Anda di halaman 1dari 13

MASA NIFAS DAN MASTITIS

• Masa nifas atau post partumdisebut juga


puerpurium yang berasal dari bahasa latin
yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan
“Parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah
yang keluar dari rahim karena sebab
melahirkan atau setelah melahirkan
• • PERUBAHAN FISIOLOGI
• Perubahan Fisiologi Masa Nifas Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk
menyesuaikan dengan kondisi post partum. Organ-organ tubuh ibu yang
mengalami perubahan setelah melahirkan antara lain :
•  Perubahan Sistem Reproduksi
• 1. UTERUS
• Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil.
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk
meraba dimana Tinggi Fundus Uterinya (TFU).
• 2. LOKHEA
• Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokheaberbau amis atau
anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang
berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokheamempunyai perubahan
warna dan volume karena adanya proses involusi.
• 3. PERUBAHAN VAGINA
• Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugaedalam vagina
• 11secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia
menjadi lebih menonjol.
• 4. PERUBAHAN PERENIUM
• Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post
partumhari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian
tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.
MASTITIS
• Mastitis adalah peradangan payudara pada satu
segmen atau lebih yang dapat disertai infeksi ataupun
tidak. Mastitis biasanya terjadi pada primipara (ibu
pertama kali melahirkan), hal ini terjadi karena ibu
belum memiliki kekebalan tubuh terhadap infeksi
bakteri Staphilococcus Aureus. Kasus mastitis
diperkirakan terjadi dalam 12 minggu pertama,
namun dapat pula terjadi pula sampai tahun kedua
menyusui. Mastitis perlu diperhatikan karena dapat
menimbulkan luka sehingga terjadi mastitis infeksi.
• Ada dua jenis mastitis yaitu, mastitis non infeksi dan mastitis infeksi. Mastitis non
infeksi yang biasanya disebabkan oleh stasis susu (susu diproduksi, tetapi tetap di
payudara). Ibu yang mengalami mastitis non infeksi biasanya merasakan payudara
terasa nyeri, bengkak dan ketidaknyaman . Stasis susu mungkin memiliki sebab-
sebab antara lain : Bayi tidak menempelkan payudara secara efektif saat menyusui.
Bayi mengalami kesulitan mengisap ASI dari payudara. Bayi jarang mendapat ASI.
Saluran susu dapat tersumbat karena tekanan pada payudara seperti 11 pakaian
ketat. Apapun yang menghentikan ASI tidak diekspresikan dengan benar biasanya
akan menghasilkan stasis susu, yang sering menyebabkan penyumbatan saluran susu
jika dibiarkan akan timbul luka sehingga mangakibatkan infeksi, sedangkan mastitis
infeksi disebabkan oleh bakteri yang umumnya tidak berkembang dalam saluran
susu. tetapi, jika saluran susu berhenti kemungkinan infeksi akan tumbuh tumbuh.
Para ahli percaya bahwa bakteri yang ada di permukaan kulit payudara masuk ke
payudara melalui retakan kecil atau pecah di kulit. Mereka juga menyarankan bahwa
bakteri di mulut bayi bisa masuk ke payudara ibu saat menyusui .
ETIOLOGI
• Etiologi Ada beberapa penyebab terjadinya
mastitis antara lain sebagai berikut: Stasis ASI
dan infeksi yang berasal dari bakteri. Faktor
predisposisi yang menyebabkan mastitis
diantaranya adalah umur, stress dan
kelelahan, pekerjaan di luar rumah
PATOFISIOLOGI
• Pada umumnya porte de entry menyebabkan
puting menjadi luka dan lecet, kemudian
bakteri menjalar pada duktus-duktus yang
berkembang biak sehingga 13 terjadi pus.
Terjadinya mastitis diawali dengan
peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran
ASI) akibat stasis ASI
EPIDEMIOLOGI
• Insiden mastitis puerperalis sangat bervariasi.
menurut penelitian, mastitis tampaknya
mempengaruhi sekitar sepuluh persen dari
semua ibu yang menyusui.
• Dilakukan penatalaksanaan mastitis dengan
tujuan mencegah terjadinya komplikasi lanjut.
Penatalaksanaan bisa berupa medis dan non-
medis, dimana medis melibatkan obat
antibiotik dan analgesik sedangkan non-medis
berupa tindakan suportif.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan penunjang berupa laboratorium
dan kultur ASI. Pemeriksaan laboratorium
dilakukan untuk menjunjang diagnosis. WHO
menganjurkaan untuk melakukan uji
sensitivitas dan kultur. Bahan kultur diambil
dari ASI yang diperah menggunakan tangan
dan ditampung menggunakan penampung
urin steril.
KOMPLIKASI
• Komplikasi pada mastitis disebabkan karena
meluasnya peradangan payudara. Beberapa
komplikasi jika mastitis tidak segera ditangani
dapat terjadi penghentian menyusui dini,
abses payudara, mastitis berulang atau kronis,
dan juga infeksi jamur

Anda mungkin juga menyukai