Anda di halaman 1dari 33

1

BAB 2

LANDASAN TEORI

Konsep Dasar Medis

Pengertian
Masa nifas atau Post Partum adalah masa setelah persalinan
selesai yaitu setelah berakhirnya kala IV atau masa pemantauan hingga 6
minggu atau 47 hari, dimana pada masa ini organ reproduksi cara
perlahan akan kembali berubah sesuai keadaan sebelum hamil.

Perubahan yang terjadi pada organ reproduksi tersebut ialah


involusi. Menyusui pada bayi baru lahir (ASI) dilakukan tanpa adanya
tambahan makanan atau minuman lain atau disebut sebagai Asi ekslusif,
hal ini dikarenakan begitu banyak manfaat dari ASI untuk kebutuhan gizi
bayi, kercerdasan, menjadi sistem imun bayi, daln lainnya. Adapun
manfaatnya sendiri bagi ibu ialah dapat mempercepat pemulihan setelah
persalinan, mencegah ibu dari penyakit,dan lainnya.

Berdasarkan hasil data menurut Kemenkes RI dan Pusdatin yang


menunjukkan pada tahun 2017 hanya ada 35,7% anak yang mendapatkan
ASI (kemenkes, 2018) dmana hal ini berarti masih sangat jauh dari target
rekomendasi WHO yaitu sebesar 50% (Andriani, 2018).

Pemicu kurangnya cakupan Asi eksklusif disebabkan karena


terjadinya mastitis pada ibu menyusui. Mastitis terjadi ditandai dengan
adanya peradangan pada payudara dengan disertai infeksi ataupun non
infeksi sehingga dapat terjadi adanya abses pada payudara yang
menyebabkan ibu mengalami demam, nyeri, payudara bengkak,
2

bernanah, berdarah. Hal ini dapat terjadi pada ibu menyusui pada 6-8
minggu pertama masa menyusui.

Ibu yang mengalami putting susu lecet (Mastitis) maka akan


menjadi jalan masuk bagi mikroorganisme untuk menginfeksi payudara,
yaitu bakteri staphylococcus aureus.

Pada saat trimester II dan III, perawatan payudara pada ibu hamil
sampai dengan saat menyusui perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan
payudara adalah penghasil ASI sebagai sumber nutrisi untuk bayi yang
baru lahir dan jika tidak melakukan perawatan payudara dengan baik dan
hanya melakukan perawatan payudara saat akan melahirkan atau setelah
melahirkan sering dijumpai kasus yang merugikan ibu dan bayi seperti
terjadinya bendungan ASI. Selain itu penyuluhan tentang personal
hygiene juga perlu diberikan karena mengingat terjadinya mastitis
disebabkan oleh bakteri stapylococus aerus.

Penulis tertarik mengambil penelitian dengan judul “ASUHAN


KEBIDANAN MASA NIFAS HARI KEENAM pada Ny “A” dengan
MASTITIS” Mengingat angka kejadian ibu nifas dengan MASTITIS masih
cukup tinggi dan apabila tidak segera ditangani akan membahayakan ibu.

Menurut Bertha dalam Djamudin (2009) mastitis diklarifikasikan


menjadi 4 jenis,yaitu:

 Mastitis PuerparalisEpidemik
 MastitisAninfeksiosa
 MastitisSubklinis
 MastitisInfeksiosa

Dimana keempat jenis tersebut muncul dalam kondisi yang


berbeda-beda, diantaranya adalah sebagai berikut.
3

 Mastitis PuerparalisEpidemik
Mastitis pueroparalis epidemik ini biasanya timbul apabila pertama kali
bayi dan verulen. Masalah ini paling sering terjadi di rumah sakit, yaitu dari
insfeksi silang atau bekesinambungan strain resisten.
ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau

 MastitisNoninfeksi
Mastitis noninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian
atau seluruh payudara, produksi ASI melambat dan aliran terhenti. Namun
proses ini membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai
dalam 2-3 minggu. Untuk sementara waktu, akumulasi ASI dapat
menyebabkan respon peradangan.
 MastitisSubklini
Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat
disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga produksi
ASI sangat berkurang yaitu kira-kira hanya sampai dibawah 400 ml/hari
(<400 ml/hr).
 MastitisInfeksiosa
Mastitis infeksiosa terjadi apabila proses pemberian ASI tidak baik dan
proteksi oleh faktor imun dalam ASI dan oleh respon-respon inflamasi.
Secara normal, ASI segar bukan merupakan media yang baik untuk
pertumbuhanbakteri.

AnatomiPayudara

KelenjarMamae
Payudara dimiliki oleh kedua jenis kelamin. Kelenjar ini menjadi
fungsional saat pubertas untuk merespon estrogen pada perempuan dan
pada laki-laki biasanya tidak berkembang. Saat kehamilan, kelenjar
mamae mencapai perkembangn puncaknya dan berfungsi untuk
produksi susu (laktasi) setelah kelahiran bayi.

Gambar 2.1 Anatomi Payudara


(Anonim, 2014) www.
http://goo.gl/images/YIGywf comDiaskses
Tanggal 13 Juli 2017

1) Struktur (gambar 2.1) setiap payudara merupakan elevasi dari


jaringan glandur dan adiposa yang tertutup kulit pada dinding
anterior dada. Payudara terletak di atas otot pektoralis mayor dan
melekat otot tersebut melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran
payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan
jaringan ikat dan bukan pada jumlah jaringan glandularaktual.

Jaringan glandur terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus


dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus
(ampula) sebelum muncul untuk mempeforasi puting dengan 15 sampai
20 mulut(opening)
Lobus-lobus dikelilingi jaringan adiposa dan dipisahkan oleh Ligamen
Suspensorium Cooper (berkas jaringan ikat fibrosa). Ligamen
suspensorium ini merentang dari fasia dalam otot pektoralis sampai fasia
superfisial tepat di bawahkulit.
Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 Lobulus, setiap lobus
kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di Alveoli
sekretori. Sel-sel Alveolar, di bawah pengaruh hormonal saat kehamilan
dan setelah kelahiran merupakan unit glandular yang menyintesis dan
mensreksisusu.
Puting memilki kulit berpigmen dan berkerut yang membentang keluar
sekitar 1 cm sampai 2 cm untuk membentuk Areola. Areola mengandung
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat yang besar, beberapa diantaranya
berhubungan dengan folikel rambut dan serabut otot polos yang
menyebabkan ereksi puting saat berkontraksi. Tidak ada ototdipayudara.

1) Suplai darah dan aliran cairan limfatikpayudara


Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mamaria internal, yang
merupakan cabang arteri subklavia. Kontribusi tambahan berasal dari
cabang arteri aksilaris toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena
dalam dan vena supervisial yang menuju vena kavasuperior.
Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mamae, kulit, puting dan areola
adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari
payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar. Hal ini secara klinis
memiliki hubungan singnifikan dengan metastastis kanker payudara.

Etiologi

Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak


ditemukan pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus. Bakteri ini
seringkali

berasal dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui
sobekan atau retakan di kulit pada puting susu. Mastitis biasanya terjadi
pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3
bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami
mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
StatisASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari
payudara. Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah
melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi
yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan
frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang
sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua/lebih. Stastis ASI
dapat membaik hanya dengan terus menyusui, tentunya dengan teknik
yang benar. Berikut faktor-faktor penyebab statis ASI:

1) Bendungan payudara

Kondisi ini tidak terjadi bila bayi disusui segera setelah lahir, sehingga
statis ASI terhindarkan. Pentingnya pengeluaran ASI yang segera pada
tahap awal mastitis, atau kongesti, untuk mencegah perkembangan
penyakit dan pembentukan abses. Isapan bayi adalah sarana
pengeluaran ASI yang efektif.

2) Frekunsimenyusui

Sally (2013) secara formal menunjukan dalam uji coba dengan


kontrol, bahwa insiden statis ASI dapat dikurangi hingga setengahnya

bila bayi disusui tanpa batas. Hubungan antara pembatasan frekuensi dan
durasi menyusui dan mastitis telah diuraikan oleh beberapa penulis.
Banyak wanita menderita mastitis bila mereka tidak menyusui atau bila
bayi mereka, tidak seperti biasanya, tertidur semalaman dan waktu antar
menyusui semakin lama.

3) Pengisapan padapayudara

Pengisapan yang buruk sebagai penyebab pengeluaran ASI yang


tidak efisien, saat ini dianggap sebagai faktor predisposisi utama mastitis.
Nyeri puting dan puting pecah-pecah sering ditemukan bersama dengan
mastitis. Penyebab nyeri dan trauma puting yang tersering adalah
pengisapan yang buruk pada payudara, kedua kondisi ini dapat terjadi
bersama-sama. Selain itu, nyeri puting akan menyebabkan ibu
menghindar untuk menyusui pada payudara yang sakit dan karena itu
mencentus statis ASI dan bedungan (Sally, 2013).
1) Sisi yang disukai dan pengisapan yangefisien
Banyak ibu merasa lebih mudah untuk menyusui banyinya pada satu
sisi payudara dibandingkan dengan payudara yang lain. Selain itu telah
dinyatakan bahwa pengisapan yang tidak tepat, yang menyebabkan statis
ASI dan mastitis, lebih mungkin terjadi pada sisi payudara yang lebih sulit
untuk menyusui (Sally, 2013).

2) Faktor mekanismelain
Frenulum yang pendek (tounge tie) pada bayi mengganggu pengisapan
pada payudara dan menyebabkan puting luka dan pecah-pecah.
Hal ini juga mengurangi efisiensi pengeluaran ASI dan
predisposisi untukmastitis.

Inflamasi Nonifeksiosa (Mastitis Noninfeksius)


Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala seperti: adanya
bercak panas/nyeri tekan yang akut, bercak kecil keras yang nyeri tekan,
dan tidak terjadi demam dan ibu masih merasa baik-baik saja. Mastitis
non infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelahmenyusui.

MastitisInfeksiosa
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala seperti: lemah,
nyeri kepala seperti gejala flu, demam suhu >38,5°C, ada luka pada
puting payudara, kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau
mengkilat, terasa keras dan tegang, payudara bengkak, mengeras, dan
teraba hangat, dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak
mau menyusu karena ASI yang terasa asin. Mastitis infesiosa hanya
dapat diobati dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik. Tanpa
pengeluaran ASI yang efektif, mastitis non infeksiosa sering berkembang
menjadi mastitis infeksiosa, dan mastitis infeksiosa menjadi
pembentukanabses.

Patofisiologi

Secara garis besar, mastitis atau peradangan pada payudara dapat


terjadi karena proses infeksi ataupun noninfeksi. Namun semuanya
bermuara pada proses infeksi. Mastitis akibat proses noninfeksi berawal
dari proses laktasi yang normal. Namun karena sebab-sebab tertentu
maka dapat menyebabkan
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi, mastitis yang
terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung, yaitu saat timbul
fisura/robekan/perlukan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan
menjadikan port de entry/tempat masuknya bakteri. Proses selanjutnya
adalah infeksi pada jaringan mamae (Wiknjosastro, 2010).
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam
duktus (saluran ASI) akibat statis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan
maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel
epital yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga
permeabilitas meningkat. Beberapa komponen (terutama protein
kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan
selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Statis
ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan
terjadinya infeksi (Judarwanto, 2015).

Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus


laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe
sekitar duktus
(perduktal) atau melalui penyebaran hematogan (pembuluh darah).

ManifestasiKlinik

Tanda dan gejala dari mastitis ini biasanya berupa:

Payudara yang terbendung membesar, membengkak, keras dan


kadang terasanyeri.
Payudara dapat terlihatmerah, mengkilatdan puting terengang
menjadirata.
ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengeyut untuk
menghisap ASI sampai pembengkakanberkurang.
Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala
demam, rasa dingin dan tubuh terasa pegal dansakit.
Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak padda sisi yang
sama dengan payudara yangterkena.

Gejalayangmunculjugahampirsamadenganpayudarayang
membengkak karena sumbatan saluran ASI antaralain:
Payudara terasanyeri.

Terabakeras.

Tampakkemerahan.

Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak


seperti pecah-pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu, bila
terkena sumbatan tanpa infeksi, biasanya di badan tidak terasanyeri

dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian keras dan
nyeri serta merah.
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan, dan
dapat di bedakan bila di dapatkan sumbatan pada saluran ASI, namun
tidak terasa nyeri pada payudara, dan permukaan kulit tidak pecah-
pecah maka hal itu bukan mastitis. Bila terasa sakit pada payudara
namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras, maka
hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka, 2001 dalam anonim2013).
Jika sudah terinfeksi, payudara akan bengkak dan tarasa nyeri,
terasa keras saat diraba dan tampak memerah, permukaan kulit dari
payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah-pecah.
Badan demam seperti terserang flu. Namun bila karena sumbatan
tanpa infeksi, biasanya badan tidak terasa nyeri dan tidak demam.
Pada payudara juga tidak teraba bagian yang keras dan nyeri, serta
merah (Suherni, 2009).

Pencegahan
Mastitis dan abses payudara sangat mudah dicegah, bila
menyusui dilakukan dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan
yang meningkatkan statis ASI, dan bila tanda dini seperti bendungan,
sumbatan saluran payudara, dan nyeri puting susu diobati dengan
cepat. Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa
tindakan sebagai berikut (Sarwono,2005):

Pemeriksaansadari.

Menyusui secara bergatian payudara kiri dankanan.


Untukmenncegahpenyumabatandanpembengkakansaluran,
kosongkan payudara dengan caramemompa.

Guanakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah luka
putingsusu.
Minum yangbanyak.

Menjaga kebersihan putingsusu.


Mencuci tangan sebelum dan sudahmenyusui.

Tindakan-tindakanberikutini juga dapat dilakukan untuk mencegah


terjadinya mastitis, yaitu:

Perbaikan pemahaman penatalaksanaanmenyusui.

1) Menyusui sedini mungkin setelahmelahirkan.

2) Menyusui dengan posisi yangbenar.

3) Memberikan ASI on demand dan memberikan ASIeklusif.

4) Makan dengan gizi yangseimbang.

Pemberian infomarsi tentang hal-hal yang menganggu proses


menyusui, membatasi, mengurangi isapan proses menyusui dan
meningkatkan statis ASI antaralain:
1) Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum
bayi siap untuk menghisap payudara yanglain.
2) Beban kerja yang berat atau penuhtekanan.
3) Trauma payudara karena penyebablain.

Pemberian informasi tentang penatalaksanaan yang efektif pada


payudara yang penuh dan kencang. Adapun hal-hal yang harus
dilakukanyaitu:

1) Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh


bayinya, untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka
pada putingsusu.
2) Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama
bayi menghendaki tanpabatas.
3) Perawatan payudara dengan dikompres menggunakan air hangat
dan pemerasanASI.
Pemberian informasi tentang perhatian diri terhadap semua tanda
statis ASI ibu harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya
benjolan, nyeri, panas dankemerahan:
1) Bila bu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut, maka ibu perlu
untuk beristirahat di tempat tidur bila mungkin, sering menyusui
pada payudara yang terkena, mengompres hangat pada payudara
yang terkena, berendam dengan air hangat/pancuran, memijat
dengan lembut setiap daerah benjolan saat bayi menyusui untuk
membantu ASI mengalir dari daerahtersebut.
Perhatikan dini pada kesulitan menyusui lain. Ibu membutuhkan bantuan
terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu dapat mengalami kesulitan
yang dapat menyebabkan statis ASI,seperti:
1) Nyeri/putingpecah-pecah.
2) Ketidaknyamanan payudara setelahmenyusui.
3) Kompresi puting susu (garis puting melintasi ujung puting ketika
bayi melepaskanpayudara).
4) Bayi yang tidak puas, menyusui sangat sering, jarang ataulama.
5) Pengenalan makanan lain secaradini.

Penanganan
Untuk menangani pada mastitis adalah sebagai berikut:
Berikan paracetamol 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan
sebelum terbentunya abses biasanya akanberkurang.
 Sanggahpayudara.
 Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatananalgetik.
 Untuk mengatasi infeksi diberikanantibiotik.
 Payudara dikompres dengan menggunakan airhangat.
 Mengajurkan ibu untuk selalu menyusuianaknya.
 Menganjurkan ibu untuk mengkomsumsi makanan bergizi dan
beristirahat cukup

Komplikasi
Berikut beberapa kompliksi yang dapat muncul karena
mastitis:

AbsesPayudara
Abses payudara merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi
karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah
payudara teraba keras, merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi,
maka kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses. Kurang lebih
3% kejadian dari mastitis berlanjut menjadi abses. Pemeriksaan USG
payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang
terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang
berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin diperlukan
aspirasi jarum secara serial/berlanjut. Pada abses yangsangatbesar
terkadang diperlukan tindakan bedah. Selama tindakan ini dilakukan, ibu
harus mendapatkan terapi medikasi antibiotik. ASI dari sekitar tempat juga
perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis
kumannya. (Sally, 2013).

Mastitis Berulang/Kronis
Mastitis berulang/kronis bisanya disebabkan karena pengobatan
terlambat atau tidak adekuat. Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak
minum, mengkomsumsi makan dengan gizi seimbang, serta mengatasi
stres. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya
diberikan antibiotik dosis rendah (eritromisalin 500 mg sekali sehari)
selama masa menyusui (Sally, 2013).
Penghetian MenyusuiDini
Mastitis dapat menimbulkan berbagai gejala akut yang membuat
seorang ibu memutuskan untuk berhenti menyusui. penghentian menyusui
secara mendadak dapat menyebabkan resiko terjadinya abses. Selain itu
ibu juga khawatir kalau obat yang mereka komsusi tidak aman untuk bayi
mereka. Oleh karena itu penatalaksanaan yang efektif, informasi yang
jelas dan dukungan tenaga kesehatan dan keluarga sangat saat ini (Sally,
2013).

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang
diagnosis yang tidak selalu diperlukan. Data yang mendukung
pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik meliputi
pemeriksaan laboratorium dan rontgen. Pada ibu nifas dengan mastitis
tidak dilakukan pemeriksaan laboratirum/rontgen (Wiknjosastro, 2010).
Namun World Health Organization (WHO, 2007) menganjurkan
pemeriksaan kultur sesitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila :

Pengobatan dengan antibiotik tidak sampai memperlihatkan respons


yang baik dalam 2hari.
Terjadi mastitis berulang. 2.1.10.3.Mastitis terjadi dirumahsakit.
2.1.10.4.Penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus besar
lainnya.

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan
yang langsung ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting
harus dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak
menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang
terdapat di kulit yang dapat membersihkan hasil positif palsu dari kultur.
Beberapa penelitian
memperlitkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan
tingginya jumlah bakteri atau patogenitas bakteri.

Eliminasi
Gejala: Perubahan pada pola defekasi misal., darah pada feses, nyeri
pada defekasi.
Perubahan eliminasi urinarius misal., nyeri atau rasa terbakar pada saat
berkemih, hematuria, sering berkembih.
Tanda: Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.

Makanan/Cairan
Gejala: Kebiasaan diet buruk (misal., rendah serat, tinggi lemak,
adiktif, bahan pengawet).
Anoreksia, mual/muntah.

Intoleransi makanan.
Perubahan pada berat bedan; penurunan berat badan hebat,
kakeksia, berkurangnya massa otot.
Tanda: Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema.

Neurosensori
Gejala: Pusing,sinkope.

Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misal.,
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses
penyakit).

Pernapasan
Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang
yang merokok).

Pemajanan asbes.
Keamanan
Gejala: Pemajanan pada kimia toksis, korsinogen.

Pemajanan matahari lama/berlebihan.


Tanda: Demam.
Ruam kulit, ulserasi.

Seksualitas
Gejala: Masalah seksual misal., dampak pada hubungan, perubahan
pada tingkat kepuasan.

Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun.


Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini.
Herpesgenital.

InteraksiSosial
Gejala: Ketidak adekuatan/kelemahan sistem pendukung.
Riwayat perkawinan (berkenan dengan kepuasaan di ruamah, dukungan,
atau bantuan).
Masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.

Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala: Riwayat mastitis pada keluarga misal., saudara perempuan
ataupun ibu.

Sisi primer; penyakit primer, tanggal ditemukan diagnosa.


Penyakit metastik: sisi tambahan yang terlibat; bila tidak ada, riwayat
alamiah dari primer akan memberikan informasi penting untuk mencari
metastatik.
Riwayat pengobatan: pengobatan sebelumnya, dan pengobatan
yangdiberikan.

PertimbanganRencana
pemulangan: DRG menunjukan rerata lama dirawat: Tergantung pada
sistem khusus yang terkena dan kebutuhan teraupetik, rujuk pada
sumber-sumber yang tepat.
Adapun pengkajian secara umum yang perlu diperhatikan kepada
klien adalah:

Biodata
Biodata untuk mengetahui status klien secara lengkap sehingga
sesuai dengan data yang telah ditemukan dari klien meliputi (Nursalam,
2009):
1) Namalengkap

2) Tempat tanggallahir
3) Umur
4) Agama
5) Pendidikan
6) Pekerjaan
7) Alamat
8) Tanggal masukRS
9) Tanggalpengkajian
10) Golongandarah

DataSubjektif

Data subjektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi data kejadian. Data tersebut tidak dapat
ditentukan oleh perawat secara independen tetapi melalui suatu interaksi
atau komunikasi (Nursalam, 2009).
1) Alasan Masuk RumahSakit
2) KeluhanUtama
3) RiwayatKesehatan
4) Riwayat Keluhan Utama (PQRST) 1.2) Riwayat
KesehatanSekarang
5) Riwayat Kesehatan YangLalu
6) Riwayat Kesehatan Keluarga sertaGenogram
7) RiwayatPsikososial
8) Riwayat Spritual
9) Pola Kognitif danPerceptual
10) Pola KonsepDiri
11) PolaKoping
12) PolaSeksual-Reproduksi
13) Aktivitas Sehari-hari 1.1)
14) Nutrisi
15) Cairan
Eliminasi (BAK &BAB) 1.4)
IstirahatTidur
PersonalHygiene
Aktivitas/MobilitasFisik

DataObjektif
Data objektif merupakan data yang dapat diobservasi dan dapat
diukur termasuk informasi yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan diagnostik (Nursalam, 2009). Adapun pada pengkajian yang
dilakukan hanya berfokus pada sistem reproduksi ataupun yang
bermasalah.

1) Keadaan UmumKlien
2) Antropometri
3) SistemReproduksi

Rencana Kebidanan
Intervensi kebidanan adalah preskripsi untuk perilaku yang diharapkan
dari klinik atau tindakan yang harus dilakukan oleh bidan (Doenges,
2012).

Langkah – langkah perencanaan :

Nyeri akut berhubungan dengan prosesinflamasi.

Kemungkinan dibuktikan oleh:


1) Keluhan nyeri/ ketidaknyaman,kelelahan.
2) Berfokus pada diri sendiri/ penyemptan focus.
3) Prilaku distraksi/ responautonomk.
4) Perilaku yang bersifat berhati-hati/ melindungi.

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:

1) Menunjukkan nyeri hilang atauterkontrol.


2) Terlihat rileks, dapat tidur/ beristirahat dan berpartisipasi
dalam aktivitas sesuaikemampuan.

3) Mengikuti program farmakologis yangdiresepkan


4) Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas
hiburan kedalam program kontrolnyeri
Perencanaan

1) Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-


10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda
rasa sakit nonverbal.
Rasional: membantu dalam menentukan kebutuhan
manajemen nyeri dalam keefektifan program.
2) Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu
tidur atau duduk dikursi. Tingkatkan istirahat ditempat tidur
sesuaiindikasi.
Rasional: pada penyakit berat/eksaserbasi, tirah baring
mungkin diperlukan (sampai perbaikan objektif dan
subjektif didapat) untuk membatasi nyeri/cedera
sendi.
3) Berikan masase yang lembut.

Rasional: meningkatkan relaksasi/mengurangi tegangan otot.

4) Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya


relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, biofeedback,
visualisasi, pedoman imajinasi, hipnosis diri, dan
pengendaliannapas.
Rasional: meningkatkan relaksasi, memberikan rasa
kontrol dan mungkin meningkatkan
kemampuankoping.
5) Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk
situasiindividu.

Rasional: memfokuskan kembali perhatian, memberikan


stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan
perasaan sehat.
6) Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang
direncanakanindividu.
Rasional: meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot/spasme,
memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.

Kolaborasi pemberian obat:

7) Berikan obat-obatan sesuai petunjuk : Asetilsalisilat(aspirin)


Rasional: ASA bekerja sebagai anti inflamasi dan efek
analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan
meningkatkan mobilitas. ASA harus dipakai secara
regular untuk mendukung kadar dalam darah
terapeutik. Riset mengindikasikan bahwa ASA
memiliki bahwa ASA memiliki “indeks toksisitas”
yang paling rendah dari NSAID lain
yangdiresepkan.
NSAID lainnya, misalalnya ibufrofen (mortin); naproksen
(Naprosyn); sulindak (clinoril); piroksikam (feldene);
fenoprofen (nalfon):
Rasional: dapat digunakan bila pasien tidak memberikan
respon pada aspirin atau untuk meningkatkan efek
dari aspirin.
8) Berikan es atau kompres dingin jikadibutuhkan
Rasional: Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan
bengkak selama periode akut
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
kerusakanjaringan.

Kemungkinan dapat dibuktikan

1) Adanya tanda dan gejala infeksi


Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:
2) Mengidetifikasi dan berpatisipasi dalam intervensi untuk
mencegah atau mengurangi resikoinfeksi.

3) Tetap tidak demam dan mencapai pemulihan tepat


padawaktunya.

Perencanaan

1) Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang dengan staf


danpengujung.
Rasional: lindunngi pasien dari sumber-sumber infeksi.

2) Tekankan hygienepersonal
Rasional: membantu potensial/mencegah terjadinya infeksi.

3) Pantausuhu
Rasional: peningkatan suhu terjadi karena berbagi faktor
misal., efek samping kemoterapi, proses penyakit, atau
infeksi. Indentifikasi dini proses infeksi memungkikan terapi
yang tepat untuk dimulai dengan segera.

4) Kaji semua sitem (misal., kulit, pernapasan, genitourinaria


terhadap tanda dan gejala infeksi secaraberkala.
Rasional: pengenalan dini dan intervensi segera dapat
mencegah progresi pada situasi/sepsis yang lebih serius.

5) Ubah posisi dengan sering; pertahankan linen kering dan


bebaskerutan.
Rasional: menurunkan tekanan dan iritasi pada jaringan dan
mencegah kerusakan kulit.
6) Tekankan pentingnya hygiene oral yangbaik.
Rasional: terjadinya stomatitis meningkatkan resiko terhadap
infeksi.

7) Hindari/batasi prosedur invasif. Taati teknihaseptik.


Rasional: menurunkan resiko kontaminasi, membatasi port
entry terhadap ageninfeksius.

Kaloborasi

1) Pantau jumlah darah lengkap dengan sel darah putih


diferensial dan jumlah granulosit dan trombosit
sesuaiindikasi.
Rasional : aktivitas sumsum tulang dihambat oleh efek
kemoterapi, status penyakit, atau terapi radiasi. Pemantauan
status mielosupresi penting, untuk mencegah komplikasi
lanjut (misal.,infeksi, anemia atau hemoragia).

2) Dapatkan kultur sesusaiindikasi.


Rasional: menngidetifikasi organisme penyebab dan terapi
yang tepat.

3) Berikan antibiotik sesuaiindikasi


Rasional: mungkin digunakan untuk mengidentifikasi infeksi
atau diberikan secara profiliaktif pada psaien imunosupresi.
Ansietas berhubungan dengan proses penyakit,
kurangpengetahuaan Kemungkinan dapat dibuktikan dengan:

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:

1) Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan


berkurangnya rasa takut.
2) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada
tingkat dapat diatasi.
3) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme
kopingefektifdan partisipasi aktif dalam
aturanpengobatan.

Perencanaan

1) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran danperasan.


Rasional: memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa
takut realitis serta kesalahan konsep tentang diagnosis.

2) Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan


menyetuh pasien bilatepat.
Rasional: memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri
atau ditolak; berikan aspek dan penerimaan individu.

3) Berikan informasi secara akurat, konsiten mengenai


prognosis. Hindari memperdebakant tentang persepsi pasien
terhadap situasi.
Rasional: dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan
pasien membuat keputusan sesuai dengan kondisi klien.

4) Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuannya dan


potensial efek samping. Membantu pasien
menyiapkanpengobatan.
Rasional: tujuan pengobatan memulihkan kembali keadaan
klien agar dapat menyusui.
5) Jelaskan prosedur, berikan kesempatan untuk bertanya dan
berikan jawaban jujur. Tinggal dengan pasien selama
prosedur yang menimbulakan ansietas dankonsultasi.
Rasional: informasi akurat memungkinkan pasien
menghadapi situasi lebih efektif dengan realitas, karena
menurunkan ansietas dan rasa takut karena ketidaktahuan.

6) Berikan perawatan primer dan konsisten terhadapklien.


Rasional: membantu menurunkan ansietas dengan
mengembangkan hubungan teraupetik dan memudahkan
perawatan kontinu.

7) Perhatikan koping takefektif misal., interaksi sosial buruk,


tidak berdaya danmenyerah.
Rasional: mengidetinfeksikan masalah individu dan
memberikan dukungan pada klien serta keluarga dalam
menggunakan keterampilan koping efektif.

8) Berikan informasi yang dapat dipercaya dan konsisten serta


dukungan orangterdekat.
Rasional: memungkinkan untuk interaksi interpersonal lebih
baik dan menurunkan ansietas dan rasa takut.

9) Libatkan orang terdekat dalam mengambil keputusan yang


akandibuat.
Rasional: menjamin sistem pendukung untuk pasien dan
memungkinkan orang terderkat terlibat dengan tepat.

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan


penampilan fisik akibatpenyakit.
Kemungkinan dapat dibuktikan dengan :

1) Perubahan fungsi dari bagian-bagian yangsakit.


2) Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan
masa lalu, dan penampilan.
3) Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk
melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan
pada orangterdekat.
4) Perubahan pada keterlibatan sosial; rasaterisolasi.

5) Perasaan tidak berdaya, putusasa.

Kolaborasi

1) Rujuk pada konseling psikiatri, misal: perawat spesialis


psikiatri, psikolog.
Rasional: Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan
dukungan selama berhadapan dengan proses
jangka panjang/ ketidakmampuan.
2) Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, misal; anti ansietas
dan obat- obatan peningkat alamperasaan.
Rasional: Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi
hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan
koping yang lebih efektif.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang


terpaparinformasi Kemungkinan dibuktikanoleh:
1) Pertanyaan/ permintaan informasi, pernyataan
kesalahankonsep.
2) Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang
dapat dicegah
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:

1) Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/


prognosis,perawatan.

2) Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk


modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan
atau pembatasan aktivitas.

Perencanaan

1) Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masadepan


Rasional: Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat
membuat pilihan berdasarkan informasi

2) Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan


proses sakit melalui diet,obat-obatan, dan program
dietseimbang.
Rasional: Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan
jaringan lain untuk mempertahankan fungsi
jaringan lainnya

3) Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi


yang realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-
obatan, dan manajemenstres.
Rasional: Memberikan struktur dan mengurangi ansietas
pada waktu menangani proses penyakit kronis
kompleks.

4) Tekankan bpentingnyamelanjutkan
manajemenfarmakoterapeutik.
Rasional: Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung
pada ketepatan dosis.

5) Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu,


atau antasida pada waktutidur.
Rasional:Membatasiirigasigaster,pengurangannyeridan
meningkatkan tidur dan mengurangi kekakuan di
pagihari.

6) Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan,


misal: tinitus, perdarahan gastrointestinal, dan
ruampurpuruik.
Rasional: Memperpanjang dan memaksimalkan dosis dapat
mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya
mengindikasikan kadar terapeutik darah yang
tinggi.

7) Tekankan pentingnya membaca label produk dan


mengurangi penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa
persetujuandokter.
Rasional: Banyak produk tersembunyi yang dapat
meningkatkan risiko takar layak obat/ efek samping
yang berbahaya.

8) Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan


yang banyak mengandung vitamin,protein.
Rasional: Meningkatkan perasaan sehat umum dan
perbaikan jaringan.

Implementasi
Tindakan kebidanan (implementasi) adalah deskripsi untuk
perilaku positif yang diharapkan dari klien atau tindakan yang
harus dilakukan oleh bidan sesuai dengan apa yang di
rencanakan (Doenges, 2012)
Komponen tahap implementasi :

Tindakan kebidanan mandiri dilakukan tanpa pesan dokter


Tindakan kebidanan mandiri dilakukan oleh
perawat.Misalalnya
menciptakan lingkungan yang tenang nyaman, mengurangi
kebisingan lingkungan dan membatasi jumlah pengunjung serta
lamanya waktu yang dirawat.

Tindakan keperawatankolaboratif

Tindakan keperawatan oleh perawat bila perawat bekerja


sama anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat
keputusan bersama untuk mengatasi masalah klien.

Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap


tindakankeperawatan.
Dokumentasi merupakan pernyataan kejadian atau aktivitas
yang otentik dengan mempertahankan catatan tertulis, dimana
dokumen dapat memberikan bukti respon klien terhadap
tindakan keperawatan dan perubahan-perubahan pada klien
(Carpenito, 2000).

Evaluasi
E valuasi adalah suatu hasil/ perbuatan dengan standar untuk
tujuan pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan
tercapai. Evaluasi keperawatan adalah membandingkan efek/
hasil suatu tindakan keperawatan dengan norma atau kriteria
tujuan yang sudah dibuat.
Tipe pernyataan tahap evaluasi dapat dilakukan secara
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang
dilakukan selama proses keperawatan, sedangkan evaluasi
sumatif adalah akhir.

Pernyataan evaluasiformatif
Hasil observasi formatif dan analisa perawat terhadap respon
pasien segera pada satu/ setelah tindakan keperawatan dan
tulisan pada catatan perawatan.

Pernyataan evaluasisumatif
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan dan ditulis pada catatan
perkembangan.

Ada dua alternatif dalam menafsirkan hasil evaluasi, yaitu :

1) Masalahteratasi
Masalah teratasi apabila klien dan keluarga menunjukkan
perubahan tingkah laku dan perkembangan kesehatan sesuai
dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

2) Masalah teratasisebagian
Masalah teratasi sebagian apabila pasien menunjukkan
perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian
dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

3) Masalah belumteratasi
Masalah belum teratasi apabila klien dan keluarga sama
sekali tidak menunjukkan perubahan perilaku dan
perkembangan kesehatan atau timbul masalah
baru(Nursalam,2008).
2.3. Penyimpangan KDM Kasus Ny. S

Cara menyusui
yang tidak benar

MenyusuiKurang
Efektif

Bagan 2.1 Penyimpangan KDM Kasus Mastitis (Sally, 2013)

Terjadinya bendungan
pada payudara

Resiko Tinggi hiperplasi pada sel Invasi Bakteri


StapylococcusAureus

Mendesak & menekan Inflamasi pada


Jaringan sekitar Selmamae mamae

Resiko Penyebaran
peningkatan konsitensi infeksi
mamae pus/nanah

Interupsi sel syaraf

Defisiensi
Mamae Kurangnya mencari informasi pengetahuan
membengkak/mebesar tentang penyakit

Agens cedera biologis Kurangnya koping


individu Ansietas

Anda mungkin juga menyukai