Anda di halaman 1dari 184

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN II

DI RSIA SITTI KHADIJAH 1 MAKASSAR

TAHUN 2021

OLEH:

(ROHANI / PO713211181072)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI D.III

2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktik ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Institusi

dan diketahui oleh Ketua Program Studi D.III Kebidanan.

Makassar, 10 Februari 2021

Mengetahui
Ketua Program Studi D.III Pembimbing
Institusi

Afriani,S.ST,M.Keb
Nip.197910072009122002
Maria Sonda, S.Sit, M.Kes
NIP. 196005171981032002

KATA PENGANTAR

ii
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Laporan Praktik Kebidanan patologi

Laporan Praktik Kebidanan patologi ini disusun dengan maksud untuk

menyelesaikan tugas praktik klinik di Poltekkes Kemenkes Makassar dan

dijadikan bahan pembelajaran bagi mahasiswa lain dengan tetap

mendapatkan bimbingan dari dosen.

Dalam penyusunan Laporan Praktik Kebidanan patologi saya banyak

mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu

perkenankan kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Afriani,

S.ST,M.Keb selaku pembimbing institusi yang telah memberikan

bimbingannya kepada saya.

Penulis menyadari bahwa Laporan ini belum sempurna oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan Laporan Praktik Kebidanan patologi ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca

Makassar, 10 Februari 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

iii
BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. TUJUAN

C. MANFAAT

BAB II TINJAUAN KASUS

A. TINJAUAN UMUM TENTANG PRESENTASE BOKONG

B. TINJAUAN UMUM TENTANG INPARTU KALA II LAMA

C. TINJAUAN UMUM TENTANG NIFAS DENGAN NYERI POST SC

D. TINJAUAN UMUM TENTANG BAYI DENGAN ASFIKSIA

E. TINJAUAN UMUM TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN

BAB III

A. TINJAUAN KASUS KEHAMILAN

B. TINJAUAN KASUS PERSALINAN

C. TINJAUAN KASUS NIFAS

D. TINJAUAN KASUS BAYI

E. TINJAUAN KASUS KB

BAB IV PEMBAHASAN KASUS

A. ANC

B. INC

C. PNC

D. BAYI

iv
E. DMPA

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal merupakan salah

satu unsur penentu dari status kesehatan, yang ukuran

keberhasilannya dapat dilihat dari tinggi rendahnya Angka Kematian

Ibu (AKI). Kematian ibu dibagi menjadi dibagi menjadi kematian

langsung dan tidak langsung, Kematian langsung adalah sebagai

akibat komplikasi kehamilan, persalinan atau nifas dan segala

intervensi atau penanganan tidak tepas dari komplikasi tersebut.

(Saifuddin, 2014)

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator

utama derajat kesehatan suatu negara. AKI juga mengindikasikan

kemampuan dan kualitas pelayan kesehatan, kapasitas pelayanan

kesehatan, kualitas pendidikan dan pengetahuan masyarakat, kualitas

kesehatan lingkungan, sosial budaya, sosial budaya serta hambatan

dalam memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan.

World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa

penyebab kematian seorang wanita terjadi pada saat hamil, bersalin

atau 42 setelah persalinan dengan penyebab kematian langsung dan

1
2

tidak langsung. Menurut WHO dalam 25 tahun jumlah kematian ibu

telah menurun pada tahun 1990-2015 yaitu 532.000 pada tahun 1990

menjadi 303.000 pada tahun tahun 2015. Sebagian besar kematian ini

terjadi karena managemen yang kurang dan sebagian besar dapat

dicegah. (Media Centre, 2015; World Health Organization, 2015).

Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah

kesehatan yang serius di Negara berkembang. Menurut laporan World

Health Organization (WHO) tahun 2014, Angka Kematian Ibu (AKI) di

dunia yaitu 289.000 jiwa per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa

negara memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika Sub-Sahata 179.000

jiwa per 100.000 kelahiran hidup. Asia Selatan 69.000 jiwa per

100.000 kelahiran hidup dan Asia Tenggara 16.000 jiwa per 100.000

kelahiran hidup. AKI di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia

190 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 49 per 100.000 kelahiran

hidup, Thailand 26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000

kelahiran hidup dan Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup. (WHO,

2014)

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator

untuk menilai tidak saja derajat kesehatan perempuan tetapi juga

derajat kesejahteraan perempuan. Penurunan AKI merupakan salah

satu target yang perlu kerja keras (Off Track) dalam Pembangunan

Kesehatan Pasca 2015 Pembangunan Berkelanjutan 2030 Kementrian


3

Kesehatan RI Dalam SDG’s (Sustainable Development Goal) yaitu

pada goals ketiga. (Kemenkes RI, 2015).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan jumlah kematian ibu

selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh

kehamilan, persalinan dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan

karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dan lain-lain di

setiap 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil Survei Penduduk

Antar Sensus (SUPAS, 2015), AKI di Indonesia menunjukan

penurunan dari 359 kematian ibu tahun 2012 menjadi 305 kematian

ibu per 100.000 kelahiran hidup. Untuk AKB sebesar 22,23 per

100.000 kelahiran hidup yang artinya sudah mencapai target MDG

2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan Profil Kesehatan Sulawesi Selatan, AKI

mengalami peningkatan dari tahun 2014 yaitu 138/100.000 KH atau

(93,20%) menjadi 149/100.000 KH atau (99,38%) pada tahun 2015.

Penyebab AKI terdiri dari perdarahan (41,61%), hipertensi dalam

kehamilan (21,48), infeksi (4,03%), gangguan sistem peredaran darah

(8,72%), gangguan metabolik (2,01%), dan penyebab lain (22,15%).

(Profil Kesehatan Sul-Sel 2015 dan 2017).

Penyebab AKB karena BBLR  (Bayi Berat Lahir Rendah) 29

%, asfiksia 27 %, masalah pemberian minum 10 %, tetanus 10 %,

gangguan hematologi 6 %, infeksi 5 % dan lain - lain 11 % (SKRT


4

2009). Departemen Kesehatan dalam mewujudkan hal ini, salah satu

upaya terobosan dan terbukti mampu meningkatkan indikator

persalinan oleh tenaga kesehatan dalam penurunan Angka Kematian

Ibu dan Angka Kematian  Bayi adalah Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yaitu penolong

persalinan oleh tenaga kesehatan, pendamping persalinan yang ibu

inginkan, tempat persalinan yang ibu inginkan, transportasi dan donor

darah. Perencanaan pemakaian alat/ obat kontrasepsi pasca

persalinan. Ibu juga di dorong untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.

Upaya bidan dan petugas kesehatan dalam berperan

menurunkan AKI adalah memberikan asuhan kebidanan kepada ibu

hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir, bimbingan terhadap

kelompok remaja masa pra nikah, pertolongan persalinan, melakukan

pergerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk mendukung

upaya-upaya kesehatan ibu dan anak. Oleh karena itu, mahasiswi ikut

berperan serta dalam upaya menurunkan AKI dan AKB yaitu dengan

memperdalam ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan

asuhan kebidanan kepada ibu dan bayi, salah satunya dengan

magang/praktek di BPM atau klinik guna mengasah dan melatih

kemampuan dalam memberikan asuhan kebidanan yang berkualitas di

masa ini dan masa yang akan datang (Saifuddin, 2010).


5

Selain asuhan kehamilan dan persalinan, asuhan masa nifas

juga diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik

ibu maupun bayinya . Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan

terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi pada

24 jam pertama (Sarwono, 2014). Oleh sebab itu, saya bermaksud

menyusun laporan ini guna mengetahui sejauh mana penerapan teori

terhadap praktik dilahan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dapat memberikan asuhan pelayanan kebidanan pada ibu hamil,

ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir dan klien yang mengalami

gangguan sistem reproduksi dengan menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan Varney dan didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.

2. Tujuan Khusus

a) Dapat melakukan pengkajian data pada ibu hamil, bersalin,

nifas, bayi baru lahir dan KB

b) Dapat menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi

diagnosa masalah pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi dan KB

c) Dapat menetapkan  rencana tindakan segera pada ibu hamil,

bersalin, nifas bayi baru lahir dan KB


6

d) Dapat mengimplementasikan tindakan segera pada ibu hamil,

bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB

e) Dapat mengevaluasi hasil tindakan segera pada ibu hamil,

bersalin, nifas dan bayi baru lahir dan KB

f) Dapat mendokumentasikan hasil asuhan pelayanan kebidanan

dengan metode SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa,

Penatalaksanaan).

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan keterampilan

mahasiswa dalam melaksanakan tindakan asuhan kebidanan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat mengetahui kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan

tindakan asuhan kebidanan dan laporan ini diharapkan dapat

menjadi bahan acuan dan tambahan referensi bacaan dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan bagi institusi kesehatan.

3. Bagi Lahan Praktik

Bisa meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dari pelaksanaan

asuhan kebidanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan KB


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Presentase Bokong

1. Pengertian

Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan kelainan

dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah. Penunjuknya

adalah sacrum. Sacrum kanan depan (RSA = right sacrum anterior)

adalah presentasi bokong. dengan sacrum janin ada di kuadran kanan

depan panggul ibu, dan diameter bitrochanterica janin berada pada

diameter oblique dextra panggul ibu (Oxorn, Harry & Forte, 2010 :

195).

Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan

bagian terendahnya adalah bokong,kaki, atau kombinasi keduanya.

Dengan insidensi 3-4 % dari seluruh kehamilan tunggal pada umur

kehamilan cukup bulan (≥ 37 minggu), presentasi bokong meruapakan

mallpresentasi yang paling sering dijumpai. Sebelum umur kehamilan

28 minggu,kejadian presentasi bokong berkisar antara 25-30%, dan

sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah umur

kehamilan 34 minggu(Sarwono, 2010v: 588). Presentasi bokong

merupakan malpresentasi yang paling sering dijumpai. Sebelum umur


8

kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong berkisar antara 25

30 %, dan sebagianbesar akan berubah menjadi presentasi kepala

setelah umur kehamilan 34 minggu. Penyebab terjadinya presentasi

bokong tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa faktor risiko selain

prematuritas, yaitu abnormalitas struktural uterus, polihidramnion,

plasenta previa, multiparitas, mioma uteri, kehamilan multipel, anomali

janin (anensefali, hidrosefalus), dan riwayat presentasi bokong

sebelumnya. Manajemen presentasi bokong mengalami perubahan

yang mengarah kepada semakin dipilihnya cara persalinan bedah

sesar dibandingkan vaginal.

2. Patofisiologi

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin

terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih

32 minggu, jumlah air ketuban relatif banyak, sehingga memungkinkan

janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat

menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak

sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir

janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang.

Karna bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada

kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas dari

fundus uteri, sedangkan kepala berada di ruangan yang lebih kecil di

segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat di mengerti mengapa


9

pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih

tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar

ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak

seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang

(Saifuddin, 2014 : 148).

3. Klasifikasi Letak Sungsang

Klasifikasi presentasi bokong dibuat teterutama untuk kepentingan

seleksi pasien yang akan dicoba persalinan vaginal. Terdapat tiga

macam presentasi bokong, yaitu bokong murni (60-70% kasus),

bokong komplit (10% kasus), dan kaki. Varian presentasi kaki adalah

presentasi bokong inkomplit, kaki komplit, kaki inkomplit, dan lutut.

Janin dengan presentasi kaki dan variannya direkomendasikan untuk

tidak dilakukan percobaan persalinan vaginal(Sarwono, 2010 : 589).

Ada empat macam presentasi bokong menurut (Oxorn, Harry & Forte,

2010 : 196).

1) Sempurna : flexi pada paha dan lutut

2) Murni : flexi pada paha; extensi pada lutut. Ini merupakan jenis

yang tersering dan meliputi hamper dua per tiga

presentasi bokong.

3) Kaki : satu atau dua kaki, dengan extensi pada paha dan

lutut. Kaki merupakan bagian terendah.


10

4) Lutut : satu atau dua lutut, dengan extensi pada paha, flexi

pada lutut.

4. Etiologi Letak Sungsang

Faktor-faktor etiologi presentasi bokong meliputi prematuritas, air

ketuban yang berlebihan, kehamilan ganda, plasenta previa, panggul

sempit, fibromyoma, hydrocephalus, dan janin besar. Setiap keadaan

yang mempengaruhi masuknya kepala janin kedalam panggul

mempunyai peranan dalam etiologi presentasi bokong. Banyak yang

tidak diketahui sebabnya, dan setelah mengesampingkan

kemungkinan-kemungkinan lain maka sebab malposisi tersebut baru

dinyatakan hanya karna kebetulan saja. Sebaliknya, ada prsentasi

bokong yang membakat. Beberapa ibu melahirkan bayinya semuanya

dengan presentasi bokong, menunjukan bahwa bentuk panggulnya

adalah sedemikian rupa sehingga cocok untuk prsentasi bokong dari

pada presentasi kepala. Implantasi plasenta di fundus atau di cornu

uteri cenderung untuk mempermudah terjadinya presentasi bokong

(Oxorn, Harry & Forte, 2010 : 195).

Menurut Martica D. G. Silinaung, Juneke J. Kaeng, dan Erna

Supraman(2014) karakteristik persalinan letak sungsang ditemukan

hasil bahwa persalinan letak sungsang paling banyak ditemukan pada

ibu multigravida.
11

5. Prognosis Letak Sungsang

1) Bagi ibu

a) Kemungkinan robekan pada perenium lebih besar

b) Ketuban lebih cepat pecah

c) Partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi

d) Endrometritis

e) Pelepasan plasenta

2) Bagi janin

a) Kematian perinatal

b) Prolapse tali pusat

c) Trauma pada bayi akibat: tangan dan kepala menjuntai,

pembukaan serviks yang belum lengkap,CPD.

d) Asfiksia

e) Perlukaan/ trauma pada organ abdominal atau pada leher.

6. Diagnosis Letak Sungsang

Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi

abdomen. Manuver leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan

perawatan antenatal bila umur kehamilannya > 34 minggu. Untuk

memastikan apabila masih terdapat keraguan pada pemeriksaan

palpasi, dapat dilakukan pemeriksaan dalam vagina dan atau

pemeriksaan ultrasonografi. Keberhasilan untuk menemukan adanya


12

presentasi bokong pada masa kehamilan sangat penting oleh

karena adanya prosedur versi luar yang direkomendasikan guna

menurunkan insidensi persalinan dengan presentasi selain kepala dan

persalinan bedah sesar. Pemeriksaan yang hanya menunjukan

adanya presentasi bokong saja belum cukup untuk membuat perkiraan

besarnya risiko guna pengambilan keputusan caara persalinan yang

hendak dipilih. Taksiran berat jain, jenis keadaan bokong, keadaan

selaput ketuban, ukuran dan struktur tulang panggul ibu, keadaan

hiperekstensi kepala janin, kemajuan persalinan, pengalaman

penolong, dan ketersediaan fasilitas pelayanan intensif neonatal

merupakan hal-hal yang penting untuk diketahui. Klasifikasi presentasi

bokong dibuat terutama untuk kepentingan seleksi pasien yang akan

dicoba persalinan vaginal.

Terdapat tiga macam presentasi bokong, yaitu bokong murni

(60-70% kasus), bokong komplit (10% kasus), dan kaki. varian

presentasi kaki adalah presentasi bokong inkomplit, kaki komplit, kaki

inkomplit, dan lutut. Janin dengan presentasi kaki dan variannya

direkomendasikan untuk tidak dilakukan percobaan persalinan vagina

(Sarwono, 2010 : 588).

Diagnosa kehamilan letak sungsang menurut (Marmi, 2011) dapat

ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan yaitu :


13

1) Pemeriksaan abdomminal

(a) Letaknya adalah memanjang

(b) Diatas panggul teraba massa lunak, irreguler dan tidak terasa

seperti kepala, di curigai adalah bokong. Pada presentasi

bokong murni otot-otot paha terengang di atas tulang-tulang di

bawahnya, memberikan gambaran keras menyerupai kepala

dan menyebabkan keselahan diagnosa.

(c) Punggung ada di sebelah kanan dekat garis tengah. Bagian-

bagian kecil ada disebelah kiri. Jauh dari garis tengah dan

belakang.

(d) Kepala teraba difundus uteri, mungkin kepala sukar di raba bila

kepala ada di bawah hepar atau iga-iga. kepala lebih keras dan

lebih bulat dari padabokong dan kadangkadang dapat

dipantulkan (ballottement). Kalau di fundus uteri taraba masa

yang dapat dipantulkan, harus dicurigai presentasi bokong.

(e) Benjolan kepala tidak ada dan bokong tidak dapat dipantulkan.

2) Denyut jantung janin Denyut janin terdengar paling keras pada atau

diatas umbilikus dan pada sisi yang sama dengan punggung pada

RSA (Right Sacrum Anterior) denyut jantung janin terdengar paling

keras di kuadran kanan atau perut ibu. Kadang-kadang denyut

jantung janin terdengar dibawah umbilikus, dalam hal ini banyak


14

diagnosa yang dibuat dengan palpasi jangan dirubah oleh sebab itu

denyut jantung janin terdengar tidak ditempat biasa.

3) Pemeriksaaan dalam

a) Bagian terendah teraba tinggi

a) Tidak teraba kepala yang keras, rata dan teratur dengan garis-garis

sutura dan fontanella. Hasil pemeriksaan negatif ini menunjukan

adanya mal presentasi. c) Bagian terendahnya teraba lunak dan

inreguler. Anus dan tuber ishiadicum terletak pada satu garis.

Bokong tidak teraba, yang teraba hanya bagian muka.

b) Kadang-kadang pada presentasi bokong murni sacrum tertarik

dibawah dan teraba oleh jari-jari pemeriksan, hanya dapat teraba

bagian kepalaseperti tulang yang keras.

c) acrum ada di kuadran kanan dan panggul dan daimeter

bitrochanteria ada pada diameter obliqua kanan.

d) Kadang-kadang teraba kaki dan harus dibedakan dengan tangan.

Pemeriksaan Sinar X Sinar X berguna baik untuk menegakkan

diagnosa maupun untuk menentukan perkiraan ukuran dan

konfigurasi panggul ibu. Pemeriksaan sinar X harus dikerjakan

pada semua primigravida dan pada multipara yang mempunyai

riwayat persalinan sukar atau bayi-bayi yang lahirkan sebelum kecil

semua, sinar X menunjukkan dengan tepat sikap dan posisi janin,

demikian pula kalainan-kelainan seperti hydrochepalus.


15

Pemeriksaan seksama dengan ultrasonografi akan

memastikan letak janin yang tidak normal. Letak sungsang dikenal

pula dengan istilah kelahiran bokong dengan empat kemungkinan.

Kemungkinan pertama, ditemukan bokong sempurna atau bokong

kaki, jika kedua tungkai terlipat didepan perut. Kedua, bokong

murni, kalau kedua tungkai menekuk lurus kearah depan tubuh

hingga bekerja sebagai badai mengurangi kebebasan gerak lahir.

Terakhir, bokong lutut, satu atau dua lutut menghadap jalan lahir

(Sarwono, 2010 : 589).

7. Penanganan Letak Sungsang Pada Masa Kehamilan

Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah

malpresentasi pada saat persalinan. Pada saat ini ada tiga cara yang

dipakai untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi

kepala yaitu versi luar, moksibusi dan atau akupuntur, dan posisi

dada-lutut(Knee Chest). Bukti-bukti tentang manfaat dan keamanan

tindakan versi luar sudah cukup tetapi masih belum bagi tindakan

moksibusi dan/ atau akupuntur, dan posisi dada-lutut. Dengan

demikian, baru tindakan versi luar yang direkomendasikan (Sarwono,

2010 : 590). Salah satu penanganan tindakan versi luar adalah

dengan melakukan posisi knee chest.

a. Knee Chest Position

1) Definisi Knee Chest Position


16

Secara harfiah knee chest position berarti posisi lutut-

dada atau menungging atau biasa juga disebut dengan posisi

sujud. Menurut dr. Frizar Irmansyah, SpOG (K) menyatakan

bahwa knee chest position adalah posisi sujud yang dapat

dilakukan untuk memutar posisi bayi sungsang menjadi posisi

yang seharusnya. Knee chest position ini dapat dilakukan pada

usia kandungan 7-8 delapan bulan. Durasi untuk melakukan

posisi sujud ini dilakukan selama 5-10 menit dua kali dalam

sehari. Greenhill menyatakan bahwa versi spontan adalah

yangdiharapkan setelah melakukan Knee Chest Position (KCP)

ini. Dilakukan 2-3 kali sehari selama 10-15 menit. Dimana

diharapkan bokong janin yang telah turun akan bebas kembali

sehingga terjadi versi spontan.Usia kehamilan yang dianjurkan

untuk KCP adalah usia kehamilan 30-32 minggu. Kalau 1

minggu tidak berhasil berarti versi luar juga sia-sia (Rizkiani,

2013 : 288).

2) Kegunaan Knee-Chest Position

Kondisi melahirkan sungsang (bokong) biasanya terjadi ketika

kepala bayi tidak berada pada jalan lahir diusia kehamilan 37

minggu. Janin akan berputar-putar dalam rahim hingga berumur

35-36 minggu. Melahirkan bayi dengan kepala diatas,

dapatmempengaruhi proses persalinan. Adapun salah satu cara


17

untuk mencegah melahirkan sungsang (bokong) adalah melakukan

knee chest position, dengan posisi perut seakan-akan

menggantung ke bawah. Dilakukan rutin 2 kali setiap hari pagi dan

sore selama 10 menit. Kegiatan ini sangat mengurangi

kemungkinan melahirkan sungsang, aman dan memberi ruang

pada bayi untuk berputar kembali ke posisi normal. Kemungkinan

berhasil adalah 92%.Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan

posisi janin letak bokong pada kehamilan. Penyebab yang

umumnya terjadiantara lain panggul sempit, plasenta previa atau

lainnya. Usaha yanga dapat dilakukan untuk mengubah posisi janin

menjadi kepala di bawah adalah melakukan knee chest position

(posisi lutut-dada), berlututlah seperti dalam posisi sujud, letakan

dada pada dasar lantai, bernafaslah dengan rileks, lakukan posisi

ini antara 5 sampai 10 menit. Posisi knee-chest dapat dilakukan

1sampai 2 kali sehari. Posisi janin dikatakan sudah mantap (tidak

berubah lagi) setelah usia kehamilan 35 minggu. Jadi, bila pada

usia kehamilan 32 minggu letaknya sungsang, masih ada

kemungkinan berubahkarena usia kehamilan belum 35 minggu.

Biasanya dokter akan menyarankan ibu melakukan gerakan

tertentu yang disebut knee-chest position, yaitu gerakan seperti

sujud, salah satu pipi menempel di lantai, kedua lutut menempel di

lantai dan bokong dalam posisi menungging. Dilakukan minimal 2


18

kali sehari, selama 10-15 menit. Gerakan ini bertujuan agar janin

berputar sehinggabagian terbawahnya adalah kepala. Dalam

penelitian B. Kenfack dkk, instruksi yang diberikan kepada

perempuan untuk mengasumsikan posisi knee chest selama 15

menit tiga kali sehari selama seminggu, berhasil mengubah

presentasi sungsang ke presentasi kepala 61% dari wanita

dibandingkan dengan versi spontan 40% pada kelompok kontrol,

dengan signifikan secara statistik perbedaannya. Studi ini

menunjukkan bahwa menasihati perempuan dengan janin

presentasi sungsang antara minggu ke-36 dan ke-37 untuk

menggunakan posisi knee chest selama 15 menit tiga kali sehari

aman, sederhana dan secara signifikan mengurangi kejadian

sungsang saat persalinan. Dapat disimpulkan kegunaan dari knee-

chest position adalah

a) Mencegah melahirkan sungsang/bokong

b) Memutar posisi janin sehingga bagian bawahnya adalah kepala.

3) Teknik Knee-Chest Position

Untuk melakukan knee chest position adalah:

a) Melakukan posisi sujud dengan kedua tangan diletakan dilantai,

salah satu sisi muka menempel di lantai, kedua kaki

direntangkan selebar bahu.

b) Dada dan bahu sedapat mungkin menempel dilantai


19

c) Lipat kedua lutut sehingga paha tegak lurus dengan lantai

d) Pertahankan posisi selama 5-10 menit.

Hal ini dapat membantu memperbaiki posisi janin tidak normal

menjadi presentasi kepala dan meningkatkan peredaran darah

pada dinding panggul.

B. Tinjauan Umum Tentang inpartu kala II Lama

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup proses

fisiologis yang memungkinkan serangkain perubahan yang besar

pada ibu untuk dapat melahirkan melalui jalan lahir. Persalinan dan

kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam tanpa

komplikasi baik ibu maupun janin (Nurul Jannah, 2017)

Persalinan normal juga dapat dikatakan sebagai suatu fenomena

alam yang mengarah pada penciptaan kehidupan baru, hal tersebut

merupakan momen paling menyentuh dan spesial dalam kehidupan

seorang wanita dan merupakan pengalaman unik yang bisa mereka

dapatkan dan pada persalinan normal ini seorang ibu dilatih


20

2. Jenis Persalinan

Berdasarkan caranya, persalinan dapat dikelompokan dalam 4

cara, yaitu (Mochtar, 1998 dalam Annisa, 2011) :

a. Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung

dengan kekuatan ibu sendiri.

b. Persalinan normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada

kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak

memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul dengan

pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir

dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan/pertolongan

buatan dan tanpa komplikasi.

c. Persalinan anjuran adalah persalinan yang terjadi jika kekuatan

yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan

jalan rangsangan, yaitu merangsang otot rahim berkontraksi

seperti dengan menggunakan prostaglandin, oksitosin, atau

memecahkan ketuban.

d. Persalinan tindakan adalah persalinan yang tidak dapat berjalan

normal secara spontan atau tidak berjalan sendiri, oleh karena

terdapat indikasi adanya penyulit persalinan sehingga

persalinan dilakukan dengan

1) Persalinan Tindakan Pervaginam


21

Apabila persyaratan pervaginam memenuhi, meliputi

ekstraksi vakum dan forsep untuk bayi yang masih hidup

dan embriotomi untuk bayi yang sudah meninggal.

2) Persalinan Tindakan Perabdomen

Apabila persyaratan pervaginam tidak memenuhi,

berupa Sectio Caesarea (SC).

3. Tahap Persalinan

Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Tahapan Persalinan

tersebut adalah

a. Kala I, persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan

pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10

cm). Kala I dinamakan juga kala pembukaan, Normalnya Kala I

berlangsung selama 12- 14 jam.

b. Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, oleh karena

kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin di dorong keluar

sampai lahir.

c. Kala III, dalam kala III atau disebut juga kala uri, plasenta

terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan.

b.Kala IV, mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian.

Dalam kala tersebut diobservasi apakah terjadi perdarahan post

partum. (Rohani dkk, 2011, dalam Wahyuni, 2014)


22

4. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Proses Persalinan

a. Power (His/Kontraksi)

Menurut Yeyeh (2009 b; h. 13-18), his/ kontraksi uterus adalah

kontraksi otot – otot uterus dalam persalinan. Kontraksi uterus

tidak sama kuat, yang terkuat di fundus dan terlemah di

segmen bawah rahim. Lamanya his dalam persalinan berkisar

antara 45 – 75 detik, frekuensi minimal 3 kali dalam 10 menit.

His persalinan menurut faal:

1) His pembukaan, adalah his yang menimbulkan

pembukaan pada serviks. His ini terjadi sampai

pembukaan seviks lengkap 10 cm, his mulai kuat, teratur

dan sakit.

2) His pengeluaran (his mengedan/ his kala II), his sangat

kuat teratur, simetris, terkoordinasi dan lama. His

pengeluaran ber-fungsi untuk mengeluarkan janin.

Terjadi koordinasi bersama antara his kontraksi otot

perut, kontraksi diafragma, dan ligament.

3) His pelepasan uri (kala III), kontraksi mulai turun,

berfungsi melepaskan dan mengeluarkan plasenta.

4) His pengiring (kala IV), kontraksi bersifat lemah, masih

sedikit nyeri, menyebabkan pengecilan rahim.


23

2)    Passage (Jalan Lahir)

Disamping kontraksi dominan di daerah fundus, pada

kala I persalinan menyebabkan terjdinya pembukaan secara

pasif mulut rahim, memdorong bagian janin terendah menuju

jalan lahir, sehingga ikut aktif membuka mulut rahim (Mauaba;

2009;h. 146).

Menurut Yeyeh (2009 b; h. 22-25), bentuk rongga

panggul pada dasarnya menyerupai tabling, tetapi sedikit

melengkung ke depan pada ujung kaudalnya, membentuk

dudut sekitar 90o sehingga digambarkan sebagai saluran

berbentuk J atau L bila dipandang dari bidang sagital.

Bentuk dan dimensi tulang panggul ditentukan oleh

sejum-lah faktor lingkungan, hormon, dan genetik. Ada empat

tipe utama yang dikenali: ginekoid, android, antropoid, dan

platipelloid. Bentuk dan stuktur dasar panggul memiliki peran

penting dalam mengarahkan kepala janin yang sedang

menuruni bagian bawah rongga  panggul yang melenkung ke

depan.

3)    Passanger (Janin dan Plasenta)

Sikap (habitus), menunjukan hubungan antara bagian –

bagian janin dengan sumbu janin, biasanya dengan tulang

punggungnya. Sikap janin bervariasi tergantung


24

presentasinya. Letak janin adalah hubungan antara sumbu

panjang janin dengan sumbu panjang ibu, kemungkinan pada

letak janin yaitu letak memanjang, letak membujur, dan

oblique.

Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin

yang ada di bagian bawah rahim. Sedangkan untuk bagian

terbawah janin, hampir sama dengan presentasi hanya

diperjelas istilahnya. Sikap fleksi menyeluruh pada janin dan

terutama fleksi pada kepala, bersama kontraksi uterus yang

efisien akan menghasilkan hubungan mekanis yang lebih baik

dengan panggul. (Yeyeh, 2009 b; h. 21)

5. Komplikasi dan penyulit partus lama

a. Terdapat Tanda Partus Lama

Tanda – tanda dari partus lama antara lain :

1) Fase Laten Memanjang

Fase laten yang memanjang ditandai dari pembukaan serviks

kurang dari 4 cm setelah 8 jam dengan kontraksi teratur

(lebih dari 2 kali dalam 10 menit)


25

2) Fase Aktif Memanjang

a) Istilah fase aktif memanjang mengacu pada kemajuan

pembukaan yang tidak adekuat setelah didirikan

diagnosa kala I fase aktif, dengan didasari atas :

(1) Pembukaan kurang dari 1 cm per jam selama

sekurang-kurangnya 2 jam setelah kemajuan

persalinan

(2) Kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida dan

kurang dari 1,5 cm pada multipara

(3) Lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4 cm sampai

pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm perjam)

b) Karakteristik Fase Aktif Memanjang :

(1) Kontraksi melemah sehingga menjadi kurang kuat,

lebih singkat dan atau lebih jarang

(2) Kualitas kontraksi sama seperti semula tidak

mengalami kemajuan

(3) Pada pemeriksaan vaginal, serviks tidak mengalami

perubahan

3). Kala II memanjang

Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah

lengkap dan berakhir dengan keluarnya janin. Kala II

persalinan pada nulipara dibatasi dua jam sedangkan


26

untuk multipara satu jam. Pada ibu dengan paritas

tinggi, kontinuitas otot vagina dan perineum sudah

meregang, dua atau tiga kali usaha mengejan setelah

pembukaan lengkap mungkin cukup untuk

mengeluarkan janin.Sebaliknya untuk ibu dengan

panggul sempit atau janin besarmaka kala II dapat

sangat panjang. Kala II memanjang dapat didiagnosa

jikapembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan,

tetapi tidak ada kemajuan penurunan

c) Penyebab Fase Aktif Memanjang :

(1) Malposisi (presentasi selain belakang kepala)

(2) Makrosomia (bayi besar) atau disproporsi kepala-

panggul (CPD)

(3) Intensitas kontraksi yang tidak adekuat

(4) Serviks yang menetap

(5) Kelainan fisik ibu (mis:pinggang pendek)

(6) Kombinasi penyebab atau penyebab yang tidak

diketahui

b. Akibat Dari Persalinan Yang Lama

1) Terhadap Janin

Akibat untuk janin meliputi :

a) Trauma
27

b) Asidosis

c) Kerusakan Hipoksik

d) Infeksi

e) Peningkatan Mortalitas serta Morbiditas Perinatal.

2) Terhadap Ibu

Akibat untuk ibu adalah :

a) Penurunan semangat

b) Kelelahan

c) Dehidrasi

d) Asidosis

e) Infeksi

f) Resiko Ruptur Uterus

g) Perlunya intervensi bedah meningkatkan Mortalitas Dan

Morbiditas.

c. Tanda dan Gejala Diagnosis

1) Servik tidak membuka

2) Tidak didapatkan his/his tidak teratur Belum inpartu

3) Pebukaan servik tidak melebihi 4cm sesudah 8 jam inpartu

dengan his teratur Fase laten memanjang Pembukaan servik

melewati kanan garis waspada partograf.

4) Frekuensi his kurang dari 3 his per 10 menit lamanya kurang

dari 40 detik.
28

5) Pembukaan servik dan turunnya bagian janin yang

dipresentasi tidak maju sedangkan his baik

6) Pembukaan servik dan turunya bagian janin yang di presentasi

tidak maju dengan takut, terdapat moulase hebat, odema

servik, tanda rupture uteri iminen, gawat janin.

d. Kelainan Tenaga Atau His

Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida khususnya

primigravida tua. Pada multipara lebih banyak ditemukan yang

bersifat inersia uteri. Faktor herediter mungkin memegang

peranan yang sangat penting dalam kelainan his. Satu sebab

yang penting dalam kelalinan his, khususnya inersia uteri adalah

bagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen

bawah uterus seperti misalnya pada kelainan letak janin atau

pada kelainan CPD.

Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau

hidramnion juga dapat merupakan penyebab inersia uteri.

Gangguan dalam pembentukan uterus pada masa embrional

misalnya; uterus bikornis unikolis, dapat pula mengakibatkan

kelainan his.

1) His Hipotonik

a) Pengertian :
29

(1) Kelainan dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih

aman, singkat dan jarang daripada biasa, keadaan ini

dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine

contraction.

(2) Kalau timbul setelah berlangsungnya his kuat untuk

waktu yang lama hal ini dinamakan dengan inersia

uteri sekunder.

(3) Diagnosis inersia uteri paling sulit dalam fase laten.

Kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri tidak cukup

untuk membuat diagnosis bahwa persalinan sudah

dimulai.

(4) Untuk sampai pada kesimpulan ini diperlukan

kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi terjadi

perubahan pada servik yaitu pendataran atau

pembukaan servik

b) Penanganan :

(1) Setelah diagnosis inersia uteri ditetapkan, harus

diperiksa keadaan servik, presentasi serta posisi

janin, turunnya kepala janin dalam panggul dan

keadaan panggul.

(2) Apabila ada disproporsi chepalopelvik yang berarti,

sebaiknya diambil keputusan untuk melakukan SC.


30

(3) KU pasien sementara diperbaiki, dan kandung

kencing serta rectum dikosongkan, apabila kepala

atau bokong janin sudah masuk ke dalam panggul,

penderita di sarankan untuk berjalan-jalan terlebih

dahulu.

(4) Untuk merangsang his selain dengan pemecahan

ketuban bisa diberikan oksitosin, 5 satuan oksitosin

dimasukan ke dalam larutan glukosa 5% dan

diberikan secara infus IV (dengan kecepatan kira-kira

12 tetes permenit yang perlahan dapat dinaikan

sampai kira-kira 50 tetes.

(5) Kalau 50 tetes tidak dapat berhasil bisa dengan

memeberikan dosis lebih tinggi dengan cara pasien

harus di awasi dengan ketat dan tidak boleh

ditinggalkan.

(6) Oksitosin yang diberikan dengan suntikan IM akan

dapat menimbulkan incoordinate uterin action.

2) His Hipertonik (his terlampau kuat)

a) Pengertian :
31

(1) Walaupun pada golongan koordinate hipertonik uterin

contraction bukan merupakan penyebab distosia

namun bisa juga merupakan kelaianan his.

(2) His yang terlalu kuat atau terlalu efisien menyebabkan

persalinan selesai dalam waktu yang sangat singkat

(partus presipitatus): sifat his normal, tonus otot di luar

his juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his.

(3) Bahaya partus presipitatus bagi ibu ialah terjadinya

perlukaan luas pada jalan lahir, khususnya servik uteri,

vagina dan perineum.

(4) Sedangkan pada bayi dapat mengalami perdarahan

dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami

tekanan kuat dalam waktu sangat singkat.

b) Penanganan :

(1) Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat

diilakukan karena biasanya bayi sudah lahir tanpa ada

seseorang yang menolong.

(2) Kalau seorang wanita pernah mengalami partus

presipitatus kemungkinan besar kejadian ini akan

berulang pada persalinan selanjutnya. Oleh karena itu

sebaiknya wanita di rawat sebelum persalinan,


32

sehingga pengawasan dapat dilakukan dengan baik,

dan episiotomi dilakukan pada waktu yang tepat untuk

menghindari ruptur perineum tingkat III.

3) His yang tidak terkoordinasi

a.) Pengertian :

(1) His disini sifatnya berubah-ubah tonus otot uterus

meningkat juga di luar his, dan kontraksinya tidak

berlangsung seperti biasa karena tidak ada

sinkronisasi antara kontraksi bagian-bagiannya.

(2) Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas,

tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dan

mengadakan pembukaan.

(3) Disamping itu tonus otot uterus yang menaik

menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama

bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada

janin.

(4) His ini disebut sebagai incoordinate hipertonik uterin

contraction.

b.) Penanganan :
33

(1) Kelainan ini hanya dapat diobati secara simtomatis

karena belum ada obat yang dapat memperbaiki

koordinasi fungsional antara bagian-bagian uterus.

(2) Usaha yang dapat dilakukan ialah mengurangi tonus

otot dan mengurangi ketakutan penderita. Hal ini dapat

dilakukan dengan pemberian analgetika, seperti

morphin, pethidin.

(3) Akan tetapi persalinan tidak boleh berlangsung

berlarut-larut apalagi kalau ketuban sudah pecah.

(4) Dan kalau pembukaan belum lengkap, perlu

dipertimbangkan SC

C. Tinjauan Umum Tentang Nifas dengan Nyeri Post SC

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi

serta plasenta juga selaput chorion yang diperlukan untuk pulihnya

kembali alat-alat reproduksi seperti sebelum hamil dengan waktu

kurang lebih 6 minggu (Sonda Maria , dkk , 2016) .

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang berlangsung

selama 6 minggu untuk pulihnya kembali alat-alat reproduksi seperti

sebelum hamil.

2. Tahapan Masa Nifas (Maria Sonda dkk, 2016)

a. Immediate postpartum period


34

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Masa

ini sering terdapat banyak masalah misalnya perdarahan karena

atonia uteri oleh karena itu bidan harus teratur melakukan

pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan

darah, suhu dan kandung kemih.

b. Early postpartum period

Dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan dan lokhea tidak

berbau busuk , tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan

dan minum, dapat menyusui dengan baik.

c. Late postpartum period

Masa 1-6 minggu. Pada periode ini bidan tetap mealukan

perawatan dan pemeriksaan sehari-hari dan konseling KB.

3. Fase Pada Periode Postpartum

Fase pada periode postpartum dibagi menjadi 3 fase yaitu:

a. Fase taking in

Perilaku maternal 1-2 hari postpartum. Fase ini berlangsung

secara pasif dan dependen, mengarahkan energi pada diri sendiri

dan bukan kepada bayi yang baru dilahirkannya, serta

mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan.

b. Fase taking hold

Perilaku maternal 2 hingga 7 hari postpartum. Ibu memilki lebih

banyak energi, mengambil tugas merawat bayi dan edukasi


35

perawatan sendiri, memperlihatkan kurangnya keyakinan diri

merawat bayi.

c. Fase Letting-go

Perilaku maternal sekitar 7 hari postpartum. Pada fase ini ibu

menyesuaikan kembali hubungan dengan anggota keluarga.

4. Masalah Perineum

a. Nyeri perineum

Tanpa menghiraukan apakah persalinan mengakibatkan

trauma perineum, ibu cenderung merasakan memar di sekitar

vagina dan jaringan perineum selama beberapa hari pertama

setelah persalinan. Para ibu mengalami cedera perineum akan

merasakan nyeri selama beberapa hari hingga penyembuhan

terjadi (Manuaba, Ida Ayu Chadranita, 2010).

Jika ibu mengalami trauma perineum yang membutuhkan

jahitan, masalah yang segera timbul setelah persalinan adalah

keluhan nyeri perineum yang hebat. Pemberian kompres dingin

secara lokal dapat mengurangi hematoma dengan segera.

Penggunaan analgesik oral dan juga obat komplementer lainnya

dianggap bermanfaat, meskipun efektifitasnya hingga kini belum

diperkuat dengan temuan penelitian (Manuaba, Ida Ayu

Chadranita, 2010).

b. Pembagian derajat robekan perineum


36

Derajat robekan perineum dibagi menjadi 4 antara lain

(Manuaba, Ida Ayu Chadranita, 2010):

1) Derajat I meliputi mukosa vagina, forchette posterior, kulit

perineum.

2) Derajat II meliputi mukosa vagina, forchette posterior, kulit

perineum, otot perineum.

3) Derajat III meliputi mukosa vagina, forchette posterior, kulit

perineum, otot perineum, otot sfingter ani eksterna.

4) Derajat IV meliputi mukosa vagina, forchette posterior, kulit

perineum, otot perineum, otot sfingter ani eksterna, dinding

rectum anterior.

5. Informasi Yang Perlu Diberikan Pada Ibu Nifas

Berikan informasi tentang perlunya melakukan hal-hal berikut:

a. Kebersihan diri

Membersihkan daerah vulva dari depan ke belakang setelah

buang air kecil atau besar dengan sabun dan air, mengganti

pembalut dua kali sehari, mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin,

menghindari menyentuh daerah luka episiotomi atau laserasi.

b. Istirahat

Beristirahat yang cukup, kembali melakukan rutinitas rumah

tangga secara bertahap


37

c. Latihan

Menjelaskan pentingnya otot perut dan panggul

d. Gizi

Mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari, diet seimbang (cukup

protein, mineral dan vitamin), minum minimal 3 liter/hari, suplemen

besi diminum setidaknya selama 3 bulan pascasalin, terutama di

daerah dengan prevalensi anemia tinggi, suplemen vitamin A: 1

kapsul 200.000 IU diminum segera setelah persalinan dan 1

kapsul 200.000 IU diminum 24 jam kemudian.

e. Menyusui dan merawat payudara

Jelaskan kepada ibu mengenai cara menyusui dan merawat

payudara.

f. Senggama

Senggama aman dilakukan setelah darah tidak keluar dan ibu

tidak merasa nyeri ketika memasukan jari ke dalam vagina.

Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.

g. Kontrasepsi dan keluarga berencana

Jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya kontrasepsi dan

keluarga berencana setelah bersalin.

6. Perawatan Post SC

Adapun perawatan post SC yang dilakukan oleh bidan yaitu

diantaranya:
38

a. Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernapasan, ukur

jumlah urine yang tertampung dikantong urine dan periksa/ukur

jumlah perdarahan selama operasi.

b. Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas

pada lembar laporan. Catat lama operasi, jenis kelamin, nilai apgar

score dan kondisi bayi saat lahir, lembar operasi ditanda tangani

oleh operator.

c. Buat instruksi perawatan yang meliputi: jadwal pemeriksaan ulang

tekanan darah, frekuensi nadi dan pernafasan, jadwal pengukuran

jumlah produksi urine, berikan instruksi dengan jelas, singkat dan

terperinci yang mencangkup nama, obat, dosis, cara pemberian

dan waktu atau jam pemberian.

7. Adaptasi/perubahan

a. Pengaruh anastesi pada post sectio caesaria

Pada jam pertama setelah anastesi merupakan waktu yang

potensial berbahaya bagi ibu karena ada masalah yang timbul dan

pengaruh anastesi seperti sumbatan pada janin nafas diikuti

sianosis dan henti jantung yang disebabkan karena lidah jatuh ke

bawah atau ke belakang menutupi faring. Terjadi gangguan

eliminasi yang disebabkan karena adanya penurunan peristaltik

usus selam 24 jam, setelah pembedahan daerah pelvis atau


39

abdomen akan berlangsung beberapa hari, konstipasi dapat

disebabkan karena kurang aktivitas, tidak adekuatnya intake

ba=han makanan yang mengandung serat. Pengaruh anastesi

juga dapat menyebabkan kebutuhan nutrisi terganggu.

b. Luka post operasi sectio caesaria

Luka post Op sectio caesaria dapat menimbulkan masalah seperti

nyeri. Rasa nyeri timbul setel;ah operasi karena terjadi tarikan,

manipulasi jaringan, terputusnya jaringan juga dapat terjadi akibat

stimulus ujung saraf, oleh karena bahan kimia lepas pada saat

operasi atau iskemi jaringan akibat gangguan suplai darah ke

salah satu bagian tubuh sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman

dan aktivitas Da pat terganggu. Pada luka juga dapat

menyebabkan perdarahan yang disebabkan karena terputusnya

jaringan dan terbuka, sehingga dapat menimbulkan defisit volume

caairan, HB berkurang, daya tubuh menurun dan dapat

menimbulkan infeksi pada luka post Op.

c. Perubahan pada korpus uteri

Pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah

kelahiran bayi tersebut disebut involusio. Dalam 12 jam setelah

persalinan, fundus uteri berada kira-kira 1 cm di atas umbilicus, 6

hari post partum ± 2 jari di bawah pusat dan uterus tidak teraba

setelah 10-12 hari post partum. Peningkatan kontraksi uteri segera


40

setelah persalinan yang merupakan respon untuk mengurangi

volume intra uteri. Pada uteri terdapat pelepasan plasenta sebesar

telapak tangan, tempat pelepasan plasenta belum sempurna

sampai 6 minggu post partum, uterus mengeluarkan cairan melalui

vagina yang disebut lochea. Pada hari pertama dan kedua

berwarna merah.

d. Perdarahan pada serviks

Bagian atas serviks sampai segmen bawah uteri menjadi sedikit

edema, indo serviks menjadi lembut, terlihat memar dan terkoyak

yang memungkinkan terjadinya infeksi.

e. Vagina dan perineum

Dinding vagina yang licin secara nerangsur-angsur ukuranya akan

kembali normal selama 6 sampai 8 minggu post partum.

f. Payudara

Sekresi dan ekskresi kolostrum berlangsung beberapa hari setelah

persalinan. Pada hari ketiga dan ke empat post partum payudara

menjadi penuh dan tegang, keras, tetapi setelah proses laktasi

dimulai payudara terasa lebih nyaman, jadi itu perlu adanya sistem

rooming in.

g. Sistem kardiovaskuler

Volume darah cenderung menurun akibat perdarahan post Op,

suhu badan meningkat dalam 24 jam pertama. Pada 6-8 jam


41

pertama post partum umumnya ditemukan br5adikardi. Keadaan

pernapasan berubah akibat anastesi.

h. Sistem endokrin

Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin selama masa nifas

hormone plasenta yang menurun dengan cepat setelah persalinan

keadaan hormone plasenta laktogen (HPL) merupaka keadaan

tidak terdeteksi selama 24 jam, keadaan dengan dalam plasenta

menurun sampai 10% darui nilai ketika hamil dalam waktu

i. Sistem integumen

Strial yang diakibatkan karena regangan kulit abdomen mungkin

akan bertahan lama setelah persalinan tetapi akan menghilang.

Bila terdapat kloasma biasanya akan memutih dan kelamaan akan

menghilang.

j. Sistem urinari

Fungsi ginjal akan normal dalan beberapa bulab setelah

persalinan, pada klien yang terpasang kateter kemungkinan akan

terjadi infeksi pada saluran perkemihan.

k. Sistem gastrointestinal

Gangguan nutrisi terjadi 24 jam setelah post partum sebagai akibat

dari perdarahan dengan anastesi general yang amengakibatkan

tonus otot saluran pencernaan akan lebih lama berada dalam

saluran makan akibat pembesaran rahim.


42

8. Komplikasi

Menurut ( Mochtar, 2002) komplikasi dari sectio caesaria yaitu :

a. Infeksi puerperal ( nifas )

Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum keadaan pembedahan

sudah ada gejala-gejala infeksi intra parfum atau ada faktor-faktor

yang merupakan gejala infeksi.

1) Infeksi bersifat ringan : kenaikan suhu beberapa hari saja.

2) Infeksi bersifat sedang : dengan kenaikan suhu yang lebigh

tinggi diserta dehidrasi dan perut sedikit kembung.

3) Infeksi bersifat berat : dengan peritonitis septis ileus paralitik,

hal ini sering kita jumpai pada partus terlambat, dimana

sebelumnya telah terjadi infeksi inportal karena ketuban yang

telah lama. Penangananya adalah dengan pemberian cairan

elektrolik dan antibiotik yang adekuat dan tepat.

b. Perdarahan

Rata-rata darah hilang akibat sectio caesaria dua kali lebih banyak

dari pada yang hilang dengan kelahiran melalui vagina. Kira-kira

800-1000 ml yang disebabkan oleh banyaknya pembuluh bdarah

yang terputus dan terbuka, atonia uteri dan pelepasan plasenta.

c. Emboli pulmonal
43

Terjadi mkarena penderita dengan insisi abdomen kurang dapat

mobilisasi di bandingkan denga melahirkan melalui vagina

( normal ).

d. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperitonialisasi terlalu tinggi.

e. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.

D. Tinjauan Umum Tentang Bayi dengan Asfiksia Ringan

1. Pengertian

Bayi berat lahir rendah (BBLR) atau Low Birthweight Infant: bayi

dengan berat badan lahir kurang dari 1500-2500 gram (Marmi &

Kukuh, R, 2015)

Neonatus atau bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah

(BBLR) adalah bayi dengan berat lahirnya kurang dari 2500gr, (Adele

liliteri, 1986. Asuhan Kegawatdaruratan dan penyulit pada neonatus,

hal 21).

Istilah prematuritas telah diganti dengan berat badan lahir

rendah (BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi

dengan berat badan kurang dari 2500gr terbagi dua bagian yaitu

prematur dan dismatur.

a. Prematur yaitu usia kehamilannya kurang 37 minggu.


44

b. Dismatur yaitu berat badan lebih rendah dari semestinya,

sekalipun umur cukup atau karena kombinasi keduanya

(Manuaba,1998 pada Buku Asuhan kegawatdaruratan dan penyulit

pada neonatus, hal 22).

Menurut WHO Bayi berat lahir rendah (BBLR) didefinisikan

sebagai bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500gr. Berat lahir

adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama setelah

lahir. (WHO, 2016).

2. Klasifikasi Asfiksia Ringan

Menurut Anik dan Eka (2013:296) klasifikasi asfiksia

berdasarkan nilai APGAR :

1) Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3

.2) Asfiksia ringan sedang dengan nilai 4-6.

3) Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9.

4) Bayi normal dengan nilai APGAR 10.

Menurut Icesmi dan Sudarti (2014:159) klasifikasi asfiksia dibagi

menjadi:

1) Vigorous baby

Skor APGAR 7-10, bayi sehat kadang tidak memerlukantindakan

istimewa

2) Moderate asphyksia
45

Skor APGAR 4-6

3) Severe asphyksia

Skor APGAR 0-3

Menurut Vidia dan Pongki (2016:364) klasifikasi asfiksia terdiri dari :

1) Bayi normal atau tidak asfiksia : Skor APGAR 8-10. Bayi normal tidak

memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen secara terkendali.

2) Asfiksia Ringan : Skor APGAR 5-7. Bayi dianggap sehat, dan

tidak memerlukan tindakan istimewa, tidak memerlukan pemberian

oksigen dan tindakan resusitasi.

3) Asfiksia Sedang : Skor APGAR 3-4.

Pada Pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari

100 kali/menit, tonusotot kurang baik atau baik, sianosis, refleks

iritabilitas tidak ada dan memerlukan tindakan resusitasi serta

pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal.

4) Asfiksia Berat : Skor APGAR 0-3. Memerlukan resusitasi segera secara

aktif dan pemberian oksigen terkendali, karena selalu disertai asidosis,

maka perlu diberikan natrikus dikalbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml/kg

berat badan, dan cairan glukosa 40% 1-2 ml/kg berat badan, diberikan

lewat vena umbilikus. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi

jantung kurang dari 100 kali/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan

kadang kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada

.c. Etiologi dan faktor Resiko


46

Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses

persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin

sangat bergantung pada pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan

nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada

aliran darah umbilical maupun plasental hampir selalu akan

menyebabkan asfiksia (Anik & Eka, 2013:297).

Penyebab asfiksia menurut Anik & eka (2013:297) adalah :

1) Asfiksia dalam kehamilan

2) Penyakit infeksi akut

3) Penyakit infeksi kronik

4) Keracunan oleh obat-obat bius

5) Uremia dan toksemia gravidarum

6) Anemia berat

7) Cacat bawaan

8) Trauma

d. Asfiksia dalam persalinan :

a) Kekurangan O2 :

(1) Partus lama (rigid serviks dan atonia /insersi uteri)

(2) Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus terus- menerus

mengganggu sirkulasi darah ke plasenta

(3) Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta

(4) Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala


47

dan panggul

(5) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada

waktunya

(6) Perdarahan banyak: plasenta previa dan solusio plasenta

(7) Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus, disfungsi uteri)

b) Paralisis pusat pernafasan :

(1) Trauma dari luar seperti tindakan forceps

(2) Trauma dari dalam seperti akibat obat bius

Menurut ai yeyeh & Lia (2013:250). Beberapa faktor yang dapat

menimbulkan gawat janin (Asfiksia) :

1) Gangguan sirkulasi menuju janin, menyebabkan adanya

gangguan aliran pada tali pusat seperti : lilitan tali pusat, simpul tali

pusat, tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah, kehamilan

lewat waktu, pengaruh obat, karena narkoba saat persalinan.

2) Faktor ibu misalnya, gangguan his: tetania uterihipertoni,

turunnya tekanan darah dapat mendadak, perdarahan pada

plasenta previa, solusio plasenta, vaso kontriksi arterial, hipertensi

pada kehamilan dan gestosis preeklamsia-eklamsia, gangguan

pertukaran nutrisi/O2, solusio plasenta. Menurut Vidia & Pongki

(2016:362), beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat

menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga

pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam


48

rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi

asfiksia bayi baru lahir, Beberapa faktor tertentu diketahui dapat

menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,

diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi berikut ini :

1) Faktor Ibu

a) Pre Eklamsi dan Eklamsi

b) Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

c) Partus lama atau partus macet

d) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,

HIV)

e) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)2)

Faktor Tali Pusat

a) Lilitan Tali Pusat

b) Tali Pusat Pendekc) Simpul Tali Pusat

c) Prolapsus Tali Pusat

2) Faktor Bayi

a) Bayi Prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia

bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)

c) Kelainan bawaan (kongenital)

d) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)d.

Patofisiologi
49

Menurut Anik & Eka (2013:298), patofisiologi asfiksia

neonatorum, dapat dijelaskan dalam dua tahap yaitu dengan

mengetahui cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan

setelah lahir, dan dengan mengetahui reaksi bayi terhadap

kesulitan selama masa transisi normal, yang dijelaskan

sebagai berikut :

1) Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir :

(a) Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber

oksigen atau jalan untuk mengeluarkan karbondioksida.

(1) Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin dalam

keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2)

parsial rendah.

(2) Hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat

melalui paru karena konstriksi pembuluh darah janin,

sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang

bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus

kemudian masuk ke aorta.

b) Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-

paru sebagai sumber utama oksigen.

(1) Cairan yang mengisi alveoli akan diserap kedalam

jaringan paru, dan alveoli akan berisi udara


50

(2) Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan

oksigen mengalir kedalam pembuluh darah disekitar

alveoli.

c) Arteri dan vena umbikalis akan menutup sehingga

menurunkan tahanan pada sirkulasi plasenta dan

meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan

udara dan peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh

darah paru akan mengalami relaksasi sehingga tahanan

terhadap aliran darah berkurang.

d) Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah

sistemik, menyebabkan tekanan pada arteri pulmonalis lebih

rendah dibandingkan tekanan sistemik sehingga aliran darah

paru meningkat sedangkan aliran pada duktus arteriosus

menurun.

(1) Oksigen yang diabsorbsi dialveoli oleh pembuluh darah

divena pulmonalis dan darah yang banyak mengandung

oksigen kembali ke bagian jantung kiri, kemudian

dipompakan keseluruh tubuh bayi baru lahir.

(2) Pada kebanyakan keadaan, udara menyediakan oksigen

(21%) untuk menginisiasi relaksasi pembuluh darah paru.

(3) Pada saat kadar oksigen meningkat dan pembuluh paru

mengalami relaksasi, duktus arteriosus mulai menyempit.


51

(4) Darah yang sebelumnya melalui duktus arteriosus

sekarang melalui paru-paru, akan mengambil banyak

oksigen untuk dialirkan keseluruh jaringan tubuh.

e) Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan

menggunakan paru-parunya untuk mendapatkan oksigen.

(1) Tangisan pertama dan tarikan nafas yang dalam akan

mendorong cairan dari jalan nafasnya

(2) Oksigen dan pengembangan paru merupakan rangsang

utama relaksasi pembuluh darah paru.

(3) Pada saat oksigen masuk adekuat dalam pembuluh darah,

warna kulit bayi akan berubah dari abu-abu/biru menjadi

kemerahan.

2) Reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal

a) Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara

kedalam paru-parunya.

(1) Hal ini mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke

jaringan insterstitial di paru sehingga oksigen dapat

dihantarkan ke arteriol pulmonal dan menyebabkanarteriol

berelaksasi.

(2) Jika keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan

tetap kontriksi, alveoli tetap terisi cairan dan pembuluh

darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen.


52

b) Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi kontriksi

arteriol pada organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun

demikian aliran darah ke jantung dan otak tetap stabil atau

meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen.

(1) Penyesuaian distribusi aliran darah akan menolong

kelangsungan fungsi organ-organ vital.

(2) Walaupun demikian jika kekurangan oksigen berlangsung

terus maka terjadi kegagalan peningkatan curah jantung,

penurunan tekanan darah, yang mengakibatkan aliran darah

ke seluruh organ berkurang.

c) Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi

jaringan, akan menimbulkan kerusakan jaringan otak yang irreversible,

kerusakan organ tubuh lain, atau kematian.

(1) Keadaan bayi yang membahayakan akan memperlihatkan satu

atau lebih tanda-tanda klinis :

(2) Tanda-tanda tonus otot tersebut seperti :

(a) Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot

dan organ lain: depresi pernafasan karena otak kekurangan

oksigen.

(b) Brakikardia (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan

oksigen pada otot jantung atau sel otak.


53

(c) Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot

jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang

kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan.

(d) Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan

paru-paru dan sianosis karena kekurangan oksigen didalam

darah. Menurut Vidia dan Pongki (2016:362), penafasan

spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa

kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran

gas atau pengangkutan o2 selama kehamilan atau persalinan

akan terjadi asfiksia yang berat. Keadaan ini akan

mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan

menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu

periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada

penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi

selanjutnya berada pada periode apnu kedua. Pada tingkat ini

terjadi brakikardi dan penurunan tekanan darah.

Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan

penurunan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada

tingkat pertama hanya terjadi asidosis respiratorik. Bila berlanjut

dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic

yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh

terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat


54

selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang

disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya

1) Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi

fungsi jantung.

2) Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan

kelemahan otot jantung.

3) Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan

mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru

sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh

lain akan mengalami gangguan.

e. Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia :

a) Tidak bernafas atau nafas mega-megap

b) Warna kulit kebiruan

c) Kejangd) Penurunan kesadaran

e) DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur

f) Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala

f. Diagnosis

Menurut Ai yeyeh dan Lia (2013:250), Asfiksia yang terjadi pada

bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia/hipoksia janin.

Diagnosis anoksia/hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan

ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat

perhatian yaitu:
55

1) Denyut jantung janin : frekuensi normal ialah antara 120 dan 160

denyutan semenit. Apabila frekuensi denyutan turun sampai

dibawah 100 permenit diluar his dan lebih-lebih jika tidak teratur,

hal itu merupakan tanda bahaya.

2) Mekonium dalam air ketuban : adanya mekonium pada presentasi

kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan gawat

janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga pristaltik usus

meningkat dan sfingter ani terbuka. Adanya mekonium dalam air

ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk

mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

3) Pemeriksaan Ph darah janin : adanya asidosis menyebabkan

turunnya PH. Apabila PH itu turun sampai bawah 7,2 hal ini

dianggap sebagai tanda bahaya. Menurut Anik dan Eka

(2013:302), untuk menegakkan diagnosis, dapat dilakukan dengan

berbagai cara dan pemeriksaan berikut ini:

1) Anamnesis : anamnesis diarahkan untuk mencari faktor resiko

terhadap terjadinya asfiksia neonatorium.

2) Pemeriksaan fisik : memperhatikan apakah terdapat tanda-

tanda berikut atau tidak, antara lain:

a) Bayi tidak bernafas atau menangis

b) Denyut jantung kurang dari 100x/menit

c) Tonus otot menurun


56

d) Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium,

atau sisa mekonium pada tubuh bayi

e) BBLR

f) Pemeriksaan penunjangLaboratorium : hasil analisis gas

darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada darah tali

pusat jika:

a) PaO2 < 50 mm H2o

b) PaCO2 > 55 mm H2

c) pH < 7,30

g. Komplikasi

Menurut Anik dan Eka (2013:301) Asfiksia neonatorum dapat

menyebabkan komplikasi pasca hipoksia, yang dijelaskan menurut

beberapa pakar antara lain berikut ini:

1) Pada keadaan hipoksia akut akan terjadi redistribusi aliran darah

sehingga organ vital seperti otak, jantung, dan kelenjar adrenal akan

mendapatkan aliran yang lebih banyak dibandingkan organ lain.

Perubahan dan redistribusi aliran terjadi karena penurunan

resistensi vascular pembuluh darah otak dan jantung serta

meningkatnya asistensi vascular di perifer.

2) Faktor lain yang dianggap turut pula mengatur redistribusi vascular

antara lain timbulnya rangsangan vasodilatasi serebral akibat


57

hipoksia yang disertai saraf simpatis dan adanya aktivitas

kemoreseptor yang diikuti pelepasan vasopressin.

3) Pada hipoksia yang berkelanjutan, kekurangan oksigen untuk

menghasilkan energy bagi metabolisme tubuh menyebabkan

terjadinya proses glikolisis an aerobik. Produk sampingan proses

tersebut (asam laktat dan piruverat) menimbulkan peningkatan

asam organik tubuh yang berakibat menurunnya pH darah sehingga

terjadilah asidosis metabolic. Perubahan sirkulasi dan metabolisme

ini secara bersama-sama akan menyebabkan kerusakan sel baik

sementara ataupun menetap.

Menurut Vidia dan Pongki (2016:365), komplikasi meliputi berbagai

organ :

1) Otak : Hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri,

Palsiserebralis

2) Jantung dan Paru : Hipertensi pulmonal persisten pada neonatus,

perdarahan paru, edema paru

3) Grastrointestinal : Enterokolitis nekrotikan

4) Ginjal : Tubular nekrosis akut, siadh]

5) Hematologi : Dic

h. Penatalaksanaan Menurut Vidia dan Pongki (2016:365),

penatalaksanaan Asfiksia meliputi :

1) Tindakan Umum
58

a) Bersihkan jalan nafas : Kepala bayi diletakkan lebih rendah agar

lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan laringoskop untuk

membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih dalam.

b) Rangsang refleks pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak

memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki

menekan tanda achilles.

c) Mempertahankan suhu tubuh.

2) Tindakan Khusus

a) Asfiksia Berat

Berikan o2 dengan tekanan positif dan intermenten melalui

pipa endotrakeal. Dapat dilakukan dengan tiupan udara yang

telah diperkaya dengan o2. o2 yang diberikan tidak lebih 30

cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan

massage jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan

sternum 80-100 x/menit.

b) Asfiksia Sedang/Ringan

Pasang Relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri)

selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok

(Frog Breathing) 1-2 menit yaitu kepala bayi ekstensi

maksimal beri o2 1-21/menit melalui kateter dalam hidung,

buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas

bawah secara teratur 20 x/menit.


59

d) Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi.

E. Tinjauan Umum Tentang KB Suntik 3 Bulan

Alat kontrasepsi suntik 3 bulan (DMPA)

a. Pengertian

DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) atau Depo Provera,

diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. Disuntikan

secara intamuskular di daerah bokong dan dianjurkan untuk diberikan

tidak lebih dari 12 minggu dan 5 hari setelah suntikan terakhir (Pinem,

2014; Everett,2008).

b. Profil kontrasepsi Sangat efektif, aman, dapat dipakai oleh semua

perempuan dalam usia dalam usia reproduksi, kembalinya

kesuburan lebih lambat, kira – kira 4 bulan, tidak menekan produksi

ASI sehingga cocok untuk masa laktasi (Pinem, 2014).

c. Mekanisme kerja

Mencegah ovulasi, lendir serviks menjadi kental dan sedikit

sehingga menurunkan kemampuan penetrasi spermatozoa,

membuat endometrium tipis dan atrofi sehingga kurang baik untuk

impalantasi ovum yang telah dibuahi, mempengaruhi kecepatan

transpor ovum oleh tuba fallopi (Pinem, 2014).

d. Efektivitas
60

DMPA memiliki efektifitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100

perempuan pertahun asal penyuntikan dilakukan secara benar sesuai

jadwal yang telah ditentukan (Pinem, 2014). Efektivitas kontrasepsi

suntik adalah antara 99% dan 100% dalammencegah kehamilan.

Kontrasepsi suntik adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif

karena angka kegagalan penggunaannya lebih kecil. Hal ini karena

wanita tidak perlu mengingat untuk meminum pil dan tidak ada

penurunan efektivitas yang disebabkan oleh diare atau muntah

(Everett, 2008).

e. Keuntungan

Keuntungan alat kontrasepsi suntik 3 bulan menurut (Pinem, 2014;

Everett, 2008) adalah

1). Sangat efektif, dan mempunyai efek pencegahan kehamilan

jangka panjang, bertahan sampai 8 – 12 minggu;

2). Hubungan suami istri tidak berpengaruh;

3). Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius

terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan ASI;

4). Dapat digunakan oleh perempuan yang berusia diatas 35 tahun

sampai perimenopause;

5). Mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik;

6). Menurunkan kejadian penyakit jinak payudaraMencegah

beberapa penyebab penyakit radang panggul;


61

7). Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell);

8). Efektivitas tidak berkurang karena diare, muntah, ata

pengggunaan antibiotik

f. Kerugian

Kerugian alat kontrasepsi suntik 3 bulan menurut (Pinem, 2014;

Everett, 2008) adalah Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak

atau amenore, keterlambatan kembali subur sampai satu tahun,

depresi, berat badan meningkat, galaktore, setelah diberikan tidak

dapat ditarik kembali, dapat berkaitan dengan osteoporosis,

menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan libido, menimbulkan

gangguan emosi, sakit kepala, jerawat, nevositas pada pemakaian

jangka panjang, efek suntikan pada kanker payudara.g. Yang boleh

menggunakan kontrasepsi suntikan progestin menurut (Pinem, 2014;

Everett, 2008) yaitu

1) Usia reproduksi, nulipara dan telah memiliki anak;

2) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas

tinggi;

3) Setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus;

4). Telah mempunyai banyak anak tetapi belum menginginkan

tubektomi;

5). Perokok, tekanan darah 180/110 mmHg, masalah gangguan

pembekuan darah atau anemia;


62

6). menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat

untuk tuberkulosis (rifampisin);

7). Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen

8). Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi dan mendekati usia

menopauseh. Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan

progestin menurut (Pinem, 2014)yaitu Hamil atau dicurigai hamil

karena risiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran, perdarahan

pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak dapat menerima

terjadinya gangguan haid, terutama amenore, menderita kanker

payudara atau riwayat kanker payudara, Diabetes melitus disertai

komplikasi, Kanker pada traktus genitalia

i. Waktu mulai penggunaan kontrasepsi suntikan progestin menurut

(Pinem, 2014 )adalah Setiap saat selama hamil siklus haid, asal ibu

tersebut diyakini tidak hamil, mulai hari pertama sampai hari ke – 7

siklus haid. Pada ibu yang tidak haid, asalkan ibu tersebut tidak hamil,

suntikan pertama dapat diberikan setiap saat. Selama 7 hari setelah

suntikan tidak boleh bersanggama. Perempuan yang menggunakan

kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi

suntikan. Bila kontrasepsi sebelumnya dipakai dengan benar dan ibu

tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu

menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu sedang menggunakan

kontrasepsi lain dan ingin menggantinyadengan kontrasepsi suntikan


63

yang lain lagi, kontrasepsi yang akan diberikan dimulai pada saat

jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya. Ibu yang menggunakan

kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinnya dengan

kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi yang akan

diberikan dapat segera disuntikan, asal saja ibu tidak hamil.

Pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu

disuntik setelah suntikan ibu tidak boleh bersenggama.

j. Cara penyuntikan kontrasepsi suntikan menurut(Pinem, 2014) yaitu:

1) Kontrasepsi suntikan DMPA, setiap 3 bulan dengan dosis 150mg

secara intramuskuler dalam – dalam didaerah pantat (bila suntikan

teerlalu dangkal, maka penyerapan kontrasepsi suntikan

berlangsung lambat, tidak bekerja segera dan efektif). Suntikan

diberikan setiap 90 hari. Jangan melakukan masase pada tempat

suntikan.

2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang telah

dibasahi dengan isopropyl alkohol 60% - 90%. Tunggu dulu sampai

kulit kering, baru disuntik.

3) Kocok obat dengan baik, cegah terjadinya gelembung udara.Bila

terdapat endapan putih di dasar ampul, hilangkan dengan ara

menghangatkannya. Kontrasepsi suntikan ini tidak perlu

didinginkan.

4) Semua obat haru diisap kedalam alat suntik.


64

k. Efek samping

Efek samping suntikan menurut (Pinem, 2014; Everett,2008 )yaitu

sakit kepala, kembung, depresi, meningkat / menurunnya berat

badan, perubahan mood, perdarahan tidak teratur, amenore.

2. Konsep teori faktor-faktor yang mempengaruhi Ibu memilih alat

kontrasepsi suntik 3 bulan

a. Umur

Umur adalah usia yang menjadi indikator dalam kedewasaan di setiap

pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang mengacu pada

setiap pengalaman. Besarnya umur seseorang akan mempengaruhi

perilaku, karena semakin lanjut umurnya, maka semakin lebih bermoral,

lebih tertib, lebih berbakti dari usia muda lebih bertanggung jawab

(Notoatmodjo, 2010).

b. Pendidikan

Kata pendidikan secara berasal dari kata “didik” dengan mendapatkan

imbuhan “pe” dan akhiran “an“, yang berarti cara, proses atau

perbuatan mendidik. Kata pendidikan secara bahasa berasal dari kata

“pedagogi” yakni “paid” yang berarti anak dan “agogos” yang berarti

membimbing, jadi pedagogi adalah ilmu dalam membimbing anak

(KBBI). Pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no. 20 tahun

2003, adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya


65

peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif

supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam

bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta

akhlak mulia. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami tentang KB suntik yang mereka

pahami berdasarkan kebutuhan dan kepentingan keluarga (Kodyat,

2000).

c. Penghasilan

Yang sering dilakukan adalah menilai hubungan antara tingkat

penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun

pencegahan (Notoatmodjo, 2007). Pendapatan menentukan

ketersediaan fasilitas kesehatan yang baik. Semakin tinggipendapatan

keluarga, semakin baik fasilitas dan cara hidup mereka yang terjaga

akan semakin baik. Pendapatan merupakan faktor yang menentukan

kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan di suatu keluarga (BPS,

2005).

d. Pekerjaan

Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri

maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak belum berperan sebagai

timbulnya suatu pemilihan dalam melakukan KB suntik. Pekerjaan

berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk mencukupi semua

kebutuhan salah satunya kemampuan untuk melakukan suntik KB.


66

Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan nafkah

atau pencaharian masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau

pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu yang lebih untuk

memperoleh informasi (Depkes RI, 2001; Depkes, 2002).

e. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil „tahu‟, terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Melalui panca indra

manusia yaitu : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa,

peraba. Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh dimata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

diperlukan untuk membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo,

2007). 1) Ada 6 tingkatan dalam pengetahuan

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya atau mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

pernah diterima. Kata kerja untukmengukur orang tahu tentang apa

yang dipelajari yaitu : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan.

b) Memahami (comprehension)Memahami diartikan kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat mengiterpretasikan materi dengan benar. Seseorang yang


67

memahami terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

meramalkan.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip dan konteks atau situasi yang lain.

d) Analisi (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tapi masih

dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu

sama lain dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan yang baru atau suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materiatau objek. Penilain


68

berdasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan atau

menggunakan kriteria yang sudah ada. Gangguan reproduksi

adalah kegagalan wanita dalam manajemen kesehatan

reproduksi (Manuaba, 2008). Permasalahan dalam bidang

kesehatan reproduksi salah satunya adalah masalah reproduksi

yang berhubungan dengan gangguan menstruasi, masalah

struktur, keganansan pada alat reproduksi wanita, fernilitas dan

lain-lain. (Bandero, dkk, 2007)

2) Alak ukur pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

terhadap responden yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin di ukur dari responden, pengukuran pengetahuan juga

dapat dilakukan dengan skala kualitatif yaitu :

a) Baik : 76-100 %

b) Cukup : 56-75 %

c) Kurang : ≤ 55 %

Pengukuran pengetahuan tentang kesehatan dapat di ukur

berdasarkan jenis penelitiannya yaitu penelitian kuantitatif yang

padaumumnya mencari jawaban atas fenomena yang

menyangkut berapa banyak, berapa sering, berapa lama

biasanya menggunakan metode wawancara danangket.

Sedangkan pengetahuan secara kualitatif digunakan untuk


69

mengetahui suatu fenomena terjadi atau mengapa terjadi

(Notoatmodjo, 2010)

f. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Sikap

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus

sosial. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologis

sosial menyatakan bahwa sikap ini merupakan pelaksanaan

motif tertentu, sikap ini merupakan suatu tindakan atau

aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

perilaku. Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa sikap mempunyai

tiga komponen pokok yang meliputi

(1) kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu

objek

(2) kehidupan emosional atau evaluasi konsep terhadap

suatu objek,

(3) kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk

sikap yang utuh dalam penentuan sikap yang utuh ini,


70

pengetahuan, pikiran dan keyakinan dan emosi sangat

memegang peranan penting.Tingkatan sikap terdiri dari

berbagai tingkatan yang meliputi

(1) Menerima (receiving) yaitu menerima diartikan bahwa

orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek)

(2) respon (responding) yaitu memberi jawaban apabila

ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan,

(3) menghargai (valuing) yaitu mengajak orang untuk

mengerjakan /mendiskusikan suatu masalah,

(4) bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab

atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala

resiko.

g. Jarak tempat tinggal

Jarak antara tempat tinggal dengan tempat pelayanan KB sangat

mempengaruhi ibu untuk melakukan KB. Hal ini sesuaidengan yang

dinyatakan Lawrance Green dalam buku Notoatmodjo (2007) bahwa

faktor lingkungan fisik atau letak geografis berpengaruh terhadap

perilaku seseorang atau masyarakat terhadap kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa tempat pelayanan KB

terdekat akan menentukan ibu untuk memilih alat kontrasepsi suntik 3


71

bulan, akseptor menjelaskan bahwa jarak antara tempat tinggal

dengan tempat pelayanan KB akan memudahkan ibu untuk

berkonsultasi dan kontrol ulang.

2. Perilaku (Practice)

3. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik

dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh

pihak luar. Dimana perilaku terdiri dari persepsi (perception),

respon terpimpin (guided respons),mekanisme (mehanisme),

adaptasi (adaptation) (Notoatmodjo, 2010). Perilaku seseorang

atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari

dalam maupun dari luar subyek. Menurut Lawrence Green (1980)

dalam Notoatmodjo (2010), perilaku kesehatan terbagi tiga teori

penyebab masalah kesehatan yang meliputi ;

a. faktor predisposisi (Predisposing factors) merupakan faktor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku

sesorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan,

kepercayaan, nilai-nilai, tradisi,

b. faktor pemungkin (Enabling factors) merupakan faktor yang

memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan artinya

bahwa faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau

fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan,c. faktor penguat


72

(Reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang mendorong atau

memperkuat terjadinya perilaku, faktor – faktor tersebut yaitu :

1) dukungan petugas kesehatan,

2) dukungan keluarga, dimana dukungan keluarga sangatlah

penting karena keluarga merupakan unit terkecil dalam

masyarakat dan sebagai penerima asuhan keperawatan. Oleh

karena itu keluarga sangat berperan dalam menentukan

keputusan pemakaian alatkontrasepsi yang dibutuhkan.


73

BAB III

STUDI KASUS

A. Tinjauan Kasus Kehamilan

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “H” GESTASI 20 MINGGU

3 HARI DENGAN PRESENTASI BOKONG

DI RSIA SITTI KHADIJAH 1

TANGGAL 08 DESEMBER 2020

No. Register : 11.12.XX

Tanggalkunjungan : 08Desember 2020 Pukul:11.00 WITA

Tanggalpengkajian : 08 Desember 2020 Pukul:11.40WITA

NamaPengakaji : ROHANI

LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

d. Identitas istri / suami

Nama : Ny “H” /Tn “T”

Umur : 30tahun / 32tahun

Nikah/lama : 1 kali / ±2 Tahun

Suku :Makassar / Makassar

Agama :Islam / Islam

Pendidikan :D III/ SMA


74

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat :Jl. Adyaksa Baru

D. Keluhan utama: nyeri perut, BAB mengeras dan tidak lancar, susah

tidur dan nafsu makan kurang

E. Riwayat keluhan utama: Nyeri perut yang sifatnya hilang timbul, BAB

mengeras dan tidak lancar berlangsung sekitar ± 2 hari dan susah

tidur berlangsung ± seminggu dan di awal kehamilan nafsu makan ibu

kurang

e. Riwayat Kehamilan Sekarang

2) HPHT: 15-07-2020, TP: 21-04-2021

3) Iniadalahkehamilan yang pertama dan tidak pernah mengalami

keguguran

4) Usia kehamilan 20 minggu 3 hari

f. Riwayat Obstetri

G1 P0 A0

g. RiwayatReproduksi

1. Menarche : 15tahun

2. Lama haid : 6-7hari

3. Siklushaid : 28-30 hari

4. Dismenorea : negatif

h. Riwayat KB

Ibu tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi


75

i. Riwayat Kesehatan

2) Tidak pernah menderita TBC, Hipertensi, HIV/AIDS, dan penyakit

menular seksual

3) Tidak ada riwayat alergimakanandanobatobatan.

4) Tidak pernah mengkonsumsi alkohol,obat obatan dan rokok.

j. Riwayat Psikososial Ekonomi

4) Keluarga mendukung kehamilan ibu

5) Pengambil keputusan dan penanggung biaya sepenuhnya adalah

suami

6) Hubungan ibu dan keluarga dengan suami baik

7) Ibu dan keluarga selalu berdoa agar ibu dan janinnya bisa sehat

8) Kebutuhan sehari-hari ibu terpenuhi

k. Pola kebutuhan sehari hari

b. Nutrisi

Selama keluhan dirasakan ibu makan tidak teratur, dan makan ketika

mual berkurang dirasakan dan minum 6-7 kali dalam sehari.

c. Eliminasi

BAB kadang sekali sehari& kadang tidak BAB dalam sehari, BAK 2-

3kali/hari

d. Aktivitas

Ibuhanyaberbaring di tempattidurjikamerasakan nyeri

e. Istirahat
76

Siang ±1 jam, malam ±3-5 jam

f. Personal hygiene

Ibu mandi dangosokgigi 1 kali sehari, dan mengganti pakaian dalam

setiap kali basah dan lembab.

l. PemeriksaanFisik

a). Keadaanumum : Lemah, ibuterlihatlesu

b). Kesadaran : Komposmentis

c). TB : 153 cm

d). BB : 56,3 kg

d). LILA :22 cm

b) Tanda-tanda vital

a. TD : 100/70mmHg

b. Nadi : 80kali/menit

c. Suhu : 36,5oC

d. Pernafasan : 20 kali/menit

c) Kepala, wajah dan leher

Kulit kepala bersih dan rambut tidak rontok, tidak ada benjolan dan

nyeri tekan, Wajah tidak pucat, tidak ada oedema, tidak ada closma

gravidarum pada wajah, Konjungtiva tidak pucat, Sclera warna putih.

Leher tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe, kelenjar tyroid dan

vena jugularis

d) Payudara
77

Payudara Simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol, tidak ada

benjolan, tidak ada retraksi pada payudara dan nyeri tekan

e) Abdomen

Abdomen tidak ada bekas luka operasi, ada striae albicans dan linea

nigra, Djj : Terdengar jelas, dan ada pergerakan janin

f) Tungkai atas dan bawah

Ekstremitas tangan dan kaki tidak ada oedema dan varises, Reflex

patella kiri dan kanan (+)

g) Pemeriksaan penunjang, tanggal 08 Desember 2020

a. Hb : 11gr/dL

b. USG : Gravid, janin tunggal, hidup, intrauterine, presentasi bokong,

punggung kanan, plasenta anterior, ketuban cukup.

LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL

Diagnosa: G1P0A0, Gestasi 20 minggu 3 hari, punggung kanan, Presentasi

Bokong, tunggal, hidup, keadaan janin baik, keadaan ibu dengan

nyeri abdomen yang sifatnya hilang timbul, BAB mengeras dan

tidak lancar

5. GIP0A0

DS: kehamilan yang pertama

DO: tidak ada luka bekas operasi, tampak lineanigra, TFU

2jrapst,19cm, Gravid, janin tunggal, hidup, intrauterine, presentasi


78

bokong, punggung kanan, plasenta anterior, ketuban cukup. DJJ

terdengar jelas Pada kuadran kanan atas dengan frekuensi 148x/i.

Analisa dan interpretasi data:

Adanya linea nigra dan striaealbicans disebabkan karena

terjadinya hyperpigmentasi kulit oleh pengaruh melanophore

stimulating hormone lobushypofisis anterior dan pengaruh kelenjar

supra renalis yang meningkatsetelahpersalinan, striae livide akan

berubah warna menjadi putih yang disebut striaealbicans.

(Prawirohardjo, 2002).

Dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu ke 17-

18. Pada orang gemuk, lebih lambat. Dengan stetoskop ultrasonic

(Doppler), denyut jantung janin dapat didengarkan lebih awal lagi,

sekitar minggu ke 12. Auskultasi pada janin dilakukan dengan

mengindetifikasi bunyi-bunyi yang lain seperti bising tali pusat, bising

uterus, dan nadi ibu. Pada pemeriksaan auskultasi denyut jantung

janin (DJJ) akan terdengar jelas dipihak punggung janin dekat pada

kepala. Pada presentasi biasa (letak kepala), tempat ini di kiri atau

kanan bawah pusat. Letak Punctum Maksimum setelah minggu ke-26

gestasi. ( Wheeler, 2005. Buku saku asuhan prenatal dan

pascapartum, Jakarta, halaman 145)

6. Gestasi 20 minggu 3 hari

DS: HPHT: tanggal 15-07-2020


79

DO: TFU : 2jrapst,19 cm

Analisadaninterpretasi data:

Menuruthukumneagledari HPHT tanggal 15-07-2020

sampaitanggalpengkajian08-12-2020 didapatgestasi 20 minggu 3 hari

sesuai umur kehamilan. (wikcjosastroHanifa, 2009)

Menurut Mc.Donald pemeriksaan TFU dapat dilakukan dengan

menggunakan metlin (pita pengukur), dengan cara memegang tanda

nol pita pada aspek superior simpisis pubis dan menarik pita secara

longitundinal sepanjang aspek tengah uterus ke ujung atas fundus,

sehingga dapat ditentukan TFU (Manuaba, 2010: 100).

3. Punggung kanan

Ds :-

Do: Gravid, janin tunggal, hidup, intrauterine, presentasi bokong

,punggung kanan, plasenta anterior, ketuban cukup. DJJ

terdengarj elas pada kuadran kanan atas dengan frekuensi 148x/i.

Analisa dan Interpretasi data

Menentukan batas samping rahim kanan/kiri dan menentukan letak

punggung. Letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang

teraba rata dengan tulang iga seperti papan cuci. Dalam Leopold II

terdapat variasi Budin dengan menentukan letak punggung dengan

satu tangan menekan di fundus. Variasi Ahfeld


80

dengan menentukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri

diletakkan di tengah perut (Manuaba, 2010:118-119).

7. Presentasi bokong

DS: Ada penekanan di symphisis

DO: USG: Gravid, janin tunggal, hidup, intrauterine presentasi bokong,

punggung kanan, plasenta anterior, ketuban cukup.

Analisa dan interpretasi data:

Apakah teraba bulat, besar lunak (bokong)/ bulat, besar, keras

(kepala)/ teraba tahanan memanjang (punggung)/teraba bagian kecil-

kecil (ekstremitas). Pada pemeriksaan leopold 2 akan teraba tahanan

memanjang (punggung) di satu sisi dan teraba bagian kecil-kecil

(ekstremitas) disisi lain (Marmi, 2011:126).

5. Tunggal

Ds :-

Do : pada auskultasi abdomen terdengar denyut jantung janin pada

bagian kanan perut ibu.

Analisa dan interpretasi data

Janin tunggal karena hanya teraba 1 janin, hidup yang ditandai

dengan terdengarnya djj.

h) Hidup, keadaan janin baik

i) Ds :-
81

Do: DJJ terdengar jelas pada kuadran kanan atas dengan frekuensi

148x/i.

Analisis dan intrepretasi data :

Dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu ke17-

18. Pada orang gemuk, lebih lambat. Dengan stetoskop

ultrasonic(Doppler) ,denyut jantung janin dapat didengarkan lebih awal

lagi, sekitar minggu ke 12. Auskultasi pada janin dilakukan dengan

mengindetifikasi bunyi-bunyi yang lain seperti bising talipusat, bising

uterus,dan nadi ibu.Pada pemeriksaan auskultasi denyut jantung janin

(DJJ) akan terdengar jelas dipihak punggung janin dekat pada kepala.

Pada presentasi biasa (letak kepala), tempat ini di kiri atau kanan

bawah pusat. Letak Punctum Maksimum setelah minggu ke-26

gestasi. (Wheeler,2005. Buku saku asuhan prenatal dan pasca

partum, Jakarta, halaman 145).

6. Ibu dengan Nyeri abdomen yang sifatnya hilang timbul, BAB

Mengeras dan tidak lancar

Ds : Nyeri abdomen yang sifatnya hilang timbul, BAB mengeras dan

tidak lancer berlangsung sekitar ± 2 hari dan susah tidur

berlangsung ± seminggu .Dan diawal kehamilan ibu nafsu

makan kurang.

Do : Ibu tampak lemah, dan pucat.

Analisis dan intrepretasi data :


82

Rasa nyeri yang di rasakan yang sifatnya hilang timbul ada faktor

dari rahim yang membesar untuk memberikan ruang bagi janin.

susah tidur biasanya hanya dialami oleh ibu yang masih di trimester

pertama karena terjadi perubahan fisik maupun mental karena

hormon progesteron meningkat lebih cepat, sedangkan di trimester

kedua hormon progesteron meningkat lebih lambat dari sebelumnya,

sehingga kesulitan tidur karena pengaruh hormon di trimester kedua

sudah mulai diajak kompromi. Namun, apabila di trimester kedua

masih terjadi kesulitan tidur hal tersebut bisa ditinjau dari keluhan ibu

lainnya seperti pengaruh dari BAB yang mengeras dan tidak lancar.

Salah satu faktor BAB mengeras adalah kurangnya asupan nutrisi

makanan yang tinggi serat serta kekurangan cairan dalam tubuh,

sehingga BAB tidak lancar. Dan penyebab kurangnya nafsu makan

ibu dari mual atau muntah yang lumrah dialami oleh setiap ibu hamil

apalagi di awal kehamilan (Varney, 2010).

LANGKAH III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA /MASALAH POTENSIAL

Tidak ada data yang menunjang terjadi masalah potensial

LANGKAH IV. TINDAKAN EMERGENCY/KOLABORASI

Tidak ada data yang mendukung untuk dilakukan tindakan segera /

kolaborasi.

LANGKAH V. INTERVENSI

g) Tujuan
83

b. Keadaan ibu dan janin baik

c. Kehamilan normal dengan presentasi kepala

d. TTV dalambatas normal

h) Kriteria

1. Keadaan ibu dan janin baik

Semua penyulit-penyulit dalam kehamilan bisa teratasi agar keadaan

ibu dan janin baik

f. TTV dalam batas normal

TD : (normal : systole 100 – 120, diastole 70 – 90)

N : (normal : 80 – 100 kali/menit)

S : (normal : 36,5 – 37,5 C)

P : (normal : 16 – 24 kali/menit).

2. Kehamilan normal dengan presentasi kepala

i) Intervensi tanggal 08Desember 2020, pukul 12.20 WITA

a. Jelaskanpenyebab, nyeri yang sifatnya hilang timbul, BAB yang

mengeras dan tidak lancar, kurang tidur dan nafsu makan berkurang

Rasional: Rasa nyeri yang dirasakan yang sifatnya hilang timbul adalah

faktor dari rahim yang membesa runtuk memberikan ruang bagi janin.

Susah tidur biasanya hanya dialami oleh ibu yang masih ditrimester

pertama karena terjadi perubahan fisik maupun mental karena hormon

progesteron meningkat lebih cepat, sedangkan ditrimester kedua

hormon progesteron meningkat lebih lambat dari sebelumnya, sehingga


84

kesulitan tidur karena pengaruh hormon ditrimester kedua sudah mulai

diajak kompromi. Namun, apabila ditrimester kedua masih terjadi

kesulitan tidur hal tersebut bisa ditinjau dari keluhan ibu lainnya seperti

pengaruh dari BAB yang mengeras dan tidak lancar. Salah satu faktor

BAB mengeras adalah kurangnya asupan nutrisi makanan yang tinggi

serat serta kekurangan cairan dalam tubuh, sehingga BAB tidak lancar.

Dan penyebab kurangnya nafsu makan ibu dari mual atau muntah yang

lumrah dialami oleh setiap ibu hamil terutama diawal kehamilan.

2. Berikan HE kepadaibu tentang:

9. Nutrisi

- Anjurkan ibu makan sedikit-sedikit tapi sering

- Anjurkan kepada ibu makan makanan yang tinggi serat

Rasional:

a. untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dancairan dalam tubuh

b. Karena dengan adanya gizi yang baik dapat membantu

pertumbuhan dan perkembangan organ-organ janin. Ibu bisa

makan makanan yang diinginkannya selama itu tidak memicu

timbulnya mual dan muntah. Selama mual atau muntah dirasakan

ibu bisa untuk makan biskuit, roti kering dan minuman manis

seperti teh.

10. Personal Hygiene

- Anjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri


85

Rasional:

a. Dengan menjaga kebersihan diri maka ibu dapat terhindar dari

berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri

b. Menjaga kebersihan tubuh juga memberikan rasa nyaman

kepada ibu

11. Istirahat yang cukup

Anjurkan ibu memenuhi kebutuhan istirahat

Rasional:

3) Istirahat yang cukup dapat mengurangi beban kerja jantung yang

mengalami peningkatan karena kehamilan, dan jika di rumah

biarkan ibu untuk istirahat tanpa ada yang mengganggunya.

6. Anjurkan kepada suami untuk membantu pekerjaan rumah yang

selama ini dilakukan oleh ibu.

Rasional: karena dengan beban kerja yang berkurang ibu bisa istirahat

yang cukup.

7. Anjurkan ibu sesering mungkin melakukan gerakan sujud atau

menungging agar terjadi perubahan letak pada bokong dengan kepala janin

Rasional : Karena dengan memperbanyak melakukan gerakan sujud atau

menungging bisa terjadi perubahan letak antara kepala dengan bokong

8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian suplemen ibu hamil yaitu

folamil
86

Rasional : Dengan memberikan suplemen ibu hamil untuk mendukung

tumbuh kembang janin dalam kandungan

lLANGKAH VI. IMPLEMENTASI

Tanggal 08 Desember 2020, pukul12.15 WITA

2. Mengobservasi KU dan TTV ibu

Keadaan Umum: ibu tampak lemah dan pucat

TTV: TD : 100/70 mmHg

N : 80 kali/menit

S : 36,5 °C

P : 20 kali/menit

3. Menjelaskan penyebab nyeri yang sifatnya hilang timbul, BAB

mengeras dan tidak lancar, susah tidur dan nafsu makan yang

berkurang.

3. Menganjurkan ibu makan sedikit-sedikit tapi sering

4. Menganjurkan kepada ibu mengonsumsi makanan yang tinggi serat

seperti banyak makan sayur-sayuran dan cukupi kebutuhan cairan dalam

tubuh seperti banyak minum air putih siang hari dan secukupnya di

malam hari supaya ibu tidak BAK terus menerus

5. Memberikan HE kepada istri tentang:

F. Nutrisi

1. Menganjurkan ibu makan sedikit-sedikit tapi sering


87

2. Menganjurkan kepada ibu mengonsumsi makanan yang tinggi

serat seperti banyak makan sayur-sayuran dan cukupi kebutuhan

cairan dalam tubuh seperti banyak minum air putih siang hari dan

secukupnya di malam hari supaya ibu tidak BAK terus menerus

G. Personal Hygiene

Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri minimal

mandi 2x sehari, gosok gigi minimal 2x sehari dan rajin ganti

pakaian.

H. Istirahat yang cukup

Menganjurkan ibu memenuhi kebutuhan istrirahat, istirahat yang

normal untuk ibu hamil minimal 7-8 jam/hari

6. Manganjurkan kepada suami untuk membantu pekerjaan rumah yang

selama ini dilakukan oleh ibu.

7. Menganjurkan ibu sesering mungkin melakukan gerakan sujud atau

menungging agar terjadi perubahan letak pada bokong dengan kepala

janin

8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian suplemen ibu hamil yaitu

folamil

LANGKAH VII. EVALUASI

Tanggal 08 Desember 2020 pukul 12.35 WITA

d. Keadaan umum ibu masih lemas, tapi TTV dalambatas normal


88

TD : 100/70 mmHg

N : 80 kali/menit

S : 36,5 ºC

P : 20 kali/menit

e. Menjadwalkan kunjungan ulang. Tgl 8 januari 2021 atau jika ada

keluhan

i. PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN

Pendokumentasian asuhan kehamilan

Rsia Sitti Khadijah 1 Nama pasien Ny"H"


89

Catatan perkembangan Nama pengkaji:Rohani Paraf


Tanggal/jam Catatanperkembangan(SOAP)
Subjektif (S)

Kehamilan yang pertama dan tidak pernah

keguguran. Nyeri perut, BAB mengeras dan tidak

lancar, susah tidur dan nafsu makan kurang

Objektif(O)

Keadaan umum baik, BB:56,3 kg, TB:153 cm S:

36,5 °C ,TD:100/70 mmHg, N: 80 x/menit, P:20

x/menit. Hasil pemeriksaan: TFU 19 cm ,PUKA,

Presentasi bokong, DJJ (+)

Assessment(A)

08 Desember 2020 G1P0A0, Gestasi 20 minggu 3 hari, punggung

11.40 Wita kanan, Presentasi Bokong, tunggal, hidup,

keadaan janin baik, keadaan ibu dengan nyeri

abdomen yang sifatnya hilang timbul, BAB

mengeras dan tidak lancer

Penatalaksanaan(P)

1. MengobservasiKUdanTTVibu

Hasil:KeadaanUmum:ibutampaklemahda

npucat

TTV:TD :100/70mmHg

N :80kali/menit

S :36,5°C

P :20kali/menit

2. Menjelaskan penyebab nyeri yang sifatnya

hilang timbul, BAB mengeras dan tidak


90

lancar, susah tidur dan nafsu makan yang

berkurang.

3. Menganjurkan ibu makan sedikit-sedikit tapi

sering

4. Menganjurkan kepada ibu mengonsumsi

makanan yang tinggi serat seperti banyak

makan sayur-sayuran dan cukupi

kebutuhan cairan dalam tubuh seperti

banyak minum air putih siang hari dan

secukupnya di malam hari supaya ibu

tidak BAK terus menerus

5. Memberikan HE kepada istri tentang:

a. Nutrisi

1. Menganjurkan ibu makan sedikit-sedikit tapi

sering

2. Menganjurkan kepada ibu mengonsumsi

makanan yang tinggi serats eperti

banyak makan sayur-sayuran dan cukupi

kebutuhan cairan dalam tubuh seperti

banyak minum air putih siang hari dan

secukupnya di malam hari supaya ibu

tidak BAK terus menerus

b. Personal Hygiene

Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga

kebersihan diri minimal mandi 2x sehari, gosok

gigi minimal 2x sehari dan rajin ganti pakaian.


91

c. Istirahat yang cukup

Menganjurkan ibu memenuhi kebutuhan

istrirahat, istirahat yang normal untuk ibu

hamil minimal 7-8 jam/hari

6. Manganjurkan kepada suami untuk membantu

pekerjaan rumah yang selama ini dilakukan

oleh ibu.

7. Menganjurkan ibu sesering mungkin

melakukan gerakan sujud atau menungging

agar terjadi perubahan letak pada bokong

dengan kepala janin

8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian

suplemen ibu hamil yaitu folamil

B. Tinjauan Kasus Persalinan

ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY “A” DENGAN KALA II

LAMA DI RSIA SITTI KHADIJAH 1 MAKASSAR

TANGGAL 20 JANUARI 2021

No. Rekam Medik : 12.46.XX


92

Tanggal Masuk : 19 Januari 2021, Pukul 16:00 WITA

Tanggal Pengkajian : 20 Januari 2021, Pukul 13.00 WITA

Nama pengkaji : ROHANI

LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

1. Identitas Istri / Suami

Nama : Ny “A” / Tn ”M”

Umur : 26 tahun / 28 tahun

Nikah/lamanya : 1 kali/ ± 4 tahun / 1 kali/ ± 4 tahun

Suku : Makassar / Makassar

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat : Jl. Sungai saddang

2. Keluhan utama

Ibu mengatakan sakit perut bagian bawah, ingin mengedan dan

merasa bayinya ingin keluar disertai pengeluaran lendir, darah dan air.

a. Riwayat kehamilan sekarang

1) . HPHT : Tanggal 29 April 2020, HTP : Tanggal 22 Januari

2021
93

2) Ini adalah kehamilan yang pertama dan tidak pernah

mengalami keguguran

3. Usia kehamilan 37 minggu 6 hari

3. Riwayat persalinan sekarang

Ibu hamil pertama dan tidak pernah keguguran Ibu

mengeluh nyeri perut bagian bawah tembus belakang HPHT

tanggal 29 April 2020, pergerakan janin dirasakan bulan agustus

2020, mules – mules dirasakan ibu mulai sejak jam 07:00 Wita

disertai pelepasan lendir dan darah, sifat hilang timbul Keadaan

umum Ibu baik, kesadaran komposmentis.

Palpasi Leopold

Leopold I : 3 jari di bawah px, 30 cm. Teraba bokong pada

fundus

Leopold II : Punggung kanan

Leopold III : Presentasi kepala

Leoopold IV : Sudah masuk pintu atas panggul

DJJ : 143 x/i

LP : 80 cm
94

TBJ : 2700 gram

Kontraksi uterus 3x10 dalam 10 menit durasi 20 detik.

4. Riwayat Reproduksi

Riwayat haid

Menarche : 14 tahun

Siklus haid : 28 – 30 hari

Durasi : 5 – 7 hari

Dismenorhoe: tidak ada

5. Riwayat Kesehatan

a) Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, minuman, dan obat-

obatan

b) Tidak ada riwayat penyakit Diabetes, Hipertensi, Jantung,

Hepatitis, Malaria, TBC, dan Typoid.

6. Data psikososial

a) Suami dan keluarga merasa bahagia atas kehamilan ibu

b) Suami dan keluarga mendukung kehamilan ibu

c) Hubungan ibu dengan suami dan keluarga baik

d) Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami dan keluarga

(musyawarah)
95

e) Ibu dan keluarga selalu berdoa agar persalinan berjalan dengan

lancar Peran suami dalam rumah tanggah menafkahi mengayomi

dan memberi kasih sayang penuh kepada keluarga

f) Selama persalinan suami setia menemani bersama keluarga pun

seperti itu

g) Suami sudah sangat siap mengasuh dan membantu istri dalam

merawat dan mendidik anak.

7. Pemenuhan kebutuhan dasar

Nutrisi

a. Frekuensi : 2-3 kali sehari

b. Pola makan : Nasi, sayur, lauk pauk, buah-buahan

c. Pola minum : ± 7-8 gelas perhari

d. Eliminasi

BAK ( Buang Air kecil )

1) Frekuensi : 4-5 kali sehari

2) Warna : Kuning

3) Bau : Amoniak

BAB ( Buang Air Besar )

1) Frekuensi : 1 kali sehari

2) Warna : Kuning kecokelatan

3) Konsistensi : Lunak
96

e) Istirahat

Tidur siang dan malam tidak teratur akibat sakit yang dirasakan

f) Personal Hygiene

Ibu belum pernah mandi, keramas dan sikat gigi selama inpartu

g) Pemeriksaan Fisik

(1) Keadaan umum ibu : Baik

(2) Kesadaran : Composmentis

(3) Tanda-tanda vital :

TD : 110/60 mmHg mmHg

N : 84 X/menit

S : 36,5C

P : 24 X/menit

(4) Kepala

Rambut Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, tidak

mudah rontok.

(5) Wajah

Simetris kiri dan kanan, tidak terdapat closma gravidarum

dan tidak ada oedema

(6) Mata

Konjungtiva merah mudah. Sclera putih


97

(7) Hidung

Tidak ada secret, tidak ada polip dan tidak ada nyeri tekan

(8) Telinga

Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, telinga bersih

(9) Mulut

Bibir lembab, tidak caries pada gigi, gusi tidak mudah

berdarah

(10) Leher

(11) Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan

vena jugularis

(12) Payudara

Puting susu terbentuk, hiperpigmentasi pada aerola

mammae, tidak ada nyeri tekan dan colostrums sudah

keluar.

(13) Abdomen

Pembesaran perut sesuai dengan umur kehamilan,

tampak linea nigra dan striae albican, tonus otot tegang,

tidak ada bekas operasi (SC)

Palpasi Leopold :

Leopold I : teraba bokong pada fundus

Leopold II : punggung kanan (puka)


98

Leopold III : Presentase kepala

Leopold IV : BDP (Divergen)

DJJ : terdengar jelas dengan frekuensi 148x/i

LP : 100 cm

TFU : 2 jari dibawa px ,30 cm

TBJ : TFU X LP (30 X 100) = 3000 gram

Kontraksi uterus 3x 10 menit dengan durasi 25-30

detik

(14) Genetalia

VT ( Tanggal 20 Januari 2021, pukul 08.30 Wita ) oleh

dokter.

Vulva tampak bersih , tidak ada kelainan

Portio melesap

Ketubuan (J)

Pembukaan 10 cm

Presentase kepala, uuk kiri depan

Hodge III

Moulage

Kesan panggul normal

Pelepasan lendir dan darah

(15) Therapy
99

Induksi dengan drips Oksitocin 5 IU + Infus RL 500 cc

mulai 28 tpm.

Pemerikasaan penunjang

Hb = 11 gr/dl

LANGKAH II IDENTIFIKAS DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL

Diagnosa : GIP0A0, Gestasi 37 minggu 6 hari, tunggal, hidup, intrauterin,

letak memanjang, PU-KA, Intrauterine, BDP, Presentasi kepala, dengan kala

2 lama.

1. GI P0 A0

Data Subjektif : ini kehamilan yang pertama dan tidak pernah

keguguran

Data objektif : Tonus otot perut tegang, tampak striae albicans,

dan linea nigra

Analisi dan interpretasi data

Tampak linea nigra disebabkan oleh perubahan deposit pigmen dan

Hiperpigmentasi karena pengaruh Melanophore Stimulating Hormone (MSH)

lobus hipofisis anterior dan adanya hormone yang berlebihan serta adanya
100

pembesaran/peregangan pada jaringan yang menimbulkan perdarahan pada

kapiler halus dibawah kulit warna biru (Prawirohardjo, 2002)

Pada Primigravida, dinding perut akan terlihat kencang, karena tidak

pernah mengalami peregangan sebelumnya. (Prawirohardjo, 2002)

2. Gestasi 37 minggu 6 hari

Data subjektif : ibu mengatakan kehamilannya sudah 9 bulan

Data objektif : Palpasi leopold I TFU 30 cm, HTP tanggal 22

Januari 2021

Analisis dan interpretasi data :

Dari HPHT tanggal 29 April 2020 sampai tanggal pengkajian tanggal

20 Januari 2021, maka umur kehamilan 37 minggu 6 hari. Dan dengan

menggunakan rumus Neagle maka tafsiran persalinan (HTP) yaitu 22 januari

2021. (Prawirohardjo, 2002).

3. Tunggal

a. Data Subjektif : Ibu mengatakan pergerakan janinnya hanya

dirasakan di satu sisi saja yaitu di bagian kanan perut ibu

b. Data Objektif : Pada saat palpasi teraba 1 punggung pada perut

sebelah kanan dan teraba bagian kecil di sebelah kanan. DJJ

terdengar jelas pada satu titik kuadran kanan bawah perut ibu dengan

frekuensi 148x/i

Analisa dan interpretasi data


101

Janin dikatakan tunggal dengan terabanya satu punggung, satu

kepala, satu bokong dan satu titik pergerakan janin.

4. Hidup

a. Data Subjektif: Ibu mengatakan janinnya bergerak kuat dan aktif sejak

bulan agustus 2020 sampai sekarang.

b. Data Objektif : Denyut Jantung Janin ( DJJ ) 148 x/menit terdengar

jelas, kuat, dan teratur.

Analisa dan interpretasi data :

Keadaan janin baik yakni dengan terdengarnya DJJ dalam batas

normal dengan frekuensi 120-160x/menit. Hal di atas menunjukkan keadaan

janin baik. (Prawirohardjo, 2014)

5. Situs memanjang

a. Data Subjektif : ibu merasakan pergerakan janin kuat di rasakan

sebelah kanan perut ibu dan di rasakan pada bulan ke lima yaitu pada

bulan agustus sampai sekarang

b. Data Objektif : Pada palpasi Leopold III teraba kepala pada

bagian terendah janin

Analisi dan intrepretasi data :

Situs memanjang di tandai dengan sumbu panjang janin memanjang

dengan sumbu panjang ibu posisi kepala berada pada bagian terendah dan
102

pada Leopold II teraba punggung kanan (teraba keras, lebar dan datar

seperti papan) dan pada sisi kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin

menandakan punggung kanan.

6. Intrauterine

a. DS : ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri perut yang hebat

saat hamil

b. DO : 2 jari dibawa px TFU 30 cm. teraba punggung, DJJ terdengar

jelas dan teratur dan hanya satu sisi pada perut ibu dan frekuensi 148

x/menit, teraba gerakan janin pada sebelah kanan perut ibu

Analisa dan interpretasi data

Bagian dari uterus merupakan tempat tumbuh dan berkembang janin

tepatnya pada cavum uteri dimana pada bagian ini hasil konsepsi tumbuh

kembang hingga aterm tanpa menyertakan nyeri

7. BDP

a. Data Subjektif: Ibu merasakan pergerakan janin dalam panggul

b. Data Objektif : pada palpasi leopol IV ujung jari pemeriksaan tidak

bertemu (Divergen)

Analisa dan Interpretasi data :


103

Palpasi leopold IV kedua ujung jari-jari tidak dapat bertemu ( Divergen ) yang

mana bagian terendah janin tidak dapat digerakkan. Hal ini berar bagian

terendah janin masuk di pintu atas panggul ( PAP ).

8. PU-KA

a. Data Subjektif : Ibu mengatakan pergerakan janinnya dirasakan

terutama disebelah kanan perut ibu.

b. Data Objektif : Leopold II teraba punggung janin berada diseblah

kanan perut ibu, DJJ terdengar jelas dan teratur pada kuadrat kanan

perut ibu dengan frekuensi 148x/i.

Analisa dan interpretasi data :

Pada palpasi leopold II teraba tahanan besar disisi kanan perut ibu, lebar dan

datar seperti papan sementara di sisi lain teraba bagian kecil seperti tangan

dan tungkai.

9. Presentasi Kepala

a. Data Subjektif :-

b. Data Objektif : Palpasi leopold III teraba kepala

Analisa dan interpretasi data :

Pada palpasi Leopold III dimana daerah simfisi teraba bagian bulat

dan keras dan melenting serta mudah di gerakkan menandakan janin dengan

presentase kepala
104

10. Kala 2 Lama yang dimulai sejak pembukaan lengkap pada jam 18.00

sampai 16:10 lahirnya bayi

a. Data Subjektif :

1) Ibu mengatakan ingin mengedan dan merasakan bayinya ingin

keluar

2) Ibu merasakan sakit perut tembus kebelakang

3) Ibu merasa ingin BAB

4) Ibu mengatakan ada pengeluaran darah dan lender

5) Ibu merasa lelah

b. Data Objektif :

1) Kontraksi uterus 3 × 10 durasi 25 – 30 detik

2) DJJ 148 ×/menit

3) Perineum menonjol

4) Nampak pelepasan darah dan lender

5) Anus membuka

6) Pemeriksaan dalam

7) Vulva dan vagina tidak ada kelainan

8) Porsio melesap

9) Pembukaan 10 cm

10) Ketuban jernih


105

11) Presentasi kepala, uuk kiri depan

12) Hodge III (2/5)

13) Molase

14) Kesan panggul normal

15) Pelepasan ketuban jernih

16) Anus tidak ada hemorrhoid

Analisa dan interpretasi data :

Keinginan mengedan ini merupakan reflex yang ditimbulkan oleh

penekanan kepala bayi pada dinding vagina, rectum

Persalinan yang lama dapat mengakibatkan ketidakseimbangan cairan

elektrolit serta kekurangan cadangan glukosa mengakibatkan kelelahan dan

persalinan lama.

Kondisi kelelahan akan mengakibatkan kontraksi uterus kurang

adekuat sehingga dapat mengakibatkan persalinan lama+ 2 jam. Kala II

pada primigravida berlangsung selama 1½ - 2 jam

Hormon oksitocyn sintetik merangsang otot polos uterus,

meningkatkan eksitabilitas sel-sel otot yang meingkatkan kekuatan kontraksi.

LANGKAH III ANTISIPASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

Pada janin : gawat janin dengan asfiksia

Pada Ibu : Perdarahan pasca persalinan, rupture

Analisis interprestasi data


106

Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima O2 yang cukup, sehingga

akan mengalami hipoksia.

LANGKAH IV. TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI

a. Kolaborasi dengan dokter tentang kondisi pasien advis pemasangan infus

cairan RL 500 cc dan drips oxytocyn

b. Instruksi dokter pasang infus dan drips oxytocyn 5 unit 28tpm naikkan

2 tpm.

LANGKAH V. RENCANA TINDAKAN

Diagnosa Actual : Kala II lama

Rencana Tindakan :

Tanggal 20 januari 2021, jam 08:30 Wita

a. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu

Rasional :ibu dapat mengetahui jenis tindakan yang akan dilaksanakan

b. Observasi kontraksi HIS

Rasional : agar pemantauan mudah di lakukan dengan mengetahui

kemajuan HIS dan kemajuan persalinan.

c. Observasi DJJ

Rasional : karna dengan memantau DJJ petugas tidak salah dalam

mengambil keputusan

d. Observasi tetesan infuse drips oxytosyn 5 unit 28 tpm naikkan 2tpm.

Rasional : Untuk menilai kontraksi uterus selanjutnya


107

e. Siapkan alat partus,tempat serta psien yang siap

Alat- alat partus :

1) Partus set steril

2) 2 buah klem

3) 1 buah gunting tali pusat

4) 1 buah ½ kocher

5) 1 pasang handscoon

6) Has steril, pengikat tali pusat dan duk steril

7) .Bak heacting set

8) Nalpuder

9) Gunting

10) Kom berisi bethadine

11) Jarum cat gut / zaide

12) Ember yang berisi larutan klorin 0,5%

13) Ember yang berisi Larutan DTT

14) Kantong plastic tempat plasenta

15) Kantong plastic untuk pakaian kotor

16) Pakaian bayi dan ibu

17) Celemek

Rasional : Mencegah terjadinya infeksi silang dan menghindari

percikan darah

f. anjurkan ibu untuk makan dan minum


108

Rasional : agar ibu memiliki tenaga yang kuat saat proses persalinan

LANGKAH VI. IMPLEMENTASI

Tanggal 20 Januari 2021 , jam 20:00 Wita

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah lengkap

2. Mengobservasi kontraksi HIS

3. Kontaksi uterus 3x10 I durasi 30-35 detik

4. Mengobservasi DJJ

5. Djj terdengar jelas pada kuadran kanan bawah teratur dan kuat dengan

frekuensi 148xi

6. observasi tetesan infuse RL 500 cc botol pertama

7. Menyiapkan alat partus,tempat dan pasien yang siap

8. Partus Set terdiri dari :

a) 2 pasang Handscoon (sarung tangan steri)

b) 1 buah Kateter Nelaton.

c) 2 buah klem koher.

d) 1 buah ½ koher.

e) 1 gunting Episotomi.

f) 1 gunting Tali Pusat.

9. berkolaborasi dengan tenaga kesehatan ( bidan untuk menolong

persalinan sesuai standar APN)

10. Melihat tanda dan gejala kala II


109

a) Adanya dorongan kuat untuk meneran

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina

c) Perineum menonjol

d) Vulva, vagina dan spingter animembuka

e) .Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan 1 ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali

pakai ke dalam wadah partusset.

f) .Memakai celemek

g) Melepas semua perhiasan yang dipakai di tangan, lalu mencuci

tangan di bawah air mengalir dengan tekhnik 7 langkah

h) .Menggunakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi pada tangan

kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaandalam.

i) .Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi

dengan oksitosin dan letakkan

j) kembali kedalam wadah partusset.

11 .Membersihkan vulva dan perineum, mengusapnya dengan hati-hati

dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas DTT.

12 .Lakukan pemeriksaan dalam (PD) untuk memastikan pembukaan

lengkap (bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah

lengkap, lakukan amniotomi). pemeriksaan dalam tanggal 19 Januari

2021 pukul 18.00 WITA

Pembukaan : 10cm
110

Ketuban :Pecah

Presentase : Ubun-ubun kecil dibawah simpisis Penurunan : HodgeIII

Pelepasan : Lendir, darah bercampur dengan

air ketuban

13. Mendekontaminasi sarung tangan kotor kedalam larutan clorin 0,5 %

dan membukanya secara terbalik, lalu rendam selama 10menit

14 .Memeriksa DJJ setelah kontraksi, untuk memastikan DJJ dalam

batas normal yaitu 120-160x/menit

DJJ terdengar jelas, kuat, dan teratur pada kuadran kanan perut ibu

bagian bawah dengan frekuensi 148 x/menit.

15. Beritahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin serta ibudalam keadaan baik.

16. Minta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran (Bila

ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu

keposisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan

ibu merasa nyaman). Hasil : keluarga bersediamembantu

17.Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat

untuk meneran, diantaranya : bimbing ibu untuk meneran saat ibu

mempunyai keinginan untuk meneran, berikan dukungan dan

semangat atas usaha ibu untuk meneran, anjurkan ibu beristirahan

diantara kontraksi dan anjurkan ibu untuk minum di sela-selakontaksi.


111

18.Jika ibu tidak memiliki keinginan untuk meneran, anjurkan ibu untuk

berjalan, jongko, atau mengambil posisi yang dianggap nyaman.

19. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakkan handuk bersih diatas perutibu.

20. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah

21. Membuka partus set untuk memastikan kelengkapan alat dan bahan.

22. Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan

23. Setelah kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lakukan penyokongan dengan melindungi perineum dengan satu

tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, kemudian letakkan

tangan yang lain pada kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut

untuk mencegah terjadinya gerakan difleksimaksimal.

24. Memeriksa adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses

kelahiranbayi.

25.Tunggu kepala sampai melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

26. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar secara spontan,

lakukan pegangan secara biparietal, dengan menempatkan

kedua tangan pada sisi muka bayi. Anjurkan ibu menerang

pada kontraksi berikutnya, dengan lembut tarik bayi kebawah


112

untuk mengeluarkan bahu depan, kemudian tarik keatas untuk

mengeluarkan bahubelakang.

27. Setelah kedua bahu bayi lahir, geser tangan bawah kearah

perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku

sebelah bawah, Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang lengan dan siku sebelahatas.

28. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas

berlanjut kepunggung, bokong, tungkai dan kaki serta pegang

masing-masing kaki dengan ibu jari dan jari-jarilainnya.

29. Lakukan penilaian sepintas, dengan menilai apakah bayi

menangis kuat, bernafas tanpa kesulitan, bayi bergerak aktif

dan bagiamana warnakulitnya.

30. Bersihkan dan keringkan bayi mulai dari muka, kepala, bagian

tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan

verniks caseosa.Ganti handuk yang basah dengan handuk

kering dan biarkan bayi di atas perut ibu.

LANGKAH VII. EVALUASI

Tanggal 20 januari 2021 Pukul 12:10 Wita

1. Kala II berlangsung 4 jam

2. Bayi lahir spontan tanggal 20 Januari 2021 , Perempuan A/S : 7/9

3. BBL / PBL : Bayi 2900 gram / 47 cm


113

4. Anus berlubang dan tidak ada cacat bawaan

5. Kontraksi uterus baik (keras dan bundar)

6. TFU setinggi Pusat

7. Darah yang keluar ± 100 cc

A. PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


114

1. Pendokumentasian asuhan persalinan kala II

Rsia Sitti Khadijah 1 Nama pasien Ny"A"

Catatan perkembangan Nama pengkaji: Rohani

Tanggal/jam Catatan perkembangan (SOAP)


Data Subyektif (S)

a. Ibu merasa ingin meneran

b.Ibu merasa ingin BAB

Data Obyektif (O)

Vulva membuka, perineum menonjol, his 4x10’ durasi 45


20 Januari 2021
detik, djj 148 x/i
Pukul 20.00 WITA
a. Pemeriksaan dalam pada pukul 16.00 WITA

1). V/V normal

2). Pembukaan 10 cm

3). Ketuban pecah jernih

4). Presentasi kepala, uuk depan

5). Penurunan kepala hodge IV

6). Tidak ada molage

7). Tidak ada penumbungan

8). Kesan panggul normal

9). Pelepasan lendir dan darah

Assesment (A)

Perlangsungan kala II, keadaan Ibu dan janin baik.


115

Planning (P)

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa

pembukaan sudah lengkap

2. Mengobservasi kontraksi HIS

3. Kontaksi uterus 3x10 I durasi 30-35 detik

4. Mengobservasi DJJ

5. Djj terdengar jelas pada kuadran kanan bawah

teratur dan kuat dengan frekuensi 148xi

6. observasi tetesan infuse RL 500 cc botol

pertama

7. Menyiapkan alat partus,tempat dan pasien yang

siap

8. Partus Set terdiri dari :

a) 2 pasang Handscoon (sarung tangan steri)

b) 1 buah Kateter Nelaton.

c) 2 buah klem koher.

d) 1 buah ½ koher.

e)1 gunting Episotomi.

f) 1 gunting Tali Pusat.

g)berkolaborasi dengan tenaga kesehatan

( bidan untuk menolong persalinan sesuai

standar APN)

h) Melihat tanda dan gejala kala II

i) Adanya dorongan kuat untuk meneran

j) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat


116

pada rectum dan vagina

k) Perineum menonjol

l) Vulva, vagina dan spingter animembuka

m) .Memastikan kelengkapan alat pertolongan

persalinan termasuk mematahkan 1 ampul

oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali

pakai ke dalam wadah partusset.

n).Memakai celemek

o)Melepas semua perhiasan yang dipakai di

tangan, lalu mencuci tangan di bawah air

mengalir dengan tekhnik 7 langkah

p).Menggunakan sarung tangan desinfeksi

tingkat tinggi pada tangan kanan yang akan

digunakan untuk pemeriksaandalam.

q).Mengambil alat suntik dengan tangan yang

bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan

letakkan

r) kembali kedalam wadah partusset.

11. Membersihkan vulva dan perineum, mengusapnya

dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan

menggunakan kapas DTT.

12. Lakukan pemeriksaan dalam (PD) untuk

memastikan pembukaan lengkap (bila selaput

ketuban belum pecah dan pembukaan sudah

lengkap, lakukan amniotomi). pemeriksaan

dalam tanggal 19 Januari 2021 pukul 18.00


117

WITA

Pembukaan : 10cm

Ketuban :Pecah

Presentase : Ubun-ubun kecil dibawah

simpisis Penurunan : HodgeIII

Pelepasan : Lendir, darah bercampur

dengan

air ketuban

13. Mendekontaminasi sarung tangan kotor

kedalam larutan clorin 0,5 % dan membukanya

secara terbalik, lalu rendam selama 10menit

14 .Memeriksa DJJ setelah kontraksi, untuk

memastikan DJJ dalam batas normal yaitu 120-

160x/menit

DJJ terdengar jelas, kuat, dan teratur pada

kuadran kanan perut ibu bagian bawah dengan

frekuensi 148 x/menit.

15. Beritahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan

sudah lengkap dan keadaan janin serta

ibudalam keadaan baik.

16. Minta keluarga untuk membantu menyiapkan

posisi meneran (Bila ada rasa ingin meneran

dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu

keposisi setengah duduk atau posisi lain yang

diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).

Hasil : keluarga bersediamembantu


118

17. Lakukan pimpinan meneran saat ibu

mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran,

diantaranya : bimbing ibu untuk meneran saat

ibu mempunyai keinginan untuk meneran,

berikan dukungan dan semangat atas usaha ibu

untuk meneran, anjurkan ibu beristirahan

diantara kontraksi dan anjurkan ibu untuk minum

di sela-selakontaksi.

18. Jika ibu tidak memiliki keinginan untuk meneran,

anjurkan ibu untuk berjalan, jongko, atau

mengambil posisi yang dianggap nyaman.

19. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan

diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih diatas

perutibu.

20. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian

dibawah

21. Membuka partus set untuk memastikan

kelengkapan alat dan bahan.

22. Memakai sarung tangan steril pada kedua

tangan

23. Setelah kepala bayi membuka vulva dengan

diameter 5-6 cm, lakukan penyokongan dengan

melindungi perineum dengan satu tangan yang

dilapisi dengan kain bersih dan kering, kemudian

letakkan tangan yang lain pada kepala bayi dan

lakukan tekanan yang lembut untuk mencegah


119

terjadinya gerakan difleksimaksimal.

24. Memeriksa adanya lilitan tali pusat dan

ambil tindakan yang sesuai jika hal itu

terjadi, dan segera lanjutkan proses

kelahiranbayi.

25.Tunggu kepala sampai melakukan

putaran paksi luar secara spontan.

26. Setelah kepala melakukan putaran

paksi luar secara spontan, lakukan

pegangan secara biparietal, dengan

menempatkan kedua tangan pada sisi

muka bayi. Anjurkan ibu menerang

pada kontraksi berikutnya, dengan

lembut tarik bayi kebawah untuk

mengeluarkan bahu depan, kemudian

tarik keatas untuk mengeluarkan

bahubelakang.

27. Setelah kedua bahu bayi lahir, geser

tangan bawah kearah perineum ibu

untuk menyangga kepala, lengan dan

siku sebelah bawah, Gunakan tangan

atas untuk menelusuri dan memegang

lengan dan siku sebelahatas.

28. Setelah tubuh dan lengan lahir,

penelusuran tangan atas berlanjut

kepunggung, bokong, tungkai dan kaki


120

serta pegang masing-masing kaki

dengan ibu jari dan jari-jarilainnya.

29. Lakukan penilaian sepintas, dengan

menilai apakah bayi menangis kuat,

bernafas tanpa kesulitan, bayi bergerak

aktif dan bagiamana warnakulitnya.

30. Bersihkan dan keringkan bayi mulai dari

muka, kepala, bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa

membersihkan verniks caseosa.Ganti

handuk yang basah dengan handuk

kering dan biarkan bayi di atas perut

ibu.

C. Tinjauan Kasus Nifas


ASUHAN KEBIDANAN NIFAS HARI PERTAMA
PADA NY “M”DENGAN NYERI LUKA OPERASI
DI RSIA SITTI KHADIJAH 1
TANGGAL 14JANUARI 2021
No register : 11.44.XX

Tanggal Masuk : 13Januari2021 Pukul 17.10 WITA

Tanggal Operasi : 13 Januari 2021 Pukul 09.00 WITA


121

Tanggal pengkajian : 14Januari 2021 Pukul 17.15 WIT A

Nama pengkaji :ROHANI

LANGKAH I : Identifikasi Data Dasar

a. Identitas istri / suami

Nama : Nn “M”

Umur : 41 Thn

Nikah : Nikah

Suku :Makassar

Agama : Islam

Pendidikan :S1

Pekerjaan : Guru SD

Alamat : JL. Sungai Saddang Lr. 27 No.16A

b. Data Biologis / Fisologis.

1. Keluhan utama :Nifas hari pertama dengan nyeri luka operasi

Riwayat keluhan

3. Sifat keluhan menetap

4. Mulai timbul setelah operasi secsio caesaria tanggal 13 Januari

2021 pukul 10.30 Wita

5. Lokasi keluhan didaerah abdomen bagian bawah

6. Upaya untuk mengatasi keluhan utama dengan istirahat

(berbaring dengan posisi terlentang)


122

C. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Tekanan darah ibu meningkat selama hamil, DM, penyakit

jantung, dll, tidak ada riwayat mengkonsumsi obat – obatan,

minuman keras dan rokok, serta tidak ada riwatan alergi obat dan

makanan

D. Riwayat Kesehatan Keluarga

Tidak ada riwayat kehamilan kembar/gameli dan riwayat

penyakit keturunan seperti DM,TBC dan ASMA.

E. Riwayat Kehamilan dan persalinan sekarang

(3) P1 A0

(4) HPHT tidak diketahui

(5) Umur Kehamilan ± 38 minggu

(6) Pemeriksaan ANC rutin dilakukan

(7) Ibu di Operasi tanggal 13 Januari 2021 Pukul 08.20 Wita

dengan indikasi Ketuban sedikit, hemoroid dan kepala janin

terletak seperti bulan sabit

d) Pada Jam08.45 lahir bayi laki-laki, presentasi kepala,

segera menangis, BB : 3,1 kg, PB : 47facm.

e) Jam 09.00 WITA lahir Plasenta lengkap

f) Perdarahan 150 cc

g) Kala IV (kala pengawasan

(7) Kontraski uterus baik


123

(8) Tinggi fundus uterus 1 jari bawah pusat

(9) Tanda-tanda vital

Td : 110/70 mmHg

N : 80kali permenit

S : 36,5 c

P : 20permenit

(8) Riwayat Keluarga berencana (KB)

Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB

7. Data Psikologis /Biologis

Ibu sangat senang dengan kelahiran bayi laki – lakinya.

8. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan

l. Nutrisi

Ibu belum mengkonsumsi apapun setelah operasi

m. Eleminasi

8. Sebelum post partum :BAB 1 kali/sehari dan BAK 5-6 kali/hari

9. Setelah post partum : Ibu belum BAB dan sudah BAK

n. Istirahat

2) Sebelum post partum

Istirahat ibu cukup

3) Setelah Post partum Istirahat ibu sedikit terganggu karena nyeri

pada bagian luka operasi

o. Personal Hygiene
124

Ibu belum mandi dan hanya di waslap oleh petugas kesehatan.

8. Data psikologis

Ibu dan keluarga merasa senang dengan kelahiran bayinya

1) Data sosial dan ekonomi

a. Istirahat ibu dan keluarga baik

b. Status ekonomi, keluarga adalah menengah ke bawah

danpencari nafkah adalah suami

2) Data spiritual

a. Ibu dan keluarga berserah diri pada Allah atau

segalasesuatunya

b. ibu dan keluarga selalu berdoa untuk kesehatan bayinya

c. ibu dan keluarga rajin menjalankan ibadahnya

c. Pemeriksaan Fisik

(5) Keadaan umum baik

(6) keadaan komposmentis

(7) TTV

TD :110/70 mmHG

N :80 permenit

S : 36.50c

P :20 permenit

(8) Kepala / Rambut


125

kulit kepala bersih ,dan rambut tidak mudah rontok, tidak ada nyeri

tekan,dan benjolan

(9) Wajah / muka

Tidak ada oedema, wajah tidak pucat dan meringis saat bergerak,

konjungtiva merah muda dan sclera putih

(10) Hidung

Tidak ada polip,secret,peradangan, hidung simetris kiri dan kanan,

tidak ada nyeri tekan.

(11) Gigi Dan Mulut

Lidah dan gigi tampak bersih,dan tidak ada caries.

(12) Leher.

Tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe, kelenjar tiroid, dan vena

jugularis.

(13) Dada

payudara simetris kiri dan kanan, hiperpigmentasi pada aerola

mamae, puting susu tenggelam dan keluar kolostrum bila di

keluarkan puting susu dengan spoid.

(14) Abdomen

Ada bekas operasi yang ditutupi dengan perban, TFU 1 Jari bawah

pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong

(15) Genetalia

tampak pengeluaran ( lochia rubra ), ada nyeri tekan


126

(16) Ektremitas

Ekstremitas atassimetris kiri dan kanan dan terpasang infus pada

tangan kanan yaitu RL Kosong dan Dextrosa.Ekstemitas bawah

simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema,tidak ada varises, refleks

patela kiri dan kanan positif.

5. Pemeriksaan Laboratorium

WBC : 29.9

RBC : 3.66

HBC : 12.3

HbsAg : Nonreaktif

LANGKAH II : Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual

Diagnosa :Nifas hari pertama dengan nyeri luka operasi

g. Nifas hari pertama

Data Subjektif :

a. Ibu dioperasi tanggal 13 Januari 2021.

b. Kolostrum ada

Data objektif :

5) TFU 1 jari bawah pusat

6) Tampak pengeluaran lochia rubra

Analisis dan Interpretasi Data :


127

I. Proses persalinan ibu dengan SC pada tanggal 13 januari 2021

pukul 08.20 wita dan pengkajian dilaksanakan tanggal 14Januari

2021 jam17.15 wita maka ibu berada dalam nifas hari pertama.

J. Rentang normal penurunan TFU adalah ±1 cm (jari) setiap hari

yang merupakan serangkaian proses involusio uteri (Helen Varney,

2008: 959)

K. Adanya pengeluaran darah dari jalan lahir yang berwarna merah

segar menandakan lochea rubra yang keluar pada hari 1-3 pasca

persalinan((Helen Varney, 2008: 959)

L. ASI kolostrum mengandung zat anto jasad renik pathogen yang

amat bagus, kolostrum mengandung zat-zat leukosit imunolubulin

yang hebat, pada saat bayi lahir belum memiliki zat pertahanan

tubuh terhadap infeksi, pada saat itulah masuk kolostrum imunisasi

pertama yang diterima atau di alami bayi. .( Hanifa

Wiknojosastro,2011 )

h. Nyeri luka operasi

1). Data subjektif :nyeri pada daerah abdomen

2). Data Objektif :

j) Expresi wajah ibu meringis bila bergerak

k) Tampak luka operasi ditutupi oleh perban

l) Adanya nyeri tekan pada bagian perut

3). Analisis dan Interpretasi data


128

Adanya luka bekas operasi menakibatkan

terputusnyakontinuitas jaringan sehingga tubuh mengeluarkan zat

kimia yang merangsang aktivitas reseptor nyeri yang dipersepsikan

sebagai rasa sakit nyeri oleh ibu.

Adapun proses terjadinya nyeri menurut Hartanti (2005)

adalah sebagai berikut: ketika bagian tubuh terluka oleh tekanan,

potongan, sayatan, dingin, atau kekurangan O2 pada sel, maka

bagian tubuh yang terluka akan

mengeluarkan berbagai macam substansi yang normalnya ada di

intraseluler. Ketika substansi intraseluler dilepaskan ke ruang

ekstraseluler maka akan mengiritasi nosiseptor. Syaraf ini akan

terangsang dan bergerak sepanjang serabut syaraf atau

neorotransmisi yang akan menghasilkan substansi yang disebut

dengan neorotransmiter seperti prostaglandin dan epineprin, yang

membawa pesan nyeri dari medula spinalis ditransmisikan ke otak

dan dipersepsikan sebagai nyeri.

LANGKAH III : Identifikasi diagnosa dan masalah potensial

Tidak ada masalah potensial

LANGKAH IV : Tindakan segera / Kolaborasi

LANGKAH V : Intervensi / Perencanaan

Diagnosa : Post SC hari pertama dengan nyeri luka bekas operasi


129

Tujuan :

a. Masa nifas berlangsung normal

b. Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri luka operasi

c. Proses laktasi berjalan baik

Kriteria :

a. Kontraksi uterus baik

b. Tanda-tanda vital normal

Tekanan Darah : normal 90-120/60-90 mmHG

Nadi : 60-90 kali/menit

Pernafasan : 16-24 kali/menit

Suhu : 36,5-37,5° c

Ekspresi wajah ibu tidak meringis

TFU berkurang 1 cm perhari maka proses involusio berlangsung normal

Lochea berubah sesuai hari masa nifas

Ibu bisa beradaptasi dengan nyeri ditandai dengan

9) Keluhan Nyeri berkurang

10)Ibu tidak takut bergerak

11)Tidak terjadi infeksi pada luka bekas operasi ditandai dengan : Tidak

ada tanda-tanda infeksi seperti merah, panas, bengkak dan nyeri

12)Ibu dapat menyusui bayinya dengan benar dan tepat


130

Intervensi

Tanggal 13Januari 2021, Pukul 17.30 wita

j) Observasi Tanda-tanda Vital setiap pagi dan sore hari

Rasional :Dengan melakukan observasi Tanda-tanda vital merupakan

indicator untuk mngetahui keadaan umum ibu

k) Ajarkan ibu teknik relaksasi

Rasional : dengan mengajarkan ibu teknik relaksasi yaitu menarik

napas lewat hidung laludihembuskan lewat mulut dapat mengurangi

nyeri luka operasi yang dirasakan ibu

l) Jelaskan pada ibu bimbingan untuk melakukan mobilisasi dan

dibantu oleh suami.

Rasional :Dengan mobilisasi dini secara bertahapdapat membantu

mngurangi nyeri luka operasi yang dirasakan ibu dan mempercepat

pemulihan alat-alat reproduksi

m) Fasilitasi ibu untuk sering menyusui bayinya dibantu oleh suaminya

Rasional :ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi

mempercepat involution serta memberi anti bodi pada bayi.

6. Memberi HE pada ibu dan suami tentang:

Rasional :a. Makan(gizi)

Dengan makan seimbang dan bergizi akan membaantu memulikan

kesehatan ibu dan menghindari ibu dari kelelahan.

c. Istirahat/tidur
131

Dengan istirahat yang cukup akan memulihkan kesehatan

ibu,reaksi obat-obat yang dapat menghindari ibu dari kelelahan.

7. Ingatkan keluarga untuk sesering mungkin mengganti pembalut dan

celana dalam ibu.

Rasional :Untuk mencegah mikroorganisme yang dapatmenyebabkan

infeksi pada vulva.

8. Observasi tanda-tanda infeksi pada luka bekas operasi.

Rasional :Untuk mendeteksi dini adanya kemungkina terjadinyatanda

infeksi pada luka operasi

9. Lakukan Pemantauan pemenuhan eliminasi melalui kateter

Rasional :Dengan pemantauan eliminasi berhubungan dengan intake

yang diberikan. Dengan memantau warna dan jumlah cairan tubuh

yang keluar lewat saluran kencing.

10. Pemberian obat Asam Fonexamad 1 gr IV, Ranitidin 1 gr IV,

Ketorolak 1 gr IV dan Cefotaxyme 1 gr IV

Rasional : Agar proses penyembuhan ibu lebih maksimal.

LANGKAH VI :Implementasi/ Tindakan

Tanggal 14 September2021 pukul17.45 WITA

m. Mengobservasi TTV

TD : 110 / 70 mmHg

N : 80 × / i
132

S : 36,50c

P :20 × / i

n. Mengajarkan ibu tekhnik relaksasi yaitu ibu dapat mengikuti gerakan

menarik napas melalui hidung lalu menghembuskan secara perlahan

mealaui mulut.

o. Membimbing ibu untuk melakukan mobilisasi bertahap yaitu

mengajarkan ibu untuk miring kiri dan kanan dan dibantu oleh suami

untuk menggerakkan badan ibu.

p. Memfasilitasi ibu dengan cara membantu ibu ke ruang

PERINATOLOGIdidampingi oleh suami dan mengajarkan cara

menyusui dengan baik yaitu posisi ibu dan bayi harus bersentuhan

dengan badan bayi, badan bayi menghadap keperut ibu dan mulut

bayi berhadapan dengan payudara ibu serta melekatkan mulut bayi

pada putting ibu sampai ½ areola ibu tertutup.

q. Memberikan Health Education tentang Nutrisi dan sebaiknya suami

membantu ibu dalam pemenuhan nutrisinya seperti menyuapi ibu saat

makan dan juga ibu memerlukan istirahat dan tidur yang cukup yaitu

meminta keluarga untuk tidak berisik dan membiarkan ibu untuk

istirahat.

r. Mengingatkan keluarga untuk mengganti pembalut ibu jika sudah

penuh dan keluarga menggantikan pembalut ibu jika sudah penuh atau

keluarga bisa memanggil petugas ksehatan.


133

s. Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada luka bekas operasi yaitu

Tidak ada tanda-tnda infeksi pada luka bekas operasi seperti merah,

panas, bengkak, bernanah dan berbau pada daerah luka

t. Memantau pemenuhan eliminasi melalui kateter yaitu pada jam 19.00

volume kateter ibu sebanyak 500 cc

u. Pemberian obatyaitu Asam fronexamad 1 gr IV pada jam 18.20 setiap

8 jam, Ranitidine 1 gr IV pada jam 18.20 setiap 8 jam, ketorolac 1 gr

IV pada jam 18.20 setiap 8 jam dan cfotaxime 1 gr IV pada jam 01.15

setiap 12 jam.

LANGKAH VII :Evaluasi

(2) Masa nifas ibu berlangsung normal ditandai pada hari pertama
tinggi fundus ibu 1 jari dibawa pusat, perdarahan kurang dari 500
cc serta kontraksi uterus baik.
(3) Ibu sudah dapat beradaptasi dengan baik dengan melakukan
tekhnik relaksasi jika merasakan nyeri dan ibu sudah bisa miring
kiri dan kanan dibantu oleh suami.
(4) Proses laktasi ibu berjalan dengan baik ditandai dengan bayi tidak
rewel dan tidak terdapat bendungan ASI pada ibu.
(5) Tidak ada tanda-tnda infeksi pada luka bekas operasi seperti
merah, panas, bengkak, bernanah dan berbau pada daerah luka
134

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

a.Pendokumentasian Nifas hari pertama

Rsia. Sitti Khadijah 1 Nama pasien Ny"M"


Catatan perkembangan Nama pengkaji:Rohani
Tanggal/jam Catatan perkembangan (SOAP) Paraf
DATASUBJEKTIF(S)

1. Ibu dioperasi tanggal 13 Januari 2021.

2. ASI sudah keluar.

3. Nyeri pada luka operasi

DATAOBJEKTIF(O)

1. Keadaan umum ibu baik

2. Tanda-tanda vital:
135

Tekanan darah :130/80 mmHg

Nadi :84 kali/menit

Pernapasan :22 kali/menit

Suhu :36,5°C

3. Putting susu sudah menonjol terdapat ASI

bila areola mamae dipencet.

4. TFU 3 jari bawah pusat

5. Kontraksi uterus baik

6. Kandung kemih kosong

7. Pengeluaran lochea rubra

ASSESMENT(A)

Diagnosa: Nifas hari pertama dengan nyeri

luka operasi.

PLANNING(P)

1. Mengobservasi TTV

TD :110/70 mmHg

N :80 ×/i

S :36,5 0c

P :20 ×/i

2. Mengajarkan ibu tekhnik relaksasi yaitu ibu

dapat mengikuti gerakan menarik napas

melalui hidung lalu menghembuskan

secara perlahan mealaui mulut.


136

3. Membimbing ibu untuk melakukan

mobilisasi bertahap yaitu mengajarkan ibu

untuk miring kiri dan kanan dan dibantu

oleh suami untuk menggerakkan badan

ibu.

4. Memfasilitasi ibu dengan cara membantu

ibu keruang PERINATOLOGI didampingi

oleh suami dan mengajar kancara

menyusui dengan baik yaitu posisi ibu dan

bayi harus bersentuhan dengan badan

bayi, badan bayi menghadap ke perut ibu

dan mulut bayi berhadapan dengan

payudara ibu serta melekatkan mulut bayi

pada putting ibu sampai ½ areola ibu

tertutup.

5. Memberikan Health Education tentang

Nutrisi dan sebaiknya suami membantu

ibu dalam pemenuhan nutrisinya seperti

menyuapi ibu saat makan dan juga ibu

memerlukan istirahat dan tidur yang cukup

yaitu meminta keluarga untuk tidak berisik

dan membiarkan ibu untuk istirahat.

6. Mengingatkan keluarga untuk mengganti

pembalut ibu jika sudah penuh dan

keluarga menggantikan pembalut ibu

jika sudah penuh atau keluarga bisa


137

memanggi petugas ksehatan.

7. Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada

luka bekas operasi yaitu Tidak ada tanda-

tanda infeksi pada luka bekas operasi

seperti merah, panas, bengkak, bernanah

dan berbau pada daerah luka

8. Memantau pemenuhan eliminasi melalui

kateter yaitu pada jam 19.00 volume

kateter ibusebanyak 500cc

9. Pemberian obaty aitu Asam fronexamad

1grIV pada jam18.20 setiap 8 jam,

Ranitidine 1grIV pada jam 18.20 setiap 8

jam, ketorolac 1grIV pada jam 18.20

setiap 8 jam dan cfotaxime 1grIV pada

jam 01.15 setiap 12 jam.


138
139

D. Tinjauan Kasus Bayi

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “E”DENGAN ASFIKSIA

SEDANG DI RSIA SITTI KHADIJAH 1 MAKASSAR

27 JANUARI 2021

No. Register : 11.47.XX

Tanggal lahir : 27 Januari 2021 pukul 09.40 WITA

Tanggal pengkajian : 27 Januari 2021 pukul 10.40 WITA

Nama pengkaji : Rohani

LANGKAH I PENGKAJIAN

1. Identitas bayi dan orang tua

a) Identitas bayi

Nama : By Ny “E”

Tanggal lahir : 27 Januari 2021 pukul 09.40 WITA

Anak ke : Dua

Jenis kelamin : Perempuan

b) Identitas ibu/ayah

Nama : Ny”E” / Tn. “H”

Umur : 41 Thun /45 Tahun

Nikah : 1 kali / ±12tahun

Suku : Makassar / Makassar


140

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / S1

Pekerjaan : IRT / Karyawan Swasta

Alamat : Jl. Mallengkeri raya

2. Data Biologis/Psikologis

a. Keadaan bayi setelah lahir tidak langsung menangis , lahir secara

spontan, merintih dengan ransangan taktil beberapa saat dengan

Apgar Score 4/6.

b. Riwayat kehamilan dan persalinan

1) Kehamilan

Ibu mengatakan kehamilan kedua dengan HPHT 22 April

2020, HTP 29 Januari 2021 dan melahirkan tanggal 11 Januari

2021 usia kehamilan yaitu 37 minggu 5 hari ibu beberapa kali

datang memeriksakan kehamilannya di pelayanan kesehatan dan

ibu juga telah mendapatkan suntikan TT 1, ibu mengatakan tidak

ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus dan

penyakit lainnya.

2) Persalinan

Bayi lahir dengan berat berat badan yaitu 3200 gr, panjang

badan yaitu 51 cm, lingkar kepala 34 cm, Lingkar dada 33 cm,

Lingkar perut 32 cm, keadaan umum bayi terlihat membiru, bayi


141

lahir tanggal 27 Januari jam 09.40 wita, normal pervaginaan ,

merintih, bayi di keringkan dan di hangatkan.

c. Penilaian Apgar Score

Menit
Penilaian 0 1 2
1 2
Appearance Biru Kebiruan pada ekstremitas Seluruh tubuh
(Warna kulit) pucat pada tubuh kemerahan 1 1

Pulse Tidak
(Frekuensi ada <100x/menit >100x/menit 2 2
jantung)
Grimace Tidak Meringis Batuk,bersin 1 1
(Refleks) ada
Activity Lemah Ekstremitas fleksi sedikit Bergerak aktif 1 2
(Tonus otot)
Respiratory Tidak Lemah dan tidak teratur Menangis kuat 1 1
(Pernafasan) ada
6 7
Jumlah :

d. Riwayat pemenuhan / kebutuhan dasar bayi

1) Nutrisi cairan

Kebutuhan nutrisi sementara belum dapat dikaji.

2) Personal Hygiene

Bayi belum pernah dimandikan,pakaian bayi diganti dengan

pakaian yang bersih dan kering apabila kotor dan basah

3) Eliminasi

BAB dan BAK belum pernah

4) Istirahat
142

Bayi lebih banyak tidur

5) Imunisasi

Selama bayi lahir di berikan hepatitis 0 (HB-0)

6) Pemeriksaan fisik

(a) Pertumbuhan

BB :3200 gram

PB :51 cm

LK :34 cm

LD :33 cm

LP : 32 cm

LILA: 12 cm

(b) Tanda-tanda vital

Heart Rate : 120x/menit

Pernafasan : 38x/menit

Suhu : 36,4 ºC

(c) Kepala

Terdapat caput, succedaneum rambut hitam tipis dan

halus,ubun ubun datar dan tidak ada molase.

(d) Mata

Simetris kiri dan kanan, pupil mata bereaksi dengan baik, sclera

putih dan konjungtiva merah muda.

(e) Mulut
143

Refleks menghisap kuat, tidak ada lendir, tidak ada kelainan

pada pallatum, bibir pucat saat oxygen dilepas.

(f) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,kelenjar limfe dan vena

jugularis tiidak Nampak

(g) Dada dan perut

Simetris kiri dan kanan, gerakan perut sesuai dengan nafas

bayi , tidak ada tonjolan dada pada bayi, tali pusat masih basah.

(h) Genetalia dan anus

Testis sudah masuk dalam scrotum, Anus (+)

(i) Ekstremitas atas dan bawah

Pergerakan kurang aktif, jari tangan kiri dan kanan lengkap,

kuku pucat, tangan dan kaki teraba dingin badan membiru.

e. Data Psikologis,social dan ekonomi

1. orang tua bayi tampak selalu mendoakan yang terbaik untuk

anaknya sehat sehat saja

2. ibu sudah faham dan mengerti tentang keadaan anaknya

3. pengambilan keputusan dalam keluarga adalah musyawarah

4. perawatan di tanggung BPJS dan suami

5. Peran suami dalam rumah tanggah menafkahi mengayomi

dan memberi kasih sayang penuh kepada keluarga


144

6. Selama kehamilan,persalinan hinggah sekarang perawatan

bayi baru lahir dan akan berlanjut suami setia menemani dan

mengasuh anak dengan kasih sayang bersama keluarga

seperti itu

7. Suami sudah sangat siap mendidik dan membantu istri dalam

merawat anak

LANGKAH II : PERUMUSAN DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL

Diagnosa :Bayi cukup bulan (BCB ), Sesuai Masa Kehamilan (SMK)

Masalah aktual : Asfiksia

1. Bayi kurang bulan (BKB)/Sesuai masa kehamilan (SMK)

Data Subjektif :

a. Ibu mengatakan HPHT : 22 April 2020

b. Ibu mengatakan bahwa usia kehamilannya 9 bulan

c. Ibu mengatakan akan melahirkan tanggal 29 Januari 2021

Data Objektif :

a. HTP tanggal 29 Januari 2021

b. Usia kehamilan 37 mg 5 hari sesuai dengan HPHT ibu

c. Melakukan resusitasi

d. PBL 51 cm

e. BBL 3200 gram

f. LK 34 cm
145

g. LD 33 cm

h. LP 32 cm

Analisa dan interpretasi data :

Bayi cukup bulan merupakan bayi yang lahir dengan umur 37

minggu sampai 42 minggu dengan berat lahir 2500 gram sampai 4000

gram,sedangkan usia kehamilan menurut hukum neagle melalui HPHT,

jadi dari HPHT yang di dapatkan dari ibu yakni tanggal 22 April 2020

sampai dengan tanggal melahirkan ibu yakni tanggal 11 Januari 2021

maka usia kehamilan ibu adalah 37 minggu 5 hari dan termaksud kategori

kehamilan cukup bulan.(Prawirohardjo, 2014:279).

2. Asfiksia

Data subjektif : -

Data objektif :

a. kulit bayi tampak kebiriuan dan dingin

b. pernafasan bayi megap megap

c. hasil apgar score 4/6

Analisa dan interpretasi data :

Asfiksia adalah kondisi di mana bayi tidak mendapat oksigen cukup

yang di tyandai warna kulit kebiruan,pernafasan megap megap serta hasil

apgar score di bawah normal 6/7 , asfiksia dikenal dengan istilah lain

seperti perinatal asfiksia atau asfiksia neonatorum,kondisi ini dapat


146

berakibat fatal pada bayi dan butuh penanganan awal segera, seperti

pemberian pemasanga O2 2 liter ( Prawiharjo 2000)

LANGKAH III : IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL

Diagnosa potensial : Antisipasi terjadinya asfiksia berat

Data Subjektif :-

Data Obyektif : Bayi lahir warna kulit kebiruan,pernafasan megap

megap serta hasil apgar score 4/6

Analisa dan Intrerpretasi data

Terlalu lama di dasar panggul karna kurangnya his yang tidak

adekuat sehingga sampai saatnya di dilakukan vakum , sehingga bayi

mengalami asfiksia sedang.( kusumawati 2006)

LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA /EMERGENCY /KOLABORASI

Lakukan resusitasi

a. Membersihkan jalan nafas dan memperbaiki jalan nafas untuk memudhkan

O2 masuk.

b. Kepala bayi lurus dan sedikit tengadah/ekstensi

c. Memasang sungkup diwajah,menutupi pipi,mulut dan hidung.

d. Melakukan rangsangan taktil pada kaki dan punggung

e. Memberikan O2 2 liter / menit, sambil mengeringkan dan menghangatkan

bayi.

f. Menyelimuti bayi kecuali muka dan dahi.


147

LANGKAH V : RENCANA TINDAKAN /INTERVENSI

Diagnosa bayi cukup bulan /sesuai masa kehamilan/presentasi kepala lahir

pervaginaan dan saat setelah lahir asfiksia.

Diagnosa potensial : Antisipasi terjadinya asfiksia berat

Tujuan : bayi dapat bernafas baik teratur tanpa gangguan pernafasan

Kriteria :Bayi segera menagis TTV dalam batas normal

Intervensi:

Tanggal 27 Januari 2021

a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan sabun

dibawah air mengalir

Rasional : Mencegah terjadinya infeksi silang

b. Hangatkan dan keringkan tubuh bayi dengan kain bersih dan kering

Rasional :untuk mengetahui keadaan umum bayi dan sdbagai dasar

melakukan tindakan selanjutnya ,selain itu untuk menghindarkan

kemungkinan timbulnya komplikasi pneunotorous.

c. Penatalaksanaan pemberian O2 2 liter /menit

Rasional : jika O2 dalaam 4 menit tidak terpenuhi maka akan

menyebaabkan

kerusakan jaringan otak dan hinggah menimbulkan kematian.

d.Lakukan resusitasi

Rasional : untuk membersihkan jalan nafas dan membantu beri bernafas

spontan
148

e.Berikan vitamin k 0,5 ml/ IM dan salep mata oxytetracyclin

Rasional : untuk mencegah terjadinya perdarahabn pada otak dan infeksi

pada mata.

f.lakukan ventilasi

Rasional : untuk menilai apakah terjadi nafas spontan

g.Rawat tali pusat

Rasional: untuk mencegah terjadinya infeksi tali pusat.

LANGKAH VI.IMPLEMENTASI
Tanggal 27 januari 2021 Jam 11:05 Wita

a. Mencuci tangan sebelum dan susudah melakukan tindakan dengan sabun

dibawah air mengalir

b .Menghangatkan dan mengeringkan tubuh bayi dengan kain bersih dan

kering

c .Menilai frekuensi jantung pernafasan dan warna kulit

Pernafasan tidak teratur serta megap megap dan warna kulit kebiruan

d. Memberikan O2 2 liter / menit

Dilakukan pemasangan O2 untuk penanganan awal

e. Melakukan resusitasi

Melakukan resusitasi saat sebelum di lakukan pemasangan O2

f. Memberikan vitamin K 0,5 ml secara IM dan salep mata oxytetracyclin 1%

g. Melakukan ventilas
149

h. Merawat tali pusat

Melakukan perawatan tali pusat dengan alcohol dan kapas khusus.

LANGKAH VII EVALUASI

Tanggal 27 Januari 2021 Jam 11: 20 Wita

a. Sudah dilakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

di bawah air mengalir

b. Bayi telah di keringkan dan terbungkus dengan kain bersih

c. Frekuensi jantung 120x/menit

d. Pernafasan 40x/menit

e. Warna kulit kebiruan

f. Oksigen sudah terpasang 2 liter /menit

g. Sudah dilakukan pembersihan jalan nafas dengan bola karet pada mulut

dan hidung

h. Bayi telah diberikan vitamin K 0,5 ml IM dan salep mata

i. Bayii bernafas lemah,frekuensi pernafasan 24x/menit ,ventilasi dilanjutkan

j. Talli pusat terklem dengan baik

Tanggal 21 januari 2021 Jam 11:25 Wita

Asfiksia Teratasi

a. Bayi sudah bernafas spontan

b. Bayi dapat menangis,walaupaun agak merintih


150

c. Warna kulit kemerahan

d. Jalan nafas telah bersih,tidak terdapat lender lagi

e. Pergerakan dan tonus otot sudah aktif

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

a. Pendokumentasian bayi baru lahir

Rsia Sitti Khadijah 1 Nama pasien bayi Ny "E"


Catatan Nama pengkaji: Rohani

perkembangan
Tanggal/jam Catatan perkembangan (SOAP) Paraf
Data Subyektif (S)

1. Bayi lahir tanggal 11 januari 2021 pukul 09 .40 wita

2. HPHT tanggal 22 april 2020


151

3. Usia kehamilan 8 bulan lebih beberapa hari

Data Objektif (O)

27 Januari 2021 Pukul 1. Masa gestasi 37 minggu 5 hari

11. 00 WITA 2. Suhu bayi yaitu 36,4 ºC

3. BB : 3200 gram, PB : 51 cm

4. TP 29 januari 2021

5. Terdapat banyak lendir pada mulut dan hidung

6. Kulit bayi kebiruan dan tonus otot melemah

7. Persalinan normal berjalan baik

8. Penanganan dengan resusitasi dan di lanjutkan

pembererian O2

Assesment (A)

Bayi cukup bulan (BCB) /Sesuai Masa Kehamilan

(SMK) dengan Asfiksia

Diangnosa potensial : antisipasi terjadinya asfiksia

berat

Penatalaksanaan (P)

a. Mencuci tangan sebelum dan susudah

melakukan tindakan dengan sabun dibawah air

mengalir

b. Menghangatkan dan mengeringkan tubuh bayi

dengan kain bersih dan kering

c. Menilai frekuensi jantung pernafasan dan warna

kulit

d. Pernafasan tidak teratur serta megap megap dan


152

warna kulit kebiruan

e. Memberikan O2 2 liter / menit. Dilakukan

pemasangan O2 untuk penanganan awal

f. Melakukan resusitasi

Melakukan resusitasi saat sebelum di lakukan

pemasangan O2

g. Memberikan vitamin K 0,5 ml secara IM dan

salep mata oxytetracyclin 1%

g. Melakukan ventilasi

h. Merawat tali pusat

Melakukan perawatan tali pusat dengan alcohol

dan kapas khusus.

b. Pendokumentasian hari kedua

Rsia Sitti Khadijah 1 Nama pasien bayi Ny "E"


Catatan perkembangan Nama pengkaji: Rohani
Tanggal/jam Catatan perkembangan (SOAP) Paraf
Data Subyektif (S)

1. Bayi sudah tidak dingin lagi

2. Ibu telah berencana untuk pulang

3. Bayi sudah kuat menyusui

28 Januari 2021 4. Bayi sudah BAB 2x/haridan BAK sering

Pukul 07.00 WITA Data Obyektif (O)

a. Keadaan umum bayi baik, kesadaran

komposmentis
153

b.Mengobservasi tanda-tanda vital

Heart Rate : 120 x/menit

Pernafasan : 52 x/menit

Suhu : 36,7ºC

3. Berat badan : 3700 gram.

4. Tali pusat masih basah

Assesment (A)

Bayi Ny “E” umur 1 hari

Penatalaksanaan (P)

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh

bayi

2. Mengobservasi tanda-tanda vital

3. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan kepada ibu

bahwa keadaaan bayinya dalam kondisi normal

4. Menganjurkan kepadaibu segera memeriksakan

bayinya ketenaga kesehatan apabila muncul

tanda-tanda bahaya pada bayinya.


154

E. Tinjauan Kasus KB

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.B CALON AKSEPTOR

KB DMPA DI RSIA SITTI KHADIJAH 1

TANGGAL 15DESEMBER 2020

No.RM :00.11.XX

Tanggal Kunjungan : 15 Desember 2020 ( 10.00 WITA)

Tanggal Pengkajian : 15Desember 2020 ( 10.10 WITA)

Ruang : Poli KB

Nama Pengkaji : Rohani

LANGKAH 1 IDENTIFIKASI DATA DASAR

d. Identitas Istri/ Suami

Nama Klien : Ny. B/ Tn. B

Umur : 32Tahun / 33 Tahun

Nikah/Lamanya : 1kali / 5 Tahun


155

Suku/Bangsa : Makassar / Indonesia

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT /Petani

Alamat : Jl. Rappokalling Timur no.13

e. Alasan Kunjungan

Ibu ingin menjadi akseptor KB suntik 3 bulan karena ingin

menjarangkan kelahiran

f. Riwayat Kesehatan Ibu

Ibu tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit yang

mengharuskan dirawat di rumah sakit, seperti penyakit jantung,

stroke, asma, TBC, gastritis, typoid, DM, hipertiroid, hepatitis,

kanker dan penyakit menular seksual

g. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu klien menderita penyakit DM, dan dari pihak suami tidak ada

yang pernah dan sedang menderita penyakit menurun (jantung,

hipertensi, DM) maupun penyakit menular (hepatitis, TBC,

HIV/AIDS, dll)

h. Riwayat Perkawinan

Pernikahan dengan suami sah, menikah 1x, lama menikah ± 5

tahun, ibu menikah saat umur 27 tahun dan umur suami saat

menikah 28 tahun.
156

i. Riwayat KB

Ibupernah menjadi akseptor KB Implant

j. Riwayat Obstetri

F. Riwayat Haid

Menarche pada umur 14 tahun, siklus haid 28 hari, teratur,

lama haid 5 hari, ibu mengalami nyeri haid/dismenorea yang

masih bisa ditahan dan tidak menganggu aktfitas, dan ibu

belum pernah haid lagi setelah melahirkan

G. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu

Ibu dan suami mempunyai satu orang anak, lahir dengan

serotinus pada tanggal 01September 2017, dengan berat

badan lahir 3700 gr, jenis kelamin laki-laki, persalinan

ditolong oleh bidan dengan masa nifas normal, ibu masih

menyusui bayinya sampai sekarang dan tidak dibantu susu

formula

k. Riwayat Pemenuhan kebutuhan Dasar

(5) Kebutuhan Nutrisi : Makan 3x sehari dengan porsi 1 piring

(Nasi, sayur, ikan, tahu, tempe, telur) dan minum 8-9 gelas

sehari

(6) Pola Eliminasi : BAB 2x sehari, lembek berwarna kuning

kecoklatan, BAK berwarna kuning jernih, frekuensi BAK 6 - 7

kali perhari
157

(7) Kebutuhan Istirahat : Tidur siang 1-2 jam, dan tidur malam 8-

9 jam

(8) Kebutuhan Personal Hygene : Mandi 2x sehari, keramas

setiap hari, sikat gigi setiap mandi dan saat malam hari

sebelum tidur, ganti pakaian setiap kali selesai mandi

(9) Kebutuhan Seksualitas : Ibu belum pernah melakukan

hubungan seks setelah melahirkan

l. Data Psikososial, Budaya, Religius, dan Ekonomi

Ibu ingin menjadi akseptor KB suntik atas kemauan sendiri dan

persetujuan dari suami, ibu tinggal serumah dengan suami dan

satu anaknya, hubungan ibu dengan suami dan keluarga serta

masyarakat baik, ibu rajin beribadah dan tidak beranggapan

bahwa menggunakan alat kontrasepsi itu tabu dan dilarang

agama, penghasilan suami sebagai buruh bangunan cukup untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.

m. Data Pengetahuan Ibu

Ibu kurang memahami tentang alat kontrasepsi suntik, hanya tahu

bahwa disuntik tiap 3 bulan sekali, saat ini ibu merasa khawatir

dan ragu karena belum pernah menggunakan KB suntik

sebelumnya.

n. Pemeriksaan Fisik
158

(9) Keadaan Umum baik, kesadaran composmentis, tampak

khawatir dan ragu, tanda-tanda vital TD : 160/120 mmHg,

Nadi : 95 x/menit, Pernapasan : 20 x/menit, Suhu : 36°c

(10) Tinggi badan : 158 cm

Berat badan :76,3 Kg

(11) Kepala : Kulit kepala bersih, tidak ada benjolan, rambut hitam

dan tidak rontok

(12) Wajah dan leher : Wajah tidak oedema, mata (conjungtiva :

tidak anemis, sclera : tidak ikterik), hidung bersih dan tidak

ada polip, telinga bersih dan simetris kiri dan kanan,

pendengaran baik, mulut dan lidah bersih, gigi lengkap, tidak

ada karies pada gigi, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,

tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan vena jugularis tidak

nampak.

(13) Payudara : Simetris kiri dan kanan, Tidak ada benjolan dan

nyeri tekan pada payudara, tidak ada retraksi pada payudara.

(14) Abdomen : Tidak ada nyeri tekan dan pembesaran uterus,

dan tidak ada bekas luka operasi

(15) Ekstremitas Atas dan Bawah : Tidak ada oedema, tidak ada

varises, kuku tidak sianosis, refleks patella kanan dan kiri

positif

o. Pemeriksaan Penunjang
159

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL

7) Diagnosa : Ibu calon akseptor KB DMPA

Data Subjektif :

i. Ibu ingin menggunakan KB suntik 3 bulan untuk mengatur jarak

kelahiran

j. Anak berumur 3 tahun

k. Tidak ada penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, dan

stroke

Data Objektif :

M. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis

N. Tanda-tanda vital TD : 160/120 mmHg, Nadi : 95 x/menit,

Pernapasan : 20 x/menit, Suhu : 36˚c

O. BB saat ini : 76,3 kg

P. TB saat ini : 158 cm

Q. Tidak ada nyeri tekan dan benjolan pada payudara

R. Tidak ada nyeri tekan dan pembesaran uterus

S. Tidak ada varises

Analisis dan intrepretasi data :

DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) atau Depo Provera,

diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. Disuntikan

secara intamuskular di daerah bokong dan dianjurkan untuk


160

diberikan tidak lebih dari 12 minggu dan 5 hari setelah suntikan

terakhir (Pinem, 2014; Everett,2008).

DMPA memiliki efektifitas yang tinggi dengan 0,3

kehamilan per 100 perempuan pertahun asal penyuntikan

dilakukan secara benar sesuai jadwal yang telah ditentukan

(Pinem, 2014).

Efektivitas kontrasepsi suntik adalah antara 99% dan

100% dalam mencegah kehamilan. Kontrasepsi suntik adalah

bentuk kontrasepsi yang sangat efektif karena angka kegagalan

penggunaannya lebih

kecil. Hal ini karena wanita tidak perlu mengingat untuk meminum

pil dan tidak ada penurunan efektivitas yang disebabkan oleh diare

atau muntah (Everett, 2008).

B. Kecemasan

Data Subjektif :

g. Ibu kurang memahami tentang alat kontrasepsi suntik

h. Ibu merasa takut dan ragu karena belum pernah

menggunakan kb suntik sebelumnya

Data Objektif : Ibu tampak khawatir dan ragu

Analisis dan intrepretasi data :

Pengetahuan adalah hasil ”tahu‟, terjadi setelah orang


161

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Melalui

panca indra manusia yaitu : indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, perasa, peraba. Pengetahuan manusia sebagian

besar diperoleh dimata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat diperlukan untuk membentuk

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

LANGKAH III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

Tidak ada data yang menunjang terjadi masalah potensial

LANGKAH IV. TINDAKAN EMERGENCY/KOLABORASI

Tidak ada data yang mendukung untuk dilakukan tindakan segera/kolaborasi

LANGKAH V. INTERVENSI

Tanggal : Kamis, 06 September 2018

Jam : 10.25 WITA

a. Tujuan

Ibu menjadi akseptor KB suntik 3 bulan

b. Kriteria

1) Ibu menggunakan alat kontrasepsi yang diinginkan dan sesuai dengan

keadaan kesehatan ibu saat ini.

2) Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan dan telah mantap

memilih KB suntik 3 bulan

3) Ibu bersedia di suntik


162

Intervensi

1. Lakukan pendekatan kepada ibu

Rasional : Pendekatan dan komunikasi yang baik dapat membuat ibu

percaya dan terbuka dalam mengucapkan keluhanya

2. Jelaskan jenis-jenis alat kontrasepsi

a) KB alami ( Senggama terputus, sistem kalender, MAL)

b) KB barier/ perlindungan ( Kondom, spermatisida, vagina diafragma,

IUD/spiral )

c) KB hormonal ( Pil KB, Suntik KB, implant )

d) KB permanen/Kontap ( MOP dan MOW )

Rasional : Agar ibu mengetahui jenis-jenis alat kontrasepsi

3. Jelaskan keuntungan, efek samping, dan cara penggunaan KB suntik 3

bulan

a) Keuntungan : Efektif mencegah kehamilan, Tidak menyebabkan

kemandulan, Tidak mempengaruhi produksi ASI

b) Efek samping : Gangguan menstruasi, Berat badan bertambah,

pengapuran tulang, kesuburan lama kembali, tidak melindungi dari

PMS

c) Cara penggunaan : KB suntik 3 bulan berisi hormon progestin yang

memiliki kemampuan mencegah kehamilan dengan membuat cairan

vagina lebih tebal dan menipiskan dinding rahim yang mencegah


163

pertumbuhan janin, kontrasepsi ini disuntikkan ke bokong atau lengan

atas secara Intra muscular( dalam otot )

Rasional : Agar ibu lebih mengetahui dan yakin ikut KB suntik 3 bulan

4. Lakukan informed consent

Rasional : Agar ibu yakin dan mantap memilih alat kontrasepsi yang

akan digunakanya

5. Lakukan penyuntikan KB suntik 3 bulan dengan benar dan tepat

sesuai standar pelayanan kesehatan

Rasional : Untuk memperlancar proses pelaksanaan sesuai dengan

prosedur

6. Fasilitasi ibu kartu akseptor KB suntik 3 bulan

Rasional : Untuk mengingatkan ibu jadwal penyuntikan selanjutnya

dan sebagai petunjuk bagi bidan dalam memberikan palayanan KB

7. Anjurkan ibu untuk datang suntik ulangan pada tanggal 15 Februari

2021 atau jika ada keluhan

Rasional :Untuk mengingatkan ibu jadwal suntik selanjutnya dan

mencegah terjadinya kehamilan

LANGKAH VI. IMPLEMENTASI

Tanggal : 15 Desember 2020 Jam 11.00 Wita

Jam : 10.35 WITA


164

1) Melakukan pendekatan pada ibu dengan cara 5S (senyum, sapa,

salam, sopan dan santun) dengan ramah dan menjelaskan

tindakan yang akan dilakukan

2) Menjelaskan jenis-jenis alat kontrasepsi

(a) KB alami ( Senggama terputus, sistem kalender, MAL)

(b) KB barier/ perlindungan ( Kondom, spermatisida, vagina

diafragma, IUD/spiral )

(c) KB hormonal ( Pil KB, Suntik KB, implant )

(d) KB permanen/Kontap ( MOP dan MOW )

3). Menjelaskan keuntungan, efek samping dan cara penggunaan KB

suntik 3 bulanKeuntungan : Efektif mencegah kehamilan, Tidak

menyebabkan kemandulan, Tidak mempengaruhi produksi ASI

4). Efek samping : Gangguan menstruasi, Berat badan bertambah,

pengapuran tulang, kesuburan lama kembali, tidak melindungi dari

PMS

5). Cara penggunaan : KB suntik 3 bulan berisi hormon progestin yang

memiliki kemampuan mencegah kehamilan dengan membuat cairan

vagina lebih tebal dan menipiskan dinding rahim yang mencegah

pertumbuhan janin, kontrasepsi ini disuntikkan ke bokong atau

lengan atas secara Intra muscular( dalam otot )

6). Melakukan informed consent dengan penandatanganan yang

dilakukan oleh klien


165

7). Melakukan penyuntikan KB suntik 3 bulan, merk Depo provera

dengan dosis 150 mg/ml secara intramuskuler dan tepat sesuai

standar pelayanan kesehatan

8). Memfasilitasi ibu kartu akseptor KB suntik 3 bulan

9). Menganjurkan ibu untuk datang suntik ulangan pada tanggal 15

Februari 2021 atau jika ada keluhan

LANGKAH VII. EVALUASI

Tanggal : 15 Desember 2021

Pukul : 11. 00 WITA

4. Ibu telah menjadi akseptor KB suntik 3 bulan sesuai dengan apa

yang diharapkan ditandai dengan :

a). Ibu telah mendapatkan KB suntik 3 bulan

b). Ibu bersedia datang kembali pada tanggal 15 Feberuari 2021

atau jika ada keluhan


166

A.PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN


PendokumentasianAsuhan Keluarga Berencana

Rsia Sitti Khadijah 1 Nama pasien Ny"B"

Catatan perkembangan Nama pengkaji: Rohani


Tanggal/jam Catatan perkembangan (SOAP) Paraf
Subjektif(S)
1. Ibu ingin menggunakan KB suntik 3 bulan

untuk mengatur jarak kelahiran

2. Anak berumur 3 tahun

3. Tidak ada penyakit diabetes mellitus,

penyakit jantung dan stroke

4. Ibu pernah menjadi akseptor kb implant


167

5. Ibu kurang memahami tentang alat

kontrasepsi suntik

6. Ibu merasa khawatir dan ragu karena belum

pernah menggunakan KB suntik

sebelumnya

Objektif (O)

1. Keadaan umum baik, kesadaran

composmentis

2. Tanda-tanda vital TD: 160/120 mmHg, Nadi:

95x/menit, Pernapasan: 20x/menit, Suhu:

36˚c

3. BB : 76,3 kg

4. TB : 158cm

5. Tidak ada nyeri tekan dan benjolan pada

payudara

6. Tidak ada nyeri tekan dan pembesaran

uterus

7. Tidak ada varises

8. Ibu tampak khawatir dan ragu


Assessment (A)
Ibu calon akseptor KB DMPA

Penatalaksanaan (P)
1. Melakukan pendekatan pada ibu

dengan cara 5S (senyum, sapa,

salam, sopan dan santun) dengan

ramah dan menjelaskan tindakan yang

akan dilakukan
168

2. Menjelaskan jenis-jenis alat

kontrasepsi

a. KB alami (Senggama terputus

,sistem kalender, MAL)

b. KB barier/perlindungan (Kondom,

spermatisida, vagina diafragma,

IUD/spiral)

c. B hormonal (Pil KB, Suntik KB,

implant)

d. KB permanen/Kontap (MOP dan

MOW)

3. Menjelaskan keuntungan

4. Menjelaskan keuntungan, efek

samping dan cara penggunaan KB

suntik 3 bulan

a. Keuntungan:Efektif mencegah

kehamilan,Tidak menyebabkan

kemandulan, Tidak mempengaruhi

produksi ASI

e. Efek samping: Gangguan

menstruasi, Berat badan

bertambah, pengapuran tulang,

kesuburan lama kembali, tidak

melindungi dari PMS

f. Cara penggunaan: KB suntik 3

bulan berisi hormon progestin


169

yang memiliki kemampuan

mencegah kehamilan dengan

membuat cairan vagina lebih

tebal dan menipiskan dinding

rahim yang mencegah

pertumbuhan janin, kontrasepsi

ini disuntikkan ke bokong atau

lengan atas secara

Intramuscular (dalam otot)

5. Melakukan penyuntikan KB suntik 3

bulan, merk Depoprovera dengan

dosis 150 mg/ml secara

intramuskuler dan tepat sesuai

standar pelayanan kesehatan dan

tepat sesuai standar pelayanan

kesehatan

6. Memfasilitasi ibu kartu akseptor KB

suntik 3 bulan

7. Menganjurkan ibu untuk datang

suntik ulangan pada tanggal 15

Februari 2021 atau jika ada keluhan


170

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Pada bab ini akan dibahas tinjauan kasus berdasarkan hasil

pelaksanaan asuhan kebidanan antenatal pada Ny “H” umur kehamilan 20

minggu 3 hari, asuhan kebidanan intranatal pada Ny “A” gestasi 37 minggu 6

hari dengan kala II lama, asuhan kebidanan Ny “M” post SC hari pertama

dengan nyeri luka bekas SC, asuhan kebidanan perinatal pada bayi Ny “E”

dengan asfiksia sedang dan asuhan kebidanan DMPA pada Ny "B" di RSIA

Sitti Khadijah 1 Makassar

Pendekatan dalam studi kasus ini dilaksanakan berdasarkan standar

asuhan kebidanan yang selanjutnya di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.

A. ANC pada tanggal 08 Desember 2020


171

Pada tanggal 08 Desember 2020, penulis bertemu dengan Ny “H"

sebagai objek untuk pengambilan studi kasus yang sedang berkunjung

ANC di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar. Pada didapatkan data yaitu Ibu

mengatakan hamil sekitar 7 bulan. HPHT tanggal 15 juli 2020 sampai

tanggal 08 Desember 2020. maka umur kehamilan ibu 20 minggu 3 hari.

Keluhan yang didapatkan dari ibu yaitu nyeri perut bagian bawah, BAB

mengeras dab tidak lancar, nafsu makan kurang, dan susah tidur , tanda-

tanda vital TD:100/70 mmHg, N:80 x/menit, S:37⁰C, P : 20x/menit. Hb

yang didapatkan yaitu 11 gr%.

B. INC pada tanggal 20 Januari 2021

Pada anamnesa yang dilakukan pada Ny “A” pada tanggal 20 Januari

2020 didapatkan keluhan yaitu Sakit perut tembus belakang dan disertai

dengan ada pelepasan lendir dan darah dari jalan lahir sejak kemarin,

pukul 16.00 wita ibu mengatakan pergerakan janinnya masih aktif.

Berdasarkan hasil anamnesa Ny “A” ada tanda-tanda inpartu yaitu keluar

lendir bercampur darah dan mules-mules. Pada pemeriksaan fisik

didapatkan KU baik TTV dalam batas normal TD 110/60 mmHg, Suhu

36,50C, Nadi 84x/i, Pernapasan 24x/i.

Kemudian pada pukul 18.00 dilakukan pemeriksaan dalam di dapatkan

hasil vula vagina normal, portiolunak tipis , pembukaan q0 cm, ketuban

(-),presentasi kepala penurunan hodge III tidak ada molase dan


172

penumbungan, kesan panggul normal dan his 2x dalam 10 menit dan DJJ

terdengar kuat, jelas dan teratur pada kuadrat kkanan perut ibu dengan

frekuensi 148x/i, His : 2x10 dengan durasi 15’-20’. Meskipun pembukaan

sudah lengkap, air ketuban sudah pecah namun bayinya belum lahir

sehingga di induksi dengan cara dribs oksitosin ke dalam cairan infus RL

untuk merangsang kontraksi uterus, setelah dilakukan ibu masih belum

juga melahirkan bayinya dikarenakan ibu kurang memahami cara

mengedan dan jalan lahir ibu sempit sehingga dilakukan episiotomi untuk

memperlebar jalan lahir agar bayi ibu tidak lama di panggul untuk

mencegah terjadinya gawat janin. Pada pukul 16.10 wita ibu melahirkan

bayi nya dengan keadaan vulva/perenium ibu ruptur tingkat III. Bidan

berkolaborasi dengan dokter obgyn untuk melakukan heating perineum

pada ibu

C. PNC pada tanggal 14 Januari 2021

Pada tanggal 14 Januari 2021, pukul 17.00 wita penulis melakukan

pengkajian pada Ny “M”. Menurut Manuaba masa nifas merupakan masa

pulihnya kembali genetalia interna dan eksterna yang akan berangsur-

angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil secara keseluruhan.

Pada hari pertama dilakukan pengumpulan data secara subjektif

dan objektif melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan dari status pasien

maupun dari petugas kesehatan. Hasil pengkajian, ibu melahirkan


173

tanggal 13 Januari 2021 jam 01.57 wita. ASI ada tapi masih sedikit dan

ada pengeluaran darah dari jalan lahir. Hasil pemeriksaan keadaan

umum ibu baik, ibu nampak menahan rasa sakit akibat bekas luka

operasi tadi. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 76x/menit, suhu 36,7℃,

pernapasan 21x/menit. kontraksi baik teraba kerasdan bundar, TFU 1 jari

dibawah pusat, kandung kemih kosong, nampak lochea rubra.

Ditinjau dari tinjauan pustaka bahwa masa Nifas( puerperium )

adalah sesudah persalinan yang berlangsung selama 6 minggu atau 42

hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya organ kandungan

pada keadaan yang normal. Dijumpai dua kejadian penting pada masa

nifas yaitu involusio uterus dan proses laktasi. Asuhan segera pada bayi

baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam

pertama setelah kelahiran

Kecepatan uterus berinvolusi sekitar 1 cm/hari, dengan demikian

pada hari ke-10 uterus tidak teraba lagi. Lochea rubra berwarna merah

karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,

verniks caseosa yang akan keluar selama 2-3 hari postpartum.

Hasil evaluasi Ny K” tanggal 14 Januari 2020 adalah masa nifas

pada hari pertama berlangsung normal

D. Bayi pada tanggal 27 Januari 2021


174

Bayi Ny “S” lahir pada tanggal 27 Januari 2021 pukul 18.00 wita

dengan umur kehamilan 8 bulan di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar, SC,

segera menangis, Berat badan 3200 gram, panjang Badan 51cm,lingkar

Kepala 32 cm dan Lingkar dada 33 cm jenis kelamin perempuani. Lahir

dengan asfiksia sedang pada APGAR score 4/6 menit pertama tidak

menangis, tonus otot positif , warna kulit merah mudah, ekstremitas biru,

frekuensi jantung >100, gerakanbaik, dokter segera memotong tali pusat

dan memberikan kepada bidan yang sudah siap menangani bayi, bidan

membersihkan jalan lahir dengan menggunkan section dan membedong

dan bidan membawa bayi keruangan bayi untuk di rawat pada inkubator

di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar.

E. DMPA pada tanggal 15 Desember 2020

Ny. “B” datang kerumah sakit pada tanggal 15 Desember 2020 dan

penulis melakukan pengkajian pada tanggal 15 Desember 2020. Ibu

datang untuk mengganti KB impant ke KB suntik 3 bulan, ibu tidak ada

keluhan hanya ingin memberi jedah kehamilan tidak berkepanjangan

sehingga ibu bisa menentukan sendiri kapan untuk hamil lagi.


175

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum pelayanan asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu

bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana dan gangguan

sistem reproduksi yang sering ditemukan didalam praktik, disini penulis

dapat menerapkan teori-teori yang telah didapatkan dalam pembelajaran

perkuliahan walaupun sedikit ada yang berbeda namun tetap menjadi

bahan perbandingan baik buruknya dalam penulisan selanjutnya.

B. Saran

Diharapkan masalah yang sering timbul dapat teratasi dengan baik

dan cepat namun tetap sayang ibu dan bayi agar tidak menimbulkan

masalah dikemudian hari dan para ibu dapat merasakan manfaat asuhan
176

yang diberikan oleh mahasiswa POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

Program Studi D III Kebidanan Makassar. Oleh karena itu, mahasiswa

harus benar-benar menguasai asuhan kebidanan yang diterapkan

dimasyarakat nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Oxorn H, Wiliam R, Forte. 2010. Ilmu kebidanan, Patologi & Fisiologi


Persalinan.Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika (YEM).
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rohani, dkk. (2011). Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Jakarta :
Salemba Medika
Ambarwati Retna, Eni dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Cetakan ke V.
Jogjakarta: Nuha Medika.
Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.
Eka Puspita dan Kurnia Dwi. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Post
Natal Care). Jakarta: Trans Info Media.
Haryani, Reni. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan-Ibu Nifas dan Menyusui.
Jakarta: CV Trans Info Media.
Kemenkes RI. 2007. No.938/Menkes/SK/VIII/2013. Standart Asuhan
Kebidanan.
Jakarta: Kepmenkes RI.
Saifuddin, A. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharohardjo.
Depkes RI. 2014. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR.

Evayanti. 2015. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil kesehatan


Indonesia tanun. Jakarta; Kemenkes RI
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai