Oleh Kelompok 4:
Temu 11 bahan kajian 3
A-13 KEPERAWATAN
puting susu yang merupakan muara ASI bekerja, serta-serat otot polos
yang tersusun sejajar akan menarik kembali puting susu (Anik Puji
Rahayu, 2016).
2) Fisiologi
Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon yaitu:
a) Mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas
sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh
estrogen dan progesteron yang dipengaruhi ovarium dan juga
hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus.
b) Perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan
menstruasi, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari
sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal,
kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama
beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang dan
nyeri, begitu menstruasi mulai semuanya berkurang.
c) Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus
lobul, duktus alveolus berploliferasi dan hipofise anterior memicu
laktasi. Air susu di produksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus,
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu (Anik Puji
Rahayu, 2016).
3. KLASIFIKASI
Mastitis diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu: mastitis puerparalis epidemic,
mastitis aninfeksosa, mastitis subklinis dan mastitis infeksiosa. Dimana keempat
jenis tersebut muncul dalam kondisi yang berbeda-beda. Diantaranya adalah
sebagai berikut (Bertha, 2002 dalam Djamudin, 2009):
Jaringan mamae
menjadi tegang
Lubang ductus
laktiferus
lebih terbuka
Terbukanya
port de entry
Bakteri
masuk
MASTITIS
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
Sumber: (IDAI, 2011)
antibiotik yang tepat dan aman untuk ibu menyusui. Selain itu, bila badan
terasa panas sebaiknya diberikan obat penurun panas. Namun jika infeksi
analgesik, untuk mengatasi nyeri dan payudara terasa keras bisa diberikan
kompres kentang.
1) Penatalaksanaan non-medis
pada daerah payudara dan puting. Cara ini bertujuan untuk menjada
menghadap payudara ibu. Posisi ibu bisa dudukatau berbaring dengan santai,
rendah supaya kaki ibu tidak menggantung dan punggung ibu bisa bersandar.
lengan, dengan posisi kepala bayi terletak di lengkung siku ibu (kepala bayi
tidak boleh menengadah dan bokong bayi disangga dengan telapak tangan).
Tangan bayi diletakan dibelakan badan ibu dan tangan satu didepan, perut
bayu ditempelkan pada badan ibu dengan kepala bayi menghadap payudara
jempol diatas dan jari lainnya menopang payudara, seperti huruf C (Reinata,
2016).
disebut dengan rooting reflex yaitu menyentuhkan pipi bayi pada puting susu
atau menyuntuhkan sisi mulut bayi. Setelah bayi membuka mulut, kepala bayi
didekatkan pada payudara dan puting dimasukan pada mulut bayi. Usahakan
areola payudara masuk ke mulut bayi sehingga lidah bayi akan menekan ASI.
Posisi yang salah apabila bayi hanya menghisap bagian puting ibu saja. Hal
ini akan mengakibatkan ASI tidak keluar secara adekuat (Monika, 2015).
pemberian kompre hangat dengan menggunakan shower hangat atau lap yang
sudah dibasahi air hangat. Penilitian Eman Mohammed Abd Elhakam and
Somaya Ouda Abd Elmoniem dalam jurnalnya untuk mengatasi mastitis dapat
bola (foot ball position). Memakai baju atau bra yang longgar dapat mengurangi
setelah 48 jam. Tetapi jika dengan cara-cara tersebut tidak ada perubahan,
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena
adanya faktorfaktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang
rendah, sehingga dapat dengan mudah mengalami infeksi
utamanya pada payudara (mastitis). Asupan nutrisi yang tidak
adekuat dan lebih banyak mengandung garam dan lemak juga
dapat memicu terjadinya mastitis, adanya riwayat trauma pada
payudara juga dapat menjadi penyebab terjadinya mastitis karena
adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran susu.
Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti
seperti stasis ASI karena bayi yang susah menyusu, adanya luka
lecet di area puting susu dan penggunaan bra yang tidak
tepat/teralalu ketat juga dapat menjadi penyebab terjadinya
mastitis, dimana hal-hal tersebut kemungkinan besar adalah
merupakan hal yang sering sekali diabaikan oleh wanita. Infeksi
mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat menjadi
penyebab terjadinya mastitis.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah, suhu tubuh meningkat (>38
derajat celcius), tidak ada nafsu makan, nyeri pada daerah
mammae, bengkak dan merah pada mammae. Jika tidak
mendapatkan pengobatan yang adekuat, maka dapat timbul
berbagai komplikasi seperti abses payudara, infeksi berulang dan
infeksi jamur. Oleh sebab itu, perlu dilakukan tindakan
pencegahan yang tepat, misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara, teknik menyusui yang benar, dsb.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis.
3) Pengkajian Keperawatan
a) Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan Persepsi: masih banyak
masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang sering muncul
saat masa menyusui adalah hal yang normal, dimana tidak perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya. Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga
terutama pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih.
b) Pola Nutrisi / Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya
mastitis. Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka
akan menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam
ASI, sehingga bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI
yang terasa asin. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
penumpukan ASI dalam payudara (Stasis ASI) yang dapat memicu
terjadinya mastitis. Wanita yang mengalami anemia juga akan
beresiko mengalami mastitis karena kurangnya zat besi dalam
tubuh, sehingga hal itu akan memudahkan tubuh mengalami
infeksi (mastitis). Pemenuhan nutrisi juga seringkali menurun
akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri dan peningkatan
suhu tubuh.
c) Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan
yang spesifik akibat terjadinya mastitis.
- Tidak ada nyeri saat berkemih
- Konsistensi dan warna normal
- Jumlah dan frekuensi berkemih normal.
d) Pola Aktivitas dan Latihan Pola aktivitas terganggu akibat
peningkatan suhu tubuh (hipertermi : >38 derajat celcius) dan
nyeri. Sehingga biasanya pasien akan mengalami penurunan
aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul.
e) Pola Tidur dan Istirahat
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur,
mengeluh nyeri. Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul
pula.
f) Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami, anggapan yang ada
hanya nyeri biasa.Pasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang
mengetahui dapat terjadi penurunan harga diri.
g) Pola Persepsi Diri Tidak ada gangguan.
h) Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido
dan pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul
sehingga untuk pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak
lagi menjadi prioritas.
i) Pola Peran dan Hubungan Ada gangguan, lebih banyak untuk
istirahat karena nyeri.
j) Pola Manajemen Koping-Stress Pasien terlihat tidak banyak
bicara, banyak istirahat.
k) Sistem Nilai dan Keyakinan Biasanya akan mengalami gangguan,
namun hal itu juga tergantung pada masing-masing individu,
kadangkala ada individu yang lebih rajin ibadah dan mendekatkan
diri kepada Tuhan.namun di lain sisi juga ada individu yang
karena sakit itu, ia malah menyalahkan dan menjauh dari Tuhan.
4) Pengkajian Fisik
Keadaan Umum
a) Keadaan Umum: pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik.
b) Derajat kesadaran: pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis.
c) Derajat gizi: pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup.
1. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
SDKI SLKI SIKI Manajemen Nyeri
Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri 1. Untuk
agen pencedera keperawatan 1. Identifikasi lokasi, mengetahui
fisiologis (proses selama3x24jam,diharapka karakteristik, durasi lokasi,
inflamasi) n tingkat nyeri menurun, frekuensi, kualitas karakteristik,
dengan kriteria hasil: dan intesitas nyeri durasi frekuensi,
1. Keluhan nyeri 2. Observasi reaksi kualitas dan
menurun nonverbal dan intesitas nyeri.
2. Tidak bersikap ketidaknyamanan 2. Untuk
protektif (menghindari 3. Berikan teknik non mengetahui
area nyeri) farmakologi (nafas reaksi nonverbal
3. Tidak meringis dalam) dan ketidak
4. TTV dalam rentang 4. Jelaskan penyebab nyamanan pasien
normal nyeri 3. Untuk
5. Kolaborasi mengurangi
pemberian nyeri tanpa obat
analgetik 4. Untuk
(paracetamol menambah
1000mg x 1) pengetahuan
klien dan
keluarga serta
meningkatkan
partisipasi klien
dalam perawatan
untuk
mengurangi
nyeri
5. Untuk
mengurangi
nyeri klien
Menyusui tidak Setelah diberikan asuhan Edukasi Menyusui Edukasi Menyusui
efektif b/d keperawatan diharapkan 1. Identifikasi 1. ketrampilan dan
ketidakadekuata status menyusui membaik kesiapan atau kesiapan ibu
n refleks dengan kriteria hasil : keinginan untuk menyusui di
oksitosin, 1. Pelekatan bayi pada menyusui minggu pertama
ketidakadekuata payudara ibu 2. Dukung ibu setelah kelahiran
n refleks meningkat meningkatkan mempengaruhi
menghisap bayi, 2. Tetesan ASI kepercayaan diri kesuksesan ibu
payudara meningkat dalam menyusui selama menyusui
bengkak, riwayat 3. Kepercayaan diri ibu 3. Berikan konseling dalam waktu
operasi meningkat menyusui enam bulan.
payudara. 4. Jelaskan manfaat 2. Untuk
menyusui bagi ibu meningkatkan
dan bayi kemauan ibu
5. Ajarkan perawatan dalam menyusui
payudara post 3. Untuk menambah
partum (pijat pengetahuan ibu
oksitosin) tentang menyusui
4. Untuk mengetahui
manfaat menyusui
bagi ibu dan bayi
5. Membantu untuk
meningkatkan
tetesan ASI.
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi
b/d supresi asuhan keperawatan
1. monitor tanda dan 1. infeksi lokan dan
respons selama 3x24 jam,
gejala infeksi lokal sistemek
inflamasi diharapkan tingkat infeksi
dan sistemik menandakan
menurun dengan kriteria
2. batasi jumlah adanya faktor
hasil:
pengunjung resiko infeksi
a. kebersihan tangan
3. pertahankan teknik berkelanjutan
meningkat
aseptik pada pasien 2. banyaknya jumlah
b. kebersihan badan
beresiko tinggi pengunjung dapat
meningkat
4. jelaskan tanda dan mempengaruhi
c. nafsu makan
gejala infeksi proses pengobatan
meningkat
5. kolaborasi 3. teknik aseptik
d. demam menurun
pemberian sangat penting
e. kemerahan menurun
imunisasi, jika perlu pada pasien yang
f. nyeri menurun
beresiko tinggi
g. bengkak menurun
mengalami infeksi
h. vesikel menurun
4. setelah pasien
i. cairan berbau busuk
mengetahui tanda
menurun
dan gejala adanya
infeksi, sehingga
jika pasien
merasakan hal
tersebut dapat
langsung melapor
5. imunisasi penting
pada pasien
beresiko ttinggi
mengalami infeksi
4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan.
5. EVALUASI
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
(Rohmah & Walid, 2016). Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara
melibatkan pasien.
S: subjektif
O: objektif
A: assessment
P: planning
C. DAFTAR PUSTAKA
Anik,puji.2016.konseppayudara.surabaya:poltekes.file:///C:/Users/Windows
%20Pro/Downloads/POLTEKKESSBY-Studi-2975-4.BAB2.pdf diakses pada
26 september 2021 pukul 21:00 wita
Astutik, Reni Yuli. 2014. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika
Lowdermilk, Perry, dan Cashion. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta: EGC
Mansyur, Nurliana dan Dahlan A. Kasrida. 2014. Buku Ajar: Asuhan Kebidanan
Masa Nifas. Malang: Selaksa Media.
Tim POKJA SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim POKJA SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim POKJA SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.K
DENGAN DAGNOSA MEDIS MASTITIS
DI RUANG NIFAS
RSU WIRA MEDIKA BALI
TANGGAL 8-11 Oktober 2021
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN PENANGGUNG/ SUAMI
Nama : Ny.K Nama: Tn.K
Agama : Hindu
Suku : Bali
No. CM : 19.321.30xx
B. ALASAN DIRAWAT
1. Alasan MRS
Ny.K dirujuk oleh bidan ke IGD Rumah Sakit Wira Medika Bali karena keluar
lendir darah melewati jalan lahir, HPHT 1 januari 2021, usia kehamilan 40 minggu
1 hari. Dari pengkajian IGD di dapatkan data TFU 34 cm, terdapat his tetapi jarang,
auskultasi DJJ 145x/mnt, VT terbuka 1 jari. Kemudian pasien dirawat diruang Lili
dan telah melahirkan seorang bayi laki-laki dengan BB 3.800gr, TB 50cm. Saat
dilakukan pengkajian pasien mengatakan payudara disebelah kiri terasa kram,
nyeri, bengkak, berat serta merasa panas dingin sejak 2 hari yang lalu, pasien
mengatakan cemas karena ASI yang keluar sedikit, TD: 130/90mmHg, Nadi
90x/menit, RR 20x/menit, Suhu 37,5oc.
Status Obstetrikus :
Umur
N Tah Peny Penolo Penyu Lase Infe Pedar Jenis
keha Jenis BB PJ
o un ulit ng lit rasi ksi ahan kelamin
milan
Saat MRS: pasien mengatakan tidak nafsu makan karena khawatir akan
berpengaruh terhadap keluarnya ASI, pasien hanya makan ¼ porsi nasi yang
disediakan dirumah sakit, Pasien minum 8 gelas sehari.
Pola eliminasi :
Sebelum MRS: Pasien mengatakan BAB 1xsehari di pagi hari, Pasien mengatakan
frekuensi BAK meningkat selama kehamilan 10x perhari, warna urin kekuningan,
bau khas urin
Setelah MRS: Pasien mengatakan belum BAB setelah melahirkan. BAK 3x sehari
Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/ minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi ROM
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total.
Pola perseptual : pasien mengatakan sedikit cemas akan keadaanya saat ini, karena
nyeri pada payudara
Pola persepsi diri :
- Ideal diri : Pasien mengatakan harapannya saat ini lekas membaik, segera
pulang dan menjadi ibu yang baik untuk anaknya
- Citra diri : Pasien mengatakan menerima kehamilannya dan kondisi
fisiknya selama hamil dengan senang
- Harga diri : Pasien mengatakan sedikit cemas akan keadaannya
- Peran diri : Pasien mengatakan senang menjadi seorang istri dan ibu
Pola seksual dan reproduksi : pasien mengatakan tidak ada melakukan program KB
Pola peran-hubungan : Pasien mengatakan sebelum ataupun saat sakit tidak
memiliki masalah dengan orang lain, pola peranan hubungan yang terjalin baik,
baik itu dengan suami, keluarga, ataupun temannya, pasien mengatakan selalu di
dampingi oleh suami dan keluarganya, pasien mengatakan selalu diberi semangat
dan dukungan oleh suami dan keluarganya.
Pola manajemen koping stress : Pasien mengatakan jika ada masalah selalu
menceritakan masalahnya kepada suami dan keluarganya (mertua) untuk mencari
solusi. Saat sakit pasien mengatakan menceritakan setiap keluhannya kepada
perawat
Sistem nilai dan keyakinan : Pasien beragama hindu dan biasanya sembahyang 1x
sehari serta selalu berdoa untuk kesehatan anaknya.
E. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
- GCS : E4V5M6
- Tingkat kesadaran : Composmentis
- Tanda-tanda Vital : TD 130/90mmHg N: 90x/menit RR: 20x/menit T: 37.5oC
- BB : 60kg TB : 160cm LILA : 26cm
Head to toe
Kepala Wajah
o Inspeksi : Kepala : Simetris kiri dan kanan, pertumbuhan rambut merata, tidak
ada
lesi, tidak ada odema
Mulut : Mulut bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi,
tidak ada pembengkakan pada gusi dan tidak berdarah
Dada
Payudara
o Inspeksi : Tampak areola payudara hitam, puting menonjol, payudara kiri
tampak membesar, tampak warna merah pada payudara kiri dan tampak luka
lecet pada putting susu.
o Palpasi : terdapat nyeri tekan pada payudara kiri.
Paru-paru
o Kebersihan : Bersih
o Lokhea : Rubra Karakteristik : merah
Perineum dan anus
F. DATA PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium: Pemeriksaan darah: HB : 12.3 g/dl (> 11g/dl), HT :
30% (37-43%)
G. DIAGNOSA MEDIS
G1P0A0H1 Post Partum dengan Mastitis
H. PENGOBATAN
Tanggal/ Jenis Terapi Dosis Golongan dan Fungsi dan
Jam Kandungan Farmakologi
08 Metronodazole 500 mg/ 12 jam Antibiotik Mencegah infeksi
Oktober Ceftriaxone 1 gr/ 12jam Antibiotik Mencegah infeksi
2021 Sohobion drip 5000/ 24 jam Immunosupresan Nutrisi tubuh
Pukul Ketorolac 30 mg/ 8 jam Analgesik Mengurangi nyeri
12.30 wita Dexamethason 5 mg/ 12 jam Kortikosteroid Antiperadangan
II. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DO :
-TD : 130/90mmHg
-T: 37,5ºC
- Nadi : 90x/mnt
- RR : 20x/mnt
Laktasi terganggu
DO:
- Nadi : 90x/mnt
- RR : 20x/mnt
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pasien mengatakan nyeri pada
payudara (P: Mastitis, Q: Kram, R: Payudara, S: 5, T: Terus menerus), pasien
tampak meringis kesakitan TD : 130/90mmHg, T: 37,5ºC Nadi : 90x/mnt, RR :
20x/mnt
2. Menyusui tidak efektif b.d payudara bengkak d.d pasien mengatakan ASI keluar
hanya sedikit, pasien mengatakan payudaranya terasa berat, payudara tampak
odema, tampak warna merah pada payudara kiri dan tampak luka lecet pada
putting susu.
3. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d pasien mengatakan merasa cemas dan
khawatir dengan kondisinya karena ASInya hanya keluar sedikit, Pasien
mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya, wajah pasien tampak gelisah,
tegang dan pucat, kontak mata pasien buruk TD : 130/90mmHg, Nadi : 90x/mnt,
RR : 20x/mnt
IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Jam No. Implementasi Evaluasi Proses Paraf/
Dx Nama
DO:
DO:
V. EVALUASI
Tgl/Jam No Evaluasi Hasil
Dx
selasa, 1 S:
12 - Pasien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan mulai berkurang
oktober - P: Mastitis
2021 - Q: Nyeri seperti gatal dan nyut-nyutan
pukul - R: Payudara kiri
08.00
wita - S: skala nyeri 2
- T: saat disentuh
O:
- Pasien tampak rileks
- TD : 120/90mmHg
- T: 36,7ºC
- Nadi : 84x/mnt
- RR : 18x/mnt
A:
- Masalah teratasi
P:
- Pertahankan kondisi klien
selasa, 2 S:
12 - Pasien mengatakan ASI sudah keluar +- 300ml
oktober - Pasien mengatakan sudah mengetahui cara menyusui yang benar
2021 O:
pukul - Luka lecet pada putting menurun
08.05 - Tampak produksi ASI ibu meningkat
wita A:
- Masalah teratasi
P:
- Pertahankan kondisi klien
selasa, 3 S:
12 - Pasien mengatakan sudah mengerti tentang penyakitnya
oktober - Pasien mengatakan sudah lebih tenang
2021 O:
- Kontak mata pasien membaik
pukul
- Wajah pasien tampak rileks
08.10
- Nadi : 84x/mnt
wita
- RR : 18x/mnt
A:
- Masalah teratasi
P:
- Pertahankan kondisi klien