Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SOAP IBU NIFAS DENGAN MASTITIS

KETERAMPILAN ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

DISUSUN OLEH :

PUTERI SALMA
PERMATASARI 1810105056

MARIA OCTAVIANI TRI LESTARI


TUTO KOLIN 1810105058
BAB I

PENDAHULUAN

1. A.     Latar Belakang

Peradangan payudara atau disebut mastitis adalah suatu hal yang sangat biasa pada wanita yang
pernah hamil, namun dalam praktek sehari-hari yang tidak hamilpun terkadang ditemukan
mastitis. Mastitis hampir selalu timbul pada waktu hamil atau laktasi.

Mastitis merupakan masalah yang sering dijumpai pada ibu menyusui. Diperkirakan sekitar 3-
20% ibu menyusui dapat mengalami mastitis. Terdapat dua hal penting yang mendasari kita
memperhatikan kasus ini. Pertama, karena mastitis biasanya menurunkan produksi ASI dan
menjadi alasan ibu untuk berhenti menyusui. Kedua, karena mastitis berpotensi meningkatkan
transmisi vertikal pada beberapa penyakit (terutama AIDS).

Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman penyebab ialah putting susu yang luka
atau lecet, dan kuman per kontinuitatum menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus. Sebagian
besar yang ditemukan pada pembiakan pus ialah staphylococcus aureus.

Tingkat penyakit ini ada dua, yakni tingkat awal peradangan dan tingkat abses. Pada peradangan
dalam taraf permulaan penderita hanya merasa nyeri setempat.

B.      Rumusan Masalah

1. Apa definisi mastitis?


2. Apa jenis-jenis mastitis?
3. Apa penyebab mastitis?
4. Bagaimana patofisiologis mastitis?
5. Bagaimana gambaran klinis pada ibu?
6. Bagaimana prosedur pemeriksaan deteksi dini?

C.      Tujuan
 Mengetahui definisi mastitis.
 Mengetahui  jenis-jenis mastitis.
 Mengetahui  penyebab mastitis.
 Mengetahui  patofisiologis mastitis.
 Mengetahui  gambaran klinis pada ibu.
 Mengetahui  prosedur pemeriksaan deteksi dini.
BAB II

ISI

1. PENGERTIAN

Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamae terutama pada primipara yang biasanya
disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi
mungkin juga melalui peredaran darah.

Mastitis adalah reaksi sistematis seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan
sebagai komplikasi sumbatan air susu.

2. JENIS

Mastitis terdiri dari dua jenis :

 Mastitis Infektif, disebabkan oleh adanya kuman yang masuk kesaluran payudara
melalui perantara mulut atau hidung bayi ketika menyusui.
 Mastitis Noninfektif, disebabkan karena adanya saluran payudara yang terumbat
karena posisi menyusui yang salah. Biasanya terjadi pada perempuan yang baru
pertama kali menyusui.

3. PENYEBAB

Pada umumnya didahului dengan puting susu lecet, saluran air susu tersumbat, dan infeksi
disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus yang masuk melalui lecet pada payudara. Tanda
yang sering muncul pada mastitis yaitu nyeri, kemerahan,dan ada luka pada payudara.

Dan juga terdapat beberapa penyebab lain,yaitu:


 Sikap

Pemberin ASI jarang membawa hasil yang memuaskan jika ibu bersikap antagonis. Sebagai ibu
sangat cemas untuk meraih keberhasilan dalam menyusui, mereka tidak dapat rileks pada saat
menyusui. Refleks ejeksi ASI terhambat dan ibu mengalami frustasi. Ibu membutuhkan
ketenangan dan bantuan yang menentramkan pada saat menyusui bayinya.

 Kesehatan umum

Kesulitan dapat timbul, ketika ibu berada dalam kondisi tidak sehat. Seperti halnya pemberian
ASI merupakan kontraindikasi pada ibu yang menderita penyakit tuberkulosis aktif, diabetes
tidak stabil yang tergantung insulin, penyakit terminal atau berat ketergantungan obat dan
kelainan psikisatrik tertentu.

 Puting yang retak-retak

Puting yang terasa nyeri dan mengalami retak-retak sehingga pemberian ASI menimbulkan
penderitaan bagi ibu. putng susu harus di inspeksi setiap hari dengan penerangan yng baik, untuk
memastikan bahwa puting tersebut benar-benar dalam keadaan sehat. Pada saat ditemukan tanda
pertama keretakan puting, atau jika ibu mengeluh nyeripada saat menyusui bayinya, dan bia
penyesuaian posisi bayi tidak mengurangi rasa nyeri tersebut, maka puting suu harus
diistirahatkan selama 24jam. ASI dapat perah dengan tangan dan pemberian ASI dilakukan
dengan sendok.

Keretakan puting dapat terjadi akibat :

a.)    Mulut bayi tidak menemel puting dengan benar, tetapi menggigit puting.

b.)    Penghisapan puting terlalu kuat, bayi karena lapar.

c.)    Penggunaan pompa payudara mungkin diakukan terlalu berlebihan.

 Puting yang masuk kedalam


Jika puting datar atau masuk kedalam (inversi) tidak ditemukan selama kehamilan, laktasi akan
sulit dilakukan, khiususnya selama hari ketiga dan keempat ketika payudara yang mengalami
distensi menarik puting kedalam dan membuatnya lebih mendatar.

 Pembengkakan payudara

Payudara menjadi penuh dan keras pada hari ketiga hingga kelima setelah ibu melahirkan bayi.
Hal ini terjadi akibat penggembungan pembuluh vena karena pasukan darah kedalam payudara
akan meningkat sebagai persiapan untuk dimulainya laktasi.

Payudara yang penuh akan membuat puting teregang dan menjadi datar, sehingga kadang-
kadang menyulitkan bayi untuk menghisap puting dengan mulutnya.

4. POTIFISIOLOGIS

Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat
stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan
mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga
permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh
dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga
memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan
memudahkan terjadinya infeksi.

Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi,
melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran
hematogen (pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus,
Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang
menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa
kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%.

Faktor risiko terjadinya mastitis antara lain:

1. Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya.


2. Puting lecet. Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat kebanyakan
ibu menghindari pengosongan payudara secara sempurna.
3. Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek.
Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya minum
sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-gesa.
4. Pengosongan payudara yang tidak sempurna
5. Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik. Bayi yang hanya mengisap puting (tidak
termasuk areola) menyebabkan puting terhimpit diantara gusi atau bibir sehingga aliran
ASI tidak sempurna.
6. Ibu atau bayi sakit.
7. Frenulum pendek.
8. Produksi ASI yang terlalu banyak.
9. Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.
10. Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk pengaman pada
mobil.
11. Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI, jamur,serpihan kulit, dan
lain-lain.
12. Penggunaan krim pada puting.
13. Ibu stres atau kelelahan.
14. Ibu malnutrisi.

5. GAMBARAN KLINIS PADA IBU

Gejala mastitis infektif :

1. Lemah, mialgia, nyeri kepala seperti gejala flu dan ada juga yang di sertai takikardia
2. Demam suhu > 38,5 derajat celcius
3. Ada luka pada puting  payudara
4. Kulit payudara kemerahan atau mengkilat
5. Terasa keras dan tegang
6. Payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan yang berbatas tegas
7. Peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau menyusu karena ASI yang terasa
asin

Gejala mastitis non infektif :

1. Adanya bercak panas/nyeri tekan yang akut


2. Bercak kecil keras yang nyeri tekan
3. Tidak ada demam dan ibu masih merasa naik-baik saja.

6. PROSUDER PEMERIKSAAN DETEKSI DINI

Bila payudara penuh dan bengkak (engorgement), bayi biasanya menjadi sulit melekat
dengan baik, karena permukaan payudara menjadi sangat tegang. Ibu dibantu untuk
mengeluarkan sebagian ASI setiap 3-4 jam dengan cara memerah dengan tangan atau
pompa ASI yang direkomendasikan. Sebelum memerah ASI pijatan di leher dan
punggung dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang menyebabkan ASI
mengalir dan rasa nyeri berkurang. Teknik memerah dengan tangan yang benar perlu
diperlihatkan dan diajarkan kepada ibu agar perahan tersebut efektif. ASI hasil perahan
dapat diminumkan ke bayi dengan menggunakan cangkir atau sendok. Pembengkakan
payudara ini perlu segera ditangani untuk mencegah terjadinya feedback inhibitor of
lactin (FIL) yang menghambat penyaluran ASI.
Pengosongan yang tidak sempurna atau tertekannya duktus akibat pakaian yang ketat
dapat menyebabkan ASI terbendung. Ibu dianjurkan untuk segera memeriksa
payudaranya bila teraba benjolan, terasa nyeri dan kemerahan. Selain itu ibu juga perlu
beristirahat, meningkatkan frekuensi menyusui terutama pada sisi payudara yang
bermasalah serta melakukan pijatan dan kompres hangat di daerah benjolan.
Pada kasus puting lecet, bayi yang tidak tenang saat menetek, dan ibu-ibu yang merasa
ASInya kurang, perlu dibantu untuk mengatasi masalahnya. Pada peradangan puting
dapat diterapi dengan suatu bahan penyembuh luka seperti lanolin, yang segera meresap
ke jaringan sebelum bayi menyusu. Pada tahap awal pengobatan dapat dilakukan dengan
mengoleskan ASI akhir (hind milk) setelah menyusui pada puting dan areola dan
dibiarkan mengering. Tidak ada bukti dari literatur yang mendukung penggunaan bahan
topikal lainnya.
Kelelahan sering menjadi pencetus terjadinya mastitis. Seorang tenaga kesehatan harus
selalu menganjurkan ibu menyusui cukup beristirahat dan juga mengingatkan anggota
keluarga lainnya bahwa seorang ibu menyusui membutuhkan lebih banyak bantuan.
Ibu harus senantiasa memperhatikan kebersihan tangannya karena Staphylococcus aureus
adalah kuman komensal yang paling banyak terdapat di rumah sakit maupun masyarakat.
Penting sekali untuk tenaga kesehatan rumah sakit, ibu yang baru pertama kali menyusui
dan keluarganya untuk mengetahui teknik mencuci tangan yang baik. Alat pompa ASI
juga biasanya menjadi sumber kontaminasi sehingga perlu dicuci dengan sabun dan air
panas setelah digunakan.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamae terutama pada primipara yang biasanya
disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada puting susu,
tetapi mungkin juga melalui peredaran darah dan reaksi sistemis berupa seperti demam,
terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan air susu.
Mastitis terdiri dari dua jenis yaitu mastitis infektif dan mastitis non infektif dengan
gejala yang berbeda di setiap jenisnya. Bakteri yang menyebabkan mastitis adalah
staphylococcus aureus. Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam
duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI.
DAFTAR PUSTAKA

Saryono, dkk. 2009. Perawatan Payudara. Yogyakarta: Muha Medika

Hellen, Farrer. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo

http://bidaniaku.wordpress.com/2013/05/14/mastitis/ di akses pada tanggal 11 Maret 2014 pukul


09.33

http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/mastitis-pencegahan-dan-penanganan.html di akses pada


tanggal 11 Maret pukul 10.18

Anda mungkin juga menyukai