BAB 2
LANDASAN TEORI
Pengertian
Masa nifas atau Post Partum adalah masa setelah persalinan
selesai yaitu setelah berakhirnya kala IV atau masa pemantauan hingga 6
minggu atau 47 hari, dimana pada masa ini organ reproduksi cara
perlahan akan kembali berubah sesuai keadaan sebelum hamil.
bernanah, berdarah. Hal ini dapat terjadi pada ibu menyusui pada 6-8
minggu pertama masa menyusui.
Pada saat trimester II dan III, perawatan payudara pada ibu hamil
sampai dengan saat menyusui perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan
payudara adalah penghasil ASI sebagai sumber nutrisi untuk bayi yang
baru lahir dan jika tidak melakukan perawatan payudara dengan baik dan
hanya melakukan perawatan payudara saat akan melahirkan atau setelah
melahirkan sering dijumpai kasus yang merugikan ibu dan bayi seperti
terjadinya bendungan ASI. Selain itu penyuluhan tentang personal
hygiene juga perlu diberikan karena mengingat terjadinya mastitis
disebabkan oleh bakteri stapylococus aerus.
Mastitis PuerparalisEpidemik
MastitisAninfeksiosa
MastitisSubklinis
MastitisInfeksiosa
Mastitis PuerparalisEpidemik
Mastitis pueroparalis epidemik ini biasanya timbul apabila pertama kali
bayi dan verulen. Masalah ini paling sering terjadi di rumah sakit, yaitu dari
insfeksi silang atau bekesinambungan strain resisten.
ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau
MastitisNoninfeksi
Mastitis noninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian
atau seluruh payudara, produksi ASI melambat dan aliran terhenti. Namun
proses ini membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai
dalam 2-3 minggu. Untuk sementara waktu, akumulasi ASI dapat
menyebabkan respon peradangan.
MastitisSubklini
Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat
disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga produksi
ASI sangat berkurang yaitu kira-kira hanya sampai dibawah 400 ml/hari
(<400 ml/hr).
MastitisInfeksiosa
Mastitis infeksiosa terjadi apabila proses pemberian ASI tidak baik dan
proteksi oleh faktor imun dalam ASI dan oleh respon-respon inflamasi.
Secara normal, ASI segar bukan merupakan media yang baik untuk
pertumbuhanbakteri.
AnatomiPayudara
KelenjarMamae
Payudara dimiliki oleh kedua jenis kelamin. Kelenjar ini menjadi
fungsional saat pubertas untuk merespon estrogen pada perempuan dan
pada laki-laki biasanya tidak berkembang. Saat kehamilan, kelenjar
mamae mencapai perkembangn puncaknya dan berfungsi untuk
produksi susu (laktasi) setelah kelahiran bayi.
Etiologi
berasal dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui
sobekan atau retakan di kulit pada puting susu. Mastitis biasanya terjadi
pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3
bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami
mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
StatisASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari
payudara. Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah
melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi
yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan
frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang
sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua/lebih. Stastis ASI
dapat membaik hanya dengan terus menyusui, tentunya dengan teknik
yang benar. Berikut faktor-faktor penyebab statis ASI:
1) Bendungan payudara
Kondisi ini tidak terjadi bila bayi disusui segera setelah lahir, sehingga
statis ASI terhindarkan. Pentingnya pengeluaran ASI yang segera pada
tahap awal mastitis, atau kongesti, untuk mencegah perkembangan
penyakit dan pembentukan abses. Isapan bayi adalah sarana
pengeluaran ASI yang efektif.
2) Frekunsimenyusui
bila bayi disusui tanpa batas. Hubungan antara pembatasan frekuensi dan
durasi menyusui dan mastitis telah diuraikan oleh beberapa penulis.
Banyak wanita menderita mastitis bila mereka tidak menyusui atau bila
bayi mereka, tidak seperti biasanya, tertidur semalaman dan waktu antar
menyusui semakin lama.
3) Pengisapan padapayudara
2) Faktor mekanismelain
Frenulum yang pendek (tounge tie) pada bayi mengganggu pengisapan
pada payudara dan menyebabkan puting luka dan pecah-pecah.
Hal ini juga mengurangi efisiensi pengeluaran ASI dan
predisposisi untukmastitis.
MastitisInfeksiosa
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala seperti: lemah,
nyeri kepala seperti gejala flu, demam suhu >38,5°C, ada luka pada
puting payudara, kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau
mengkilat, terasa keras dan tegang, payudara bengkak, mengeras, dan
teraba hangat, dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak
mau menyusu karena ASI yang terasa asin. Mastitis infesiosa hanya
dapat diobati dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik. Tanpa
pengeluaran ASI yang efektif, mastitis non infeksiosa sering berkembang
menjadi mastitis infeksiosa, dan mastitis infeksiosa menjadi
pembentukanabses.
Patofisiologi
ManifestasiKlinik
Gejalayangmunculjugahampirsamadenganpayudarayang
membengkak karena sumbatan saluran ASI antaralain:
Payudara terasanyeri.
Terabakeras.
Tampakkemerahan.
dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian keras dan
nyeri serta merah.
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan, dan
dapat di bedakan bila di dapatkan sumbatan pada saluran ASI, namun
tidak terasa nyeri pada payudara, dan permukaan kulit tidak pecah-
pecah maka hal itu bukan mastitis. Bila terasa sakit pada payudara
namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras, maka
hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka, 2001 dalam anonim2013).
Jika sudah terinfeksi, payudara akan bengkak dan tarasa nyeri,
terasa keras saat diraba dan tampak memerah, permukaan kulit dari
payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah-pecah.
Badan demam seperti terserang flu. Namun bila karena sumbatan
tanpa infeksi, biasanya badan tidak terasa nyeri dan tidak demam.
Pada payudara juga tidak teraba bagian yang keras dan nyeri, serta
merah (Suherni, 2009).
Pencegahan
Mastitis dan abses payudara sangat mudah dicegah, bila
menyusui dilakukan dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan
yang meningkatkan statis ASI, dan bila tanda dini seperti bendungan,
sumbatan saluran payudara, dan nyeri puting susu diobati dengan
cepat. Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa
tindakan sebagai berikut (Sarwono,2005):
Pemeriksaansadari.
Guanakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah luka
putingsusu.
Minum yangbanyak.
Penanganan
Untuk menangani pada mastitis adalah sebagai berikut:
Berikan paracetamol 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan
sebelum terbentunya abses biasanya akanberkurang.
Sanggahpayudara.
Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatananalgetik.
Untuk mengatasi infeksi diberikanantibiotik.
Payudara dikompres dengan menggunakan airhangat.
Mengajurkan ibu untuk selalu menyusuianaknya.
Menganjurkan ibu untuk mengkomsumsi makanan bergizi dan
beristirahat cukup
Komplikasi
Berikut beberapa kompliksi yang dapat muncul karena
mastitis:
AbsesPayudara
Abses payudara merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi
karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah
payudara teraba keras, merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi,
maka kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses. Kurang lebih
3% kejadian dari mastitis berlanjut menjadi abses. Pemeriksaan USG
payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang
terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang
berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin diperlukan
aspirasi jarum secara serial/berlanjut. Pada abses yangsangatbesar
terkadang diperlukan tindakan bedah. Selama tindakan ini dilakukan, ibu
harus mendapatkan terapi medikasi antibiotik. ASI dari sekitar tempat juga
perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis
kumannya. (Sally, 2013).
Mastitis Berulang/Kronis
Mastitis berulang/kronis bisanya disebabkan karena pengobatan
terlambat atau tidak adekuat. Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak
minum, mengkomsumsi makan dengan gizi seimbang, serta mengatasi
stres. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya
diberikan antibiotik dosis rendah (eritromisalin 500 mg sekali sehari)
selama masa menyusui (Sally, 2013).
Penghetian MenyusuiDini
Mastitis dapat menimbulkan berbagai gejala akut yang membuat
seorang ibu memutuskan untuk berhenti menyusui. penghentian menyusui
secara mendadak dapat menyebabkan resiko terjadinya abses. Selain itu
ibu juga khawatir kalau obat yang mereka komsusi tidak aman untuk bayi
mereka. Oleh karena itu penatalaksanaan yang efektif, informasi yang
jelas dan dukungan tenaga kesehatan dan keluarga sangat saat ini (Sally,
2013).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang
diagnosis yang tidak selalu diperlukan. Data yang mendukung
pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik meliputi
pemeriksaan laboratorium dan rontgen. Pada ibu nifas dengan mastitis
tidak dilakukan pemeriksaan laboratirum/rontgen (Wiknjosastro, 2010).
Namun World Health Organization (WHO, 2007) menganjurkan
pemeriksaan kultur sesitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila :
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan
yang langsung ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting
harus dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak
menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang
terdapat di kulit yang dapat membersihkan hasil positif palsu dari kultur.
Beberapa penelitian
memperlitkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan
tingginya jumlah bakteri atau patogenitas bakteri.
Eliminasi
Gejala: Perubahan pada pola defekasi misal., darah pada feses, nyeri
pada defekasi.
Perubahan eliminasi urinarius misal., nyeri atau rasa terbakar pada saat
berkemih, hematuria, sering berkembih.
Tanda: Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
Makanan/Cairan
Gejala: Kebiasaan diet buruk (misal., rendah serat, tinggi lemak,
adiktif, bahan pengawet).
Anoreksia, mual/muntah.
Intoleransi makanan.
Perubahan pada berat bedan; penurunan berat badan hebat,
kakeksia, berkurangnya massa otot.
Tanda: Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema.
Neurosensori
Gejala: Pusing,sinkope.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misal.,
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses
penyakit).
Pernapasan
Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang
yang merokok).
Pemajanan asbes.
Keamanan
Gejala: Pemajanan pada kimia toksis, korsinogen.
Seksualitas
Gejala: Masalah seksual misal., dampak pada hubungan, perubahan
pada tingkat kepuasan.
InteraksiSosial
Gejala: Ketidak adekuatan/kelemahan sistem pendukung.
Riwayat perkawinan (berkenan dengan kepuasaan di ruamah, dukungan,
atau bantuan).
Masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala: Riwayat mastitis pada keluarga misal., saudara perempuan
ataupun ibu.
PertimbanganRencana
pemulangan: DRG menunjukan rerata lama dirawat: Tergantung pada
sistem khusus yang terkena dan kebutuhan teraupetik, rujuk pada
sumber-sumber yang tepat.
Adapun pengkajian secara umum yang perlu diperhatikan kepada
klien adalah:
Biodata
Biodata untuk mengetahui status klien secara lengkap sehingga
sesuai dengan data yang telah ditemukan dari klien meliputi (Nursalam,
2009):
1) Namalengkap
2) Tempat tanggallahir
3) Umur
4) Agama
5) Pendidikan
6) Pekerjaan
7) Alamat
8) Tanggal masukRS
9) Tanggalpengkajian
10) Golongandarah
DataSubjektif
Data subjektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi data kejadian. Data tersebut tidak dapat
ditentukan oleh perawat secara independen tetapi melalui suatu interaksi
atau komunikasi (Nursalam, 2009).
1) Alasan Masuk RumahSakit
2) KeluhanUtama
3) RiwayatKesehatan
4) Riwayat Keluhan Utama (PQRST) 1.2) Riwayat
KesehatanSekarang
5) Riwayat Kesehatan YangLalu
6) Riwayat Kesehatan Keluarga sertaGenogram
7) RiwayatPsikososial
8) Riwayat Spritual
9) Pola Kognitif danPerceptual
10) Pola KonsepDiri
11) PolaKoping
12) PolaSeksual-Reproduksi
13) Aktivitas Sehari-hari 1.1)
14) Nutrisi
15) Cairan
Eliminasi (BAK &BAB) 1.4)
IstirahatTidur
PersonalHygiene
Aktivitas/MobilitasFisik
DataObjektif
Data objektif merupakan data yang dapat diobservasi dan dapat
diukur termasuk informasi yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan diagnostik (Nursalam, 2009). Adapun pada pengkajian yang
dilakukan hanya berfokus pada sistem reproduksi ataupun yang
bermasalah.
1) Keadaan UmumKlien
2) Antropometri
3) SistemReproduksi
Rencana Kebidanan
Intervensi kebidanan adalah preskripsi untuk perilaku yang diharapkan
dari klinik atau tindakan yang harus dilakukan oleh bidan (Doenges,
2012).
Perencanaan
2) Tekankan hygienepersonal
Rasional: membantu potensial/mencegah terjadinya infeksi.
3) Pantausuhu
Rasional: peningkatan suhu terjadi karena berbagi faktor
misal., efek samping kemoterapi, proses penyakit, atau
infeksi. Indentifikasi dini proses infeksi memungkikan terapi
yang tepat untuk dimulai dengan segera.
Kaloborasi
Perencanaan
Kolaborasi
Perencanaan
4) Tekankan bpentingnyamelanjutkan
manajemenfarmakoterapeutik.
Rasional: Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung
pada ketepatan dosis.
Implementasi
Tindakan kebidanan (implementasi) adalah deskripsi untuk
perilaku positif yang diharapkan dari klien atau tindakan yang
harus dilakukan oleh bidan sesuai dengan apa yang di
rencanakan (Doenges, 2012)
Komponen tahap implementasi :
Tindakan keperawatankolaboratif
Evaluasi
E valuasi adalah suatu hasil/ perbuatan dengan standar untuk
tujuan pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan
tercapai. Evaluasi keperawatan adalah membandingkan efek/
hasil suatu tindakan keperawatan dengan norma atau kriteria
tujuan yang sudah dibuat.
Tipe pernyataan tahap evaluasi dapat dilakukan secara
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang
dilakukan selama proses keperawatan, sedangkan evaluasi
sumatif adalah akhir.
Pernyataan evaluasiformatif
Hasil observasi formatif dan analisa perawat terhadap respon
pasien segera pada satu/ setelah tindakan keperawatan dan
tulisan pada catatan perawatan.
Pernyataan evaluasisumatif
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan dan ditulis pada catatan
perkembangan.
1) Masalahteratasi
Masalah teratasi apabila klien dan keluarga menunjukkan
perubahan tingkah laku dan perkembangan kesehatan sesuai
dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2) Masalah teratasisebagian
Masalah teratasi sebagian apabila pasien menunjukkan
perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian
dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3) Masalah belumteratasi
Masalah belum teratasi apabila klien dan keluarga sama
sekali tidak menunjukkan perubahan perilaku dan
perkembangan kesehatan atau timbul masalah
baru(Nursalam,2008).
2.3. Penyimpangan KDM Kasus Ny. S
Cara menyusui
yang tidak benar
MenyusuiKurang
Efektif
Terjadinya bendungan
pada payudara
Resiko Penyebaran
peningkatan konsitensi infeksi
mamae pus/nanah
Defisiensi
Mamae Kurangnya mencari informasi pengetahuan
membengkak/mebesar tentang penyakit