tentang penyebab nyeri pada payudara
dengan mengulangi penjelasan penyebab
nyeri karena disebabkan oleh tidak disusui,
putting lecet, penyangga payudara terlalu
ketat
Sabtu, 09 1 Memberikan teknik DS : Januar
Oktober non farmakologi
2021 (nafas dalam) - Pasien mengatakan mengerti dengan
pukul penjelasan yang diberikan oleh perawat
17.05 - Pasien mengatakan masih merasakan nyeri
wita DO :

- Pasien nampak kooperatif saat perawat


memberikan penjelasan tentang relaksasi
nafas dalam
- Pasien tampak masih meringis
Minggu, 2 Menjelaskan manfaat DS: Eka
10 menyusui bagi ibu dan
- Pasien mengatakan mengerti dengan
Oktober bayi
penjelasan yang diberikan oleh perawat
2021
pukul DO:

09.00 - Pasien Nampak kooperatif dalam menerima


wita penjelasan dan pasien dapat mengulangi
penjelasan bahwa manfaat menyusui bagi
bayi dan ibu adalah dapat meningkatkan
rasa kasih sayang antara ibu dan bayi

Minggu, 2 Mengajarkan DS: Eka


10 perawatan payudara
- Pasien mengatakan bersedia untuk diajarkan
Oktober postpartum (pijat
perawatan payudara
2021 oksitosin)
- Pasien mengatakan ASI keluar +- 300ml
pukul
dari payudara kanan
09.05
wita DO:

- Pasien tampak kooperatif dan ASI sudah


tampak keluar

Minggu, 3 Mendengarkan dengan DS: Ristika


10 penuh perhatian - Pasien mengatakan percaya dengan perawat
Oktober - Pasien mengatakan masih merasa sedikit cemas
2021 karena hanya payudara kanan yang baru dapat
pukul mengeluarkan
11.00 DO:
wita
- Pasien bercerita dengan sangat terbuka
- Pasien tidak ragu-ragu saat bercerita
- Pasien tampak pucat
Minggu, 3 Melatih teknik DS: Ristika
10 relaksasi
- Pasien mengatakan bersedia untuk
Oktober
melakukan teknik relaksasi
2021
- Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah
pukul
dilakukan relaksasi dengan nyeri seperti
11.05
gatal dan skala nyeri 4
wita
DO:

- Pasien tampak kooperatif dan melakukan


teknik relaksasi

Minggu, 1 Berkolaborasi DS: Dila


10 pemberian analgetik
- Pasien mengatakan bersedia untuk diberikan
Oktober
obat penurun rasa nyeri
2021
- Pasien mengatakan tidak ada efek samping
pukul
obat mual (-), muntah (-)
13.00
wita DO:

- Pasien telah diberikan ketorolac 30mg


melalui IV

Senin, 11 3 Melatih teknik DS: Ristika


Oktober relaksasi
- Pasien mengatakn dengan melakukan teknik
2021
relaksasi rasa cemas yang dirasakan mulai
pukul
berkurang
14.00
wita DO:

- Pasien tampak kooperatif, dan sudah dapat


melakukan relaksasi dengan mandiri
Senin, 11 3 Mengidentifikasi DS: Ristika
Oktober kemampuan - Pasien mengatakan sudah mulai berani untuk
2021 mengambil keputusan mengambil keputusan terhadap kondisinya saat
pukul ini dengan tetap berkonsultasi dengan dokter dan
15.00 perawat
wita DO:
- Pasien tampak kooperatif dan sudah mulai
berani untuk mengambil keputusan terhadap
kondisinya
Senin, 11 2 Mendukung ibu DS: Eka
Oktober meningkatkan
- Pasien mengatakan merasa percaya diri
2021 kepercayaan diri
dalam menyusui karena telah dijelaskan
pukul dalam menyusui
manfaat, teknik menyusui dengan benar dan
15.05
selalu didukung oleh para tenaga kesehatan
wita
untuk menyusui anak

DO:

- Pasien tampak kooperatif dan sudah tampak


percaya diri dalam menyusui bayinya

Senin, 11 2 Memberikan DS: Eka


Oktober konseling menyusui
- Pasien mengatakan sudah mulai berhasil
2021
menyusui bayinya
pukul
15.45 DO:

wita - Pasien tampak kooperatif, dan pasien


berhasil menyusui bayinya dengan kondisi
bayi yang disusui tenang

Senin, 11 1 Berkolaborasi DS: Dila


Oktober pemberian analgetik
- Pasien mengatakan bersedia untuk diberikan
2021
obat penurun rasa nyeri
pukul
- Pasien mengatakan tidak ada efek samping
20.00
wita obat mual (-), muntah (-)
- Pasien mengatakn setelah diberikan obat
rasa nyeri berkurang pada payudara kiri

DO:

- Pasien telah diberikan ketorolac 30mg


melalui IV
- Pasien tampak kooperatif

Senin, 11 1 Mengidentifikasi DS : Januar


Oktober lokasi, karakteristik,
- Pasien mengatakan rasa nyeri yang
2021 durasi frekuensi,
dirasakan mulai berkurang
pukul kualitas dan intesitas
- P: Mastitis
20.05 nyeri
- Q: Nyeri seperti gatal dan nyut-nyutan
wita
- R: Payudara kiri
- S: skala nyeri 2
- T: saat disentuh
DO :

- Pasien tampak rileks


- TD : 120/80mmHg
- T: 36,5ºC
- Nadi : 80x/mnt
- RR : 16x/mnt

V. EVALUASI
Tgl/Jam No Evaluasi Hasil
Dx

selasa, 1 S:
12 - Pasien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan mulai berkurang
oktober - P: Mastitis
2021 - Q: Nyeri seperti gatal dan nyut-nyutan
pukul - R: Payudara kiri
08.00
wita - S: skala nyeri 2
- T: saat disentuh
O:
- Pasien tampak rileks
- TD : 120/90mmHg
- T: 36,7ºC
- Nadi : 84x/mnt
- RR : 18x/mnt
A:
- Masalah teratasi
P:
- Pertahankan kondisi klien
selasa, 2 S:
12 - Pasien mengatakan ASI sudah keluar +- 300ml
oktober - Pasien mengatakan sudah mengetahui cara menyusui yang benar
2021 O:
pukul - Luka lecet pada putting menurun
08.05 - Tampak produksi ASI ibu meningkat
wita A:
- Masalah teratasi
P:
- Pertahankan kondisi klien
selasa, 3 S:
12 - Pasien mengatakan sudah mengerti tentang penyakitnya
oktober - Pasien mengatakan sudah lebih tenang
2021 O:
- Kontak mata pasien membaik
pukul
- Wajah pasien tampak rileks
08.10
- Nadi : 84x/mnt
wita
- RR : 18x/mnt
A:
- Masalah teratasi
P:
- Pertahankan kondisi klien

Anda mungkin juga menyukai